Anda di halaman 1dari 3

TAFSIR SURAH AR- RAHMAN AYAT

13
Biasakan Bersyukur atas Segala Nikmat dan Takdir

Pada ayat-ayat sebelumnya Allah SWT telah menguraikan berbagai macam kenikmatan bagi
seluruh makhluk-Nya. Kenikmatan yang terhampar dari mulai pengaturan langit, tanaman dan
pohon-pohonan yang ada di bumi, dan macam kenikmatan-kenikmatan lain. Ayat ini adalah nada
penggugah atau pengancam dari Allah SWT, yang sepanjang surat akan terus diulang-ulang. Allah
SWT berfirman:

‫ي آال ِء َربِّ ُكما تُك َِّذبان‬


ِّ َ ‫فَبِأ‬

fabiayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan.

Artinya:

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S al-Rahman ayat 13)

Ketika menafsirkan ayat ini, setidaknya ada dua penafsiran yang ditampilkan Ibnu Jarir al-
Thabari untuk menjelaskan kandungannya. Pertama terkait dengan makna ayat dan kedua terkait
kisah atau cerita yang ada di seputar ayat. Adapun terkait dengan makna ayat, al-Thabari
menjelaskan bahwa ayat ini mengarah pada atau yang menjadi objek sasaran (mukhathab) adalah
manusia dan jin. Bila ada yang bertanya, mengapa tiba-tiba diarahkan pada manusia dan jin?
padahal sejak awal ayat ini berbicara tentang nikmat untuk manusia. Al-Thabari mengatakan
bahwa keterangan yang mengarah pada manusia dan jin terdapat pada ayat ke 14 dan 15.
Menurutnya, meskipun penjelasannya ada di belakang, hal ini lumrah dalam gaya bahasa bangsa
Arab.

Selain dari bunyi ayat, keterangan mengenai ini juga dapat dilihat dari penafsiran kedua terkait
cerita dibalik ayat di atas. Al-Thabari mengutip riwayat dari Muhammad bin ‘Ibad dan Amr bin
Malik dari Yahya bin Sulaiman dari Ismail bin Umayyah dari Abdullah Ibnu ‘Umar, ia berkata:
Suatu ketika Rasulullah SAW membacakan surat al-Rahman di depan para sahabat atau sekali
waktu dibacakan oleh sahabat, lalu Rasulullah bertanya kepada mereka: “Apa yang membuatku
dapat mendengar ucapan/jawaban jin yang lebih baik dari kalian?”

Para sahabat bertanya, “Apa ya Rasulullah?”


Rasulullah SAW menjawab, “Tidaklah aku sampai pada ayat yang berbunyi fabiayyi aalaai
Rabbikumaa tukadzdzibaan, kecuali jin berkata: ‘Tidak ada satu pun nikmat yang kami dustakan
wahai Tuhan kami.”

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI tahun 2010 dijelaskan bahwa ayat ini merupakan tantangan
dari Allah SWT kepada manusia dan jin, nikmat manakah yang mereka dustakan. Adapun yang
dimaksud dengan pendustaan disini adalah bentuk kekafiran mreka dan tindakan menyekutukan
Allah SWT. Ayat ini diulang-ulang sebanyak tiga puluh satu kali untuk memperkuat tentang
nikmat dari Allah SWT dan untuk memperingatkan manusia dan jin. Susunan kata seperti ini
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bukankah dulu aku menolongmu saat
kamu miskin? Apakah kamu lupa dan mengingkarinya?

Senada dengan penafsiran di atas, Buya Hamka juga memahami bahwa ayat ini merupakan
pernyataan inti dari keseluruhan surat al-Rahman. Setelah Allah SWT menyebutkan berbagai
kenikmatan yang meliputi seluruh alam, Dia berfirman kepada manusia dan jin, adakah kalian
hidup sia-sia? Menurut pendapat Hamka yang mengutip pendapat Ibnu Abbas, bahwa yang
menyambut baik pertanyaan ini adalah kelompok jin.

Menurut Quraish Shihab, ulama berbeda pendapat mengenai kepada siapa ayat ini ditujukan. Ada
yang berpendapat ditujukan kepada laki-laki dan perempuan, adapula yang berpendapat
ditujukan kepada mukmin dan kafir. Akan tetapi, mayoritas ulama berpendapat bahwa ayat ini
ditujukan kepada manusia dan jin.

Quraish menjelaskan bahwa pengulangan ayat ini mengandng makna keagungan nikmat serta
banyaknya manfaat yang diraih oleh penerimanya agar mereka lebih bersyukur. Tujuan lainnya
adalah sebagai ancaman yang menunjukkan bahwa bila mereka tidak bersyukur maka sikapnya
itu telah melampaui batas.

Pengulangan sebanyak 31 kali ini, dalam penghitungan Quraish Shihab, dapat dibagi ke dalam
empat kategori uraian. Pertama berkaitan dengan keajaiban ciptaan Allah SWT yang terhampar
di bumi dan di langit serta penciptaan dan kebangkitan. Dalam kategori ini diselingi dengan 8 kali
pengulangan. Kedua, berkaitan dengan siksa neraka dan kengeriannya, kategori ini diselingi
dengan 7 kali pengulangan. Ketiga menyangkut penghuni surga serta aneka kenikmatan yang ada
di dalamnya, uraian ini diselingi 8 kali pengulangan. Keempat tentang dua surga yang tidak sama
dengan surga yang disebut dalam uraian ketiga, ini pun diselingi dengan 8 kali pengulangan.

Tugas Tafsir Dan Dakwah


Mata pelajaran : Pendidikan Dakwah
DISUSUN OLEH :

Nama : Ananda

Kelas : IX.8

No.urut : 02

Mts As'Adiyah Puteri 1 Pusat Sengkang

Anda mungkin juga menyukai