Emy Dwi N K7716021 Larasati Sekar Rinie K7716032 PENGERTIAN ISLAM
Islam berasal dari kata assalam-yassalam-
assalaamaa artinya selamat, damai, sejahtera, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Ini mengindikasikan bahwa Agama Islam adalah ajaran yang menciptakan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan diri, serta penyerahan diri, secara total untuk tunduk dan patuh terhadap ajaran- ajarannya. Islam memiliki karakteristik yang khas dengan agama-agama sebelumnya. Dalam memahami Islam serta ajarannya, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji secara seksama sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang komprehensi. ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Islam adalah agama Rahmatan Lil ‘Alamin
yang artinya Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan serta menciptakan rahmat bagi seluruh alam yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya : 107 : َ ناك إِالَّ َرحْ َمةً لِ ْلعالَ ِم ين َ َوما أَرْ َس ْل Artinya : “ Dan tidaklah Kami mengutus
kamu melainkan untuk (menjadi) rahmatan
bagi semesta alam ”. A. Nabi Muhammad SAW Diutus sebagai Rahmat bagi Sekalian Alam Surah (teks) Al Anbiya ayat 107 di atas menurut Abdul Hakim Bin Amir Abdat memberi lima makna: i. Allah mengutus hamba serta RasulNya yang mulia, Muhammad bin Abdullah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam ini yang terdiri dari: manusia, Malaikat, Jin dan hewan. ii. Kedua, nabi Muhammad diciptakan dan disifatkan serta dihiasi pada diri beliau dengan rahmat oleh Allah, Tuhan pemilik segala sesuatu. iii. Ketiga, agama yang Rasulullah bawa, yakni Islam, semua ajarannya ialah rahmat bagi jin dan manusia yang terkena taklif – diseru dengan perintah dan larangan ilahi dari Rabbul ‘alamin. iv. Keempat, nabi Muhammad SAW diutus dan datang kepada manusia dan jin dengan membawa segala kebaikan dari semua kebaikan dunia dan akhirat. v. Kelima, Al-Quran yang diturunkan kepada Rasullullah menjadi sebesar-besar rahmat bagi mereka. Jadi melalui kutipan diatas diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang menjadi rahmat (Nabiyurrahmah) bagi alam semesta (manusia, jin, malaikat, hewan dan bumi) dan kehidupan beliau menjadi pedoman bagi umat Allah untuk hidup berkenan kepadaNya. Istilah al ‘alamin yang juga ditujukan kepada nabi Muhammad SAW memberi makna kemutlakan, suatu kepastian yang tidak dapat disangsikan. Rahmat diberikan tidak hanya mencakup mukmin, namun juga non mukmin (semua makhluk). Rahmat bagi mukmin atau beriman kepada Allah berarti memberi hidayah iman dan memasukkan ke surga karena mengamalkan apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad. Rahmat bagi non mukmin (kafir) adalah berarti Allah tidak memberikan azab (siksa) dan membinasakan kepada mereka bila tidak mendustakan para nabi dan rasul. Hal yang lain adalah nabi Muhammad SAW membawa segala kebaikan di dunia dan akhirat yakni kebahagiaan di dunia dan akhirat. Imam Feisal Abdul Rauf selanjutnya menjelaskan bahwa: Pesan Muhammad mencakup seluruh aspek manusia: (1) Islam, kebebasan untuk patuh kepada Tuhan (kehendak). (2) Iman, mencari kebenaran Tuhan melalui pemikiran (intelektualitas). (3) Ihsan, mencintai Tuhan di atas segala-galanya (dengan hati) dan membuka diri untuk dengan Tuhan (dengan jiwa). B. Islam adalah Agama Rahmat Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan seratus rahmat pada dari ketika Dia menciptakannya. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang Sembilan puluh sembilah rahmat, sedangkan yang satu rahmat Dia kirim (berikan) untuk seluruh mahluk-Nya. Maka kalau sekiranya orang yang kafir itu mengetahui setiap rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya dia tidak akan pernah putus asa untuk memperoleh surga. Demikian juga kalau sekiranya orang mu‟min itu mengetahui setiap azab yang ada di sisi Allah, niscaya dia tidak akan pernah merasa aman dari masuk ke dalam Neraka. Jadi agama Islam adalah agama Allah, dinur rahmah (agama rahmat) sesuai dalil-dalil naqliyyah (nash) serta aqliyyah (akal). Islam juga disebut sebagai khairu ummah artinya umat terbaik yang memberi manfaat bagi sesama, melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan jahat, meyakini keesaan dan keagungan. BERBAGAI TAFSIR TERHADAP ISTILAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
1. Pendapat Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menafsirkan rahmatan lil’alamin
bersifat umum, namun ada hal yang harus diperhatikan. Pertama, bahwa alam semesta secara keseluruhan mendapatkan maaf karena Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyampaikan rahmatan lil ‘alamin. Setiap orang yang menjadi pengikut nabi Muhammad SAW akan meraih kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Tetapi bagi orang kafir yang melawan nabi Muhammad SAW akan segera dibunuh atau menerima maut, karena jika tidak demikian, maka kepedihan adzab di akhirat akan semakin bertambah. Kedua, Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun secara khusus bagi umat Islam akan mendapatkan manfaat dibumi maupun di akhirat. Sebaliknya bagi orang kafir yang menolak Islam tetap diberikan rahmatan lil’alamin. Jadi Islam tetap menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi siapapun . 2.Pendapat Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir Muhammad bin Ali Asy Syaukani memberikan
tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya
ayat 107. Ayat 107 diartikan “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) dengan membawa hukum-hukum syariat melainkan rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian.” Jadi satu-satunya penyebab Nabi Muhammad SAW diutus adalah untuk kepentingan rahmat yang luas (tidak terbatas), karena Nabi Muhammad SAW membawa kebahagiaan di akhirat. 3. Pendapat Ash Shabuni dalam Tafsir Shafwatut Tafasir Ash Shabuni memberikan tafsiran terhadap Surah ke 21, Juz 17, Al Anbiya ayat 107 terkait dengan yang artinya “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah).” Orang yang menerima rahmat tersebut akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah tidak mengatakan rahmatan lilmu’minin, namun rahmatan lil ‘alamin artinya rahmat bagi seluruh dunia (makhluk) karena Nabi Muhammad SAW telah diutusNya. Pengutusan tersebut menjadi penyebab adanya kebahagiaan, penyelamatan dan tercapainya kebaikan di dunia maupun di akhirat. Orang kafir dengan rahmat yang dinyatakan melalui Nabi Muhammad SAW tidak akan ditimpa azab atau mengalami penundaan hukuman.Rahmatan lil ‘alamin hadiah Allah untuk semua orang dan makhluk. Bentuk-Bentuk Rahmatan Lil ‘Alamin Bentuk-bentuk rahmatan lil alamin terlihat pada ajaran islam
diantaranya : a. Islam memberikan petunjuk ke jalan kebenaran b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan
potensi yang diberikan oleh Allah SWT secara bertanggung jawab
c. Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai
hamba Allah SWT.
d. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa Islam sebagai agama
wahyu memberikan bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek
kehidupan,diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberikan peluang kepada manusia untuk melaluinya sampai tempat yang dituju tempat yang tertinggi lagi mulia. Jalan raya itu lapang dan lebar, kiri kanannya berpagarkan Al-Qur’an dan sunah. Pada jalan itu terdapat juga rambu-rambu, tanda-tanda sebanyak aspek kehidupan manusia. Siapa saja yang masuki pintu gerbang jalan raya itu baik keturunan maupun karena mengucapkan dua kalimat syahadat, wajib memperhatikan rambu-rambu, tanda dan berjalan melalui jalur yang telah ada. Hendaklah berpikir, bersikap dan berbuat sesuai dengan ajaran Islam (Al-Qur’an, Sunnah). IMPLIKASI PEMIKIRAN ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN A. Pemikiran rahmatan lil’alamin atau moderat terkait dengan tafsir Al- Quran
Perlu diperhatikan, mengingat adanya penyimpangan dalam menafsir,
itulah sebabnya dibutuhkan pemikiran yang orisinal yang menjadi prinsip dasar dalam menafsir Al-Quran. Menurut Amir Faishol Fath ada tiga hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hal tersebut. Pertama, Al- Quran adalah kalamullah, diwahyukan kepada rasulNya Muhammad SAW tidak ada sedikitpun di dalamnya tahrif [pengubahan, penyelewengan] seperti yang terjadi pada buku-buku suci sebelumnya. Kedua, Sunnah Rasulullah SAW adalah keterangan utama dari Al-Quran. Ketiga, tugas penafsir tidak lain hanya untuk menjelaskan maksud AlQuran sesuai dengan tuntunan As Sunnah. Jadi jelaslah bahwa Al-Quran utuh adanya dan terjaga senantiasa oleh Allah. Sunnah Rasulullah adalah wahyu Allah sebagaimana Al-Quran, hanya lafaznya dari Rasullullah sehingga harus ditaati. Jadi pemikiran rahmatan lil ‘alamin atau moderat terkait dengan tafsir Al- Quran mengungkapkan kebenaran maksud Allah, walaupun sebatas kemaksimalan manusia; penjelasan makna satu terhadap lainnya tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi dan memberikan solusi atas seluruh masalah manusia. B. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Metodologi Hadits
Hadits adalah sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi
Muhammad SAW yang diriwayatkan atau dicerikan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam; sumber ajaran Islam yang kedua setelah AlQuran. Posisi dan kedudukan hadits harus menjadi fondasi dalam membangun ajaran Islam setelah Al-Quran. Hadits harus berada dalam atau sejalan dengan arahan dan bimbingan Allah, dimana kebenarannya bersifat absolut dan berguna bagi kepentingan umat. Dipastikan hadits yang shahih tidak bertentangan dengan Al-Quran. Hadits harus menjadi penafsir dan penjelas terhadap Al-Quran. Hadits-hadits yang shahih sebaiknya disinergikan. Hadist dapat dipahami dengan baik dan benar bila memperhatikan sebab-sebab khusus yang melatarbelakangi munculnya hadits. Jika Al-Quran secara tekstual menyatakan wasilah (media) sesuai dengan zaman dan tempat tertentu, maka haruslah terikat pada wasilah. Tidak semua nash dapat dipahami secara majazi (kiasan) dan ditakwilkan (dijelaskan atau ditafsirkan) semaunya. C. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Dakwah Potret dakwah yang rahmatan lil ‘alamin sangat
diperlukan dalam pengembangan dan penyebaran agama
Islam. Dakwah yang rahmatan lil ‘alamin tentu saja dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, beliau melakukan dakwah dimulai dari keluarga, kerabat, penduduk Makkah, masyarakat Arab dan seluruh dunia. Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah dengan penuh kesabaran, penuh cinta kasih, menghindari konflik fisik dan tidak mencari kekayaan (materialistis). Nabi Muhammad dalam berdakwah juga mengedepankan pesan-pesan moral yang baik, menjunjung tinggi hak- hak asasi manusia. Dakwah rahmatan lil ‘alamin harus mengembalikan manusia pada fitrahnya, dimana hewan pun dapat hidup berdampingan damai dengan manusia dan manusia bertanggung-jawab mengelola ciptaan Allah di alam semesta dengan baik. D. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Fiqih Fiqh mempunyai fokus membahas persoalan hukum dalam ajaran
Islam. Istilah fiqh merupakan terma (musthalah) syar‟i yang ada
dalam AlQuran dan hadits Nabi. Secara sederhana fiqh artinya paham, orang yang mengerti disebut faqih, dan yang sedang berproses memahami dinamai mutafaqqih. Pemahaman atau fiqh basisnya adalah ilmu atau pengetahuan tentang sesuatu. Ajaran Islam secara menyuruh menebarkan rahmatan lil ‘alamin dan menolak ekstrimisme, hal ini dapat diketahui melalui: (1) Sifat kasih sayang dijadikan Islam sebagai salah satu akhlak utama yang harus dimiliki setiap umat Islam. (2) Islam melarang umatnya untuk bersikap ekstrim, melakukan tindakan kekerasan dan ta‟assub (fanatik) buta. (3) Islam menyuruh kita untuk bertoleransi kepada non muslim, selama mereka tidak menampakkan permusuhan kepada kita. Pemikiran rahmatan lil ‘alamin dalam fiqih harus tetap bersumber
dari Al-Quran dan As Sunnah serta sumber-sumber luar dari Islam
yang tentunya menjunjung tinggi akhlak, terbuka terhadap kebutuhan manusia, penuh kasih sayang dan menolak segala bentuk anarkisme atau ektrimisme. E. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin untuk Peradaban Peradaban Islam mencakup masa keemasan Islam, dunia Islam dan kekhalifahan. Peradaban Islam memiliki visi dan misi. Ada tiga sumber peradaban Islam yang perlu diketahui untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, yakni: Al-Quran, Hadist Nabi dan akal sehat. Sedangkan unsur-unsur yang membentuk peradaban Islam mencakup: manusia, masyarakat dan tsaqafah (pandai, cepat atau mahir dalam memahami sesuatu). Peradaban yang dibangun Islam menggabungkan unsur spiritual dan material, menyeimbangkan akal dan hati, menyatukan ilmu dan iman serta meningkatkan moral dan material (kesejahteraan finansial/kekayaan). F. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Seni Islam Islam sangat menghargai kesenian (keindahan) sebagai fitrah
manusia. Al-Quran sebagai sumber ajaran utama Islam
mengungkapkan nilai-nilai seni. Hasil karya seni Islam harus menampilkan nilainilai spiritual, moral dan hal-hal positif yang mengarahkan kehidupan manusia untuk bertaqwa kepada Allah dan mengasihi sesama manusia. G. Pemikiran Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Ekonomi Islam Ekonomi Islam rahmatan lil ‘alamin melarang melakukan praktek
monopoli terhadap sumber ekonomi, seperti: air, sungai, laut,
hutan, kayu, tambang dan lain-lain untuk kepentingan individu atau kelompok. Ekonomi Islam menjunjung tinggi nilai-nilai agama, menciptakan keseimbangan dan kemakmuran sosial, tidak merugikan orang lain, tidak merusak lingkungan dan ekosistem. Islam memberikan kebebasan bagi umat untuk memperjuangan ekonomi selagi tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia dan tidak membahayakan kesalehan suatu masyarakat. Secara ekonomi Islam juga memberikan kebebasan untuk berekspresi sejauh dihalalkan oleh agama dan menjauhi yang dilarang (diharamkan). H. Pemikiran Rahmatan Lil ‘alamin dalam Hukum Islam Hukum dalam bahasa arab berasal dari kata
hukm artinya benar, yang mengandung unsur-
unsur ketegaran. Hukum harus ditegakkan karena Allah membenci orang yang zalim (tidak adil) dan memberi pahala kepada orang yang pemaaf (berbuat baik).dalam menegakkan keadilan dan kelembutan dalam semangat perikemanusiaan Pengaruh Rahmatan Lil’alamin Bagi Non Muslim
Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah) mereka
mendapatkan hak seperti yang didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara yang terbatas dan perkecualian. Sebagaimana halnya juga mereka dikenakan kewajiban seperti yang dikenakan terhadap kaum Muslimin. Kecuali pada apa-apa yang diperkecualikan. Ialah hak memperoleh perlindungan yaitu melindungi mereka dari segala permusuhan eksternal. Ijma’ Ulama umat Islam terjadi dalam hal ini seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan Al- Baihaqi. “Siapa-siapa yang menzhalimi kafir mu’ahad atau mengurangi haknya, atau membebaninya di luar kesanggupannya, atau mengambil sesuatu daripadanya tanpa kerelaannya, maka akulah yang menjadi seterunya pada hari Kiamat (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi) Kemudian melindungi darah dan badan mereka, melindungi harta mereka, menjaga kehormatan mereka, memberikan jaminan sosial ketika dalam keadaan lemah, kebebasan beragama, kebebasan bekerja, berusaha dan menjadi pejabat, inilah beberapa contoh dan saksi-saksi yang dicatat sejarah mengenai sikap kaum Muslimin dan pengaruhnya terhadap Ahli Dzimmah. TERIMA KASIH