Menyetujui :
Pembimbing Industri I Pembimbing Sekolah
Mengetahui :
Wakasek Hubungan Industri dan Masyarakat
SMK AK NUSA BANGSA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Kepala SMK AK Nusa Bangsa
Foto 3x4
iv
IDENTITAS SEKOLAH
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
anugrah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar,penyusun
dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Langan (PKL) yang berjudul
“ANALISIS PERMEABILITAS DAN RETENSI AIR (pF) PADA SAMPEL
TANAH di Balai Penelitian Tanah” tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan turut berpartisipasi dalam
pembuatan laporan ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan
terimakasih tersebut diantaranya kepada:
1. Ibu Linca Anggaria, S.Si., MSc. Selaku Manager Teknis Laboratorium Balai
Penelitian Tanah, Ibu Lenita Herawati, M.Si Selaku Deputi Manager Teknis
Laboratorium Balai Penelitin Tanah, Ibu Ratri Ariani, Sp. selaku Ketua
Laboratorium Fisika Tanah di Balai Penelitian Tanah, Bapak Arif Budianto,
S.Si selaku pembimbing dari industri
2. Ibu Rini Damayanti, S.Si Selaku Kepala SMK AK Nusa Bangsa Bogor.
3. Ibu Sofi Ekayanti, S.Si selaku Wakasek Hubungan Industri dan Masyarakat
SMK AK Nusa bangsa Bogor
4. Ibu Srikandi,S.Si.,M.Si selaku Pembimbing Sekolah yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKL.
5. Yang Terhormat kedua orang tua serta keluarga yang selalu menjadi motivator
bagi penulis untuk melakukan yang terbaik dalam hidup, serta do’a dan
dukungan tiada henti-hentinya.
6. Nabila Putri Ramadhani yang telah memberikan semangat, motivasi, kebaikan
dan canda tawa selama prakerin.
7. Aliza Tiara Maharani, M. Alif Fabio Anggoro, M. Fikri Nurazis, Ahmad Nur
Fauzy, Gibran Rakin Ardian, Rio Ihza Pradana yang selalu memberikan
semangat dan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 19 di SMK AK Nusa Bangsa.
Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan laporan. Akhir kata penyusun mengharapkan laporan ini dapat
bermanfaat umumnya bagi pembaca dalam memperluas ilmu pengetahuan. Atas
segala dukungannya, penyusun ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
viii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................iii
IDENTITAS SISWA.......................................................................................................iv
IDENTITAS SEKOLAH.................................................................................................v
IDENTITAS INDUSTRI...............................................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xii
DAFTAR ISI.................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................xiv
4.2 Metode............................................................................................................xxvi
5.2 Pembahasan................................................................................................xxxvii
BAB VI PENUTUP.........................................................................................................xl
6.1 Kesimpulan........................................................................................................xl
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................xli
LAMPIRAN..................................................................................................................xlii
x
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Ukuran ring
Tabel 2. Klasifikasi Permeabilitas Tanah
Tabel 3. Hasil analisis
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Logo Balittanah
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Balittanah
Gambar 3. Alat pengukur konduktivitas hidrolik (permeabilitas) tanah
dengan sistem pembuangan air satu arah
Gambar 4. Alat untuk penetapan kadar air tanah pada berbagai tegangan
(pF)
Gambar 5. Persiapan contoh tanah untuk penetapan pF.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.1
dengan sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan). Selain itu juga
didalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan yang ditahan
material yang terdiri dari agregat ( butiran) mineral – mineral padat yang tidak
tersentiminasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organi yang
telah melapuk (yang berpatikel padat) disertai zat cair juga gas yang mengisi
ruang kosong diantara diantara partikel padat tersebut (Das,1995). Selain itu
dalam arti lain tanah merupakan akumulasi partikel mineral atau ikatan antar
Kualitas tanah adalah kapasitas tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan
fiungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem alami dalam waktu yang
xiv
Sedangkan untuk mengetahui kondisi fisika, kimia dan biologi pada tanah
maka perlu dilakukan analisis tanah. Analis tanah sangat penting untuk
menunjang keberhasilan usaha tani sebab analisis tanah kan sangat berhubungan
dengan kondisi media yang akan ditanami oleh berbagai macam tanaman.
Tujuan
1.2
Tujuan PKL
1.2.1
kimia.
Tujuan Analisis
1.2.2
dalam bidang pertanian baik itu sifat fisika,kimia, mikroba dan fauna
BAB II
TINJAUAN UMUM BALAI PENELITIAN TANAH
xvi
merupakan bagian dari Plantentuin (yang sekarang berganti nama menjadi kebun
raya bogor). Pada tahun 1930 menjadi Bodemkundig Institut.
Tahun 1942, pada masa penjajahan Jepang, Balittanah berubah nama
menjadi Dozyoobu dan Tahun 1945 ketika Negara Republik Indonesia baru saja
di proklamasikan, nama Bodemkundig Institut kembali digunakan. Pada tahun
1950 bernama Balai Penyelidikan tanah dan tahun 1961 menjadi Lembaga
Penyelidikan Tanah. Setahun kemudian (1962) bernama Lembaga Penyelidikan
Tanah dan Pemupukan yang kemudian menjadi Lembaga Penelitian Tanah pada
tahun 1976, dan Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1981. Pada tahun 1990 mandat
penelitian diperluas ke bidang agroklimatologi dan namanya diubah menjadi
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi (Puslittanak). Pada tahun 2001
mendapat mandat untuk mengembangan, sehingga menjadi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak).
Balittanah adalah salah satu balai yang ada dalam Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak). Balai ini bertugas
melaksanakan penelitian tanah dan Agroklimat untuk meningkatkan produksi
pertanian di Indonesia.
Balittanah merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang di bentuk
berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian nomor : 96/kpts/OT, 210/1/2002,
tanggal 29 Februari 2002. Dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah
koordinasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian Berdasarkan surat keputusan Kepala BadanPenelitian dan
pengembangan Pertanian nomor : 157/kpts/OT.160/J/2006, tanggal 10 Juli 2006.
Sebagai Balai Penelitian tingkat nasional, Balittanah mempunyai tugas
melaksanakan penelitian untuk menghasilkan teknologi pengelolahan sumberdaya
tanah yang meliputi konservasi, rehabilitasi dan reklamasi tanah, kesuburan tanah
dan pupuk dan biologi tanah serta melaksanakan kerjasama dan penyebarluaskan
hasil-hasil penelitian.
Laborato
rium
Fisika
xviii
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Balittanah
xx
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel 5 padat) disertai
dengan zat air dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-
partikel padat tersebut (Das, 1995).
Pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah merupakan campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Berangkal (Boulder) adalah potongan batuan batu besar, biasanya lebih
besar dari 200-300 mm dan untuk kisaran ukuran-ukuran 150-250 mm,
batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm – 5 mm,
yang berkisar dari kasar (3 mm – 5 mm) sampai halus (< 1 mm).
c. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm – 0,074
mm.
d. Lempung (clay) adalah partikel yang berukuran lebih dari 0,002 mm,
partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi dari tanah yang kohesif.
e. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam, berukuran lebih dari
0,01 mm.
3.2 Analisis Tanah
1. Persiapan contoh
Sebelum melakukan pekerjaan analisis dilaboratorium, perlu dilakukan
tahap persiapan contoh meliputi pemberian nomor contoh, pengeringan dan
penumbukan contoh. Pada persiapan contoh, kemungkinan terjadi kesalahan
sangat besar, seperti contoh tertukar, terjadi perubahan fisika, kimia, susunan
contoh dari lapang dan sebagainya. Hal ini harus dihindari karena akan terjadi
kesalahan terhadap seluruh hasil analisis contoh.
2. Permeabilitas Tanah
Secara kuantitatif
permeabilitas tanah
diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan
Konduktivitas hidrolik
(permeabilitas) tanah didefinisikan oleh
hukum Darcy untuk satu dimensi yaitu
aliran secara vertikal. Sifat ini sangat
dipengaruhi oleh geometri (ruang) pori dan
sifat dari cairan yang mengalir didalamnya.
Ukuran pori dan adanya hubungan antar
pori-pori tersebut sangat menentukan
apakah tanah mempunyai permeabilitas rendah atau tinggi. Air dapat mengalir
dengan mudah di dalam tanah yang mempunyai pori-pori besar dan
mempunyai hubungan antar pori yang baik. Pori-pori yang kecil dengan
hubungan antar pori yang seragam akan mempunyai permeabilitas lebih
rendah, sebab air akan mengalir melalui tanah lebih lambat. Kemungkinan
tanah-tanah yang pori-porinya besar, permeabilitasnya mendekati nol (hampir
tidak ada aliran), yaitu jika pori-pori tersebut terisolasi (tidak ada hubungan)
xxii
sesamanya. Permeabilitas juga mungkin mendekati nol apabila pori-pori tanah
sangat kecil, seperti pada tanah liat.
Sifat dari cairan yang secara langsung berpengaruh terhadap
permeabilitas tanah adalah viskositas (viscosity) dan berat jenis (density).
Permeabilitas berbanding terbalik dengan sifat kekentalan zat cair, dimana sifat
kekentalan air (viscosity) berkurang dengan meningkatnya suhu. Oleh karena
itu, koefisien permeabilitas meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu air.
Dalam hal ini penentuan permeabilitas sebaiknya dilakukan pada suhu air tidak
lebih dari 20ºC. Total garam terlarut (total dissolved salt) dalam air rembesan
dapat mempengaruhi permeabilitas, terutama untuk tanah padat.
Pengukuran permeabilitas tanah di laboratorium merupakan aplikasi
langsung dari persamaan Darcy pada suatu kolom tanah dalam keadaan jenuh
dari suatu penampang melintang (cross-sectional area) yang bersifat seragam
(uniform) .
Pengukuran permeabilitas tanah berdasarkan metode yang digunakan
oleh Arsyad (2000). Pada metode pengukuran kolom air standar permeabilitas
tanah dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Q L 1
K= × ×
t h A
Keterangan:
K : permeabilitas (cm/jam)
Q : banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
t : waktu pengukuran (jam)
L : tebal contoh tanah
h : tinggi permukaan air dari permukaan tanah sampel (cm)
A : luas permukaan tanah sampel (cm2)
xxiv
3.3 Retensi Air Tanah (pF)
Gambar 4. Alat untuk penetapan kadar air tanah pada berbagai tegangan (pF)
(Sifat Fisik Tanah, 2020)
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
xxvi
Laboratorium Balai Penelitian Tanah Jl. Tentara Pelajar No. 12 Kampus
Penelitian Cimanggu Bogor 16114.
4.2 Metode
4.2.1 Penetapan Bulk Density (BD)
1. Acuan
West European Methods dor soil structure determination, 1967
– V.11.Determination of bulk density and total porosity.
2. Dasar Penetapan
a. Suatu ring (kuningan, stainless steel, pipa PVC) berbentuk
silinder dimasukkan ke dalam tanah dengan cara ditekan
sampai kedalaman tertentu, kemudian dibongkar dengan hati-
hati supaya volume tanah tidak berubah. Contoh tanah
dikeringkan selama 24 jam pada suhu 105⁰C, kemudian
ditimbang. Ukuran ring yang digunakan berukuran (Tabel 1):
Tabel 1. Ukuran ring
Jenis ring Diameter (cm) Tinggi (cm)
Kuningan (standar) 7,63 4
Stainless besar 7,35 4
Stainless kecil 4,9 5
3. Alat
Penetapan Berat Volume Tanah
Neraca analitik 3 desimal
Cawan aluminium
Jangka sorong
Cutter
Pisau
Ring sampel
Oven
Desikator
5. Perhitungan
Berat volume tanah :
Wbkm
BD= ×100 %
Vt
xxviii
Perhitungan kadar air :
(W ₁‐ W ₀) ‒ Wbkm
KA % berdasarkan berat kering= ×100 %
Wbkm
Keterangan:
W₁ : Berat total tanah + tabung
W₀ : Tabung kosong
Wbkm : Bobot tanah kering mutlak
Vt : Volume tabung atau volume tanah yang
BD : Bulk Density
KA : Kadar Air
6. Dokumen Terkait
Form blanko pengukuran
3. Alat
Satu set alat pF (Retensi Air)
Neraca analitik 2 desimal
Pressure plate extraction 1 bar
Pressure plate extraction 15 bar
Manometer pengukuran tekanan udara
Mesin kompressor udara dengan kapasitas 20 bar/atmosfir
Oven
4. Prosedur Kerja
4.A Prosedur Kerja pF 1, pF 2, dan pF 2,54
4.A.1 Contoh tanah yang digunakan adalah contoh tanah utuh
(tidak terganggu) yang diambil dari lapangan
menggunakan ring (tabung) kuningan atau tabung
stainless steel atau tabung PVC/Acrilic. Ukuran ring yang
digunakan terdapat pada Tabel 1.
4.A.2 Tanah didalam ring ditekan dengan kayu pada permukaan
salah satu ring, kemudian tanah yang muncul keluar dari
permukaan ring dipotong setebal 1 cm. Selanjutnya pada
xxx
permukaan ring yang lainnya, tanah di dalam ring ditekan
lagi dengan kayu sehingga tanah keluar dari permukaan
ring yang kemudian dipotong setebal 1 cm. Sisa tanah
yang ada setebal 1,5 cm dipotong/diambil, dan dibagi
menjadi 4 bagian.
4.A.3 Masing-masing bagian ditempatkan diatas piringan pF 1,0;
pF 2,0; dan pF 2,54.
4.A.4 Tanah untuk penetapan pF 1,0; pF 2,0; dan pF 2,54
diletakkan di atas piringan ceramic pressure plate
apparatus dan dikelompokkan berdasarkan pF yang
diinginkan.
4.A.5 Contoh tanah dalam piringan dijenuhi dengan air, dan
direndam selama 24 jam.
4.A.6 Masukkan piringan besi contoh tanah ke dalam panci dan
hubungkan selang yang ada di plate ke dalam pipa
pembuangan, kemudian panci ditutup. Pemasangan baut
pengunci dilakukan dengan diputar dan dipasang secara
silang serta bertahap sampai rapat.
4.A.7 Berikan tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki.
Keseimbangan akan tercapai setelah sekitar 48 jam
tekanan-tekanan tersebut bekerja, setelah 48 jam tekanan
diturunkan menjadi nol.
4.A.8 Keluarkan contoh tanah dari dalam panci, dan tetapkan
kandungan airnya dengan mengambil 10 gram sampel
yang kemudian ditetapkan berat tanah basah (BTB).
4.A.9 Masukkan sampel ke dalam oven dengan suhu 105⁰C
selama 3 jam, setelah itu tetapkan berat tanah kering
(BTK).
5. Perhitungan
5.1 Perhitungan retensi air tanah. Setalah keempat bagian
contoh tanah (pF 1; pF 2; pF 2,54; pF 4,2) dikeluarkan
dari dalam panci, selanjutnya ditetapkan kandungan
airnya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
( BTB−BTK )
Retensi Air %= ×100 %
BTK
xxxii
Keterangan :
BTB : Berat tanah basah
BTK : Berat tanah kering
6. Dokumen Terkait
Form blanko pengukuran
3. Alat
Ring sample
Gelas ukur
Timer
Rangkaian alat pengukur permeabilitas tanah dengan
sistem pembuangan satu arah
xxxiv
pertama dilakukan sebanyak 2 kali pada pukul 13.00 s/d
15.00 dan pengukuran ke-2 dilakukan di hari berikutnya
setiap jam sebanyak 4 kali yaitu pukul 07.00 s/d 09.00 dan
pukul 13.00 s/d 15.00).
9. Air yang mengalir melalui contoh tanah selanjutnya
ditampung di dalam gelasukur dan di catat berap ajumlah air
yang dapat mengalir melalui contoh tanah tersebut.
10. Setelah selesai pengukuran, kran air di matikan untuk
menghentikan aliran air.
5. Perhitungan
Qrata−rata× h tanah
K=
A ×h air
Keterangan :
K : Konduktivitas hidrolik/Permeabilitas (cm/jam)
Q : Debit air rata-rata (cm3)
h tanah : Tebal contoh tanah (cm)
A : Luas permukaan ring sampel (cm2)
t : Lamapengukuran debit air (jam)
h air : Tinggi air dari permukaan tanah (cm)
6. Dokumen Terkait
Form blanko penguk
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
xxxvi
kedalam kelas sedang, kecuali pada data ke-4 termasuk kedalam kelas
agak cepat. Ini disebabkan tanah sedikit poros, bisa dilihat dari nilai RPT
yang paling tinggi yang menyebabkan terjadinya pori aerasi yang agak
cepat. Pada air tersedia potensi air dalam tanah masih harus ditambah ,
karena sebenarnya air tersedia yang ideal adalah berkisar antara 15-18%
volume. Dengan melihat data water holding kapasity kita dapat
memberikan perlakuan yang tepat guna agar air tersedia lebih besar atau
naik salah satunya dengan pemberian pembenah tanah misalnya biochar
atau pukan cara lain dengan memberi silica atau pembenah tanah berupa
gel sehingga evaporasi yang terjadi menjadi terhambat atau slow realease
(Kurnia, Undang,.dkk. 2006) Pada hasil permeabilitas kelasnya kisaran
lambat – sedang/moderade ini sangat baik untuk pertukaran unsur hara
perakaran tanaman karena tidak terjadi itching/pencucian unsur hara
sehingga tidak akan kahat/kekurangan unsur hara tertentu bagi
tanaman(Das, Braja M. 1995)
BD
Pada grafik Bulk Density (BD)
25 22.1
dengan perbandingan drainase cepat
20 18
15.9
15 dapat dilihat masing-masing sampel
12.7 11.5
10 memiliki kelas, pada sampel tanah 1 dan
5 2 masuk kedalam kelas agak cepat
1.08 1.02 0.95 0.9 0.96
0 (6,25-12,5), dan sampel 3-5 masuk
BD Drainase Cepat kedalam kelas cepat (12,5-25,00).
Sedangkan pada sampel ke-4 memiliki
hasil drainase cepat yang lebih besar dibandingkan dengan sampel yang
lain. Pada sifat tanah dengan pori drainase cepat atau pori aerasi dimana
terjadi pertukaran udara dalam tanah tentunya semakin besar nilai pori
aerasi dapat mendukung jasad renik atau mikroorganisme tanah yang
bersifat aerob untuk berkembang dengan baik sehingga dapat memberikan
nilai posittif terhadap kesuburan tanah
BD
6 (Bowles, J. 1984).
4.9 5.1
5 4.4 4.3
4 3.5
3
2
1.08 1.02 0.95 0.9 0.96
1
0
BD Drainase Lambat
Pada grafik Bulk Density (BD) dengan perbandingan drainase
lambat dapat dilihat bahwa pada sampel 1-5 memiliki kelas yang sama
yaitu kelas sedang (2,00-6,25). Sedangkan pada sampel ke-4 memiliki
hasil drainase sedang yang lebih besar dibandingkan dengan sampel yang
lain.
Dapat dilihat pada sampel tanah ke-4 memiliki drainase cepat, ini
disebabkan jika kepadatannya tanah semakin rendah maka berat isi
tanahnyapun semakin rendah sehingga semakin mudah untuk meneruskan
air atau ditembus olh perakaran tanaman (Kurnia, Undang,.dkk. 2006)
Begitupun sebaliknya, pada sampel ke-1 memiliki drainase lebih lambat
karena tingginya berat isi tanah semakin sulit untuk meneruskan air dan
semakin sulit akar menembusnya, karakteristik tanah dengan BD yang
rendah memungkinkan perakaran tanaman untuk bereksplorasi mencari
unsur hara dengan baik..
Grafik pF
60
50
40
30
20
10
0
pF 1 pF 2 pF 2,54 pF 4,2
Dari grafik kurva water holding capacity atau grafik daya tanah dalam
memegang air dapat dilihat bahwa nilai air tersedia dari S2 dan S3 lebih besar dari
yang lainnya yaitu sebesar 11.8 % volume dan 11.7 % volume, ini merupakan
kadar air yang tersedia ketika tanaman dalam kondisi titik layu permanent
(kondisi dimana tanaman pada kondisi hidup segan dan matipun
enggan/kritis),pada kondisi ini biasanya diperhitungkan agar pengairan atau
irigasi diberikan (Kurnia, Undang,.dkk. 2006), sehingga titik kritis ini
xxxviii
dihindari,itulah sebabnya analisa penetapan water holding capacity perlu
dilakukan dalam perencanaan irigasi atau pengairan pada satuan areal lahan, baik
lahan pertanian ataupun perkebunan.
Permeabilitas
PERMEABILITAS
merupakan bagian dari
2.5 2.31 2.31
2.1
penetapan sifat fisika tanah
2
6.1 Kesimpulan
Water holding capasity atau pF adalah suatu parameter fisika yang
sangat penting dalam mengetahui kadar air lapang serta kondisi titik layu
permanen dari tanaman, sehingga kita dapat mengatur pengairan atau
irigasi pada suatu lahan pertanian. Sedangkan parameter permeabilitas atau
infiltrasi sangat penting juga dalam mengetahui laju air dalam pori tanah
sebagai barometer pada saat pemupukan apakah terjadi pencucian hara
atau tidak, karena jika terjadi pencucian hara maka pupuk akan terbuang
percuma malah dapat mengakibatkan tidak efisiesinya penggunaan pupuk
dan pencemaran air permukaan.
xl
DAFTAR PUSTAKA
Wbkm
BD= ×100 %
Vt
7,4
- BD= ×100 %=8,02
92,316
7,4
- BD= ×100 %=8,02
92,316
7,3
- BD= ×100 %=7,9
92,316
7,3
- BD= ×100 %=7,9
92,316
7,4
- BD= ×100 %=8,02
92,316
(330,5 ‐ 95 ) ‒ 174,27
KA % berdasarkan b erat kering= × 100 %=35,13 %
174,27
-
xlii
-
( 235,5−174,27)
- Retensi Air %= ×100 %=35,13 %
174,27
( 238,6−176,56)
- Retensi Air %= × 100 %=35,14 %
176,56
( 238,9−174,40)
- Retensi Air %= ×100 %=37 %
174,40
( 226,6−165,42)
- Retensi Air %= ×100 %=37 %
165,42
( 237,6−175,82)
- Retensi Air %= ×100 %=36 %
175,82
( 235,5−174,27)
- Retensi Air %= ×100 % ×8,02=281,74 %
174,27
( 238,6−176,56)
- Retensi Air %= × 100 % ×8,02=281,82%
176,56
( 238,9−174,40)
- Retensi Air %= ×100 % × 7 , 9=292,3 %
174,40
( 226,6−165,42)
- Retensi Air %= ×100 % × 7 , 9=292,3 %
165,42
( 237,6−175,82)
- Retensi Air %= ×100 % × 8,02=288,72 %
175,82
xliv