Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia di dunia ini terdiri atas beberapa suku
bangsa, agama, ras, golongan, dan lain sebagainya. Allah menciptakan manusia beraneka
ragam mulai dari warna kulit, bentuk rambut, bentuk hidung, maupun postur tubuh. Disini
diperlukan adanya suatu rambu-rambu atau pedoman dalam hidup bermasyarakat agar tidak
membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kerukunan antar umat tanpa adanya suatu diskriminasi oleh
individu atau sekelompok orang tertentu. Oleh sebab itu Rasulullah sebagai Rahmatan Lil
‘Alamin (rahmat bagi semesta alam) mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai sesama
tanpa membeda-bedakan agama dan golongan agar tercipta kerukunan dan kedamaian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rahmatan lil ‘alamin?
2. Mengapa Rasulullah Nabi Muhammad disebut sebagai rahmatan lil ‘alamin?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu Rahmatan lil’alamin
2. Untuk Mengatahui mengapa Rasulullah Nabi Muhammad diutus sebagai Rahmatan
lil’alamin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rahmatan Lil ‘Alamin

Nabi Muhammad diutus Allah tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menjadi rahmatan
lil ‘ilamin. Redaksi yang Al-Qur’an gunakan adalah sebagai berikut,

َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ ِإاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬

Artinya: “tidaklah saya (Allah) mengutusmu melainkan sebagai rahmatan lil ‘ilamin.

Kata al-’alamin adalah bentuk plural dari kata ‘alam. Dalam madzhab ahlussunnah
wal jamâ’ah, ada sebuah definisi bahwa ‘alam adalah ma siwa Allah (segala sesuatu selain
Allah). Untuk itu, ‘alamin adalah setiap hal apapun yang ada di jagad raya ini selain Allah.
Sebagaimana ketika kita mengartikan kata ‘âlamîn dalam surat al-Fatihah dengan “seluruh
alam”.

Namun, ketika mendefinisikan kata ‘âlamîn dalam surat Al-Anbiya’ ini, setidaknya
para ahli ta’wil terpecah menjadi dua kelompok. Pertama, mereka mengartikan kata ‘alamin
sebagaimana makna diatas. Kedua, mengartikan kata ‘alamin dengan “hanya orang-orang
yang beriman dan percaya kepada Nabi Muhammad Saw”. Ketika Al-Thabari dalam tafsirnya
dihadapkan oleh dua pendapat ini, beliau menyebutkan bahwa yang paling utama, atau kira-
kira yang paling mendekati kebenaran, adalah pandangan yang pertama, yakni tidak
membatasi hanya bagi orang-orang yang beriman.

Apabila yang dimaksud dari kata ‘alamin adalah seluruh makhluk yang ada di alam
raya ini, bagaimana makna yang dikehendaki oleh kata rahmat? Apakah kata rahmat tidak
memiliki hubungan dengan konsekuensi nanti di akhirat, dalam artian tentang surga dan
neraka?

Ibnu Hajar Al- Asqalani dalam Fath Al-Jawad menyebutkan statement menarik terkait
masalah ini. Menurutnya, rahmat bagi orang yang beriman berkaitan dengan hidayah yang
telah Allah berikan hingga dengan hidayah tersebut orang-orang muslim mulai menapaki
jalan menuju keselamatan abadi, yakni surga.

Sementara, rahmat bagi orang-orang munafiq adalah jaminan terjaganya nyawa


mereka. Hal tersebut bisa diperhatikan lebih lanjut dalam pembahasan terkait keputusan Nabi
mengapa tidak menghukum mati orang-orang munafiq. Sedangkan rahmat bagi orang-orang
non-muslim adalah menghadang agar Allah tidak mengadzab atau menjatuhkan bencana
selama mereka masih hidup. Tidak seperti umat-umat sebelum Nabi Muhammad diutus.

Terkait dengan makna rahmat yang ketiga, Allah memberi legitimasinya dalam Al-
Qur’an. Dalam konteks ini, Allah berfirman,

‫َو َما َكانَ هللاُ يُ َع ِّذبَهُم َو اَنتَ فِي ِهم‬

Artinya: “tidaklah Allah akan mengadzab mereka sedangkan engkau (Muhammad) berada
diantara mereka” (QS. Al-Anfal: 33).

Yang disampaikan oleh Ibnu Hajar diatas juga diamini oleh Imam Al-Thabarî dalam
tafsirnya, Tafsir Al-Thabari. Singkatnya, apa yang menjadi misi Nabi Muhammad adalah
terciptanya kehidupan sosial yang saling menghargai dan tidak terjadi penindasan kepada
sesamanya. Begitu juga, agar manusia mau memperhatikan dan menghargai hak hidup
makhluk lainnya, seperti pohon, hewan, dll. Istilah yang biasa disebut namun jarang dihayati
dan direalisasikan adalah hablu minallah, hablu minannâs, dan hablu minal ‘âlam.

Dengan ini, ketika berbicara tentang rahmat didunia tidak ada kaitannya dengan surga
dan neraka. Bentuk kehidupan yang saling menghargai tanpa memperdulikan suku, agama,
bahasa, dan warna kulit. Itu semua adalah sifat rahman-nya Allah. Dengan sifat ini, Allah
tidak membedakan perbedaan-perbedaan identitas yang ada pada diri setiap manusia.
Kehidupan di dunia adalah berhubungan dengan rasa kemanusiaan. Perihal pilihan untuk
menerima Islam sebagai agamanya, itu adalah hidayah. Wallahu a’lam bish-shawab.

B. Rasulullah Nabi Muhammad sebagai rahmatan lil ‘alamin


Nabi Muhammad saw merupakan khataman nabiyyin yaitu nabi dan rasul
penutup/terakhir, tidak ada lagi nabi da rasul yang diutus Allah setelah beliau. Rasulullah
saw. diutus bukan untuk orang bangsa arab saja, tetapi untuk semua bangsa, olehnya itu Nabi
Muhammad saw. sebagai Rahmatan lil alamin, yaitu anugrah bagi alam semesta.

Nabi Muhammad SAW. sebagai Penyempurna Akhlak


Kondisi masyarakat Arab tempat beliau lahir sangat memprihatinkan waktu itu.
Zaman tersebut sering disebut sebagai zaman jahiliah. Masyarakat berada dalam kebodohan
akhlak. Mereka hidup tanpa aturan, semua orang mengejar kesenangan tanpa mempedulikan
etika dan kebenaran, kezaliman merajalela. Dalam hal akidah mereka juga berada dalam
kondisi buruk. Orang-orang menyembah berhala dan melakukan persembahan-persembahan
kepada berhala. Tidak ada seorangpun yang peduli untuk melakukan perbaikan. Dalam
kondisi akhlak yang seperti itulah Nabi Muhammad saw. lahir.

Sejak masa kecil, sebelum Nabi Muhammad saw. menjadi Nabi, beliau sudah
memikirkan kondisi masyarakatnya yang buruk. Nabi Muhammad saw. selalu berpikir dan
merenung untuk mencari jalan bagi perbaikan. Petunjuk dari Allah itupun tiba, ketika Nabi
Muhammad saw. menerima wahyu pertama. Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw. mulai
mengajarkan kebaikan.

Di tengah masyarakat jahiliah Nabi Muhammad saw. terus berjuang menyebarkan


kebaikan. Beliau memiliki budi pekerti yang luhur meskipun hidup di tengah masyarakat
jahiliah. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT. yang artinya: Dan sesungguhnya
engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi pekerti yang luhur (Q.S. al-Qalam: 4)

Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. meliputi masalah akidah
hingga akhlak. Selain mengajarkan untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala,
Nabi Muhammad saw. juga memperbaiki akhlak masyarakat yang saat itu berada dalam
kondisi jahiliah. Perilaku zalim dan penindasan dihentikan. Nabi Muhammad saw.
mengajarkan kepada para pengikutnya untuk selalu bersikap penyayang, melindungi kaum
lemah, dan bersikap adil. Semua manusia dihargai martabatnya tanpa melihat status sosial
maupun kekayaan yang dimilikinya.

Misi Nabi Muhammad saw. sebagai penyempurna akhlak disebutkan dalam hadis
yang artinya: Dari Abu Huraira “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (H.R. Baihaqi)

Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. telah mengubah akhlak
manusia yang semula berada dalam kondisi gelap menjadi akhlak terpuji. Sebagaimana dalam
firman Allah yang artinya: "Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang
beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah),
meskipun sebelumnya, mereka benarbenar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Ali-Imrān:
164)

Dengan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw. manusia memiliki


kesempatan untuk menjadi makhluk yang mulia dan bermartabat. Kehidupan jahiliah ketika
manusia hidup dalam kesia-siaan telah dihapuskan berkat ajaran dan teladan Nabi
Muhammad saw.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nabi Muhammad diutus Allah tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menjadi rahmatan
lil ‘alamin. Redaksi yang Al-Qur’an gunakan adalah sebagai berikut,
َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ ِإاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬

Artinya: “tidaklah saya (Allah) mengutusmu melainkan sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Konsep rahmatan lil ‘alamin yaitu Tugas Nabi Muhammad adalah membawa
rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Serta Kebenaran
risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam itu sendiri.
Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai
nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga
segi yaitu aqidah, syari’ah dan nizam.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari dalam penulisan makalah
ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami semoga makalah ini bisa
memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://islami.co/makna-rahmatan-lil-alamin-dalam-al-quran-qs-al-anbiya-ayat-107/

https://www.coretanzone.id/2017/10/nabi-muhammad-saw-sebagai-rahmatan-lil-alamin.html

Anda mungkin juga menyukai