Anda di halaman 1dari 4

1. Bagaimana Pengelompokkan Bidang Kerja Ergonomi?

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi dikelompokkan bedasarkan


a) Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk
 perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang
dikeluarkan saat bekerja.
 b) Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan
 pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan
 peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.
c) Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan
mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot
manusia dalam bekerja dan sebagainya.
d) Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
 penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan
sebagainya.
e) Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek
 psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres
dan lain sebagainya.
Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima
 bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang
optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang
semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.
2. berapa beban maksimal yang dapat dipikul oleh pekerja?

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
 punggung dan lainnya. Kemampuan beban fisik maksimal ditentukan oleh ILO sebesar 40kg
 bagi laki-laki dewasa, wanita dewasa 15-20 kg, laki-laki usia 16-18 tahun 15-20 kg, wanita usia
16-18 tahun 12-15 kg.

3. Bagaimana Metode Ergonomi?

 Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat


kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana
sampai kompleks.

 Treatment , pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
 pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi
fisik pekerja.

  Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya


dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku,
keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter
 produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
4. bagaimana prinsip prinsip ergonomi dapat digunakan sebagai pegangan dalam

program kesehatan kerja :


Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan
meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi
yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Adpun prinsip ergonimi
tersebut iyalah:
a. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja, tinggi dataran duduk
dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam
keadaan datar, lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm, papan tolak punggung
tingginya dapat diatur dan dapat menekan pada punggung, arah penglihatan antara 32-44
derajat ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki, arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri
adalah 23-37 derajat ke bawah, dan tinggi kerja sebaiknya 5-10cm di bawah tinggi siku.
 b. Proses Kerja
Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu efisiensi
dan efektivitas kerja menurun. Para pekerja juga dapat menjangkau peralatan kerja
sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. Ukuran-ukuran antopometri yang
dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-alat kerja saat berdiri adalah tinggi badan,
tinggi bahu, tinggi siku, tingi pinggul, dan panjang lengan, sedangkan saat duduk adalah
tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan jarah lekuk lutut.
c. Tata Letak Tempat Kerja
Tampilan harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
5. Bagaimana cara agar faktor-faktor mengenai stressor fisik agar tidak menimbulkan

kelelahan kerja?

Jawaban:
Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari kelelahan kerja akibat stressor fisik antara
lain menerapkan standar-standar yang telah ditentukan agar tercipta lingkungan yang
ergonomis, misalnya mengatur intensitas ruangan kerja sesuai aturan yang ditetapkan,
menerapkan penggunaan APD pada pekerja, dan lainnya.

6. Apakah ada kaitannya masalah ergonomi antara kelelahan kerja, stres kerja, dan beban

kerja? Dan bagaimana manajemen antara ketiganya?

Jawaban:
Ketiganya memiliki hubungan yang signifikan. Apabila beban kerja pada pekerja sangat
 besar, maka produktivitas pekerja akan menurun dan kemungkinan terjadinya stres kerja
 pun semakin besar. Saat pekerja mengalami stres kerja, pekerja tersebut akan lebih
mudah mengalami kelelahan kerja.
Manajemen agar tidak terjadi stres kerja yaitu menetapkan beban kerja yang sesuai
kepada para pekerja, agar tidak menimbulkan stres kerja sehingga kelelahan kerja pun
dapat dihindari atau diminimalkan.

Anda mungkin juga menyukai