Anda di halaman 1dari 164

RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
SIKLUS

Nama Sekolah : SDN SUMBEREJO II


Kelas/Semester : IV/ II
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan ( 2 x 35 menit )
Hari/Tanggal : Senin, 5 Maret 2018

A. Standar Kompetensi :
1. MATEMATIKA

5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat .

B. Kompetensi Dasar :
1. MATEMATIKA

1.2 Menjumlahkan bilangan bulat.


C. Indikator Pembelajaran:

1. MATEMATIKA

● Menjumlahkan bilangan bulat positif.


● Menjumlahkan bilangan bulat negatif.
● Menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran:

1. MATEMATIKA

● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif.


● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif.
● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.
E. Karakter siswa yang diharapkan :

Disiplin ( Discipline )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )

F. Materi Ajar ( Materi Pokok ) :

➢ MATEMATIKA

● Penjumlahan bilangan bulat.


Penjumlahan Bilangan Bulat
Sebelum mempelajari penjumlahan bilangan bulat lebih lanjut, penjumlahan yang
melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah kamu kuasai dengan baik.

1. Penjumlahan Menggunakan Garis Bilangan

Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan dengan


membuat diagram panah yang menyertakan bilangan.
a. Mengenal Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Sebuah bilangan bulat dapat
ditunjukkan dengan diagram panah pada garis bilangan yang mempunyai panjang
dan arah. Panjang diagram panah menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan
arahnya menunjukkan positif atau negatif. Jika diagram panah menuju ke arah
kanan, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat positif. Jika
diagram panah menuju ke kiri, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan
bulat negatif.

G. Metode Pembelajaran :

● Ceramah
● Pemberian tugas
H. Langkah-langkah pembelajaran :
A. Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi :

● Mengucapkan salam mengisi daftar kelas , berdoa.


● Absensi siswa.
● Appersepsi.
● Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
● Mengumpulkan tugas/ PR

B. Kegiatan inti

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru :


☞ Menjelaskan penjumlahan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat
negatif di papan tulis.
b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru :

☞ Membimbing peserta didik mengulang penjumlahan bilangan bulat positif


dan negatif.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

☞ Guru menyimpulkan materi yang telah di ajarkan.


☞ Guru memberi tugas rumah.
☞ Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaaan guru.
C. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:

☞ Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.


☞ Mengerjakan post tes
☞ Pemberian PR / tugas

I. Alat dan Sumber Belajar

● Buku Sumber :

a. Buku paket matematika kelas 4, buku cemara

● Alat Peraga :

b. Gambar garisan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.


J. Penilaian

Penilaian

Indikator Pencapaian
Kompetensi

Teknik Bentuk Contoh


Instrumen Instrumen

1. MATEMATIKA : MATEMATIKA :
Tes lisan uraian
Tes tertulis isian dan
pilihan ganda

Menjumlahkan dua Hasil dari 218 + ( -87 – 98 )


bilangan positif atau dua adalah.............
bilangan negatif.

Melakukan penjumlahan
bilangan positif dan a. -33 c. 23
negatif. b. -23 d. 33
Menerapkan penjumlahan
bilangan bulat dalam
kehidupan.

K . Kriteria Penilaian
1. Produk ( hasil diskusi )

No. Aspek Kriteria Skor

1. Konsep * semua benar 4


* sebagian besar benar 3
* sebagian kecil benar 2
* semua salah 1

2. Performansi

No. Aspek Kriteria Skor

1. Kerjasama * bekerjasama 4
* kadang-kadang kerjasama 2
* tidak bekerjasama 1

2. Partisipasi * aktif berpartisipasi 4


* kadang-kadang aktif 2
* tidak aktif 1
3. Lembar Penilaian

Nama Siswa Performan Nilai

Jumlah
No Produk
Skor
Kerjasama Partisipasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
RENCANAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(RPP)
( SIKLUS 1 )

Nama Sekolah : SDN SUMBEREJO II


Kelas/Semester : IV/ II
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan ( 2 x 35 menit )
Hari/Tanggal : Senin, 12 Maret 2018

A. Standar Kompetensi :
1. MATEMATIKA

5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat .

B. Kompetensi Dasar :

1. MATEMATIKA
1.3 Menjumlahkan bilangan bulat.

C. Indikator Pembelajaran:

1. MATEMATIKA

● Menjumlahkan bilangan bulat positif.


● Menjumlahkan bilangan bulat negatif.
● Menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran:

1. MATEMATIKA

● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif.


● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif.
● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.
E. Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )

F. Materi Ajar ( Materi Pokok ) :

➢ MATEMATIKA

● Penjumlahan bilangan bulat.

Penjumlahan Bilangan Bulat


Sebelum mempelajari penjumlahan bilangan bulat lebih lanjut, penjumlahan yang
melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah kamu kuasai dengan baik.

1. Penjumlahan Menggunakan Garis Bilangan


Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan dengan
membuat diagram panah yang menyertakan bilangan.

a.Mengenal Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Sebuah bilangan bulat dapat
ditunjukkan dengan diagram panah pada garis bilangan yang mempunyai panjang
dan arah. Panjang diagram panah menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan
arahnya menunjukkan positif atau negatif. Jika diagram panah menuju ke arah
kanan, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat positif. Jika diagram
panah menuju ke kiri, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat
negatif.

G. Metode Pembelajaran :

● Ceramah
● Diskusi.
● Tanya jawab.
● Demontrasi.
● Pemberian tugas
H. Langkah-langkah pembelajaran :
A. Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi :

● Mengucapkan salam mengisi daftar kelas , berdoa.


● Absensi siswa.
● Appersepsi.
● Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
● Mengumpulkan tugas/ PR

B. Kegiatan inti

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru :


☞ Menuliskan penjumlahan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat
negatif di papan tulis.
☞ Mendemonstrasikan cara penjumlahan bilangan bulat.
b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru :

☞ Membimbing peserta didik mendiskusikan penjumlahan bilangan bulat


positif dan negatif.
☞ Membimbing peserta didik mendiskusikan penjumlahan bilangan bulat
dalam kehidupan sehari-hari.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

☞ Guru menyimpulkan materi yang telah di ajarkan.


☞ Guru memberi tugas rumah.
☞ Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang sifatnya mereview materi
yang telah dijelaskan.

C. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:

☞ Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.


☞ Mengerjakan post tes
☞ Pemberian PR / tugas

I. Alat dan Sumber Belajar

● Buku Sumber :

a. Buku paket matematika kelas 4, buku cemara


● Alat Peraga :

b. Gambar garisan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.

J. Penilaian

Penilaian

Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Bentuk Contoh
Instrumen Instrumen

1. MATEMATIKA : `1. MATEMATIKA :


Tes lisan uraian
Tes tertulis isian dan
pilihan ganda

Menjumlahkan dua Hasil dari 2 – (-4) =


bilangan positif atau dua adalah.............
bilangan negatif.
Melakukan penjumlahan a. 6 c. 7
bilangan positif dan b. -6 d. -7
negatif.
Menerapkan penjumlahan
bilangan bulat dalam
kehidupan.

K . Kriteria Penilaian

1. Produk ( hasil diskusi )

No. Aspek Kriteria Skor

1. Konsep * semua benar 4


* sebagian besar benar 3
* sebagian kecil benar 2
* semua salah 1

2. Performansi
No
Aspek Kriteria Skor
.

1. Kerjasama * bekerjasama 4
* kadang-kadang kerjasama 2
* tidak bekerjasama 1

2. Partisipasi * aktif berpartisipasi 4


* kadang-kadang aktif 2
* tidak aktif 1

3. Lembar Penilaian

Performan

N Jumlah
Nama Siswa Produk Nilai
o Skor

Kerjasama Partisipasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7..

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.

Mengetahui, Sumberejo, 10 Maret 2018


Supervisor 2 Mahasiswa

INDRIATI
RIHANINGSIH DWI ASTUTI,S.Pd NIM.825080739
NIP. 19620524 198201 2 004

Kepala SDN Sumberejo II

MOH.WAHIB,S.Pd.I
NIP.19610611 198308 1 002
MEDIA PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT

 Gambar garis bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.


LEMBAR KERJA SISWA

❖ MATEMATIKA
Nama : 1.
2.
3.

1. Tuliskan kalimat penjumlahan berikut pada garis bilangan.

a. -6 + 20

b. 7 + 5
2. Kerjakan pada buku tugasmu.

LEMBAR EVALUASI

❖ MATEMATIKA

A. Berilah tanda silang ( X ) huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar !
1. Hasil dari 5+7-19 adalah.................

a. - 8 c. - 9
b. - 7 d. - 6

2. Hasil dari 6 + (-8) - 7 adalah...............

a. - 9 c. - 6
b. - 8 d. - 7

3. - 8 + (-11) – (-7) adalah...................

a. -10 c. - 12
b. - 11 d. - 13
4. - 10 - (-7) + 5 adalah..................

a. 4 c. 5
b. 3 d. 2

5. Hasil dari - 22 - (-26) + ( - 19 ) adalah...............

a. -15 c. - 16
b. - 13 d. - 17

B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !

1. 21 + (-18) - 13 =.......................
2. -51 + 43 - 20 =......................
3. -19 + 19 - (-13) =.....................
4. 19 – (-13) – 26 =......................
5. 51 + ( -76) – (-47) = .....................

KUNCI JAWABAN
❖ MATEMATIKA

A. 1. B
2. A
3. C
4. D
5. A
B. 1. -10
2. -28
3. 13
4. 6
5. 22

LEMBAR PENILAIAN
NO NAMA NILAI

1 INTAN TRI WIJAYANTI 65

2 ALFI DWI NUR FAHRIN 75

3 ALYA AFNAN MUFIDAH 75

4 ANA FITRIYAH 76

5 BILQIS INDRI AYUNITA 70

6 DUROTUL NUR AZIZAH 75


7 FENISA AMELYA RAHMA 75

8 JESICA ALLISSYA PUSPITA 75

9 MUHAMMAD ABID ANNABIL HIBATULLAH 88

10 M. DWI FAJAR NURROHMAN 65

11 MUHAMMAD RISA NUR MUSTOFA 70

12 NISRINA AINUL FARICHAH 78

13 SELLY CLARISSA 78

14 SEPTHIA RENI NUR RAMADHANI 75


15 FEBRIANDRA ARIF PUTRA 65
LEMBAR REFLEKSI SIKLUS 1
SETELAH MELAKUKAN
PEMBELAJARAN
Nama : INDRIATI
Nim : 825080739
Program Studi : SI PGSD
UPBJJ : SURABAYA

A. Refleksi Komponen
1. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang saya lakukan dapat mengarahkan dan
mempersiapkan siswa mengikuti pelajaran dengan baik?
Jawab : Saya merasa pada saat melakukan pembukaan pelajaran cukup baik dan di terima
siswa.

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi / bahan ajar yang saya sajikan dengan yang
diharapkan ? ( Apakah materi terlalu tinggi, terlalu rendah, atau sudah sesuai dengan
kemampuan awal siswa ) ?
Jawab : Materi yang saya gunakan belum sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran yang di gunakan?


(Apakah media sesuai dan mempermudah siswa menguasai kompetensi / materi yang
diajarkan ) ?
Jawab : Sebagian siswa merespon dengan baik walaupun masih ada siswa yang kurang
merespon dengan baik.

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar yang telah saya rancang?
Jawab : Siswa cukup antusias dan menerima materi dengan cukup baik.

5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode / teknik pembelajaran yang saya gunakan ?
Jawab : Sebagian siswa dapat cukup menerima metode yang saya gunakan.

6. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas ( perlakuan saya terhadap siswa,
cara saya mengatasi masalah, motivasi siswa ) yang saya lakukan ?
Jawab : Menurut pendapat saya, saya belum cukup mampu mengelola kelas dengan
kondusif.

7. Apakah siswa dapat menangkap penjelasan / instruksi yang saya berikan dengan baik?
Jawab : Siswa dapat menangkap materi walaupun sebagian harus di jelaskan secara
individu.

8. Bagaimana tanggapan siswa terhadap latihan atau penilaian yang saya berikan?
Jawab : Siswa memberikan tanggapan yang baik.

9. Apakah siswa telah mencapai penguasaan kemampuan yang telah di tetapkan ?


Jawab : Siswa sudah mampu menguasai materi yang telah di berikan walaupun belum
cukup baik.

10. Apakah saya telah dapat mengatur dan dapat memanfaatkan waktu pembelajaran dengan
baik ?
Jawab : Saya telah memanfaatkan waktu dengan baik.

11. Apakah kegiatan menutup pelajaran yang saya gunakan sudah meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang saya sampaikan ?
Jawab : Menurut pendapat saya kegiatan menutup pelajaran yang saya lakukan sudah
dapat meningkatkan permohonan siswa.
B. Refleksi Menyeluruh
1. Apakan rencana pembelajaran yang saya susun dapat berjalan sebagaimana mestinya?
( Jika tidak seluruhnya , apakah saya telah melakukan penyesuaian rencana pembelajaran
dengan baik ?)
Jawab : Rencana yang saya susun berjalan dengan baik.

2. Apakah kelemahan – kelemahan saya dalam memyusun dan melakukan pembelajaran ?


Dalam hal apa saja penguasaan bahan dan media penataan kegiatan, penggunaan metode
dan teknik pembelajaran, penataan kegiatan, pengelolaan kelas, komunikasi dan
pendekatan terhadap siswa, penggunaan waktu, serta penilaian belajar ?
Jawab : Kelemahan saya di sebabkan oleh media yang kurang menarik untuk sebagian
siswa.

3. Apa saja penyebab kelemahan saya tersebut dan bagaimana memperbaikinnya kedepan ?
Jawab : Penyebab kelemahan saya adalah media pembelajaran yang kurang menarik
sebagian siswa, maka dari itu saya kedepannya akan membuat media yang menarik siswa.

4. Apakah kekuatan saya atau hal – hal baik yang telah saya capai dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran ?
Jawab : Hal – hal baik yang baik yang telah saya capa dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran memotivasi saya lebih baik dan kreatif.

5. Apa penyebab kelebihan dan kebaikan yang telah saya capai dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran ?
Jawab : Menurut pendapat saya kebaikan saya adalah siswa yang ada dibarisan bangku
depan lebih cepat memahami pembelajaran yang disampaikan.

6. Bagaimana kebaikan dan kekuatan saya dalam mengajar dapat di pertahankan bahkan di
tingkatkan ?
Jawab : Saya menarik kesimpulan bahwa saya harus lebih meningkatkan mutu penguasaan
materi dan menyediakan media yang lebih baik.
7. Hal – hal unik ( positive atau negative ) apa yang terjadi dalam pembelajaran yang saya
lakukan ?
Jawab : Menurut pengamatan saya banyak siswa yang merespon dengan baik terhadap
saya tetapi ada siswa yang masih sulit menerima sehingga saya harus menjlaskannya
secara individu.

8.Ketika di tanya tentang dasar dan alasan pengambilan keputusan dan tindakan mengajar
yang saya lakukan , apakah saya dapat mempertanggung jawabkannya secara ilmiah dan
moral ?
Jawab : Menurut pendapat saya , saya seharusnya mampu mempertanggung jawabkannya
secara ilmiah maupun moral.

RENCANAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


(RPP)
( SIKLUS 2 )

Nama Sekolah : SDN SUMBEREJO II


Kelas/Semester : IV/ II
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan ( 2 x 35 menit )
Hari/Tanggal : Rabu, 4 April 2018

A. Standar Kompetensi :
1. MATEMATIKA

5. Menjumlahkan dan menngurangkan bilangan bulat .


B. Kompetensi Dasar :

1. MATEMATIKA

1.4 Menjumlahkan bilangan bulat.

C. Indikator Pembelajaran:

1. MATEMATIKA

● Menjumlahkan bilangan bulat positif.


● Menjumlahkan bilangan bulat negatif.
● Menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.

D.Tujuan Pembelajaran:
1. MATEMATIKA

● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif.


● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif.
● Agar siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.

E. Karakter siswa yang diharapkan :

Disiplin ( Discipline )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )

F. Materi Ajar ( Materi Pokok ) :


➢ MATEMATIKA

● Penjumlahan bilangan bulat.

Penjumlahan Bilangan Bulat


Sebelum mempelajari penjumlahan bilangan bulat lebih lanjut, penjumlahan yang
melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah kamu kuasai dengan baik.

1. Penjumlahan Menggunakan Garis Bilangan

Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan dengan


membuat diagram panah yang menyertakan bilangan.
b. Mengenal Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Sebuah bilangan bulat dapat
ditunjukkan dengan diagram panah pada garis bilangan yang mempunyai panjang
dan arah. Panjang diagram panah menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan
arahnya menunjukkan positif atau negatif. Jika diagram panah menuju ke arah
kanan, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat positif. Jika
diagram panah menuju ke kiri, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan
bulat negatif.
G. Metode Pembelajaran :

● Ceramah
● Diskusi.
● Tanya jawab.
● Demontrasi.
● Pemberian tugas

H. Langkah-langkah pembelajaran :
A. Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi :

● Mengucapkan salam mengisi daftar kelas , berdoa.


● Absensi siswa.
● Appersepsi.
● Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
● Mengumpulkan tugas/ PR
B. Kegiatan inti

c. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru :


☞ Menuliskan penjumlahan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat
negatif di papan tulis.
☞ Mendemonstrasikan cara penjumlahan bilangan bulat.

d. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru :

☞ Membimbing peserta didik mendiskusikan penjumlahan bilangan bulat


positif dan negatif.
☞ Membimbing peserta didik mendiskusikan penjumlahan bilangan bulat
dalam kehidupan sehari-hari.

e. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

☞ Guru menyimpulkan materi yang telah di ajarkan.


☞ Guru memberi tugas rumah.
☞ Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaaan guru.

C. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:


☞ Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.
☞ Mengerjakan post tes
☞ Pemberian PR / tugas

I. Alat dan Sumber Belajar

● Buku Sumber :

a. Buku paket matematika kelas 4, buku cemara

● Alat Peraga :

b. Gambar garisan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.

J. Penilaian
Penilaian

Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Bentuk Contoh
Instrumen Instrumen

1. MATEMATIKA : 1. MATEMATIKA :
Tes lisan uraian
Tes tertulis isian dan
pilihan ganda

Menjumlahkan dua Hasil dari  6 + (-8) – 7 = …


bilangan positif atau dua adalah.............
bilangan negatif.
Melakukan penjumlahan
bilangan positif dan
negatif.
a. -8 c. 8
Menerapkan penjumlahan
b. -9 d. -9
bilangan bulat dalam
kehidupan.

K . Kriteria Penilaian

1. Produk ( hasil diskusi )


No. Aspek Kriteria Skor

1. Konsep * semua benar 4


* sebagian besar benar 3
* sebagian kecil benar 2
* semua salah 1

2. Performansi

No
Aspek Kriteria Skor
.

1. Kerjasama * bekerjasama 4
* kadang-kadang kerjasama 2
* tidak bekerjasama 1

2. Partisipasi * aktif berpartisipasi 4


* kadang-kadang aktif 2
* tidak aktif 1

3. Lembar Penilaian
Performan

N Jumlah
Nama Siswa Produk Nilai
o Skor

Kerjasama Partisipasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7..

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.

Mengetahui, Sumberejo, 2 April 2018


Supervisor 2 Mahasiswa
INDRIATI
RIHANINGSIH DWI ASTUTI,S.Pd NIM.825080739
NIP. 19620524 198201 2 004

Kepala SDN Sumberejo II

MOH.WAHIB,S.Pd.I
NIP.19610611 198308 1 002
MEDIA PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT

 Gambar garis bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.


LEMBAR KERJA SISWA

❖ MATEMATIKA
Nama : 1.
2.
3.

1. Tuliskan kalimat penjumlahan berikut pada garis bilangan.

a. -8 + 20

b. 9 + 5
2. Kerjakan pada buku tugasmu.

LEMBAR EVALUASI

❖ MATEMATIKA

A. Berilah tanda silang ( X ) huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar !
1. Hasil dari 76 + (-49) adalah.................

a. -125 c. 27
b. -27 d. 125

2. Hasil dari 407 + (-389) adalah...............

c. -81 c. -18
d. 81 d. 18

3. -48 – (-53) + 71...................

a. -76 c. -67
b. 76 d. 67
4. -86 + (-105) adalah..................

a. -191 c. -119
b. 191 d. 119

5. Hasil dari 23 + (-71) – 44 adalah...............

a. -29 c. 92
b. 29 d. -92

B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !

6. -60 + 35 =.......................
7. 62 – (-14) =......................
8. -231 + 300 – (-114) =.....................
9. 218 + ( -87 – 98 ) =......................
10. -25 – 45 + 50 = .....................

KUNCI JAWABAN
❖ MATEMATIKA

A. 1. C
2. D
3. B
4. A
5. D
B. 1. -25
2. 76
3. 183
4. 33
5. -20

LEMBAR PENILAIAN
NO NAMA NILAI

1 INTAN TRI WIJAYANTI 70

2 ALFI DWI NUR FAHRIN 75

3 ALYA AFNAN MUFIDAH 75

4 ANA FITRIYAH 78

5 BILQIS INDRI AYUNITA 75

6 DUROTUL NUR AZIZAH 78

7 FENISA AMELYA RAHMA 78


8 JESICA ALLISSYA PUSPITA 80

9 MUHAMMAD ABID ANNABIL HIBATULLAH 85

10 M. DWI FAJAR NURROHMAN 75

11 MUHAMMAD RISA NUR MUSTOFA 78

12 NISRINA AINUL FARICHAH 85

13 SELLY CLARISSA 85

14 SEPTHIA RENI NUR RAMADHANI 80

15 FEBRIANDRA ARIF PUTRA 70


LEMBAR REFLEKSI SIKLUS 2
SETELAH MELAKUKAN
PEMBELAJARAN
Nama : INDRIATI
Nim : 825080739
Program Studi : SI PGSD
UPBJJ : SURABAYA

A. Refleksi Komponen
1. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang saya lakukan dapat mengarahkan dan
mempersiapkan siswa mengikuti pelajaran dengan baik?
Jawab : Saya merasa pada saat melakukan pembukaan pelajaran dengan baik dan di terima
siswa.

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi / bahan ajar yang saya sajikan dengan yang
diharapkan ? ( Apakah materi terlalu tinggi, terlalu rendah, atau sudah sesuai dengan
kemampuan awal siswa ) ?
Jawab : Materi yang saya gunakan sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran yang di gunakan?


(Apakah media sesuai dan mempermudah siswa menguasai kompetensi / materi yang
diajarkan ) ?
Jawab : Sebagian siswa merespon dengan baik karena saya telah meribah media
pembelajaran menjadi lebih bagus dan lebih menarik perhatian siswa.

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar yang telah saya rancang?
Jawab : Siswa terlihat antusias dan menerima materi dengan cukup baik.

5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode / teknik pembelajaran yang saya gunakan ?
Jawab : Siswa menerima metode yang saya gunakan untuk itu tidak diperlukan pergantian
metode pembelajaran untuk materi ini.

6. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas ( perlakuan saya terhadap siswa,
cara saya mengatasi masalah, motivasi siswa ) yang saya lakukan ?
Jawab : Menurut pendapat saya, saya mampu mengelola kelas dengan kondusif dengan
mednggunakan media yang saya kembangkan.
7. Apakah siswa dapat menangkap penjelasan / instruksi yang saya berikan dengan baik?
Jawab : Siswa dapat menangkap materi walaupun sebagian harus di jelaskan secara
individu.

8. Bagaimana tanggapan siswa terhadap latihan atau penilaian yang saya berikan?
Jawab : Siswa memberikan tanggapan yang baik.

9. Apakah siswa telah mencapai penguasaan kemampuan yang telah di tetapkan ?


Jawab : Siswa sudah mampu menguasai materi yang telah di berikan walaupun belum
cukup baik.

10. Apakah saya telah dapat mengatur dan dapat memanfaatkan waktu pembelajaran dengan
baik ?
Jawab : Saya telah memanfaatkan waktu dengan baik.

11. Apakah kegiatan menutup pelajaran yang saya gunakan sudah meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang saya sampaikan ?
Jawab : Menurut pendapat saya kegiatan menutup pelajaran yang saya lakukan sudah
dapat meningkatkan permohonan siswa.
B. Refleksi Menyeluruh
1. Apakan rencana pembelajaran yang saya susun dapat berjalan sebagaimana mestinya?
( Jika tidak seluruhnya , apakah saya telah melakukan penyesuaian rencana pembelajaran
dengan baik ?)
Jawab : Rencana yang saya susun sudah berjalan dengan baik.

2. Apakah kelemahan – kelemahan saya dalam memyusun dan melakukan pembelajaran ?


Dalam hal apa saja penguasaan bahan dan media penataan kegiatan, penggunaan metode
dan teknik pembelajaran, penataan kegiatan, pengelolaan kelas, komunikasi dan
pendekatan terhadap siswa, penggunaan waktu, serta penilaian belajar ?
Jawab : Kelemahan saya di sebabkan oleh metode yang saya berikan terlalu membuat
siswa semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga waktu yang
dialokasikan menjadi kurang dan proses belajar mengajar menjadi molor dari jadwal yang
ada.

3. Apa saja penyebab kelemahan saya tersebut dan bagaimana memperbaikinnya kedepan ?
Jawab : Penyebab kelemahan saya adalah media pembelajaran yang kurang menarik
sebagian siswa, maka dari itu saya kedepannya akan membuat media yang menarik siswa.

4. Apakah kekuatan saya atau hal – hal baik yang telah saya capai dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran ?
Jawab : Hal – hal baik yang baik yang telah saya capa dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran memotivasi saya lebih baik dan kreatif.

5. Apa penyebab kelebihan dan kebaikan yang telah saya capai dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran ?
Jawab : ,Menurut pendapat saya kebaikan saya dalah siswa yang ada dibarisan bangku
depan lebih cepat memahami pembelajaran yang disampaikan.
6. Bagaimana kebaikan dan kekuatan saya dalam mengajar dapat di pertahankan bahkan di
tingkatkan ?
Jawab : Saya menarik kesimpulan bahwa saya harus lebih meningkatkan mutu penguasaan
materi dan menyediakan media yang lebih baik.

7. Hal – hal unik ( positive atau negative ) apa yang terjadi dalam pembelajaran yang saya
lakukan ?
Jawab : Menurut pengamatan saya banyak siswa yang merespon dengan baik terhadap
saya tetapi ada siswa yang masih sulit menerima sehingga saya harus menjlaskannya
secara individu.

8.Ketika di tanya tentang dasar dan alasan pengambilan keputusan dan tindakan mengajar
yang saya lakukan , apakah saya dapat mempertanggung jawabkannya secara ilmiah dan
moral ?
Jawab : Menurut pendapat saya , saya seharusnya mampu mempertanggung jawabkannya
secara ilmiah maupun moral.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003).
Saat ini, banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat
dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam
melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik, sehingga dalam pengukuran peningkatan dari hasil keberhasilannya
selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-
sekolah apa yang ingin dicapai melalui inovasi pendidikan tersebut, yaitu usaha untuk
mengubah proses pembelajaran, perubahan dalam situasi belajar yang menyangkut
kurikulum, peningkatan fasilitas belajar mengajar serta peningkatan mutu profesional
guru.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya
rangkaian terencana yang melibatkan siswa secara lansung, komprehensif, baik
fisik, mental maupun emosi. Hal ini sering diabadikan oleh guru, karena guru lebih
mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru
dalam menciptakan suasana aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran
yakni dengan menggunakan metode-metode yang tepat dan alat peraga. Hal ini dapat
membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.
Berdasarkan kenyataan yang telah di temukan sebelumnya dalam proses
pembelajaran hasil pengamatan pada proses pembelajaran matematika tentang
Penjumlahan bilangan bulat di SDN Sumberejo II Kecamatan Rengel Kabupaten
Tuban, adalah sebagai berikut:
Hasil Observasi Pra siklus

No. Temuan Permasalahan


1. Saat kegiatan observasi dilaksanakan, terlihat pembelajaran sangat kaku dan
kurang menarik sehingga siswa merasa jenuh serta kurang memiliki minat pada
pelajaran Matematika.
2. Suasana kelas cenderung pasif. Sedikit sekali siswa kelas IV di SDN
Sumberejo II yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum
dapat difahami,
3. Nilai matematika yang diperoleh siswa dibawah KKM (nilai dibawah 70) , hal
ini dilihat dari hasil evaluasi kelas yang di anggap rendah.
Penyebab utama dari masalah ini adalah guru tidak menggunakan metode
pembelajaran yang menarik dan tidak variatif.
Pada awal observasi kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahap, 1) kegiatan
awal, 2) kegiatan inti, dan 3) penutup. Pada kegiatan awal yang berupa apersepsi siswa
diajak tanya jawab tentang materi yang akan dibahas, yang akhirnya mengaitkan
materi inti. Pada kegiatan inti, siswa hanya diajak untuk mendengarkan penjelasan
guru saja. Sedangkat pada kegiatan penutup, guru lupa menggunakan kegiatan tanya
jawab untuk tahap mengingatkan siswa soal materi yang telah dijelaskan.

Hasil Empiris di atas jelas merupakan suatu permasalahan yang sangat


merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika sesuai
yang di amanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika, Pendekatan matematika
realistis ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, Yaitu dari paradigma
mengajar ke Paradigma belajar atau paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru
ke Paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa kelas IV di SDN Sumberejo II.
Untuk mengatasi permasalahan ini perlu di cari suatu pendekatan yang dapat
mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bukan
menyeramkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan cara berpikir logis
sekaligus mempermudah siswa kelas IV. Salah satu model pembelajaran matematika
yang saat ini sedang dalam uji coba adalah model pembelajaran Koopetatif Tipe
STAD.
Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran
agar lebih baik. Berdasarkan dengan pendapat ini maka penulis termotivasi untuk
mengadakan sebuah penelitian yang berjudul:
“Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan minat belajar siswa mata pelajaran matematika tentang
Memahami Penjumlahan bilangan bulat, Kelas IV SDN Sumberejo II
Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2017/2018’’.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dapat dirumuskan


sebagai berikut :
“Apakah Metode pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar siswa
mata pelajaran matematika tentang memahami Penjumlahan bilangan bulat di kelas
IV SDN Sumberejo II Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban tahun pelajaran
2017/2018?’’

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa model pembelajaran tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV tentang Memahami Penjumlahan
bilangan bulat di kelas IV SDN Sumberejo II Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban
tahun pelajaran 2017/2018.’’
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Bagi siswa

a) Membangkitkan rasa inggin tahu siswa.


b) Meningkatkan minat dan motivasi belajar matematika
c) Membangkitkan sikap kritis dan ilmiah siswa.

2. Bagi guru

a) Memacu meningkatkan kemampuan ketrampilan mengajar.


b) Memotivasi untuk meningkatkan kemampuan menyusun skenario kegiatan
belajar mengajar yang bermutu.
c) Memacu kreatifitas guru dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran yang relevan.

3. Bagi sekolah
a) Menjadi acuan untuk mengambil kebijakan tentang penerapan metode
mengajar yang relevan.
b) Memberikan sumbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan
profesionalitas guru.
c) Dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan sebagai acuan di dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, terutama pembelajaran mata
pelajaran Matematika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang didasarkan pada alasan


bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga
konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk social, makhluk yang
berinteraksi dengan sesame (Nurhadi 2003: 60).
Adurrahman dan bintaro ( 2000 ) dalam Nurhadi 2003 : 61 menyatakan “
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen-
elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif
adalah adanya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3)
akuntabilitas individu, dan (4) keterampilan untuk menjalani hubungan antara pribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja di ajarkan.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran gotong royong harus diterapkan:

a. Saling ketergantungan positif


b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di


samping model pembelajaran kooperatif di kembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, Model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa (usman, 2002 : 30)

Jadi pola pembelajaran kelompok dengan cara kerjasama antara siswa dapat
mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas
siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai social bangsa Indonesia yang
perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotifasi mereka untuk
dapat berkerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, Hubungan kooperatif juga
mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :

a. Siswa berkerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar


b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan
jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim.
Dkk, 2000 : 6).

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan


kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting
untuk di miliki didalam masyarakat dimana banyak orang kerja dewasa sebagian
besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di
mana masyarakat secara budaya semakin beragam (Ibrahim, dkk, 2000 : 9).

Sedangkan menurut Linda Lungren ( 1994 : 120 ) dalam (Ibrahim, dkk. 2000 :
18). Ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi
belajar yang rendah, Yaitu :
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Rasa harga didri menjadi lebih tinggi
c. Memperbaiki sikap terhadap Matematika dan sekolah
d. Memperbaiki kehadiran
e. Angka putus sekolah menjadi rendah
f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
h. Konflik antara pribadi berkurang
i. Sikap apatis berkurang
j. Pemahaman yang lebih mendalam
k. Motivasi lebih besar
l. Hasil belajar lebih tinggi
m. Retensi lebih lama
n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Jadi pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar


dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa
belajar keterampilan social yang penting, sementara itu secara bersamaan
mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
Tujuan pembelajaran Kooperatif sebagai berikut :

a. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik.
b. Penerimaan tahap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan
keterampilan social siswa diantaranya: berbagai tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
mengungkapkan ide, bekerja dalam kelompok.
Fase-fase Model pembelajaran Kooperatif :

fase Indikator Aktifitas Guru

1. Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan


memotivasi siswa pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

2. Guru menyampaikan informasi kepada siswa


Menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
bacaan.

3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana


Mengorganisasikan siswa
caranya membentuk kelompok belajar dan
kedalam kelompok-
membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar.
transisi efesien.

4. Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar


bekerja dan belajar pada saat mengerjakan tugas.
5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah di pelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Guru mencari cara untuk menghargai upaya


Memberikan Penghargaan atau hasil belajar siswa baik individu maupun
kelompok.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teme Achivement Division). Tipe


ini di kembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan Teman-temannya di
Universitas John Hopkins dan merupakan model pelajaran kooperatif paling
sederhana (Ibrahim dkk, 2000 : 6). Masing-masing kelompok memiliki kemampuan
akademik yamng heterogen ( Depelovment MA Project, 2002 : 31). Sehingga dalam
satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan
sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah.
Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5
Orang yang di bentuk dari anggota heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan
yang berasal dasi berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, dua orang
kemampuan sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah. Jadi, Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang
berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif, kritis dan ada
kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang
sangat sederhana.
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :
a. Penyajian Kelas

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian


kelas tersebut mencakup pembukaan, Pengembangan dan latihan terbimbing.

b. Kegiatan kelompok

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling


membantu sesame anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang di berikan.

c. Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan sisswa setelah belajar kelompok. Hasil tes di
gunakan sebagai hasil perkembangan individu dan sumbangkan sebagai nilai
perkembangan dan keberhasilan kelompok.

d. Sekor kemajuan (Perkembangan)

Sekor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada sekor mutlak


siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh sekor kuis terkini yang
melampaui rata-rata skor siswa yang lalu.

e. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-


masing kelompok. Sekor kamajuan kelompok diperoleh dengan
mengumpulkan skor kamajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh
skor rata-rata kelompok.

B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar

Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai
dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap
kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang
berminat. Menurut Hilgard: “Interes is persisting tendency to pay attention to and
enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang di
minati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang
dan diperoleh suatu kepuasan.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu
objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi Suyabrata, 1988 :109). Minat
adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan
dan mengingat secara terus-menerus yang di ikuti rasa senang untuk memperoleh
suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang di pelajari
dapat di pahami . Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini
meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, pisikomotor maupun efektif. Untuk
Meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan siswa berkerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara
berkelompok. Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat belajar di sini
adalah satu kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk mencapai hasil belajar
yang optimal yang dapat di tunjukkan dengan kegiatan belajar.
Menurut slameto ( Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, 2002 :
180 ) arti kata Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pada dasarnya Minat adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu diluar diri. Apabila semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar pula minatnya.
Suatu minat dapat diexpresikan melalui suatu penyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian hari. Minat terhadap sesuatu dipelajari
dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat –
minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong
belajar selanjutnya.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu
siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan
pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi
dirinya, melayani tujuan – tujuannya, memuaskan kebutuhan – kebutuhannya.
Menurut pengertian secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagasi hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut slameto (2003 : 2)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Hamalik Oemar (dalam subhan : 2003) Belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara
bertingkah laku yang berkat pengalaman dan latihan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah :


a. Proses perubahan tingkah laku
b. Pengalaman baru
c. Proses berkesinambungan

Jadi hakekatnya, Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau
kemampuan yang merupakan hasil belajar dari pengalaman yang berulang-ulang
untuk kebutuhan hidup dimasa yang akan datang secara berkesinambungan.

2. Ciri-ciri siswa berminat dalam belajar

Menurut Slameto ( 2003 : 58 ) siswa dalam minat belajar mempunyai cirri-ciri


sebagai berikut :

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan


mengenang sesuatu yang di pelajari secara terus menerus
b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang di minati.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada Sesuatu yang diminati.
Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas yang diminati.
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
3. Membangkitkan minat belajar siswa disekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan
baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan
memdapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Minat terhadap
suatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi
umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa
melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan
diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2003:180) proses ini berate menunjukan pada siswa bagaimana
pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan –
tujuannya, dan memuaskan kebutuhan – kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa
belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila
siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada
dirinya, ia akan lebih berminat untuk mempelajarinya. Minat pada dasarnya
merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal – hal yang menarik
dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita – cita yang berkaitan
dengan materi yang dipelajarinya. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan
yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki
minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap subyek tersebut. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar
selanjutnya serta mempengaruhi minat – minat baru.
Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan
minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat – minat siswa yang telah
ada dan membentuk minat – minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan
jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan
kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara
menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah
diketahui kebanyakan siswa.
Indikator – indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya
ketertarikan, dan ada rasa senang. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga
bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan
menyelesaikan soal – soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan
terhadap bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan sosl – soal pelajaran. Rasa senang
meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar, memahami bahan belajar, dan
kemampuan menyelesaikan soal – soal.

C. Mata pelajaran Matematika Penjumlahan bilangan bulat


a. Hakekat Matematika
Berbicara mengenai hakekat matematika artinya menguraikan matematika itu
sebenarnya apakah matematika itu ilmu induktif, ilmu yang abstrak dan sebagainya.
Sebagai guru yang mengajarkan matematika sudah sewajarnya mengetahui apa
sebenarnya matematika itu. Apa gunanya Matematika dan mengapa matematika itu
diajarkan di sekolah. Tanpa mengetahui hakikat Matematika kita tidak mungkin
memilih strategi untuk mengajarkan Matematika dengan benar. Dengan mengetahui
hakekat matematika pula, akan membantu kita dalam memilih metode pelajaran yang
sesuai.
Menurut Nasution (1998 : 29) istilah Matematika berasal dari Bahasa Yunani
yaitu Mathematikos berarti secara ilmu pasti (Relati of Learning) atau Matheis berarti
ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif. Kata tersebut berasal dari akar kata mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu. Atau dengan kata yang lain yaitu mathenin yang
berarti pengetahuan atau ilmu. Atau dengan kata lain yaitu mathenein yang berarti
bernalar dan belajar. Dengan demikian behwa matematika berarti ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar, namun itu bukan berarti ilmu yang lain tidak
deperoleh dengan melalui penalaran, tetapi dalam ilmu matematika lebih menitik
beratkan pada aktivitas rasio atau penalaran. Dimana kesimpulan tidak ditarik dari
berdasarkan pengalaman keinderaan, tetapi kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaida
tertentu melalui deduktif. Selanjutnya Russeffendi (1979 : 148) mengemukakan
bahwa Matematika adalah ilmu tentang keteraturan, ilmu tentang struktur yang
terorganisasikan dan unsur yang tidak terdefinisikan dari unsure yang tidak
terdefinisikan, ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postuoat dan akhirnya ke
dalil.
Matematika merupakan suatu kesenangan mental yang mengandung sifat
alamiah, suatu fungsi guna memahami gejala – gejala alam, tehnik dan masyarakat.
Akan tetapi ada juga orang yang mengartikan bahwa matematika tersebut merupakan
sebuah kenangan masa sekolah yang termasuk beban yang sangat berat, yakni suatu
permasalahan yang dihadapi tanpa ada hubungan dan pengertian sedikitpun.
Permasalahn matematika menuju kearah perkembangan dan penilaian strategi
mengajar – belajar bagi pelajaran bidang studi yang bersangkutan. ( Maier, 1974,
halaman 12).
Pengertian metematika lebih sedikit mengenai benda, namun lebih banyak
mengenai cara memperhatikan dan memahami. Dalam arti ini matematika merupakan
“ stasiun akhir strukturalisme yang ketat “ (von Henting, 1972, halaman 78). Mata
pelajaran ini sejak dulu sudah diberi bobot yang kuat. Mata pelajaran ilmu berhitung
(aritmatika) dan ilmu ukur (geometri) adalah dua jenis mata pelajaran yang dapat
bebas diajarkan. Pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran inti, sebab
sekarang ini mata pelajaran matematika meliputi 15-20% dari seluruh pelajaran.
Dibawah ini pengelompokan (klasifikasi) beberapa mata pelajaran yang
berkenaan dengan kedudukan mata pelajaran matematika dengan pelajaran yang
lainnya:

Mata Pelajaran Titik Berat Tujuan Titik Berat Metode

Bahasa Sarana bagi kemampuan dan Komunikasi,


Indonesia,Inggris dan norma-norma social analisis,dan sintesis
Lain – lain

Musik,seni,olahraga Prestasi dan disiplin pribadi Pembentukan,


interprestasi
Fisika,geografi,sejarah Peningkatan Pengamatan dan
pengetahuan,penemuan percobaan empiris
kenyataan

Bukti (Logika)
Matematika

R.M Gagne dalam bukunya syarat – syarat belajar (1969) membedakan 8 jenis
belajar matematika yang tersusun bertingkat. Tiga jenis yang pertama adalah belajar
tanda – tanda, belajar rangsang reaksi, dan belajar berantai. Bagi pelajaran matematika
tidak begitu penting karena ketiganya berada dalam lingkungan emosi dan
psikomotoris.

b. Metode Pengajaran Matematika

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk menyampaikan


materi dengan baik, yaitu bagaimana caranya agar pengetahuan dan pengalaman
tentang matematika yang dimilikinya dapat dipahami oleh siswa. Agar hal ini dapat
terlaksana, maka perlu kiranya seorang guru mengetahui berbagai metode pengajaran.
Metode pengajaran adalah sustu cara atau tehnik yang digunakan untuk mengajarkan
setiap bahan pengajaran.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode pengajaran secara ekspositori,
yang meliputi metode ceramah, Tanya jawab, dan Demonstrasi. Metode ekspositori
adalah metode yang efektif dan paling umum digunakan dalam pengajaran
matematika. Kegiatan guru dan siswa dalam metode ini menyakup ceramah singkat
oleh guru, penyajian konsep dan demonstrasi oleh guru. Pertanyaan dari guru yang
ditujukan kepada siswa untuk mengetahui apakah mereka memahami obyek
matematika yang diajarkan, dan pengerjaan soal- soal secara individual dalam buku
tugas atau papan tulis.
c. Mengidentifikasi Penjumlahan bilangan bulat

BILANGAN BULAT
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan
bilangan positif (bilangan asli), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif.

d. Urutan bilangan bulat


Perhatikan gambar berikut.

dari gambar di atas kamu akan menemukan bahwa semakin ke kanan, bilangan bulat
pada garis bilangan tersebut semakin besar, sebaliknya semakin ke kiri, bilangan bulat
pada garis bilangan semakin kecil.

Misalnya:

 -2 terletak di sebelah kiri 0 sehingga -2 < 0;


 0 terletak di sebelah kanan -1 sehingga 0 > -1;
 -5 terletak di sebelah kiri -3 sehingga -5 < -3;
 -4 terletak di sebelah kanan -6 sehingga -4 > -6.

e. Lawan bilangan bulat 

 Setiap bilangan bulat mempunyai tepat satu lawan yang juga merupakan bilangan
bulat
 Dua bilangan bulat dikatakan berlawanan, apabila dijumlahkan menghasilkan
nilai nol.
a + (-a) = 0

Misalnya :

1. Lawan dari 4 adalah -4, sebab 4 + (-4) = 0


2. Lawan dari -7 adalah 7, sebab -7 + 7 = 0
3. Lawan dari -2 adalah 2, sebab -2 + 2 = 0
4. Lawan dari 3 adalah -3, sebab 3 + (-3) = 0
5. Lawan dari 10 adalah -10, sebab 10 + (-10) = 0
6. Lawan dari 0 adalah 0, sebab 0 + 0 = 0

f. Operasi bilangan bulat


Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
d. Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan positif.
Misalnya :
-5 + 8 = 3
-4 + 9 = 5

D. Sikap Siswa Terhadap Matematika

Seperti telah diuraikan diatas, tujuan pendidikan matematika antara lain adalah
penekanannya pada pembentukan sikap siswa. Dengan kata lain, dalam proses
pembelajaran matematika perlu diperhatikan sikap positif terhadap matematika. Hal
ini mengingat sikap positif terhadap matematika berkolerasi positif dengan prestasi
belajar matematika (Ruseffendi, 1988).
Sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak
sesuatu, konsep, kumpulan ide, atau kelompok individu. Matematika dapat diartikan
sebagai suatu konsep atau ide abstrak yang penalarannya dilakukan dengan cara
deduktif absiomatik. Hal ini dapat disikapi oleh siswa secara berbeda- beda, mungkin
menerima dengan baik atau sebaliknya. Dengan demikian, sikap siswa terhadap
matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak matematika.
Berkaitan dengan positif siswa terhadap matematika, beberapa pendapat, antara
lain Ruseffendi (1988), Mengatakan bahwa anak – anak menyenangi hanya pada
permulaan merek berkenalan dengan matematika yang sederhana. Tpi makin
tingkatan sekolahnya dan makin sukar matematika yang dipelajarinya akan makin
berkurang akan semakin berkuarang minatnya. Menurut Begle (1979), siswa yang
hampir mendekati sekolah menengah mempunyai sikap positif terhadap matematika
yang secara perlahan menurun.
Siswa yang memiliki sifat positif terhadap matematika, memiliki cirri antara lain
terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika, menyelesaikan tugas dengan
baik dan tepat waktu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas
pekerjaan rumah dengan tuntas dan selesai pada waktunya.
Dengan demikian, untuk menumbuhkan sifat positif terhadap matematika, perlu
diperhatikan agar penyampaian metematika dapat menyenangkan, mudah dipahami,
tidak menakutkan, dan tunjukan bahwa matematika banyak kegunaanya. Oleh karena
itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan koknitif siswa, dimulai dengan cara-cara
informal melalui pemodelan sebelum dengan cara formal. Hal ini sesuai dengan
karakteristik pendekatan matematika realistic.

E. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Perubahan paradigma pembelajaran dari pandangan mengajar ke pandangan


belajar atau pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat pada siswa
memabawa konsekuensi perubahan yang mendasar dalam proses pembalajaran
dikelas.
Perubahan tersebut agar tidak lagi sebagai informasi, melainkan sebagai teman
belajar. Siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dan memiliki kemampuan
membangu kemampuannya sendiri.
Untuk mendukung proses pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran
perubahan tersebut dan sesuai dengan tujuan pendidikan matematika, diperlukan suatu
pengembangan materi pelajaran matematikan yang difokuskan pada aplikasi pada
kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuakan dengan tingkat kognitif siswa,
serta penggunaan metode evaluasi yang teintegrasi pada proses pembelajaran tidak
hanya berupa tes pada akhir pembelajaran ( formatif atau sumatif ) (Subandar : 2001).
Ditinjau dari perubahan kurikulum yang saat ini sedang diberlakukan, yaitu kurikulum
2006, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang sesuai
dengan perubahan tersebut.
Melalui model pembelajaran tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan minat
belajar siswa mata pelajaran matematika tentang Penjumlahan bilangan bulat siswa
kelas IV di SDN Sumberejo II Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban.

F. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Minat


Belajar Siswa

Matematika dikembangkan berdasarkan pandangan frudental yang berpendapat


bahwa matematika merupakan kegiatan manusia yang lebih menekankan aktifitas
visual untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang
diperlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa (Sodjadi, 2004).
Matematika pertama kali dikembangkan oleh instate Freudental dan telah
menempatkan negar tersebut pada posisi ke -7 dari 38 negara peserta TIMSS tahun
1999 (Mullis et al , 2000). Matematika realistic juga telah diadopsi oleh banyak
Negara maju seperti inggris, jerman, Denmark, spanyol, Portugal, afrika selatan,
brazilia, amerika serikat, jepang, dan Malaysia (de lange, 1996 : Zulkardi, 2001).
Salah satu hasil yang dicapai oleh Negara-negara tersebut adalah prestasi siswa yang
meningkatkan, baik secara nasional maupun internasional, (Romberg, 1998).
Hasil studi menyebutkan bahwa prestasi siswa kelas tinggi yang mengikuti
program pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Suatu prestasi yang sangat fantastic untuk mata pelajaran matematika yang
banyak dipandang siswa sebagai mata pelajaran yang sangat menakutkan dan
membosankan.
Meurut Turmudi (2004), pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe
STAD sekurang-kurangnya telah merubah minat siswa menjadi lebih positif dalam
belajar matematika. Hal ini berarti bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat mengakibatkan adanya perubahan pandangan siswa terhadap
matematika dari matematika yang menakutkan dan membosankan ke matematika
yang menyenangkan sehingga keinginan untuk mempelajari matematika semakin
besar.
Gambaran proses belajar diatas tidak mempunyai titik akhir. Hal ini menunjukkan
bahwa proses lebih penting daripada hasil akhir, sedangkan titik awal proses belajar
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal siswa. Hal ini disebabkan oleh asumsi
bahwa setiap siswa memiliki kemauan untuk belajar matematika. Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar, ia dapat ditingkatkan ketingkat lebih
tinggi untuk secara aktif untuk membangun pengetahuan baru.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, danWaktuPelaksanaan

Dalam penelitian ini guru kelas IV SDN Sumberejo II bertindak sebagai subjek
yang memberikan tindakan. Teman sejawat bertindak sebagai subjek yang membantu
perencanaan dan pengumpulan data. Sedangkan sebagai penerima tindakan adalah
siswa kelas IV SDN Sumberejo II kecamatan Rengel kabupaten Tuban tahun
pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 pada tahun pelajaran
2017/2018. Lokasi penelitian di kelas IV SDN Sumberejo II kecamatan Rengel
kabupaten Tuban . Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table jadwal di bawah ini :

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan perbaikan Pembelajaran
No Mata pelajaran Siklus Tanggal Waktu Ket.

1. MTK 1 12 Maret 2018 08.15 – 08.50

2. MTK 2 4 April 2018 09.00 – 10.00

1. Karasteristik siswa
a. Tingkat Kecerdasan
Tingkat kecerdasan siswa siswi SDN Sumberejo II Rengel Tuban tidak sama.
Ada yang cepat,sedang dan lambat dalam menerima materi pembelajran.
b. Lingkungan Sekolah
SDN Sumberejo II berada di – Kelurahan Sumberejo II Kecamatan Rengel
kabupaaten Tuban, memiliki lokasi yang cukup dan fasilitas memadai seperti toilet
siswa, toilet guru, mushola, dan ruang UKS layaknya sekolah pada umumnya.
Umumnya masyarakat di sekitar lingkungan sekolah respon terhadap program
sekolah terbukti dengan disiplinnya siswa dalam mematuhi peraturan yang dibuat oleh
sekolah, seperti mengenakan seragam sekolah sesuai dengan hari yang ditentukan.
Dengan lingkungan sekolah yang cukup aman dan masyarakat sekitarnya yang masih
sederhana namun bisa kerja sama dengan pihak sekolah sehingga semua fasilitas
sekolah dapat terjaga rapih, bersih dan aman.

c. Latar Belakang Keluarga / Sosial Ekonomi

Orang tua siswa terdiri dari bermacam – macam tingkat pekerjaan dari
wiraswasta, petani dan supir .Namun kebanyakan kesadaran orang tua tentang
pentingnya pendidikan sangat rendah dan belum memadai. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini :

Gambar 3.1
Pekerjaan Orang Tua Siswa

Grafik pekerjaan orag Tua siswa


7

5 Berdasarkan
grafik 4 pekerjaan
3
orang tua siswa.
2

0
TANI WIRASWASTA SUPIR
Dari jumlah12 siswa yang orang tuanya bekerja sebagai Tani 5 orang, Wiraswasta 7 orang,
supir 1 orang.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action


Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada
prinsip Kemmis S, MC Toggar R (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan
(planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection)
atauevaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini :

Perencanaan

Observasi

Siklus I

Refleksi Tindakan

Observasi

Siklus II

Refleksi Tindakan
Perencanaan

Gambar 3.2 Prosedur Pelaksanaan Perbaikan PTK

2. Prosedur Perbaikan PTK

Prosedur perbaikan penelitian ini sesuai dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), yaitu terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi :

a) Tahap perencanaan
b) Tahap pelaksanaan
c) Tahap pengamatan (obeservasi) dan
d) Tahap refleksi

a. Siklus I
1. Tahap Perencanan ( Planning )
Berdasarkan temuan pada studi pendahuluan penulis merencanakan langkah-
langkah yang akan dilaksanakan di kelas dalam pembelajaran Matematika dengan
menggunakan Metode Pembelajaran kooperatif . Secara operasional dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a. Menganalisis masalah
b. Pemecahan masalah
c. Menentukan kompetensi dasar
d. Mentukan standar kompetensi
e. Menentukan indikator
f. Menentukan tujuan perbaikan
g. Menentukan materi.
h. Menentukan metode.
i.Menetukan alat dan sumber belajar
j.Membuat lembar observasi

2. Tahap Tindakan ( Action )

a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.


b. Menerapkan metode pembelajaran Kooperatif
c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai
rencana.
d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan.
e. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat
melakukan tahap tindakan.

3. Tahap Observasi ( Observation )


a. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk rencana observasi.
b. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran Kooperatif
yang dilakukan guru kelas lima.
c. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode
pembelajaran Kooperatif .
d. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-
kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

4. Tahap refleksi (Reflection)

a. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan kooperatif


b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode
Kooperatif dengan kerja kelompok dan mempertimbangkan langkah
selanjutnya
c. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode kooperatif dengan kerja
kelompok.
d. Melakukan refleksi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
e. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

b.Silkus II

1. Tahap Perencanaan ( Planning )


a. Hasil refleksi di evaluasi, di diskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
b.Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
c. Merancang perbaikan 2 berdasarkan refleksi siklus 1
2. Tahap Melakukan Tindakan ( Action )
a. Melakukan analisis pemecahan masalah.
b.Melaksanakan tindakan perbaikan 2 dengan memaksimalkan penerapan metode
kooperatif dengan kerja kelompok.
3. Tahap Mengamati (observation)
a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran observasi
dengan kerja kelompok.
b.Mencatat perubahan yang terjadi.
c. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan
memberikan balikan.
4. Tahap Refleksi (Reflection)
a. Merefleksi proses Pebelajaran dengan menggunakan metode observasi dengan
kerja kelompok.
b. Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran
observasi dengan kerja kelompok.
c. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
d. Rekomendasi.

Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah :

a. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam
proses pembelajaran Matematika.
b. Guru memiliki kemampuan guru merancang dan menerapkan model
pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran
Matematika.
c. Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran Matematika
C. Teknik Analisis Data

Metode analisi dan penilitian ini adalah deskriptif presentase, dan hasil
penelitian yang di analisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, dan
ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data di peroleh kualitatif
maupun kuantitatif. Hasilini di interprestasikan dan di simpulkan yang digunakan
untuk menjawab permasalahan yang telah di rumuskan.

1. Rata-rata kelas
Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus di gunakan rumus

∑X

X = ( Sudjana 1989 : 190 )

Keterangan :
X : Rata-rata kelas
∑X : Jumlahseluruhskor
N : Banyaksiswa

2.Ketuntasan Belajar Secara Klasikal

Nilai Post test diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas,

kemudian di analisis ketuntasan hasil belajar.


Ketuntasan secara klasikal di hitung degan menggunakan rumus :

Jumlah siswa mendapat nilai> 60


Ketuntasan klasikal = 100%
Jumlah siswa yang mengikuti

( Mulyasa, 2003 : 102 )

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang, a) deskripsi per siklus, b) pembahasan dari setiap
siklus. Kedua uraian tersebut dijabarkan sebagai berikut:

A. Deskripsi Per Siklus

A.1 Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada Senin,12 Maret 2018 mata pelajaran


matematika, jam pelajaran ketiga dan keempat. Pembelajaran siklus pertama diikuti
oleh semua siswa kelas IV yang berjumlah 15 siswa terdiri atas 4 laki-laki dan 11
perempuan.
A.1.1 Data Tentang Rencana

Perencanaan siklus pertama dilakukan dengan mempersiapkan perangkat


pembelajaran, fasilitas dan sarana, serta instrumen penelitian.
Penyiapan perangkat pembelajaran terdiri atas penyusunan scenario
pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media
pembelajaran, dan materi pembelajaran. Skenario pembelajaran disusun dengan
memuat langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbagai
jenis-jenis bangun datar yang dirangkai menjadi bangun ruang sesuai perintah yang
diberikan. Difungsikan sebagai sarana demonstrasi untuk memudahkan pemahaman
siswa karena melihat benda konkret.
Penyiapan fasilitas dan sarana pembelajaran berupa kooperatif matematika
lengkap sebagai alat peraga mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
Penyusunan instrument penelitian terdiri atas lembar pengamatan aktivitas guru,
aktivitas siswa, lembar soal (LKS) dan (LPS), dan lembar respon siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

(1) Pada kegiatan awal pembelajaran, guru menyampaikan pendahuluan. Penyampaian


pendahuluan meliputi, tujuan pembelajaran, pengondisian apersepsi oleh siswa.
Tujuan pembelajaran meliputi kemampuan siswa mengidentifikasi Penjumlahan
bilangan bulat. Pengondisian apersepsi oleh siswa dilakukan dengan cara bertanya
jawab tentang bangun ruang, bentuk bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang.
(2) Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan materi pembelajaran.
Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan siswa membentuk kelompok
beranggotakan 3 orang berdasarkan permainan angka. Setiap kelompok membuat 2
garis bilangan membuat diagram panah yang menyertakan bilangan kooperatif
matematika. Guru menjelaskan cara dan memberi contoh membuat garis bilangan.
Dalam menyampaikan materi, guru memotivasi siswa untuk mengajukan
pertanyaan, pendapat, ataupun tanggapan. Siswa mengerjakan tugas mendiskusikan
penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif. Setiap kelompok berdiskusi
penjumlahan bilangan positif dan negatif. Dengan menerapkan permainan tepuk
tangan, kelompok yang anggotanya bertepuk tangan tidak tepat ialah yang
mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain mencermati dan memberikan
tanggapan.
(3) Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa merefleksikan kegiatan dan hasil
pembelajaran.

A.1.2 Pengamatan

Kegiatan pengamatan, hal ini dilakukan dengan pencatatan, dan perekaman


terhadap aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan respon siswa.

A.1.2.1 Aktivitas Guru Siklus I

Data hasil pengamatan aktivitas guru dinyatakan dalam persentase. Data hasil
aktivitas guru pelaksanaan pembelajaran siklus pertama ditunjukkan pada tabel 4.1
berikut. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran 4.a.

Tabel 4.1
Aktivitas Guru Siklus I
Jumlah Prosentase
No. Kategori Aktivitas
Kemunculan Kemunculan

1 Guru menyampaikan pendahuluan, 2 9,52%

2 Guru menjelaskan materi pembelajaran 3 14,29%

3 Guru memberikan contoh atau ilustrasi, 2 9,52%

4 Guru mendemonstrasikan media


1 4,76%
pembelajaran

5 Guru menerapkan permainan 2 9,52%

6 Guru memotivasi siswa untuk bertanya 1 4,76%

7 Guru menjawab pertanyaan siswa, - -


8 Guru mengajukan pertanyaan 3 14,29%

9 Guru memotivasi untuk menjawab


1 4,76%
pertanyaan

10 Guru memotivasi siswa mengajukan


1 4,76%
pendapat atau tanggapan

11 Guru memberi tugas 3 14,29%

12 Guru membimbing siswa menyelesaikan


1 4,76%
tugas

13 Guru mengondisikan siswa melakukan


2 9,52%
diskusi kelompok

14 Guru mengondisikan siswa


1 4,76%
mempresentasikan hasil penyelesaian tugas

15 Guru mengontrol akitivitas siswa 3 14,29%


16 Mengondisikan siswa merefleksikan k
1 4,76%
egiatan dan hasil pembelajaran.

Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa aktivitas guru yang dominan pada
pembelajaran siklus pertama ialah menjelaskan materi pembelajaran, mengajukan
pertanyaan, memberikan tugas, dan mengontrol aktivitas siswa.
Aktivitas guru menyampaikan pendahuluan pada pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan 9,52% Aktivitas itu meliputi penjelasan tujuan
pembelajaran, pengondisian apersepsi siswa, penjelasan bentuk dan konsep
penggunaan kooperatif matematika dalam pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang. Dalam penyampaian pendahuluan pembelajaran siklus pertama guru
belum dapat melaksanakan dengan maksimal.
Aktivitas guru menjelaskan materi pembelajaran pada siklus pertama termasuk
kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar 14,29%. Hal
itu dikondisikan karena sesuai dengan hasil apersepsi siswa terkait pembelajaran
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang masih terbatas pada bentuk bangun ruang.
Aktivitas guru menjelaskan materi pembelajaran ini diupayakan untuk memahami
konsep menemukan oleh siswa meskipun memerlukan pemotivasian yang tidak dapat
berlangsunga secara singkat. Penyampaian materi pembelajaran juga ditunjang
dengan pemfungsionalan media kit matematika pada pembelajaran mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang.
Aktivitas guru memberikan contoh atau ilustrasi pada pembelajaran siklus
pertama memiliki persentase kemunculan 14,29%. Aktivitas guru memberikan contoh
merupakan representasi penggunaan kit matematika. Hal itu didasarkan pada aktivitas
guru memberikan contoh konkrit tentang sifat-sifat bangun ruang. Aktivitas itu
dilakukan dengan memberikan contoh bagian-bagian bangun ruang, contoh sisi,
contoh rusuk, contoh titik sudut. Pemberian contoh itu dilakukan sebagai sarana
pemodelan dan pemahaman konsep oleh siswa. Dalam pelaksanaannya pada
pembelajaran siklus pertama, pemberian contoh atau ilustrasi tersebut masih
didominasi oleh guru. Pemotivasian pemberian contoh oleh siswa perlu ditingkatkan.
Aktivitas guru mendemonstrasikan media pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas guru mendemonstrasikan media
pembelajaran merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu
didasarkan pada pengondisian siswa untuk dapat memfungsionalkan media
pembelajaran melalui kegiatan merangkai kooperatif matematika berbentuk bangun
datar menjadi bangun ruang. Pendemonstrasian media pembelajaran itu sangat
membantu siswa dalam memfungsionalkan media pembelajaran. Dengan
mengoptimalkan pemfungsionalan media pembelajaran, siswa dapat menyelesaikan
tugas pembelajaran.
Aktivitas guru menerapkan permainan dalam pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas guru menerapkan
permainan dalam pembelajaran merupakan representasi penggunaan kooperatif
matematika. Hal itu didasarkan pada pelibatan aktivitas fisik dan mental siswa dengan
bergerak dan berbuat melalui kegiatan bermain. Aktivitas itu dilakukan dengan
menerapkan permainan pembentukan kelompok, dan permainan penentuan presentasi
hasil penyelesain tugas. Penerapan permainan ini bertujuan memotivasi semangat
belajar siswa dan membuat suasana gembira dalam pembelajaran. Dalam
pelaksanaannya, permainan pembentukkan kelompok siklus pertama tidak
menemukan hambatan.
Aktivitas guru memotivasi siswa bertanya pada pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan 4,76%. Aktivitas guru memotivasi siswa bertanya
merupakan representasi pengguaan Kooperatif matematika. Hal itu didasarkan pada
pelibatan siswa untuk menemukan konsep dan pemahaman berdasarkan pengetahuan
awal. Dengan demikian, siswa dengan mudah memahami dan menerapkan konsep
tersebut. aktivitas itu dilakukan pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran.
Hal itu karena siswa kurang berani dan ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan
meskipun terhadap hal yang belum dimengerti. Guru memotivasi siswa bertanya
melalui bentuk pemberian pujian, dan penghargaan.
Aktivitas guru menjawab pertanyaan siswa pada pembelajaran siklus pertama
tidak memiliki kemunculan dalam pembelajaran dikarenakan tidak adanya pertanyaan
dari siswa. Kelemahan itu menjadi bahan refleksi dalam upaya perbaikan siklus
kedua.
Aktivitas guru mengajukan pertanyaan pada pembelajaran siklus pertama
termasuk kedalam kategori aktivitas dominan dengan persentase kemunculan sebesar
14,29%. Aktivitas itu dilakukan dengan tujuan mendorong keaktifan siswa menjawab
pertanyaan, mengajukan pendapat dan tanggapan, serta keberanian siswa mengajukan
pertanyaan. Aktivitas guru memotivasi siswa mengajukan pertanyaan pembelajaran
siklus pertama belum memberikan hasil yang signifikan. Oleh karena itu, bentuk
aktivitas guru mengajukan pertanyaan menjadi salah satu pilihan tindakan yang
diambil.
Aktivitas guru memotivasi siswa menjawab pertanyaan pada pembelajaran siklus
pertama memiliki persentase kemunculan 4,76%. Aktivitas guru memotivasi siswa
menjawab pertanyaan merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika.
Hal itu didasarkan pada konsep pelibatan partisipasi siswa meskipun masih
melibatkan peran guru secara aktif. Aktivitas itu dilakukan sebagai bentuk pemberian
balikan-balikan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan guru ataupun siswa lain.
Aktivitas itu dapat mengondisikan siswa lebih beranidalam menyampaikan pendapat
atau tanggapan sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan guru ataupun siswa lain.
Aktivitas guru memotivasi siswa mengajukan pendapat atau tanggapan pada
pembelajaran siklus pertama memiliki presentase kemunculan 4,76%. Aktivitas guru
memotivasi siswa mengajukan pendapat atau tanggapan merupakan representasi
penggunaan kooperatif matematika. Aktivitas itu dilakukan dengan memotivasi siswa
mengajukan pendapat dan tanggapan dalam kegiatan presentasi hasil penyelesaian
tugas, dan memotivasi siswa dalam menjawab pertanyaan guru atau pun siswa lain
melalui silang pendapat. Dalam pelaksanaannya siswa masih kurang berani dan ragu-
ragu dalam mengajukan pendapat dan tanggapan.
Aktivitas guru memberikan tugas pada pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan 14,29%. Aktivitas guru memberikan tugas merupakan
representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu didasarkan pada pelibatan
aktivitas siswa melalui penyelesaian tugas. Pemberian tugas itu merupakan upaya
penguatan atas pemahaman materi pembelajaran siswa dan pencapaian kompetensi
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sebagai tujuan pembelajaran.
Aktivitas guru membimbing siswa menyelesaiakan tugas pembelajaran siklus
pertama memiliki presentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas itu dilakukan
dengan mengontrol proses penyelasaian tugas dari satu kelompok ke kelompok yang
lain dan dari satu siswa ke siswa yang lain. Bimbingan diberikan sesuai dengan
kesulitan yang dihadapi atau bagian yang kurang dimengerti oleh siswa. Dalam
pelaksanaannya,guru membimbing siswa menyelesaikan tugas dengan mengitensifkan
kegiatan tanya jawab.
Aktivitas guru mengondisikan siswamelakukan diskusi kelompok pada
pembelajaran siklus pertama memiliki presentase kemunculan sebesar 9,52%.
Aktivitas guru mengondisikan siswa melakukan diskusi merupakan representasi
penggunaan kooperatif matematika. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan kit
matematika serta media (kooperatif matematika). Dalam pelaksanaannya, penerapan
diskusi kelompok pada pembelajaran siklus pertama belum terkondisi dengan baik.
Hal itu diketahui dari perilaku siswa bekerja secara individu dan masih ada beberapa
siswa yang tidak ikut kerjasama dalam kelompoknya. Kelemahan itu menjadai bahan
refleksi sebagai dasar perbaikan siklus kedua.
Aktivitas guru mengontrol aktivitas siswa pada pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan 14,29%. Aktivitas guru mengontrol aktivitas siswa
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu didasarkan pada
pencapaian dan pengoptimalan aktivitas fisik dan mental siswa melalui pemerolehan
pengalaman belajar dengan menempatkan guru sebagai sarana pendampingan.
Aktivitas itu dilakukan dengan memantau aktivitas siswa menyelesaikan tugas,
berdiskusi, memfungsikan media pembelajaran, mempresentasikan hasil penyelesaian
tugas, maupun melakukan permainan dalam pembelajaran. Dari kegiatan mengontrol
aktivitas siswa, guru dapat mengetahui kesulitan atau hambatan yang dihadapi siswa
dalam pembelajaran.
Aktivitas guru mengondisikan siswa merefeksikan kegiatan dan hasil
pembelajaran pada siklus pertama memiliki persentasi kemunculan sebesar 4,76%.
Aktivitas guru mengondisikan siswa merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa memberikan
simpulan, mengajukan pendapat secara lisan. Ada satu siswa yang memberikan
pendapat, “kooperatif matematika yang digunakan dalam penyelesaian tugas kurang
tebal”. Kelemahan itu menjadai bahan refleksi sebagai dasar perbaikan siklus kedua.
Aktivitas guru mengkondisikan siswa merefleksikan kegiatan dan hasil tugas
pembelajaran pada siklus pertama memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%.
Aktivitas guru mengondisikan siswa mempersentasikan hasil penyelesaian tugas
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa dikondisikan untuk
memvisualisasikan hasil penyelesaian tugas dalam konsep presentasi. Ativitas ini
dilakukan baik persentasi perwakilan kelompok maupun individu. Dalam
mempersentasikan hasil penyelesaian tugas, siswa dikondisikan dan dimotivasi untuk
mengajukan pendapat dan tanggapan hasil presentasi kelompok lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada pembelajaran siklus pertama,
pengamat yang juga selaku teman sejawat (MM) memberikan beberapa catatan
sebagai bentuk representasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran siklus pertama.
Beberapa kelebihan dan kelemahan itu dijabarkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif


2. Kurang memotivasi siswa untuk bertanya, tidak ada kemunculan aktivitas guru
menjawab pertanyaan siswa
3. Dalam mendemonstrasikan media pembelajaran kurang optimal.
4. Penerapan permainan sudah baik, menarik perhatian siswa terhadap
pembelajaran.
Beberapa kelebihan dan kelemahan tersebut menjadi bahan kajian dalam refleksi
sebagai landasan upaya perbaikan tindakan untuk meningkatkan kualitas aktivitas
guru siklus kedua.

A.1.2.2 Aktivitas Siswa Siklus I

Data hasil pengamatan aktivitas siswa dinyatakan dalam persentase. Data haasil
pengamatan aktivitas siswa siklus pertama ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut. Secara
rinci, data hasil pengamatan aktivitas siswa pembelajaran siklus pertama dapat dilihat
pada lampiran 5a.

Tabel 4.2
Aktivitas Siswa Siklus I

Jumlah Prosentase
No. Kategori Aktivitas
Kemunculan Kemunculan

1 Siswa melakukan apersepsi 2 9,52%

2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 5 23,81%


Siswa memfungsionalkan media
3 1 4,76%
pembelajaran

Siswa melakukan permainan dalam


4 2 9,52%
pembelajaran

5 Siswa mengajukan pertanyaan - -

6 Siswa menjawab pertanyaan guru 2 9,52%

7 Siswa mengajukan pendapat dan tanggapan 1 4,76%

8 Siswa mengerjakan tugas 2 9,52%

9 Siswa melakukan diskusi kelompok 2 9,52%

Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian


10 3 19,05%
tugas
Siswa merefleksi kegiatan dan hasil
11 1 4,76%
pembelajaran

Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa yang dominan pada
pembelajaran siklus pertama ialah memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi
kelompok, dan mempresentasikan hasil penyelesaian tugas.
Aktivitas siswa memperhatikan penjelasan guru pada pembelajaran siklus
pertama termasuk kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan
sebesar 23,81%. Hal itu karena siswa belum memiliki pemahaman konsep, dan tujuan
pencapaian kompetensi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang yang akan dicapai.
Dalam pelaksanaannya, aktivitas itu dilakukan siswa ketika memperhatikan
penjelasan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, memberi cotoh,
mendemonstrasikan media pembelajaran, dan memberikan tugas.
Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pembelajaran siklus pertama termasuk
kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar 19,05%.
Aktifitas siswa menjawab pertanyaan merupakan representasi penggunaan kooperatif
matematika. Siswa memberikan suatu jawaban masalah yang diajukan guru ataupun
siswa yang diajukan lai siswa lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus pertama,
aktivitas siswa menjawab pertanyaan memiliki kecenderungan didominasi oleh siswa-
siswa tertentu saja.
Aktivitas siswa melakukan diskusi kelompok pada pembelajaran siklus pertama
termasuk kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar
19,05%. Aktivitas siswa melakukan diskusi kelompok merupakan representasi
penggunaan kooperatif matematika. Siswa menyelesaikan tugas individu yang
ditindaklanjuti dengan mempresentasikan tugas kelompok. Kerjasama kelompok
dilakukan dengan pemantauan, pengarahan dan bimbingan melalui penyelesaian tugas
kelompok. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai moderator. Guru
mengondosikan siswa terlibat penuh dalam menyajikan hasil penyelesaian tugas,
mengajukan pendapat dan tanggapan, maupun hasil diskusi.
Aktivitas siswa mempresentasikan hasil penyelesaian tugas pada pembelajaran
siklus pertama termasuk kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase
kemunculan sebesar 19,05%. Aktivitas siswa mempresentasikan hasil penyelesaian
tugas merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa
mempresentasikan hasil penyelesaian tugas dengan menyajikan gambaran secara lisan
untuk ditanggapan oleh siswa/kelompok lain.
Aktivitas siswa melakukan apersepsi pada pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas siswa melakukan apersepsi tugas
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa melakukan
apersepsi berdasarkan pengetahuan awal dan konteks siswa sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
melalui penggunaan kooperatif matematika mudah dikaitkan dengan dunia siswa.
Dalam pelaksanaannya, aktivitas siswa melakukan apersepsi pembelajaran siklus
pertama membutuhkan waktu yang cukup lama. Siswa belum terkondisi dengan baik
untuk mengikuti pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat. Hal itu merupakan kelemahan pembelajaran siklus pertama yang
menjadi bahan refleksi sebagai dasar perbaikan tindakan siklus kedua.
Aktivitas siswa melakukan permainan pada pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas siswa melakukan
permainan pada pembelajaran merupakan representasi penggunaan kooperatif
matematika. Penerapan permainan pembelajaran siklus pertama diwujudkan dalam
bentuk permainan urutan angka dan tepuk tangan. Permainan bentuk urutan angka
berfungsi sebagai sarana pembentukan kelompok dan permainan tepuk tangan
difungsikan sebagai sarana penetapan presentasi hasil penyelesaian tugas.
Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pada pembelajaran siklus pertama tidak
ada kemunculan. Hal itu karena siswa kurang berani dan kurang memahami
penjelasan guru. Hal itu merupakan kelemahan pelaksanaan pembelajaran siklus
pertama yang menjadi bahan refleksi sebagai dasar tindakan perbaikan siklus kedua.
Aktivitas siswa menjawab pertanyaan guru pada pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas siswa menjawab
pertanyaan merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa
memberikan suatu jawaban masalah yang diajukan guru ataupun siswa yang diajukan
lain siswa lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus pertama, aktivitas siswa
menjawab pertanyaan memiliki kencenderungan didominasi oleh siswa-siswa tertentu
saja.
Aktivitas siswa mengajukan pendapat dan tanggapan pada pembelajaran siklus
pertama memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas siswa
mengajukan, pendapat dan tanggapan merupakan representasi penggunaan kooperatif
matematika. Hal itu didasarkan pada konsep pelibatan siswa secara aktif yang salah
satunya dalam bentuk pengajuan pendapat dan tanggapan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran siklus pertama, aktivitas siswa mengajukan pendapat dan tanggapan
membutuhkan peran guru untuk memotivasi. Siswa merasa takut dan ragu-ragu untuk
menyatakan pendapat dan tanggapan. Hal itu merupakan kelemahan yang menjadi
bahan refleksi sebagai dasar perbaikan tindakan pembelajaran siklus kedua.
Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan sebesar 9,52%. Hal ini karena siswa tidak dikondisikan hanya
memahami materi pembelajaran tanpa bentuk penerapan dan pemerolehan
pengalaman belajar. aktivitas siswa mengerjakan tugas merupakan representasi
penggunaan kooperatif matematika. Dalam pelaksanaanya, siswa mengerjakan tugas
dengan merangkai kooperatif matematika menjadi bangun ruang, kemudian
mengidentifikasikan sifat-sifat bangun ruang yang teah dibuat. Penyelesaian tugas
siswa pada pembelajaran siklus pertama menemui beberapa hambatan sehingga
melebihi alokasi waktu yang ditentukan. Hal ini menjadi kelemahan pelaksanaan
pembelajaran siklus pertama yang akan menjadi bahan refleksi tindakan siklus kedua.
Aktivitas siswa merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran pada siklus
pertama memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas siswa
merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran merupakan representasi penggunaan
kit matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus pertama, aktivitas siswa
merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran masih didominasi oleh peran guru. Hal
itu merupakan kelemahan pelaksanaan pembelajaran siklus pertama yang menjadi
bahan refleksi sebagai dasar perbaikan tindakan siklus kedua.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus pertama,
pengamat yang juga selaku teman sejawat (MM) memberikan beberapa catatan
sebagai bentuk representasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran siklus pertama.
Beberapa kelebihan dan kelemahan itu dijabarkan sebagai berikut:

1. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran


2. Pemotivasian siswa untuk bertanya masih kurang
3. Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan tidak ada kemunculan
4. Penerapan permainan menarik perhatian siswa
5. Pengondisian kerjasama kelompok masih kurang

Beberapa kelemaham dan kelebihan tersebut menjadi bahan kajian dalam refleksi
sebagai landasan atau dasar perbaikan tindakan untuk meningkatkan kualitas aktivitas
siswa siklus kedua.

A.1.2.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I

Data hasil belajar siswa pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang


melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama ditunjukkan pada tabel 4.3
berikut. Secara rinci, data hasil belajar siswa pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama dapat dilihat
pada lampiran 6a.
Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. NAMA Nilai

1 INTAN TRI WIJAYANTI 55

2 ALFI DWI NUR FAHRIN 60

3 ALYA AFNAN MUFIDAH 55

4 ANA FITRIYAH 77

5 BILQIS INDRI AYUNITA 55

6 DUROTUL NUR AZIZAH 65


7 FENISA AMELYA RAHMA 75

8 JESICA ALLISSYA PUSPITA 72

9 MUHAMMAD ABID ANNABIL HIBATULLAH 81

10 M. DWI FAJAR NURROHMAN 64

11 MUHAMMAD RISA NUR MUSTOFA 77

12 NISRINA AINUL FARICHAH 68

13 SELLY CLARISSA 65

14 SEPTHIA RENI NUR RAMADHANI 65

15 FEBRIANDRA ARIF PUTRA 60


Jumlah 78

Rata-rata 65

Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa dalam pembelajaran
mengidentifikasi penjumlahan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat
negatif siklus pertama adalah 65. Nilai rata-rata hasil belajar mengidentifikasi
penjumlahan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat negatif siklus pertama
tersebut belum sesuai dengan pencapaian indikator keberhasilan hasil belajar siswa.
Pencapaian indikator keberhasilan hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila nilai
rata-rata hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang siswa ≥ 70.
Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Beberapa
pendukung dan penghambat pencapaian hasil belajar siswa siklus pertama ialah
ketidaktepatan siswa menentukan,kesulitan siswa menjumlahkan bilangan bulat
negatif disebabkan siswa kurang mengintensifkan hasil kerja kelompok.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat pencapaian hasil belajar
mengidentifikasi menjumlahkan bilangan bulat negatif siswa pada siklus pertama
menjadi bahan refleksi sebagai landasan atau dasar perbaikan pelaksanaan tindakan
siklus kedua. Dengan demikian, tindakan perbaikan siklus kedua hendaknya dapat
mengatasi faktor penghambat dan mempertahankan bahkan meningkatkan factor
pendukung keberhasilan pencapaian hasil belajar siswa.
A.1.2.4. Respon Siswa Siklus I

Data hasil respon siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan


dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif matematika
dinyatakan dalam persentase. Data hasil belajar siswa pembelajaran mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama
ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut. Secara rinci, data hasil respon siswa terhadap
pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama dapat dilihat pada lampiran
7a.

Tabel 4.4
Respon Siswa Siklus I

Jawaban Butir Respon

K/
No SB/5 B/4 C/3 SK/1 %
Butir Respon 2 ∑N
. N

f/
f/% f/% f/% f/%
%
Bagaimana pengondisian 5 4 12
1 - - 77 73,3
tempat belajar? 23,81 19,05 57,14

Bagaimana penjelasan 15 5 1
2 - - 98 93,3
materi pembelajaran? 71,43 23,81 4,76

Bagaimana penggunaan 4 14 3
3 - - 85 81,0
media pembelajaran? 19,05 66,67 14,29

Bagaimana penerapan 7 9 5
4 permainan dalam - - 86 81,9
33,33 42,86 23,81
pembelajaran?

Bagaimana penyelesaian 8 6 7
5 - - 85 81,0
tugas dan perlatihan? 38,10 28,57 33,33

Bagaimana pelaksanaan 11 9 1
6 - - 94 89,5
diskusi pembelajaran? 52,38 42,86 4,76

Bagaimana penetapan 5 8 8
7 alokasi waktu - - 81 77,1
23,81 38,10 38,10
pembelajaran?
Bagaimana penerapan 10 9 1
8 langkah-langkah - - 88 83,8
47,62 42,86 4,76
pembelajaran?

Bagaimana penerapan 5 11 5
9 - - 84 80
pendekatan pembelajaran? 23,81 52,38 23,81

Bagaimana sikap guru 15 4 1 1


10 - 94 89,5
ketika pembelajaran? 71,43 19,05 4,76 4,76

Jumlah 85 79 42 2 1 872

Persentase 40,48 37,62 20,00 0,95 0,48 83,05

Ketrangan:
F: frekuensi
∑N : Jumlah nilai respon
%N : persentase nilai respon

Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa persentase ketercapaian nilai respon siswa
terhadap pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
bulat melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama 83,05%. Hal itu
dijabarkan dengan rincian jawaban respon siswa berikut:

1. Siswa memberi jawaban respon sangat baik ialah 40,48%;


2. Siswa memberi jawaban respon baik ialah 37,62%;
3. Siswa memberi jawaban respon cukup ialah 20%;
4. Siswa memberi jawaban respon kurang ialah 0,95%;
5. Siswa memberi jawaban respon sangat kurang ialah 0,48%;

Respon siswa terhadap pengondisian tempat belajar pelaksanaan pembelajaran


siklus pertama memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 73,3% dari tingkat
persentase ketercapaian maksimal 100%. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar
23,81% memberikan respon sangat baik terhadap pengodisian tempat belajar karena
dinilai fungsional, efektif, relevan atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran,
menarik, dan variatif. Sebanyak 2 siswa dengan persentase sebesar 19,05%
memberikan respon baik terhadap pengodisian tempat belajar karena dinilai efektif,
relevan atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, menarik, dan variatif tetapi
kurang atau tidak fungsional. Sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 59,52%
memberikan respon cukup terhadap pengodisian tempat belajar karena dinilai
relevan atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, menarik, dan variatif tetapi
kurang fungsional atau kurang efektif.
Respon siswa terhadap penjelasan materi pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan nilai sebesar 93,3% dari tingkat persentase ketercapaian
maksimal 100%. Sebanyak 15 siswa dengan persentase sebesar 71,43% memberikan
respon sangat baik terhadap penjelasan materi pembelajaran karena dinilai jelas atau
kalimat mudah dipahamai, rinci, inspirstif, runtut, dan singkat. Sebanyak 5 siswa
dengan persentase sebesar 23,81% memberikan respon baik penjelasan materi
pembelajaran karena dinilai rinci, inspirstif, runtut, dan singkat tetapi kalimat tidak
mudah dipahami. Sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 4,76% memberikan
respon cukup terhadap penjelasan materi pembelajaran karena dinilai inspirstif,
runtut, dan singkat tetapi kurang rinci, dan kalimat tidak mudah dipahami.
Respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan nilai sebesar 81% dari tingkat persentase ketercapaian
maksimal 100%. Sebanyak 2 siswa dengan persentase sebesar 19,05% memberikan
respon sangat baik terhadap penggunaan media pembelajaran karena dinilai
fungsional, mudah digunakan atau operasional, inspiratif, menarik, dan variatif.
Sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 66,67% memberikan respon baik
terhadap penggunaan media pembelajaran karena dinilai mudah digunakan atau
operasional, inspiratif, menarik, dan variatif tetapi kurang fungsional. Sebanyak 3
siswa dengan persentase sebesar 19,05% memberikan respon cukup terhadap
penggunaan materi pembelajaran karena dinilai inspiratif, menarik, dan variatif
tetapi kurang fungsional dan kurang operasional.
Respon siswa terhadap penerapan permainan dalam pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan nilai sebesar 81,9% dari tingkat persentase
ketercapaian maksimal 100%. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar 33,33%
memberikan respon sangat baik terhadap penerapan permainan dalam pembelajaran
karena dinilai fungsional, mudah dilaksanakan atau operasional, sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran, menyenangkan, dan variatif. Sebanyak 6 siswa dengan
persentase sebesar 42,86% memberikan respon baik terhadap penerapan permainan
dalam pembelajaran karena dinilai mudah dilaksanakan atau operasional, sesuai
dengan pelaksanaan pembelajaran, menyenangkan, dan variatif tetapi kurang
fungsional. Sebanyak 2 siswa dengan persentase sebesar 23,81% memberikan respon
cukup terhadap penggunaan materi pembelajaran karena dinilai sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran, menyenangkan, dan variatif tetapi kurang fungsional dan
kurang operasional.
Respon siswa terhadap penyelesaian tugas dalam pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 85% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar 38,10% memberikan respon
sangat baik dalam penyelesaian tugas karena dinilai mudah, memberikan pengalaman
belajar, sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai dengan alokasi waktu, dan
memotivasi keingintahuan. Sebanyak 3 siswa dengan persentase 28,57% memberikan
respon baik terhadap penyelesaian tugas dalam pembelajaran karena dinilai
memberikan pengalaman belajar, sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai dengan
alokasi waktu, dan memotivasi keingintahuan tetapi tidak mudah. Sebanyak 4 siswa
dengan persentase 33,33% memberikan respon cukup terhadap penyelesaian tugas
dalam pembelajaran karena dinilai sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai dengan
alokasi waktu, dan memotivasi keingintahuan tetapi tidak mudah dan kurang
memberikan pengalaman belajar.
Respon siswa terhadap pelaksanaan diskusi pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilain sebesar 94% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 52,38% memberikan respon
sangat baik dalam pelaksanaan diskusi pembelajaran karena dinilai membantu
pemahaman materi pembelajaran, memudahkan mengidentifikasi menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat, menarik, melatih keberanian mengungkapkan gagasan
dan tanggapan, dan menumbuhkan kerjasama. Sebanyak 4 siswa dengan persentase
42,86% memberikan respon baik terhadap pelaksanaan diskusi pembelajaran dalam
pembelajaran karena dinilai memudahkan mengidentifikasi menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat, menarik, melatih keberanian mengungkapkan gagasan
dan tanggapan, dan menumbuhkan kerjasama tetapi kurang membantu pemahaman
materi pembelajaran. Sebanyak 2 siswa dengan persentase 4,76% memberikan respon
cukup terhadap pelaksanaan diskusi pembelajaran dalam pembelajaran karena dinilai
menarik, melatih keberanian mengungkapkan gagasan dan tanggapan, dan
menumbuhkan kerjasama tetapi kurang membantu pemahaman materi pembelajaran
dan kurang memudahkan mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat.
Respon siswa terhadap penetapan alokasi waktu pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 81% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 2 siswa dengan persentase sebesar 23,81% memberikan respon
sangat baik dalam penetapan alokasi waktu pembelajaran karena dinilai sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran, sesuai dengan penyelesaian tugas, sesuai dengan
penyampaian materi pembelajaran, sesuai dengan pelaksanaan diskusi, dan sesuai
dengan pelaksanaan permainan. Sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar 38,10%
memberikan respon baik dalam penetapan alokasi waktu pembelajaran karena dinilai
sesuai dengan penyelesaian tugas, sesuai dengan penyampaian materi pembelajaran,
sesuai dengan pelaksanaan diskusi, dan sesuai dengan pelaksanaan permainan tetapi
kurang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Sebanyak 5 siswa dengan
persentase sebesar 38,10% memberikan respon cukup dalam penetapan alokasi waktu
pembelajaran karena dinilai sesuai dengan penyampaian materi pembelajaran, sesuai
dengan pelaksanaan diskusi, dan sesuai dengan pelaksanaan permainan tetapi kurang
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dan kurang sesuai dengan penyelesaian
tugas.
Respon siswa terhadap penerapan langkah-langkah pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 88% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 47,62% memberikan respon
sangat baik terhadap penerapan langkah-langkah pembelajaran karena dinilai mudah
dilaksanakan, memudahkan penyelesaian tugas, membantu pemahaman materi
pembelajaran, menyenangkan dan runtut. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar
42,86% memberikan respon baik terhadap penerapan langkah-langkah pembelajaran
karena dinilai memudahkan penyelesaian tugas, membantu pemahaman materi
pembelajaran, menyenangkan dan runtut tetapi tidak mudah dilaksanakan. Sebanyak 1
siswa dengan persentase sebesar 4,76% memberikan respon cukup terhadap
penerapan langkah-langkah pembelajaran karena dinilai membantu pemahaman
materi pembelajaran, menyenangkan dan runtut tetapi tidak mudah dilaksanakan dan
kurang memudahkan penyelesaian tugas. Sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar
4,76% memberikan respon sangat kurang terhadap penerapan langkah-langkah
pembelajaran karena dinilai menyenangkan dan runtut tetapi tidak mudah
dilaksanakan dan kurang memudahkan penyelesaian tugas serta kurang membantu
pemahaman materi pembelajaran.
Respon siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 84% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 23,81% memberikan respon
sangat baik terhadap penerapan pendekatan pembelajaran karena dinilai memudahkan
penyelesaian tugas, melibatkan pemerolehan pengalaman belajar, memudahkan
pemahaman materi pembelajaran, dan menarik. Sebanyak 6 siswa dengan persentase
sebesar 52,38% memberikan respon baik terhadap penerapan pendekatan
pembelajaran karena dinilai melibatkan pemerolehan pengalaman belajar,
memudahkan pemahaman materi pembelajaran, dan menarik tetapi tidak
memudahkan penyelesaian tugas. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar
23,81% memberikan respon cukup terhadap penerapan pendekatan pembelajaran
karena dinilai memudahkan pemahaman materi pembelajaran, dan menarik tetapi
tidak memudahkan penyelesaian tugas dan kurang melibatkan pemerolehan
pengalaman belajar.
Respon siswa terhadap sikap guru ketika pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase ketercapaian nilai sebesar 94% dari tingkat persentase ketercapaian
maksimal sebesar 100%. Sebanyak 8 siswa dengan persentase sebesar 76,19%
memberikan respon sangat baik terhadap sikap guru ketika pembelajaran karena
dinilai menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran, memberikan
bimbingan, memberikan motivasi, memberikan penghargaan, memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk bertanya, berpendapat, atau pun
mengajukan pertanyaan. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 19,05%
memberikan respon baik terhadap sikap guru ketika pembelajaran karena dinilai
memberikan bimbingan, memberikan motivasi, memberikan penghargaan,
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk bertanya, berpendapat,
atau pun mengajukan pertanyaan tetapi kurang menanamkan nilai-nilai kehidupan
dalam pembelajaran. Sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 4,76% memberikan
respon baik terhadap sikap guru ketika pembelajaran karena dinilai memberikan
motivasi, memberikan penghargaan, memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap siswa untuk bertanya, berpendapat, atau pun mengajukan pertanyaan tetapi
kurang menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran dan kurang
memberikan bimbingan.
Berdasarkan hasil respon siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang melalui penggunaan kooperatif Matematika siklus pertama, diketahui
terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran yang direpresentasikan pada hasil
pencapaian nilai terendah pada butir respon siklus pertama. Hal itu meliputi
pengelolaan tempet belajar, pengelolaan diskusi dalam pembelajaran, dan pengelolaan
langkah-langkah pembelajaran. Beberapa kelemahan itu menjadi bahan kajian dalam
refleksi sebagai dasar perbaikan tindakan siklus kedua.

A.2 Siklus II

Siklus kedua dilaksanakan pada Rabu, 4 April 2018 mata pelajaran matematika,
jam pelajaran ketiga dan keempat. Pembelajaran siklus kedua diikuti oleh semua
siswa kelas IV yang berjumlah 15 siswa terdiri atas 4 laki-laki dan 11 perempuan.

A.2.1 Data Tentang Rencana

Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua direncanakan sesuai dengan hasil refleksi


siklus pertama. Hal itu dilakukan sebagai bentuk upaya perbaikan tindakan terhadap
kelebihan dan kelemahan pembelajaran siklus pertama.
Beberapa upaya perbaikan dan peningkatan kualitas aktivitas guru, aktivitas
siswa, hasil belajar siswa, dan kualitas respon siswa pelaksanaan siklus kedua
dijabarkan sebagai berikut:

(1) Pembelajaran akan lebih melibatkan partisipasi siswa secara aktif. Hal itu
dilakukan dengan pengondisian, pemotivasian, dan pemberian penghargaan kepada
siswa.
(2) Memotivasi siswa untuk bertanya akan ditingkatkan dengan cara memberikan
semangat agar siswa tidak ragu-ragu dan takut, sehingga kemunculan aktivitas guru
menjawab pertanyaan siswa akan naik.
(3) Pendemonstrasian media pembelajaran lebih dioptimalkan, dengan penataan ruang
agar semua siswa bisa melihat media.
(4) Penerapan permainan siklus kedua tetap dilaksanakan sebagaimana siklus pertama,
akan lebih bervareatif agar tetap menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

(1) Pada kegiatan awal pembelajaran, guru menyampaikan pendahuluan. Penyampaian


pendahuluan meliputi, tujuan pembelajaran, pengondisian apersepsi oleh siswa.
Tujuan pembelajaran meliputi kemampuan siswa mengidentifikasi menjumlahkan
dan mengurangkan bilangan bulat. Pengondisian apersepsi oleh siswa dilakukan
dengan cara bertanya jawab tentang cara penjumlahan bilangan bulat.
(2) Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan materi pembelajaran.
Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan siswa membentuk kelompok
beranggotakan 4 orang berdasarkan permainan angka. Setiap kelompok membuat 3
membuat garis bilangan positif dan negatif. Guru menjelaskan cara dan memberi
contoh penjumlahan menggunakan garis bilangan. Dalam menyampaikan materi,
guru memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, ataupun
tanggapan. Siswa mengerjakan tugas menulis menjumlahkan bilangan bulat positif
dan menjumlahkan bilangan bulat negatif. Setiap kelompok berdiskusi
menjumlahkan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan. Dengan
menerapkan permainan tepuk tangan, kelompok yang anggotanya bertepuk tangan
tidak tepat ialah yang mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain
mencermati dan memberikan tanggapan.
(3) Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa merefleksikan kegiatan dan hasil
pembelajaran.

A.2.2 Pengamatan
Kegiatan pengamatan, pencatatan, dan perekaman terhadap aktivitas guru,
aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan respon siswa.

A.2.2.1 Aktivitas Guru Siklus II

Data hasil pengamatan aktivitas guru dinyatakan dalam persentase. Data hasil
aktivitas guru pelaksanaan pembelajaran siklus kedua ditunjukkan pada tabel 4.5
berikut. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran 4.a.

Tabel 4.5
Aktivitas Guru Siklus II

Jumlah Prosentase
No. Kategori Aktivitas
Kemunculan Kemunculan

1 Guru menyampaikan pendahuluan, 3 14,29%

2 Guru menjelaskan materi pembelajaran 4 19,05%


3 Guru memberikan contoh atau ilustrasi, 3 14,29%

4 Guru mendemonstrasikan media


2 9,52%
pembelajaran

5 Guru menerapkan permainan 3 14,29%

6 Guru memotivasi siswa untuk bertanya 1 4,76%

7 Guru menjawab pertanyaan siswa, 1 4,76%

8 Guru mengajukan pertanyaan 2 9,52%

9 Guru memotivasi untuk menjawab


1 4,76%
pertanyaan

10 Guru memotivasi siswa mengajukan


1 4,76%
pendapat atau tanggapan
11 Guru memberi tugas 2 9,52%

12 Guru membimbing siswa menyelesaikan


2 9,52%
tugas

13 Guru mengondisikan siswa melakukan


3 14,29%
diskusi kelompok

14 Guru mengondisikan siswa


2 9,52%
mempresentasikan hasil penyelesaian tugas

15 Guru mengontrol akitivitas siswa 3 14,29%

16 Mengondisikan siswa merefleksikan


1 4,76%
kegiatan dan hasil pembelajaran.
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa aktivitas guru yang dominan pada
pembelajaran siklus kedua ialah menjelaskan materi pembelajaran, mengajukan
pertanyaan, memberikan tugas, dan mengontrol aktivitas siswa.
Aktivitas guru menyampaikan pendahuluan pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase kemunculan 14,29%. Aktivitas itu meliputi penjelasan tujuan
pembelajaran, pengondisian apersepsi siswa, penjelasan bentuk dan konsep
penggunaan kooperatif matematika dalam pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang. Dalam penyampaian pendahuluan pembelajaran siklus pertama guru
belum dapat melaksanakan dengan maksimal.
Aktivitas guru menjelaskan materi pembelajaran pada siklus kedua termasuk
kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar 19,05%. Hal
itu dikondisikan karena sesuai dengan hasil apersepsi siswa terkait pembelajaran
mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. Aktivitas guru
menjelaskan materi pembelajaran ini diupayakan untuk memahami konsep
menemukan oleh siswa meskipun memerlukan pemotivasian yang tidak dapat
berlangsung secara singkat. Penyampaian materi pembelajaran juga ditunjang dengan
pemfungsionalan media kooperatif matematika pada pembelajaran mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilagan bulat.
Aktivitas guru memberikan contoh atau ilustrasi pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase kemunculan 14,29%. Aktivitas guru memberikan contoh
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu didasarkan pada
aktivitas guru memberikan contoh konkrit tentang menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat.Aktivitas itu dilakukan dengan memberikan contoh cara menjumlahkan
dan mengurangkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Pemberian
contoh itu dilakukan sebagai sarana pemodelan dan pemahaman konsep oleh siswa.
Dalam pelaksanaannya pada pembelajaran siklus kedua, pemberian contoh atau
ilustrasi tersebut masih didominasi oleh guru. Pemotivasian pemberian contoh oleh
siswa perlu ditingkatkan.
Aktivitas guru mendemonstrasikan media pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas guru mendemonstrasikan media
pembelajaran merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu
didasarkan pada pengondisian siswa untuk dapat memfungsionalkan media
pembelajaran melalui kegiatan merangkai kooperatif matematika berbentuk
menjumlahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari. Pendemonstrasian media
pembelajaran itu sangat membantu siswa dalam memfungsionalkan media
pembelajaran. Dengan mengoptimalkan pemfungsionalan media pembelajaran, siswa
dapat menyelesaikan tugas pembelajaran
Aktivitas guru menerapkan permainan dalam pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan sebesar 14,29%. Aktivitas guru menerapkan permainan dalam
pembelajaran merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu
didasarkan pada pelibatan aktivitas fisik dan mental siswa dengan bergerak dan
berbuat melalui kegiatan bermain. Aktivitas itu dilakukan dengan menerapkan
permainan pembentukan kelompok, dan permainan penentuan presentasi hasil
penyelesain tugas. Penerapan permainan ini bertujuan memotivasi semangat belajar
siswa dan membuat suasana gembira dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya,
permainan pembentukkan kelompok siklus pertama tidak menemukan hambatan.
Aktivitas guru memotivasi siswa bertanya pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase kemunculan 4,76%. Aktivitas guru memotivasi siswa bertanya
merupakan representasi pengguaan kooperatif matematika. Hal itu didasarkan pada
pelibatan siswa untuk menemukan konsep dan pemahaman berdasarkan pengetahuan
awal. Dengan demikian, siswa dengan mudah memahami dan menerapkan konsep
tersebut. aktivitas itu dilakukan pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran.
Hal itu karena siswa kurang berani dan ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan
meskipun terhadap hal yang belum dimengerti. Guru memotivasi siswa bertanya
melalui bentuk pemberian pujian, dan penghargaan.
Aktivitas guru menjawab pertanyaan siswa pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas dilakukan sebagai bentuk
umpan balik kepada siswa yang bertanya. Setiap pertanyaan siswa dikondisikan
kepada siswa lain untuk menjawab. Dalam pelaksanaanya, pemberi kesempatan dan
pemotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan pada pembelajaran akan lebih hidup.
Aktivitas guru mengajukan pertanyaan pada pembelajaran siklus kedua termasuk
kedalam kategori aktivitas dominan dengan persentase kemunculan sebesar 9,52%.
Aktivitas itu dilakukan dengan tujuan mendorong keaktifan siswa menjawab
pertanyaan, mengajukan pendapat dan tanggapan, serta keberanian siswa mengajukan
pertanyaan. Aktivitas guru memotivasi siswa mengajukan pertanyaan pembelajaran
siklus pertama belum memberikan hasil yang signifikan. Oleh karena itu, bentuk
aktivitas guru mengajukan pertanyaan menjadi salah satu pilihan tindakan yang
diambil.
Aktivitas guru memotivasi siswa menjawab pertanyaan pada pembelajaran siklus
kedua memiliki persentase kemunculan 4,76%. Aktivitas guru memotivasi siswa
menjawab pertanyaan merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika.
Hal itu didasarkan pada konsep pelibatan partisipasi siswa meskipun masih
melibatkan peran guru secara aktif. Aktivitas itu dilakukan sebagai bentuk pemberian
balikan-balikan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan guru ataupun siswa lain.
Aktivitas itu dapat mengondisikan siswa lebih beranidalam menyampaikan pendapat
atau tanggapan sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan guru ataupun siswa lain.
Aktivitas guru memotivasi siswa mengajukan pendapat atau tanggapan pada
pembelajaran siklus kedua memiliki presentase kemunculan 4,76%. Aktivitas guru
memotivasi siswa mengajukan pendapat atau tanggapan merupakan representasi
penggunaan kooperatif matematika. Aktivitas itu dilakukan dengan memotivasi siswa
mengajukan pendapat dan tanggapan dalam kegiatan presentasi hasil penyelesaian
tugas, dan memotivasi siswa dalam menjawab pertanyaan guru atau pun siswa lain
melalui silang pendapat. Dalam pelaksanaannya siswa masih kurang berani dan ragu-
ragu dalam mengajukan pendapat dan tanggapan.
Aktivitas guru memberikan tugas pada pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan 9,52%. Aktivitas guru memberikan tugas merupakan
representasi penggunaan kooperatif matematika. Hal itu didasarkan pada pelibatan
aktivitas siswa melalui penyelesaian tugas. Pemberian tugas itu merupakan upaya
penguatan atas pemahaman materi pembelajaran siswa dan pencapaian kompetensi
mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat sebagai tujuan
pembelajaran.
Aktivitas guru membimbing siswa menyelesaikan tugas pembelajaran siklus
kedua memiliki presentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas itu dilakukan dengan
mengontrol proses penyelasaian tugas dari satu kelompok ke kelompok yang lain dan
dari satu siswa ke siswa yang lain. Bimbingan diberikan sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi atau bagian yang kurang dimengerti oleh siswa. Dalam pelaksanaannya, guru
membimbing siswa menyelesaikan tugas dengan mengitensifkan kegiatan tanya
jawab.
Aktivitas guru mengondisikan siswa melakukan diskusi kelompok pada
pembelajaran siklus kedua memiliki presentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas
guru mengondisikan siswa melakukan diskusi merupakan representasi penggunaan
kooperatif matematika. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan kooperatif
matematika serta media (kooperatif matematika). Dalam pelaksanaannya, penerapan
diskusi kelompok pada pembelajaran siklus kedua belum terkondisi dengan baik. Hal
itu diketahui dari perilaku siswa bekerja secara individu dan masih ada beberapa siswa
yang tidak ikut kerjasama dalam kelompoknya. Kelemahan itu menjadai bahan
refleksi sebagai dasar perbaikan siklus kedua.
Aktivitas guru mengontrol aktivitas siswa pada pembelajaran siklus kedua
termasuk kedalam kategori aktivitas dominan dengan persentase kemunculan sebesar
14,29%. Aktivitas guru mengontrol aktivitas siswa merupakan representasi
penggunaan kit matematika. Hal itu didasarkan pada pencapaian dan pengoptimalan
aktivitas fisik dan mental siswa melalui pemerolehan pengalaman belajar dengan
menempatkan guru sebagai sarana pendampingan. Aktivitas itu dilakukan dengan
memantau aktivitas siswa menyelesaikan tugas, berdiskusi, memfungsikan media
pembelajaran, mempresentasikan hasil penyelesaian tugas, maupun melakukan
permainan dalam pembelajaran. Dari kegiatan mengontrol ktivitas siswa, guru dapat
mengetahui kesulitan atau hambatan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran.
Aktivitas guru mengondisikan siswa merefleksikan kegiatan dan hasil
pembelajaran pada siklus kedu memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%.
Aktivitas guru mengondisikan siswa merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa memberikan
simpulan, mengajukan pendapat secara lisan. Ada satu siswa yang memberikan
pendapat, “kooperatif matematika yang digunakan dalam penyelesaian tugas kurang
tebal”. Kelemahan itu menjadai bahan refleksi sebagai dasar perbaikan siklus kedua.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada pembelajaran siklus kedua,
pengamat yang juga selaku teman sejawat (MM) memberikan beberapa catatan
sebagai bentuk representasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran siklus pertama.
Beberapa kelebihan dan kelemahan itu dijabarkan sebagai berikut:

 Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran sudah baik.

A.2.2.2 Aktivitas Siswa Siklus II

Data hasil pengamatan aktivitas siswa dinyatakan dalam persentase. Data haasil
pengamatan aktivitas siswa siklus pertama ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut. Secara
rinci, data hasil pengamatan aktivitas siswa pembelajaran siklus kedua dapat dilihat
pada lampiran 5a.

Tabel 4.6
Aktivitas Siswa Siklus II

Jumlah
Prosentase
No. Kategori Aktivitas Kemuncula
Kemunculan
n

1 Siswa melakukan apersepsi 2 9,52%


2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 4 19,05%

3 Siswa memfungsionalkan media pembelajaran 2 9,52%

Siswa melakukan permainan dalam


4 3 14,29%
pembelajaran

5 Siswa mengajukan pertanyaan 1 4,76%

6 Siswa menjawab pertanyaan guru 2 9,52%

7 Siswa mengajukan pendapat dan tanggapan 1 4,76%

8 Siswa mengerjakan tugas 2 9,52%

9 Siswa melakukan diskusi kelompok 3 14,29%


Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian
10 1 4,76%
tugas

Siswa merefleksi kegiatan dan hasil


11 1 4,76%
pembelajaran

Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa yang dominan pada
pembelajaran siklus pertama ialah memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi
kelompok, dan mempresentasikan hasil penyelesaian tugas.
Aktivitas siswa memperhatikan penjelasan guru pada pembelajaran siklus kedua
termasuk kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar
19,05%. Hal itu karena siswa belum memiliki pemahaman konsep, dan tujuan
pencapaian kompetensi mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
bulat yang akan dicapai. Dalam pelaksanaannya, aktivitas itu dilakukan siswa ketika
memperhatikan penjelasan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, memberi
contoh, mendemonstrasikan media pembelajaran, dan memberikan tugas.
Aktivitas siswa melakukan permainan pada pembelajaran siklus pertama
termasuk kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar
14,29%. Aktivitas siswa melakukan permainan pada pembelajaran merupakan
representasi penggunaan kit matematika. Penerapan permainan pembelajaran siklus
pertama diwujudkan dalam bentuk permainan urutan angka dan tepuk tangan.
Permainan bentuk urutan angka berfungsi sebagai sarana pembentukan kelompok dan
permainan tepuk tangan difungsikan sebagai sarana penetapan presentasi hasil
penyelesaian tugas.
Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pembelajaran siklus kedua termasuk
kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase kemunculan sebesar 9,52%. Hal
itu karena siswa tidak dikondisikan hanya memahami materi pembelajaran tanpa
bentuk penerapan dan pemerolehan pengalaman belajar. Aktivitas siswa mengerjakan
tugas merupakan representasi penggunaan kit matematika. Dalam pelaksanaannya,
siswa mengerjakan tugas dengan membuat garis bilangan , kemudian mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat yang telah dibuat. Penyelesaian
tugas siswa pada pembelajaran siklus pertama menemui beberapa hambatan sehingga
melebihi alokasi waktu yang ditentukan. Hal itu menjadi kelemahan pelaksanaan
pembelajaran siklus kedua yang akan menjadi bahan refleksi untuk perbaikan
tindakan siklus kedua.
Aktivitas siswa mempresentasikan hasil penyelesaian tugas pada pembelajaran
siklus kedua termasuk kedalam aktivitas yang dominan dengan persentase
kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas siswa mempresentasikan hasil penyelesaian
tugas merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa
mempresentasikan hasil penyelesaian tugas dengan menyajikan gambaran secara lisan
untuk ditanggapan oleh siswa/kelompok lain.
Aktivitas siswa melakukan apersepsi pada pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas siswa melakukan apersepsi tugas
merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika. Siswa melakukan
apersepsi berdasarkan pengetahuan awal dan konteks siswa sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
melalui penggunaan kooperatif matematika mudah dikaitkan dengan dunia siswa.
Dalam pelaksanaannya, aktivitas siswa melakukan apersepsi pembelajaran siklus
pertama membutuhkan waktu yang cukup lama. Siswa belum terkondisi dengan baik
untuk mengikuti pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat. Hal itu merupakan kelemahan pembelajaran siklus kedua yang
menjadi bahan refleksi sebagai dasar perbaikan tindakan siklus kedua.
Aktivitas siswa memfungsionalkan media pembelajaran pada pembelajaran siklus
kedua memiliki persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas siswa
memfungsionalkan media pembelajaran merupakan representasi penggunaan
kooperatif matematika. Siswa memfungsionalkan media pembelajaran siklus pertama
dengan merangkai kooperatif matematika menjadi penjumlahan bilangan bulat secara
tepat. Pemfungsionalan media pembelajaran itu memiliki tujuan sebagai sarana
penyelesaian tugas. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus kedua, siswa belum
optimal dalam memfungsikan media kooperatif matematika. Hal itu diketahui dari
kekurang cermatan siswa penjumlahan menggunakan garis bilangan .
Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pada pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan sebesar 4,76%. Hal itu karena siswa kurang berani dan kurang
memahami penjelasan guru. Hal itu merupakan kelemahan pelaksanaan pembelajaran
siklus pertama yang menjadi bahan refleksi sebagai dasar tindakan perbaikan siklus
kedua.
Aktivitas siswa menjawab pertanyaan guru pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase kemunculan sebesar 9,52%. Aktivitas siswa menjawab
pertanyaan merupakan representasi penggunaan kit matematika. Siswa memberikan
suatu jawaban masalah yang diajukan guru ataupun siswa yang diajukan lain siswa
lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus kedua, aktivitas siswa menjawab
pertanyaan memiliki kencenderungan didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja.
Aktivitas siswa mengajukan pendapat dan tanggapan pada pembelajaran siklus
kedua memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas siswa mengajukan,
pendapat dan tanggapan merupakan representasi penggunaan kooperatif matematika.
Hal itu didasarkan pada konsep pelibatan siswa secara aktif yang salah satunya dalam
bentuk pengajuan pendapat dan tanggapan. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus
pertama, aktivitas siswa mengajukan pendapat dan tanggapan membutuhkan peran
guru untuk memotivasi. Siswa merasa takut dan ragu-ragu untuk menyatakan
pendapat dan tanggapan. Hal itu merupakan kelemahan yang menjadi bahan refleksi
sebagai dasar perbaikan tindakan pembelajaran siklus kedua.
Aktivitas siswa melakukan diskusi kelompok pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase 14,29%. Aktivitas ini direpresentasikan dalam bentuk
penyimpulan hasil penyelesaian tugas individu yang ditindak lanjuti dengan kegiatan
mempresentasikan hasil diskusi kelomopok.
Aktivitas siswa merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran pada siklus kedua
memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas siswa merefleksikan
kegiatan dan hasil pembelajaran merupakan representasi penggunaan kooperatif
matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus pertama, aktivitas siswa
merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran masih didominasi oleh peran guru. Hal
itu merupakan kelemahan pelaksanaan pembelajaran siklus pertama yang menjadi
bahan refleksi sebagai dasar perbaikan tindakan siklus kedua.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus pertama,
pengamat yang juga selaku teman sejawat (MM) memberikan beberapa catatan
sebagai bentuk representasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran siklus pertama.
Beberapa kelebihan dan kelemahan itu dijabarkan sebagai berikut:

 Pengelolaan setiap komponen yang diamati sudah cukup.

A.2.2.3 Hasil Belajar Siswa Siklus II

Data hasil belajar siswa pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat bangun


ruang melalui penggunaan kooperatif matematika siklus kedua ditunjukkan pada tabel
4.7 berikut. Secara rinci, data hasil belajar siswa pembelajaran mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif
matematika siklus pertama dapat dilihat pada lampiran 6a.

Tabel 4.7
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nama Siswa Nilai

1 INTAN TRI WIJAYANTI 83

2 ALFI DWI NUR FAHRIN 75

3 ALYA AFNAN MUFIDAH 70

4 ANA FITRIYAH 80

5 BILQIS INDRI AYUNITA 70

6 DUROTUL NUR AZIZAH 70

7 FENISA AMELYA RAHMA 70

8 JESICA ALLISSYA PUSPITA 85


9 MUHAMMAD ABID ANNABIL HIBATULLAH 95

10 M. DWI FAJAR NURROHMAN 70

11 MUHAMMAD RISA NUR MUSTOFA 75

12 NISRINA AINUL FARICHAH 75

13 SELLY CLARISSA 75

14 SEPTHIA RENI NUR RAMADHANI 70

15 FEBRIANDRA ARIF PUTRA 60

Jumlah 918

Rata-rata 76
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa dalam pembelajaran
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui penggunaan kooperatif matematika
siklus kedua adalah 76. Nilai rata-rata hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang siklus kedua lebih baik disbanding siklus pertama. Dengan kata lain, nilai rata-
rata hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata hasil belajar mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat siswa siklus kedua sudah sesuai dengan pencapaian indikator
keberhasilan atau kriteria ketuntasan minimal sebesar 76.

A.2.2.4 Respon Siswa Siklus II

Data hasil respon siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan


dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif matematika
dinyatakan dalam persentase. Data hasil belajar siswa pembelajaran mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif
matematika siklus pertama ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut. Secara rinci, data hasil
respon siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama dapat dilihat pada lampiran
7a.

Tabel 4.8
Respon Siswa Siklus II

Jawaban Butir Respon

No %
Butir Respon SB/5 B/4 C/3 K/2 SK/1 ∑N
. N

f/% f/% f/% f/% f/%

Bagaimana pengondisian 8 4 9
1 - - 83 79
tempat belajar? 38,10 19,05 42,86

Bagaimana penjelasan 15 6
2 - - - 99 94,3
materi pembelajaran? 71,43 28,57

Bagaimana penggunaan 5 14 2
3 - - 87 82,9
media pembelajaran? 23,10 66,67 9,52

Bagaimana penerapan 8 9 4
4 permainan dalam - - 88 83,8
38,10 42,86 19,05
pembelajaran?
Bagaimana penyelesaian 9 6 6
5 - - 87 82,9
tugas dan perlatihan? 42,86 28,57 28,57

Bagaimana pelaksanaan 11 9 1
6 - - 94 89,5
diskusi pembelajaran? 52,38 42,86 4,76

Bagaimana penetapan 6 8 7
7 alokasi waktu - - 83 79
28,57 38,10 33,33
pembelajaran?

Bagaimana penerapan 10 10 1
8 langkah-langkah - - 93 88,6
47,62 47,62 4,76
pembelajaran?

Bagaimana penerapan 6 10 5
9 - - 85 81
pendekatan pembelajaran? 47,62 47,62 4,76

Bagaimana sikap guru 16 5


10 - - - 100 95,2
ketika pembelajaran? 76,19 23,81

Jumlah 94 81 35 - - 899
Persentase 44,76 38,57 16,67 - - 85,62

Ketrangan:
F : frekuensi
∑ N : Jumlah nilai respon
% N: persentase nilai respon

Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa persentase ketercapaian nilai respon siswa
terhadap pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
bulat melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama 85,62%. Hal itu
dijabarkan dengan rincian jawaban respon siswa berikut:

1. Siswa memberi jawaban respon sangat baik ialah 44,76%;


2. Siswa memberi jawaban respon baik ialah 38,57%;
3. Siswa memberi jawaban respon cukup ialah 16,67%;
4. Siswa memberi jawaban respon kurang ialah 0%;
5. Siswa memberi jawaban respon sangat kurang ialah 0%;

Respon siswa terhadap pengondisian tempat belajar pelaksanaan pembelajaran


siklus pertama memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 79% dari tingkat
persentase ketercapaian maksimal 100%. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar
38,10% memberikan respon sangat baik terhadap pengodisian tempat belajar karena
dinilai fungsional, efektif, relevan atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran,
menarik, dan variatif. Sebanyak 2 siswa dengan persentase sebesar 19,05%
memberikan respon baik terhadap pengodisian tempat belajar karena dinilai efektif,
relevan atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, menarik, dan variatif tetapi
kurang atau tidak fungsional. Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 42,86%
memberikan respon cukup terhadap pengodisian tempat belajar karena dinilai
relevan atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, menarik, dan variatif tetapi
kurang fungsional atau kurang efektif.
Respon siswa terhadap penjelasan materi pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan nilai sebesar 94,3% dari tingkat persentase ketercapaian
maksimal 100%. Sebanyak 15 siswa dengan persentase sebesar 71,43% memberikan
respon sangat baik terhadap penjelasan materi pembelajaran karena dinilai jelas atau
kalimat mudah dipahamai, rinci, inspirstif, runtut, dan singkat. Sebanyak 6 siswa
dengan persentase sebesar 28,57% memberikan respon baik penjelasan materi
pembelajaran karena dinilai rinci, inspirstif, runtut, dan singkat tetapi kalimat tidak
mudah dipahami.
Respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase kemunculan nilai sebesar 82,9% dari tingkat persentase ketercapaian
maksimal 100%. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar 23,10% memberikan
respon sangat baik terhadap penggunaan media pembelajaran karena dinilai
fungsional, mudah digunakan atau operasional, inspiratif, menarik, dan variatif.
Sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 66,67% memberikan respon baik
terhadap penggunaan media pembelajaran karena dinilai mudah digunakan atau
operasional, inspiratif, menarik, dan variatif tetapi kurang fungsional. Sebanyak 1
siswa dengan persentase sebesar 9,52% memberikan respon cukup terhadap
penggunaan materi pembelajaran karena dinilai inspiratif, menarik, dan variatif
tetapi kurang fungsional dan kurang operasional.
Respon siswa terhadap penerapan permainan dalam pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase kemunculan nilai sebesar 83,8% dari tingkat persentase
ketercapaian maksimal 100%. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar 38,10%
memberikan respon sangat baik terhadap penerapan permainan dalam pembelajaran
karena dinilai fungsional, mudah dilaksanakan atau operasional, sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran, menyenangkan, dan variatif. Sebanyak 5 siswa dengan
persentase sebesar 42,86% memberikan respon baik terhadap penerapan permainan
dalam pembelajaran karena dinilai mudah dilaksanakan atau operasional, sesuai
dengan pelaksanaan pembelajaran, menyenangkan, dan variatif tetapi kurang
fungsional. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 19,05% memberikan respon
cukup terhadap penggunaan materi pembelajaran karena dinilai sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran, menyenangkan, dan variatif tetapi kurang fungsional dan
kurang operasional.
Respon siswa terhadap penyelesaian tugas dalam pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 82,9% dari tingkat persentase
maksimal 100%. Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 42,82% memberikan
respon sangat baik dalam penyelesaian tugas karena dinilai mudah, memberikan
pengalaman belajar, sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai dengan alokasi waktu,
dan memotivasi keingintahuan. Sebanyak 3 siswa dengan persentase 28,57%
memberikan respon baik terhadap penyelesaian tugas dalam pembelajaran karena
dinilai memberikan pengalaman belajar, sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai
dengan alokasi waktu, dan memotivasi keingintahuan tetapi tidak mudah. Sebanyak 3
siswa dengan persentase 28,57% memberikan respon cukup terhadap penyelesaian
tugas dalam pembelajaran karena dinilai sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai
dengan alokasi waktu, dan memotivasi keingintahuan tetapi tidak mudah dan kurang
memberikan pengalaman belajar.
Respon siswa terhadap pelaksanaan diskusi pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilain sebesar 89,5% dari tingkat persentase
maksimal 100%. Sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 52,38% memberikan
respon sangat baik dalam pelaksanaan diskusi pembelajaran karena dinilai membantu
pemahaman materi pembelajaran, memudahkan mengidentifikasi menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat, menarik, melatih keberanian mengungkapkan gagasan
dan tanggapan, dan menumbuhkan kerjasama. Sebanyak 5 siswa dengan persentase
42,86% memberikan respon baik terhadap pelaksanaan diskusi pembelajaran dalam
pembelajaran karena dinilai memudahkan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang,
menarik, melatih keberanian mengungkapkan gagasan dan tanggapan, dan
menumbuhkan kerjasama tetapi kurang membantu pemahaman materi pembelajaran.
Sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,35% memberikan respon cukup terhadap
pelaksanaan diskusi pembelajaran dalam pembelajaran karena dinilai menarik,
melatih keberanian mengungkapkan gagasan dan tanggapan, dan menumbuhkan
kerjasama tetapi kurang membantu pemahaman materi pembelajaran dan kurang
memudahkan mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat.
Respon siswa terhadap penetapan alokasi waktu pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 79% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 42,86% memberikan respon
sangat baik dalam penetapan alokasi waktu pembelajaran karena dinilai sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran, sesuai dengan penyelesaian tugas, sesuai dengan
penyampaian materi pembelajaran, sesuai dengan pelaksanaan diskusi, dan sesuai
dengan pelaksanaan permainan. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar 38,10%
memberikan respon baik dalam penetapan alokasi waktu pembelajaran karena dinilai
sesuai dengan penyelesaian tugas, sesuai dengan penyampaian materi pembelajaran,
sesuai dengan pelaksanaan diskusi, dan sesuai dengan pelaksanaan permainan tetapi
kurang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Sebanyak 5 siswa dengan
persentase sebesar 33,33% memberikan respon cukup dalam penetapan alokasi waktu
pembelajaran karena dinilai sesuai dengan penyampaian materi pembelajaran, sesuai
dengan pelaksanaan diskusi, dan sesuai dengan pelaksanaan permainan tetapi kurang
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dan kurang sesuai dengan penyelesaian
tugas.
Respon siswa terhadap penerapan langkah-langkah pembelajaran siklus pertama
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 88% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 47,62% memberikan respon
sangat baik terhadap penerapan langkah-langkah pembelajaran karena dinilai mudah
dilaksanakan, memudahkan penyelesaian tugas, membantu pemahaman materi
pembelajaran, menyenangkan dan runtut. Sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar
47,62% memberikan respon baik terhadap penerapan langkah-langkah pembelajaran
karena dinilai memudahkan penyelesaian tugas, membantu pemahaman materi
pembelajaran, menyenangkan dan runtut tetapi tidak mudah dilaksanakan
Respon siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase ketercapaian nilai sebesar 81% dari tingkat persentase maksimal
100%. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 28,57% memberikan respon
sangat baik terhadap penerapan pendekatan pembelajaran karena dinilai memudahkan
penyelesaian tugas, melibatkan pemerolehan pengalaman belajar, memudahkan
pemahaman materi pembelajaran, dan menarik. Sebanyak 6 siswa dengan persentase
sebesar 47,62% memberikan respon baik terhadap penerapan pendekatan
pembelajaran karena dinilai melibatkan pemerolehan pengalaman belajar,
memudahkan pemahaman materi pembelajaran, dan menarik tetapi tidak
memudahkan penyelesaian tugas. Sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar
23,81% memberikan respon cukup terhadap penerapan pendekatan pembelajaran
karena dinilai memudahkan pemahaman materi pembelajaran, dan menarik tetapi
tidak memudahkan penyelesaian tugas dan kurang melibatkan pemerolehan
pengalaman belajar.
Respon siswa terhadap sikap guru ketika pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase ketercapaian nilai sebesar 95,2% dari tingkat persentase ketercapaian
maksimal sebesar 100%. Sebanyak 8 siswa dengan persentase sebesar 76,19%
memberikan respon sangat baik terhadap sikap guru ketika pembelajaran karena
dinilai menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran, memberikan
bimbingan, memberikan motivasi, memberikan penghargaan, memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk bertanya, berpendapat, atau pun
mengajukan pertanyaan. Sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar 23,10%
memberikan respon baik terhadap sikap guru ketika pembelajaran karena dinilai
memberikan bimbingan, memberikan motivasi, memberikan penghargaan,
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk bertanya, berpendapat,
atau pun mengajukan pertanyaan tetapi kurang menanamkan nilai-nilai kehidupan
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil respon siswa terhadap pembelajaran mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif
Matematika siklus kedua, diketahui bahwa persentase ketercapaian nilai respon siswa
mempresentasikan beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan merupakan bentuk
representasi sikap positif siswa terhadap penjelasan materi, penerapan permainan
dalam pembelajaran, pelaksanaan diskusi pembelajaran, pengelolaan langkah-langkah
pembelajaran, dan sikap guru ketika pembelajaran. Kelemahan hasil respon siswa
pada pembelajaran siklus kedua adalah aspek pengelolaan tempat belajar.
B. Pembahasan
B.1. Aktivitas Guru

Data hasil pengamatan aktivitas guru pembelajaran mengidentifikasi


menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunan kooperatif
matematika siklus pertama dan kedua diyunjukkan pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9
Aktivitas Guru Siklus I-II

Siklus I Siklus II

No. Kategori Aktivitas

F %F F %F

1 Guru menyampaikan pendahuluan, 2 9,52% 3 14,29%

2 Guru menjelaskan materi pembelajaran 3 14,29% 4 19,05%

3 Guru memberikan contoh atau ilustrasi, 2 9,52% 3 14,29%


4 Guru mendemonstrasikan media
1 4,76% 2 9,52%
pembelajaran

5 Guru menerapkan permainan 2 9,52% 3 14,29%

6 Guru memotivasi siswa untuk bertanya 1 4,76% 1 4,76%

7 Guru menjawab pertanyaan siswa, - - 1 4,76%

8 Guru mengajukan pertanyaan 3 14,29% 2 9,52%

9 Guru memotivasi untuk menjawab


1 4,76% 1 4,76%
pertanyaan

10 Guru memotivasi siswa mengajukan


1 4,76% 1 4,76%
pendapat atau tanggapan

11 Guru memberi tugas 3 14,29% 2 9,52%


12 Guru membimbing siswa menyelesaikan
1 4,76% 2 9,52%
tugas

13 Guru mengondisikan siswa melakukan


2 9,52% 3 14,29%
diskusi kelompok

14 Guru mengondisikan siswa


1 4,76% 2 9,52%
mempresentasikan hasil penyelesaian tugas

15 Guru mengontrol akitivitas siswa 3 14,29% 3 14,29%

16 Mengondisikan siswa merefleksikan


1 4,76% 1 4,76%
kegiatan dan hasil pembelajaran.

Katerangan :
F: Jumlah Kemunculan
%F : Persentase Kemunculan
Peningkatan kualitas aktivitas guru dari siklus pertama ke siklus kedua ini
didasarkan pada persentase kemunculan aktivitas dan kelebihan serta kelemahan
penerapan aktivitas. Persentase kemunculan aktivitas direpresentasikan pada jumlah
kemunculan aktivitas serta kelebihan dan kelemahan aktivitas direpresentasikan pada
catatan pengamat atau teman sejawat. Artinya, persentase kemunculan suatu kategori
aktivitas guru dari siklus pertama ke siklus kedua dapat menunjukkan penurunan
sebagai representasi aspek kuantitas dan dapat menunjukkan peningkatan sebagai
aspek kualitas. Peningkatan aspek kualitas itulah yang menjadi orientasi bentuk
penerapan indukator keberhasilan aktivitas guru pada penelitian ini.
Aktivitas guru menyampaikan pendahuluan pada siklus pertama memiliki
persentase kemunculan 9,52%. Pada pembelajaran siklus kedua memiliki persentase
kemunculan 14,29%. Persentase kemunculan aktivitas guru menyampaikan
pendahuluan mengalami peningkatan dibandingkan pembelajaran siklus pertama. Hal
ini karena pada siklus pertama penyampaian pendahuluan belum optimal menyiapkan
siswa dalam pembelajaran.
Aktivitas guru menjelaskan materi pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase 14,29%. Pada pembelajaran siklus kedua memiliki persentase kemunculan
19,05%. Persentase kemunculan aktivitas guru menyampaikan menjelaskan materi
pembelajaran pada siklus kedua mengalami peningkatan dibandingkan pembelajaran
siklus pertama. Hal ini karena pada siklus pertama penyampaian penjelasan materi
pada siklus pertama menunjukkan hasil yang optimal, tentang pemahaman siswa
mengidentifkasi sifat-sifat bangun ruang.
Aktivitas guru memberikan contoh atau ilustrasi pada siklus pertama memiliki
persentase 9,52%. Pada pembelajaran siklus kedua memiliki persentase kemunculan
14,29%. Persentase kemunculan aktivitas guru memberikan contoh atau ilustrasi pada
silus kedua mengalami peningkatan dibandingkan pembelajaran siklus pertama. Hal
ini karena pada siklus pertama guru memberikan contoh atau ilustrasi pada siklus
kedua menunjukkan hasil yang optimal, tentang pemahaman siswa mengidentifkasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat.
Aktivitas guru mendemontrasikan media pembelajaran pada siklus pertama
memiliki persentase 4,76%. Pada pembelajaran siklus kedua memiliki persentase
kemunculan 9,52%. Persentase kemunculan aktivitas guru mendemontrasikan media
pembelajaran pada silus kedua mengalami peningkatan dibandingkan pembelajaran
siklus pertama. Hal ini guna mendukung pengoptimalan fungsi media pembelajaran
untuk menyelesaikan tugaas siswa, pengefektifan pembentukan kelompok dan
penentuan persentasi hasil tugas.
Aktivitas guru menerapkan permainan pada siklus pertama memiliki persentase
9,52%. Pada pembelajaran siklus kedua memiliki persentase kemunculan 14,29%.
Persentase kemunculan aktivitas guru menerapkan permainan pada silus kedua
mengalami peningkatan dibandingkan pembelajaran siklus pertama. Peningkatan
persentase keunculan aktivitas guru menerapkan permainan dalam pembelajaran itu
merupakan upaya melibatkan siswa secara aktif melalui pengkondisian suasana
pembelajaran yang menarik dan menyenagkan.
Aktivitas guru menjawab pertanyaan siswa pada pembelajaran siklus pertama
tidak memiliki kemunculan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran siklus kedua
memiliki persentase kemunculan sebesar 4,76%. Persentase sklus pertama ke siklus
kedua mengalami peningkatan. Hal ini karena pada siklus pertama siswa kurang
memahami materi pembelajaran siswa ragu-ragu dan takut untuk mengajukan
pertanyaan.
Ativitas guru memberikan tugas pada pembelajaran siklus pertama memiliki
persentase 14,29%. Pada siklus kedua memiliki persentase 9,52%. Persentase
kemunculan aktivitas guru memberikan tugas setiap siklus menunjukkan penurunan.
Hal ini dikarenakan pengefektifan palaksanaan pengerjaan tugas siswa terkait waktu.
Aktivitas guru membimbing siswa menyelesaikan tugas pembelajaran siklus
pertama memiliki persentase kemunculan 4,76%. Pada siklus kedua persentase
kemunculan 9,52%. Persentase kemunculan aktuvitas guru membimbing siswa
menyelesaikan tugas setiap silus menunjukkan penurunan. Hal ini dikarenakan siswa
sudah terkondisi dalam menyelesaikan tugas pembelajaran. Guru hanya memberikan
bimbingan melalui bentuk pendamping dengan representasi model tanya jawab.
Aktivitas guru mengkondisikan siswa melakukan diskusi kelompok pada
pembelajaran siklus pertama memiliki persentase kemunculan 4,76%, pada siklus
kedua persentase kemunculan sebesar 9,52%. Persentase kemunculan aktivitas guru
menkondisikan siswa melakukan diskusi kelompok pembelajaran siklus pertama ke
siklus kedua menunjukkan peningkatan. Hal ini dikarenakan pada siklus pertama
siswa kurang terkondisi dalam kerjasama kelompok.
Aktivitas guru dalam mengkontrol aktivitsa siswa pada siklus pertama memiliki
persentase kemunculan 14,29%, pada siklus kedua persentase kemunculan 14,29%.
Persentase kemunculan aktivitas guru mengkontrol aktivitas siswa pembelajaran
siklus pertama ke pembelajaran siklus kedua menunjukkan peningkatan. Hal ini
karena aktivitas guru mengkontrol aktivitas siswa lebih diterapkan dalam kegiatan
memberikan bimbingan dan pendampingan.

B.2 Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan siswa pembelajaran megidentifikasi menjumlahkan dan


mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif matematika siklus
kepertama dan siklus kedua ditunjukkan pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10
Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Siklus I Siklus II

No. Kategori Aktivitas

F %F F %F
1 Siswa melakukan apersepsi 2 9,52% 3 14,29%

2 Siswa memperhatikan penjelasan guru 5 23,81% 4 19,05%

Siswa memfungsionalkan media


3 1 4,76% 3 14,29%
pembelajaran

Siswa melakukan permainan dalam


4 2 9,52% 2 9,52%
pembelajaran

5 Siswa mengajukan pertanyaan - - 3 14,29%

6 Siswa menjawab pertanyaan guru 2 9,52% 1 4,76%

7 Siswa mengajukan pendapat dan tanggapan 1 4,76% 1 4,76%

8 Siswa mengerjakan tugas 2 9,52% 2 9,52%


9 Siswa melakukan diskusi kelompok 2 9,52% 1 4,76%

Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian


10 3 19,05% 1 4,76%
tugas

Siswa merefleksi kegiatan dan hasil


11 1 4,76% 2 9,52%
pembelajaran

Keterangan :
F : Jumlah Kemunculan
%F : Persentase Kemunculan

Kualitas aktivitas siswa melakukan apresiasi pembelajaran mengidentifikasi


sifat-sifat bangun ruang melalui kooperatif matematika siklus pertama ke siklus kedua
menunjukkan peningkatan. Aktivitas siswa melakukan apresiasi memiliki persentasi
kemunculan sebesar 9,52%, siklus kedua memiliki persentase kemunculan sebesar
14,29%.
Kualitas aktivitas siswa memperhatikan penjelasan guru pembelajaran
megidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui pengunaan
kooperatif matematika siklus pertama ke siklus kedua menunjukkan peningkatan.
Aktifitas siswa memperhatikan penjelasan guru memiliki persentasi kemunculan
sebesar 23,81%, siklus kedua memiliki persentase kemunculan sebesar 19,05%.
Penurunan persentae kemunculan aktivitas siswa memperhatikan penjelasan guru
pada siklus pertama ke siklus kedua mempersentasikan kuantitas aktivitas dengan
memberikan balikan pada aspek kualitas aktivitas apresiasi. Persentase yang menurun
bukan berarti siswa tidak memperhatikan penjelasan guru melainkan siswa hanya
belajar dengan konsep satu arah melalui penjelasan guru. Ktivitas siswa
memperhatikan penjelasan guru tidak hanya didasarkan pada besarnya persentase
kemunculan tetapi pada proses dan kualitas pelaksanaanya.
Aktifitas siswa memfungsionalkan media pembelajaran pada siklus pertama
memiliki kemunculan sebesar 4,76%, dan pembelajaran pada siklus kedua memiliki
kemunculan 14,29%. Persentase kemunculan aktivitas siswa memfungsionalkan
media pembelajaran siklus pertama ke siklus kedua menunjukkan peningkatan.
Pemfungsionalan media pembelajaran hanya sarana pencapaian pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan sebagai sarana penyelesaian tugas.
Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan tidak ada kemunculan pada
pembelajaran siklus pertama, pada siklus kedua memiliki persentase kemunculan
sebesar 14, 29%. Kualitas aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pembelajaran
mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui kit
matematika ini tidak hanya terbatas pada persentase kemunculan tetapi juga pada
peningkatan kualitas isi pendapat dan tanggapan siswa.
Aktivitas siswa menjawab pertanyaan guru pada siklus pertama memiliki
persentase kemunculan sebesar 9,52%, pada pembelajaran siklus kedua memiliki
persentase kemunculan sebesar 4,76%. Aktivitas siswa menjawab pertanyaan pada
pembelajaran siklus pertama ke siklus kedua menunjukkan penurunan. Hal ini karena
adanya kemunculan aktivitas siswa mengajukan pertanyaan dan dilakukan kegiatan
pemotivasian pemberian penghargaan.
Aktivitas siswa mempersentasikan hasil penyelesaian tugas pada pembelajaran
siklus pertama memiliki persentase kemunculan sebesar 19,05%, pada pembelajaran
siklus kedua memiliki kemunculan sebesar 4,76%. Penurunan persentase kemunculan
aktivitas siswa mempersentasikan hasil penyelesaian tugas siklus pertama ke siklus
kedua mengalami penurunan dikarenakan pengefektifan waktu.
Aktifitas siswa merefleksikan kegiatan dan hasil pembelajaran
mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui
penggunaan kooperatif matematika siklus pertama memiliki persentase kemunculan
sebesar 4,76%, pada siklus kedua memiliki persentase kemunculan sebesar 9,52%.
Persentase kemunculan aktivitas siswa menunjukkan peningkatan. Hal ini karena pada
pembelajaran siklus kedua siswa dikondisikan terlibat secara aktif merefleksikan
kegiatan dan hasil pembelajaran.
Hasil analisis kuantitas aktivitas siswa pada pebelajaran mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif
matematika menggunakan persentase kemunculan aktivitas dan catatan pengamat/
teman sejawat tentang kelebihan dan kelemahan penerapan aktivitas.

B.3. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa pembelajaran megidentifikasi sifat-sifat bangu ruang


melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama dan siklus kedua
ditunjukkan pada tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11

Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II


Nilai Nilai
No. Nama Siswa
Siklus I Siklus II

1 INTAN TRI WIJAYANTI 77 83

2 ALFI DWI NUR FAHRIN 72 75

3 ALYA AFNAN MUFIDAH 55 70

4 ANA FITRIYAH 77 80

5 BILQIS INDRI AYUNITA 55 70

6 DUROTUL NUR AZIZAH 75 85

7 FENISA AMELYA RAHMA 65 70


8 JESICA ALLISSYA PUSPITA 55 70

MUHAMMAD ABID ANNABIL


9 37 75
HIBATULLAH

10 M. DWI FAJAR NURROHMAN 64 70

MUHAMMAD RISA NUR


11 81 95
MUSTOFA

12 NISRINA AINUL FARICHAH 68 75

13 SELLY CLARISSA 65 80

14 SEPTHIA RENI NUR RAMADHANI 65 80

15 FEBRIANDRA ARIF PUTRA 60 75


Jumlah 781 918

Rata-rata 65 76

Pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa
pembelajaran mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
melalui penggunaan kooperatif matematika siklus pertama ke siklus kedua mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran megidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif
matematika siklus pertama ialah 65, nilai rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran
mengidentifikasikan menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui
penggunaan kooperatif matematika siklus kedua 76.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif
matematika siklus pertama masih dibawah pencapaian indikator keberhasilan atau
atau kriteria katuntasan minimal belajar siswa. Hasil siswa dalam pembelajaran
mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat melalui
penggunaan kooperatif matematika dikatakan tuntas apabila rata-rata nilai hasil
belajar siswa ≥ 70.
Ketercapaian hasil belajar siswa mengidentifikasi menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat melalui penggunaan kooperatif matematika siklus
pertama disebabkan oleh beberapa faktor kelemahan dengan upaya perbaikan
tindakan pada siklus kedua. Upaya perbaikan tindakan siklus kedua mampu
meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar. siswa. Hal ini ditunjukkan pada pancapaian
nilai rata-rata hasil belajar siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Hal ini
ditunjukkan pada paencapaian nilai rata-rata hasil belajar siswa mengidentifikasi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat pada siklus kedua. Pencapaian nilai
rata-rata hasil belajar siswa mengidentifikasi menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat siklus kedua sesuai dengan KKM, yaitu 78 > 70. Dengan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mengidentifikas menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat dapat ditingkatkan melalui penggunaan kit matematika.
Penelitian ini menempatkan pencapaian hasil belajar siswa secara klasikal.
Pencapaian indikator keberhasilan belajar siswa penelitian ini tercapai pada siklus
kedua.
BAB V
SIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan penggunaan metode kooperatif tipe STAD pada pelajaran
MATEMATIKA Dengan bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Sumberejo II Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban, hal ini ditandai dengan naiknya
persentase perbandingan rata-rata nilai kelas pada tiap siklus.

B. Saran dan Tindak Lanjut

Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:


1. Guru hendaknya mampu menggunakan media dan metode yang tepat sehingga
menarik perhatian siswa.
2. Mempersiapkan bahan pembelajaran selengkap mungkin, sehingga akan
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
3. Mampu memberikan bimbingan merata pada siswa.
4. Dari hasil pelaksanaan perbaikan ini diharapkan mampu membantu dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran di bidang pendidikan sehingga tujuan
pendidikan secara umum dapat dicapai secara maksimal dan optimal.

Anda mungkin juga menyukai