Anda di halaman 1dari 57

BAB II

SIFAT-SIFAT ZAT MURNI

1. Sifat, Fasa dan Keadaan


Zat yang memiliki komposisi kimia tetap di seluruh disebut zat murni. Air,
nitrogen, helium, dan karbon dioksida, misalnya, semuanya adalah zat murni.
Namun, zat murni tidak harus dari unsur atau senyawa kimia tunggal. Campuran
berbagai elemen kimia atau senyawa juga memenuhi syarat sebagai zat murni selama
campuran itu homogen. Udara, misalnya, adalah campuran dari beberapa gas, tetapi
sering dianggap sebagai zat murni karena memiliki komposisi kimia yang seragam
(Gbr. 1).

Gambar 1. Nitrogen dan udara gas adalah zat murni

Namun, campuran minyak dan air bukanlah zat murni. Karena minyak tidak
larut dalam air, minyak akan terkumpul di atas air, membentuk dua daerah yang
secara kimiawi berbeda. Campuran dua fase atau lebih dari zat murni masih
merupakan zat murni selama komposisi kimia semua fase adalah sama (Gbr. 2).

Gambar 2. Campuran liquid and gaseous water adalah zat murni, tetapi campuran
liquid and gaseous air bukan zat murni.

1
Campuran es dan air cair, misalnya, adalah zat murni karena kedua fase
memiliki komposisi kimia yang sama. Namun demikian, campuran udara cair dan
udara gas bukanlah zat murni karena komposisi udara cair berbeda dari komposisi
udara gas, dan karenanya campuran tersebut tidak lagi homogen secara kimiawi. Hal
ini disebabkan oleh berbagai komponen dalam kondensasi udara pada suhu yang
berbeda pada tekanan yang ditentukan.
Sifat zat merupakan besaran yang dimiliki oleh suatu zat antara lain massa,
volume, tekanan, dan lain sebagainya. Informasi mengenai sifat zat sangat penting
untuk menganalisis suatu keadaan atau proses termodinamika. Sifat zat dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu esktensif dan intensif. Sifat ekstensif yaitu
sifat yang kuantitasnya merupakan penjumlahan atau gabungan dari bagiannya.
Contohnya adalah massa, jika massa A dan massa B masing-masing adalah 2 kg dan
3 kg, maka jika suatu sistem terdiri dari A dan B maka massanya adalah 5 kg yang
merupakan penjumlahan dari masing-masing massa. Sedangnakan sifat intensif yaitu
sifat yang nilainya bukan merupakan penjumlahan bagiannya. Contoh sifat intensif
adalah temperatur, misal temperatur A dan B masing-masing 23 oC dan 27 oC, maka
jika sebuah sistem yang terdiri dari A dan B maka temperaturnya bukan 50 oC.
Fasa zat merupakan wujud dari zat yaitu padat, cair, dan gas. Sebenarnya ada
satu fasa lain yaitu plasma, namun hal ini tidak dipelajari dalam termodinamika
teknik. Sebuah zat dapat berubah dari fasa satu ke fasa dengan cara melepaskan atau
menerima energi. Sebagai contoh es batu dapat menjadi cair dengan menerima kalor
dari lingkungan, sebaliknya pada saat air dalam bentuk cair dimasukkan ke dalam
freezer, kalor yang ada dalam air tersebut ditarik sehingga berubah fasa menjadi
padat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Proses-proses dalam
termodinamika teknik biasanya berupa fluida yang mengalir sehingga dalam
pembahasannya lebih sering meninjau dalam fasa gas atau cair.

2
Gambar 3. Perubahan fasa

Selain sifat dan fasa, ada beberapa istilah yang perlu dipahami yaitu:
 Keadaan merupakan kondisi sistem berdasarkan sifat dan fasanya.
 Proses adalah peristiwa berubahnya keadaan suatu zat.
 Siklus termodinamika adalah siklus yang terdiri dari beberapa proses yang
berawal dan berakhir pada keadaan yang sama dalam satu siklusnya.
 Keadaan tunak adalah keadaan pada saat keadaan suatu zat tidak berubah
terhadap waktu.
 Zat murni adalah zat yang memiliki komposisi yang sama dan tetap

2. Fasa zat (fluida)


Saat ini terdapat tiga fasa zat yg umum diketahui, yaitu: padat, cair dan gas.
Setiap zat sanggup berubah fasa dari satu fasa ke fasa lainnya. Perubaahan fasa
biasanya terjadi alasannya ialah menyerap/melepaskan energi berupa kalor. Sebagai
pola ialah air, jikalau air dalam bentuk padat dinamakan es batu. Jika es watu ini
dipanaskan (menerima kalor) maka berubah fasanya menjadi air. Kemudian jikalau
terus dipanaskan maka sanggup berubah fasanya menjadi gas (uap). Sebaliknya pun
begitu, jikalau uap air didingingkan (melepaskan kalor) maka akan berubah fasanya
menjadi cair & kemudian menjadi padat.
Kalor laten sanggup didefiniskan sebagai kalor yg tidak mengubah temperatur
suatu benda. Contohnya ialah pada walaupu kalor diberikan kepada air bertemperatur

3
100 oC maka temperaturnya tidak berubah. Namun, yang terjadi ialah perubahan fasa
dari cair ke gas. Sedangkan kalor sensibel ialah kalor yang menjadikan perubahan2
temperatur, misalnya air pada tempertur ruang (27 oC) akan naik temperaturnya
jikalau diberikan kalor (dipanaskan).
Dalam termodinamika dikenal istilah temperatur saturasi & tekanan saturasi.
Temperatur saturasi ialah titik temperatur pada tekanan tertentu dimana tidak
sanggup naik hingga fasanya berubah terlebih dahulu. Dengan kata lain, temperatur
saturasi ialah titik didih. Pada tekanan 1 atm (101325 Pa) air mempunyai temperatur
saturasi 100 oC. Ini berarti jikalau air dalam fasa cair diberikan kalor (dipanaskan)
pada tekanan tersebut maka temperaturnya akan berhenti di 100 oC hingga
bermetamorfosis fasa gas. Setelah itu barulah temperaturnya naik lagi. Pada
temperatur saturasi terjadi perubahan2 fasa dari cair ke gas.Dalam kasus ini sanggup
dikatakan bahwa temperatur saturasi pada tekanan 1 atm ialah 100 oC. Sebaliknya
sanggup dikatakan pulah tekanan saturasi pada 100 oC.
Zat dalam keadaan seluruhnya fasa cair pada temperatur saturasi dinamakan cair
jenuh (saturasi cair). Hal ini dikarenakan jikalau zat tersebut mendapatkan kalor
sedikit saja maka akan ada bab dari zat yg menguap sehingga ada zat yg berfasa cair
& ada berfasa gas. Sedangkan jikalau membuang kalor sedikit saja maka
temperaturnya akan turun. Semakin banyak kalor yg diterima maka semakin banyak
gas yg terbentuk sehingga akan hingga kondisi dimana semua zat berfasa gas. Pada
ketika kondisinya ialah fasa gas seluruhnya pada temperatur saturasi dinamakan gas
jenuh (saturasi gas).
Suatu zat cair pada suatu tekanan tertentu dengan temperatur dibawah
temperatur saturasinya dinamakan kondisi subcooled / compressed liquid. Kondisi
ini juga menunjukkan suatu zat cair pada temperatur tertentu dengan tekanan yg
lebih tinggi dari pada tekanan saturasinya. Kemudian, jikalau ada suatu zat berfasa
gas pada tekanan tertentu yg mempunyai temperatur lebih tinggi dari pada
temperatur saturasinya maka keadaan ini dinamakan kondisi superheated. Kondisi
ini juga menunjukkan keadaan suatu zat berfasa gas pada temperatur tertentu dengan
tekanan yg lebih rendah dari pada tekanan saturasinya.

4
Gambar 4. Diagram T-v untuk proses pemanasan air pada tekanan konstan

Untuk menjelaskan seluruh fasa yg dibahas diatas, maka kasus dibawah ini
sanggup dipakai untuk memudahkan pengertian istilah-istilah tersebut:
 Sejumlah air (fasa cair) diletakkan di dalam panci yg berada di sebuah ruangan
yang memiliki tekanan atmosfir 1 atm dan memiliki temperatur 27 oC. Kondisi
ini dinamakan cairan/subcooled liquid/compressed liquid.

Gambar 5. Pada 1 atm dan 20 °C, air ada dalam fase cair (cairan
terkompresi/compressed liquid).

 Kemudian air dalam panci ini dipanaskan pada sebuah kompor sehingga
temperaturnya naik. Kalor yg diberikan ke air dinamakan kalor sensibel. Selama

5
dipanaskan temperatur air akan selalu naik hingga pada temperatur 100 oC. Pada
titik ini kondisi air dinamakan saturasi cair/liquid saturated.

Gambar 6. Pada tekanan 1 atm dan 100 °C, air ada sebagai cairan yang siap menguap
(cairan jenuh/saturated liquid).

 Jika tetap dipanaskan (diberikan kalor) maka temperatur tidak akan naik namun
penguapan terjadi. Kalor yg diberikan ini dinamakan kalor laten. Sedikit demi
sedikit air mulai menguap sehingga fasa cair berkurang & kesudahannya seluruh
air dalam keadaan gas (uap) pada temperatur 100 oC. Keadaan ini dinamakan
uap jenuh/vapor saturated.

Gambar 7. Karena lebih banyak panas yang ditransfer, bagian dari cairan jenuh
menguap (campuran cairan jenuh-uap/saturated liquid–vapor mixture).

6
Gambar 8. Pada tekanan 1 atm, suhu tetap konstan pada 100 ° C
sampai tetes cairan terakhir diuapkan (uap jenuh/saturated vapor).

 Jika air dalam keadaan gas jenuh ini tetep menerma kalor maka temperaturnya
naik kembali. Kalor ini merupakan kalor sensibel. Begitu temperaturnya naik,
keadaan air pada kondisi ini dinamakan uap panas lanjut/steam superheated.

Gambar 9. Karena lebih banyak panas yang ditransfer, suhu uap mulai naik (uap
super panas/superheated vapor).

Temperatur saturasi berbeda-beda tergantung pada tekanannya. Begitupun


sebaliknya tekanan saturasi berbeda-beda tergantung pada temperaturnya. Untuk
menganalisis besaran-besaran termodinamika suatu zat biasanya dipakai sebuah tabel
/ grafik sifat zat.

7
. (a) (b)
Gambar 10. (a) Kurva saturasi cairan-uap zat murni (nilai numerik untuk air)
(b) Variasi tekanan atmosfer standar dan suhu air mendidih (saturasi) terhadap
ketinggian

3. Perubahan fasa dan perubahan suhu


Berdasarkan fasanya zat sanggup dibagi menjadi tiga jenis yaitu padat, cair &
gas. Ketiganya mempunyai perbedaan masing-masing. Setiap zat juga sanggup
berubah dari fasa yang satu ke fasa yang lain dengan mendapatkan dan atau
melepaskan kalor.
Pada goresan pena ini mengambil rujukan air. Air dalam bentuk padat kita kenal
dengan es, dalam bentuk cair kita kenal dengan air, & dalam bentuk gas kita kenal
dengan uap air. Misalkan kita mengambil rujukan sebuah es watu dengan suhu -20
0
C kemudian kita panaskan hingga menjadi uap.
Bagaimana prosesnya secara termodinamika? Sebelum menjawab pertanyaan itu
ada istilah yg dinamakan kalor sensibel & kalor laten. Kalor sensibel yaitu kalor yg
mengakibatkan perubahan suhu. Sedangkan kalor laten yaitu kalor yg tidak

8
mengakibatkan perubahan suhu sebab kalor laten dipakai untuk merubah fasa.
Jika sebuah es dalam suhu -20 0C pada tekanan 1 atm diberikan kalor (kita panaskan)
secara terus menerus maka yang terjadi yaitu es tersebut mengalami kenaikan suhu
sehingga menjadi es bersuhu suhu 0 0C. Inilah yg dinamakan dengan kalor sensibel.
Jika es dengan suhu 0 derajat celcius itu masih diberikan kalor maka suhu es
tersebut tidak mengalami kenaikan suhu namun es tersebut akan mencair sehingga
menjadi air yg mempunyai suhu 0 derajat celcius. Inilah yg dinamakan dengan kalor
laten.
Jika air bersuhu 0 derajat Celsius ini masih mendapatkan kalor maka suhunya akan
naik lagi hingga titik didih (kalor sensibel). Jika pada ketika mendidih tetap
mendapatkan kalor maka air tidak akan mengalami kenaikan suhu tapi berubah fasa
menjadi uap air/fasa gas (kalor laten). Setelah menjadi uap seluruhnya barulah uap
air ini akan mengalami kenaikan suhu lagi.
Untuk menjelaskan hak ini sanggup dilihat gambar grafik energi & suhu dibawah ini:

9
Proses secara termodinamika:
Titik A merupakan citra pada ketika es bersuhu -20 0C, kemudian mendapatkan
kalor sebesar EB-EA, sehingga suhunya naik hingga titik beku-cair. Kemudian
mendapatkan kalor lagi sebesar EC-EB sehingga es mencair hingga menjadi air &
seterusnya.
Proses pelepasan kalor sama namun kebalikannya. Jika ada uap dengan kondisi
F kemudian melepas kalor sebesar EF-EE, maka suhu uap air itu menurun manjadi
suhu titik didih, kemudian jikalau tetap melepaskan kalor, maka tidak menurunkan
suhu lagi, tetapi fasanya berubah dari yg tadinya uap mencair hingga seluruhnya
menjadi cair sehabis itu suhu air menurun, begitu seterusnya.
Besarnya energi kalor yg diharapkan untuk menaikkan suhu ialah:

Dimana:

: Besarnya energi
: massa bahan yg suhunya akan naik/turun
: kalor jenis bahan
: Perubahan suhu bahan
besarnya energi untuk meribah fasa dari fasa padat satu ke fasa cair yaitu

Mana:

: banyaknya kalor yg diharapkan


: kalor lebur/cair
: massa bahan2 yg mencair
besarnya energi untuk meribah fasa dari fasa cair satu ke fasa gas yaitu

Mana:

: banyaknya kalor yg diharapkan


: kalor uap
: massa bahan yg mencair

10
Pertanyaan :
Jika ada pertanyaan: pada suhu berapa air & mendidih??
Mungkin sebagian dari besar dari kita akan menjawab tanpa ragu bahwa air akan
mendidih yaitu 100 0C.
Jawaban ini bisa benar, bisa salah karena air sanggup mendidih tidak hanya pada 100
0
C. Jawaban yang lebih sempurna yaitu “pada tekanan 1 atm air mendidih pada suhu
100 0C”. (lihat di tabel uap saturasi).

4. Diagram sifat/karakteristik pada proses perubahan fasa


4.1. Kualitas uap (x)
Untuk menjamin keandalan peralatan dan efisiensi dalam pengoperasian kualitas air
dan uap harus tersedia pada titik penggunaan:
 Dalam jumlah yang benar untuk menjamin bahwa aliran panas yang memadai
tersedia untuk perpindahan panas
 Pada suhu dan tekanan yang benar, atau akan mempengaruhi kinerja
 Bebas dari udara dan gas yang dapat mengembun yang dapat menghambat
perpindahan panas
 Bersih, karena kerak (misal karat atau endapan karbonat) atau kotoran dapat
meningkatkan laju erosi pada lengkungan pipa dan orifice kecil dari steam traps
dan katup
 Kering, dengan adanya tetesan air dalam steam akan menurunkan entalpi
penguapan aktual, dan juga akan mengakibatkan pembentukan kerak pada
dinding pipa dan permukaan perpindahan panas.

Sebagai alat bantu untuk mengetahui tingkat keadaan pada suatu siklus dapat
digunakan diagram fasa dan tabel uap, baik yang berbentuk manual maupun dalam
bentuk piranti lunak.

11
Sifat cairan – uap digambarkan dalam diagram fasa, pada dasarnya diagram fasa
menunjukkan hubungan perubahan tekanan, volume dan temperatur dalam suatu
sistem terhadap fasa-fasa utama (padat, cair, gas).

Dalam membaca diagram fasa ada beberapa istilah yang perlu diketahui yaitu:
 Cairan subdingin (subcooled liquid), yaitu kondisi cairan pada temperatur di
bawah titik didihnya (T < Tsat) pada tekanan tertentu.
 Cairan jenuh (saturated liquid), yaitu kondisi cairan tepat di temperatur
didihnya pada tekanan tertentu.
 Campuran jenuh (saturated mixture), yaitu kondisi campuran cairan jenuh
dan uap jenuh dalam kondisi kesetimbangan pada temperatur di temperatur
didihnya pada tekanan tertentu. Tekanan pada saat ini disebut tekanan
penguapan (vapor pressure).
 Uap jenuh (saturated vapor), yaitu kondisi uap tepat di temperatur didihnya
pada tekanan tertentu, dimana uap itu akan mulai terkondensasi.
 Uap superpanas (superheated vapor), yaitu kondisi uap pada temperatur di
atas titik didihnya (T < Tsat) pada tekanan tertentu.
 Kurva cairan jenuh, yaitu kurva dimana hanya terdapat cairan jenuh saja
 Kurva uap jenuh, yaitu kurva dimana hanya terdapat uap jenuh saja
 Titik kritis, yaitu titik pertemuan antara kurva cairan jenuh dan uap jenuh
 Kualitas x, dalam suatu campuran uap jenuh dan cairan jenuh, kualitas yang
dimasud disini adalah fraksi massa fasa uapnya. Besaran ini sangat penting
untuk diketahui karena perbedaan yang sangat besar antara sifat
termodinamika cairan dan uap.

x = muap/mtotal , dimana mtotal = mcairan + muap

12
Gambar 11. Proses perubahan fasa zat murni

Ketika air dipanaskan dari 0°C sampai suhu jenuhnya, kondisinya mengikuti
garis cair jenuh sampai menerima seluruh entalpi cairannya, hf, (A - B). Jika panas
ditambahkan lebih lanjut, maka akan merubah fase ke steam jenuh dan berlanjut
meningkakan entalpi sambil tetap pada suhu jenuhnya, hfg, (B - C). Jika campuran
steam/air meningkat kekeringannya, kondisinya bergerak dari garis cair jenuh ke
garis uap jenuh. Oleh karena itu pada titik tepat setengah diantara kedua keadaan
tersebut, fraksi kekeringan (x) nya sebesar 0,5. Hal yang sama, pada garis uap jenuh
steamnya 100 persen kering. Begitu menerima seluruh entalpi penguapannya maka
akan mencapai garis uap jenuh. Jika pemanas dilanjutkan setelah titik ini, suhu
steam akan mulai naik mencapai le wat jenuh (C - D).

Garis-garis cairan jenuh dan uap jenuh menutup wilayah dimana terdapat
campuran uap/air – uap basah. Dalam daerah sebelah kiri garis cair jenuh, hanya
terdapat air, dan pada daerah sebelah kanan garis uap jenuh hanya terdapat uap
lewat jenuh. Titik dimana garis cairan jenuh dan uap jenuh bertemu dikenal dengan
titik kritis. Jika tekanan naik menuju titik kritis maka entalpi penguapannya
berkurang, sampai menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa air
berubah langsung menjadi uap jenuh pada titik kritisnya.

13
Di atas titik kritis hanya gas yang mungkin ada. Keadaan gas merupakan keadaan
yang paling terdifusi dimana molekulnya hampir memiliki gerakan yang tidak
dibatasi, dan volumnya meningkat tanpa batas ketika tekanannya berkurang. Titik
kritis merupakan suhu tertinggi dimana bahan berada dalam bentuk cairan.
Pemberian tekanan pada suhu konstan dibawah titik kritis tidak akan mngakibatkan
perubahan fase. Walau begitu, pemberian tekanan pada suhu konstan dibawah titik
kritis, akan mengakibatkan pencairan uap begitu melintas dari daerah lewat
jenuh/superheated ke daerah steam basah. Titik kritis terjadi pada suhu 374,15 oC
dan tekanan steam 221,2 bars. Diatas tekanan ini steam disebut superkritis dan tidak
ada titik didih yang dapat diterapkan.

Gambar 12. Diagram T-v dari proses perubahan fase tekanan konstan dari zat murni
pada berbagai tekanan (nilai numerik untuk air).

14
Gambar 13. Pada tekanan superkritis (P > Pcr), tidak ada proses perubahan fase
(pendidihan) yang berbeda.

Gambar 14. Diagram T-v untuk zat murni

15
Gambar 15. Diagram P-v untuk zat murni

Gambar 16. Diagram P-v zat yang berkontraksi pada pembekuan

16
Gambar 17. Diagram P-T untuk zat murni

Gambar 18. Diagram P-v-T permukaan suatu zat yang berkontraksi pada pembekuan

17
4.2. Fraksi kekeringan

Uap dengan suhu sama dengan titik didihnya pada tekanan tertentu dikenal
dengan uap jenuh kering. Walau demikian, untuk menghasilkan 100 persen uap
kering pada suatu industri boiler yang dirancang untuk menghasilkan uap jenuh
sangatlah tidak memungkinkan, dan uap biasanya akan mengandung tetesan-
tetesan air. Dalam prakteknya, karena adanya turbulensi dan pencipratan, dimana
gelembung uap pecah pada permukaan air, ruang uap mengandung campuran
tetesan air dan uap. Jika kandungan air dari uap sebesar 5 persen massa, maka
uapnya dikatakan kering 95 persen dan memiliki fraksi kekeringan 0,95. Entalpi
yang sebenarnya dari penguapan uap basah merupakan produk fraksi kekeringan
(x) dan entalpi spesifik (hfg) dari tabel uap. Uap basah akan memiliki energi panas
yang lebih rendah daripada steam jenuh kering.

Entalpi penguapan aktual = x . hfg

Oleh karena itu

Entalpi total aktual = hf + x . hfg

Karena volume spesifik air beberapa tingkat lebih rendah daripada steam, tetesan
air dalam steam basah akan menempati ruang yang dapat diabaikan. Oleh karena itu
volum spesifik steam basah akan lebih kecil dari steam kering.

Volume spesifik aktual = x . vg

Dimana: vg adalah volume spesifik steam jenuh kering

4.3. Penggunaan tabel uap saturasi


Sifat-sifat sebagaimana diulas di atas berdasarkan percobaan yang dilakukan
selama beberapa tahun menghasilkan kesimpulan tentang berbagai kondisi yang
terjadi dalam siklus air-uap. Hasil dari percobaan tersebut diterbitkan dalam bentuk
tabel termodinamika mengenai perubahan sifat dari air. Tabel tersebut dibagi
menjadi dua bagian utama, dimana bagian yang pertama memperlihatkan sifat dari

18
air dan uap jenuh sedangkan bagian yang lain memperlihatkan sifat dari uap panas
lanjut.
Simbol-simbol yang digunakan dalam tabel yang memperlihatkan bermacam-
macam sifat air dan uap dan keterangan-keterangan yang berhubungan dengannya.
Arti dari simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut :
P : tekanan absolut (bar)
t : temperatur (0C)
h : enthalpy atau total panas (kJ/kg)
v : volume spesifik (m3/kg).
Selain itu juga dipakai beberapa subskrip seperti :
s : tingkat kejenuhan (ts adalah temperatur jenuh).
f : sifat jenuh air (hf adalah entalpi air jenuhm ketika air pada kondisi
temperatur jenuh
g : sifat gas/uap jenuh (hg adalah entalpi uap pada kondisi jenuh).
fg : tingkat campuran, perubahan air menjadi uap atau menyatakan panas
laten (hfg adalah entalpi yang dibutuhkan untuk merubah air menjadi
kondisi uap jenuh).

Cara penggunaan/pembacaan tabel:


1. Data primer yang diketahui adalah temperatur, maka gunakan Tabel
Temperatur. Demikian juga jika data primer yang diketahui adalah tekanan,
maka gunakan Tabel Tekanan.
2. Dari data primer lihat nilainya pada kolom pertama (paling kiri) kemudian
tarik ke kanan untuk melihat data yang dicari. Data yang diperoleh yaitu :
a. Tekanan/temperatur penguapan (sesuai jenis tabel yang digunakan)
b. Volume spesifik (cairan/uap)
c. Energi dalam (cairan/uap)
d. Enthalpy (cairan/uap)
e. Entrrophy (cairan/uap)

19
4.4. Keadaan fasa compressed liquid
Karakteristik compressed liquid sebagai berikut:

Cairan terkompresi dapat diperkirakan sebagai cairan jenuh pada suhu tertentu.

Gambar 19. Diagram T-u untuk fasa compressed liquid

Subcooled liquid adalah keadaaan fluida pada dikala temperaturnya dibawah


titik saturasinya (titik didihnya). Sedangkan compressed liquid adalah keadaan fluida
pada dikala tekanannya lebih besar dari pada tekanan saturasinya. Sebenarnya
keduanya adalah sama hanya tinjauannya yang berbeda. Compressed liquid sama
dengan subcooled liquid.
Untuk sanggup memperkirakan nilai dari besaran termodinamika pada keadaan
ini maka tabel compressed liquid digunakan. Sebagai pola jikalau air pada tekanan 5
MPa & temperatur 40 oC. Dengan menggunakan tabel ini maka sanggup dengan
gampang didapatkan bahwa volume spesifiknya adalah 0,0010056 m3/kg (gambar 1).

20
Dengan cara yang sama maka besaran lainnya pun bisa, didapatkan. Namun tabel
untuk compressed liquid ini sangat terbatas sebab tekanan terendah yg ada pada tabel
tesebut adalah 5 MPa sehingga untuk tekenan dibawah itu perlu cara lain.

Gambar 20. Penggunaan tabel compressed liquid

Untuk tekanan yang tidak ada di tabel compresed liquid, maka nilai sifat zatnya
dapat diperkirakan melalui tabel temperatur saturasi air. Nilai sifat zatnya adalah
mendekati nilai fasa saturasi cairnya pada temperatur terkait sehingga dapat
dituliskan:

Contoh: berapa entalpi air pada tekanan 100 kPa & temperatur 30 oC?
Untuk menjawab pola soal ini maka yg diperhatikan adalah temperaturnya, yaitu
30 oC pada tabel saturasi temperatur. Maka didapatkan hf nya adalah 127.73 kJ/kg
(gambar 2).

21
Gambar 21. penggunaan tabel saturasi temperatur

Apakah nilai yg didadapt ini tepat? Mencari nilai sifat zat dengan cara ibarat ini
cukup sempurna dengan error kurang dari 2%. Untuk melihat perbedaannya maka
sanggup kita gunakan cara ini untuk mencari nilai volume spesifik pada pola
sebelumnya yaitu 5 MPa & temperatur 40 oC. Dengan cara pendekatan saturasi cair
maka kita dapatkan vf nya adalah 0.001004 m3 /kg. Jika kita bandingkan dengan
menggunakan tabel compressed liquid, maka didapatkan 0.0010057 m3/kg yang
perbedaannya sangat kecil. Hal ini dikarenakan sifat termodinamika suatu zat hanya
sedikit berubah terhadap tekanan.

22
4.5. Keadaan fasa sebagai saturated liquid dan saturated vapor
Nilai-nilai parameter termodinamika volume spesifik pada fasa ini bisa ditampilkan
sebagai berikut

Gambar 22. Diagram T-v untuk fasa saturated liquid

Gambar 23. Diagram T-v untuk fasa saturated vapor

23
4.6. Keadaan fasa sebagai saturated liquid-vapor mixture
Kualitas uap (x) merupakan perbandingan massa uap dengan massa total campuran.
Bisa dituliskan sebagai berikut:

Gambar 24. Kualitas uap campuran terletak diantara f dan g

24
Keadaan saturasi sanggup dikatakan keadaan mendidih, di mana temperatur
suatu fluida akan tetap (tidak naik) kalau dipanaskan. Pada ketika air mendidih di
tekanan 1 atm, walaupun kita panaskan maka air akan tetap pada temperatur sekitar
100 oC. Hal ini dikarenakan kalor yg diberikan pada air dipakai untuk mengubah
fasanya dari fasa cair ke gas (uap).
Gambar 1 mengatakan potongan tabel sifat zat air menurut tekanannya. Pada
tekanan 100 kPa, air (liquid) mendidih di temperatur 99.6 oC. Dengan fakta ini,
sanggup dikatakan bahwa pada tekanan 100 kPa maka temperatur saturasinya adalah
99.6 oC. Dalam tinjauan tekanan, maka sanggup dikatakan bahwa air akan mendidih
di 99.6 oC kalau tekanannya di 100 kPa. Pada temperatur 99.6 oC air tidak akan
medidih kalau tekanannya lebih besar dari 100 kPa dimana keadaan ini
merupakan compressed liquid.

Gambar 25. Temperatur saturasi air pada tekanan 100 kPa

Keadaan saturasi (jenuh) dimulai dari saturasi cair kemudian campuran &
berakhir di saturasi gas. Pada tekanan 100 kPa air dalam fasa cair akan mulai
mendidih pada 99.6 oC. Keadaan ini disebut dengan saturasi cair. Jika terus diberi
kalor (dipanaskan), maka temperatur air diasumsikan tidak naik namun mulai ada
sebagian air yang berubah fasa cari cair ke gas (menguap) sehingga ada dua fasa
yaitu sebagian cair & sebagian gas. Pada kondisi ini dinamakan campuran. Jika tetap
diberikan kalor maka usang kelamaan fasa cairnya habis & yang tersisa hanya fasa
gas. Tepat pada keadaan ini (fasa gas, temperatur 99.6 oC) dinamakan saturasi gas.
Jika air pada keadaan ini tetap dipanaskan maka mulai naik temperatur yang
kemudian dinamakan keadaan superheated.

25
Dalam tabel saturasi air tekanan & saturasi air simbol f & g yg masing-masing
mengatakan sifat zat pada keadaan saturasi cair & saturasi gas. Contoh: air dalam
keadaan saturasi cair bertemperatur 100 oC mempunyai volume spesifik vf =
0.001044 m3/kg. Jika diuapkan sehingga menjadi saturasi gas maka volume
spesifiknya vg menjadi 1.672 m3/kg (gambar 2). Begitu pula untuk variabel lain
menyerupai entalpi, energi dalam, & entropi. Dalam tabel ada juga subscript fg
(contoh: hfg), ini mengatakan selisih antara nilai g & nilai f atau dapat ditulis hfg =
hg -hf.

Gambar 26.Temperatur saturasi cair

Di atas telah dibahas cara mencari variabel termodinamika untuk keadaan saturasi
gas & saturasi cair. Bagaimana mencari variabel untuk keadaan saturasi campuran?
Untuk perkara ini maka diharapkan nilai kualitas x, yaitu perbandingan massa
uap (gas) dengan massa totalnya. Misalkan x = 0.2, ini berarti 20% dari massa
totalnya adalah dalam fasa gas. Sisanya yg 80% adalah fasa cair. Variabel
termodinamika pada keadaan campuran merupakan rata-rata dari kedua variabelnya.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah cara mencari volume spesifik untuk zat
berfasa campuran.

Misalkan ada sebuah zat berfasa saturasi campuran dengan kualitas x, maka volume
spesifik keadaan ini sanggup diturunkan dengan carar menghitung nilai rat-ratanya,
yaitu:

26
Dengan persamaan ini maka volume spesifik dalam keadaan campuran dapat
dihitung kalau kualitas x diketahui. Hal ini juga sanggup dipakai untuk variable
lainnya sehingga:

27
Contoh:
Berapakah entalpi yg dimiliki oleh air pada keadaan saturasi campuran di temperatur
150 oC dengan kualitas sebesar 0.9?

Jawab:

28
4.7. Keadaan fasa sebagai Superheated vapor
Dibandingkan dengan saturated vapor, superheated memiliki karakteristik sebagai
berikut:

Gambar 27. Diagram T-h dan tabel fasa superheated vapor

Keadaan superheated ialah keadaan saat zat dalam fasa gas dengan temperatur di
atas temperatur saturasinya/dengan tekanan di bawah tekanan saturasinya.
Contohnya ialah air pada tekanan 100 kPa mempunyai temperatur saturasi sekitar
99.6 oC. Jika uap air pada tekanan tersebut mempunyai temperatur lebih tinggi dari
nilai tersebut, contohnya 105 oC, maka dinamakan superheated gas. Apabila yg
ditinjau ialah tekanannya maka uap air dengan temperatur 99.6 oC dengan tekanan di
bawah 100 kPa, contohnya 80 kPa, maka ini juga disebut dengan superheated gas.

29
Hal ini dikarenakan pada tekanan 80 kPa air akan mendidih di temperatur sekitar
93 oC. (Silakan cek di tabel uap….)

Untuk mengetahui besaran penting termodinamika untuk keadaan fasa superheated


maka dipakai superheated gas.

Contoh:
Berapakan volume spesifik air kalau tekanannya ialah 100 kPa dengan temperatur
400 oC?
Air dengan keadaan ibarat di atas terang superheated alasannya yaitu temperaturnya
di atas temperatur saturasinya.

Gambar 28. Tabel Superheated gas

Tekanan 100 kPa sama dengan 0.1 MPa. Oleh kesannya dapat dilihat di tekanan
tersebut pada gambar 1. Karena temperaturnya 400 oC maka didapatkan volume
spesifiknya ialah 3.103 m3/kg.

30
5. Sifat spesifik dan Penggunaan Tabel Sifat Zat
Dalam termodinamika teknik, sering kali sifat zat ditinjau dalam spesifik
massanya. Misalnya volume spesifik, yaitu besarnya volume suatu zat setiap satu
satuan massa. Suatu zat memiliki volume spesifik 0.001 m3/kg berarti zat tersebut
akan memiliki volume 0.001 m3 jika massanya 1 kg. Tabel sifat zat adalah tabel yang
berisi informasi sifat zat berdasarkan keadaannya. Gambar 4 merupakan salah satu
contoh tabel sifat zat yang berisi informasi volume spesifik.

Gambar 29. Contoh tabel sifat zat

Pada gambar berisi informasi volume spesifik suatu zat berdasarkan tekanan dan
temperaturnya. Misalkan suatu keadaan zat itu adalah bertekanan 1 MPa dan
temperatur 280 oC, maka volume spesifiknya adalah 0.2480 m3/kg. Permasalahan
akan timbul pada saat keadaan atau sifat tidak berada dalam tabel. Misalnya
berapakah volume spesifik zat tersebut pada tekanan 1 MPa dan temperatur 220 oC?
Untuk menjawab ini, maka interpolasi linear dari dua keadaan yang didekatnya dapat
digunakan. Keadaan ini berada di antara keadaan 1 MPa, 200 oC dan 1 MPa 240 oC.
Oleh karena itu hasil interpolasinya adalah sebagai berikut:

31
Sehingga didapat bahwa volume spesifik zat tersebut adalah 0.21675 m3/kg. Dalam
tabel sifat zat bukan hanya informasi volume spesifik saja yang tertera, tetapi juga
beberapa sifat termodinamika lain yaitu energi dalam, entalpi, dan entropi.

Tabel termodinamika zat


Tabel & grafik properti/sifat zat fluida ialah salah satu peralatan yg sanggup
dipakai untuk mengetahui & menganalisis proses termodinamika. Tabel & grafik ini
berisi isu sifat fluida yaitu volume spesifik, energi dalam, entalpi & entropi. Dalam
aplikasinya pun tabel & grafik sering kali digunakan, sebagai teladan untuk
mempelajari sistem termodinamika pembangkit listrik tenaga uap & sistem
refrigerasi kompresi uap.
Sebelum membahas perihal aplikasinya, membaca & mengerti penggunaan tabel
ialah hal yg penting. Untuk memahami cara mebaca tabel sifat fluida maka hal yg
pertama harus dilakuakan ialah dengan mempunyai tabelnya terlebih dahulu. Untuk
tabel sifat air (H20), R134a, & CO2 sanggup dilihat & didownload di:
Link berikut https://www.ohio.edu/mechanical/thermo/property_tables/)
atau Link berikut
https://ecourses.ou.edu/cgi-
bin/ebook.cgi?doc=&topic=th&chap_sec=&page=&appendix=thermotables

Ada beberapa jenis tabel untuk fluida kerja yg mengalami perubahan fasa dari cair
(liquid) ke gas (vapor) antara lain: tabel compressed liquid, saturasi, & superheated
gas.

32
Gambar 30. (a) Tabel compressed liquid, (b) Tabel saturasi, (c) Tabel superheated
gas

Gambar 1 merupakan acuan tabel dari ketiga fasa fluida. Beberapa isu sanggup
dicari dengan menggunakan tabel ini. Contoh: Berapakah volume spesifik air pada
ketika mempunyai tekanan 5 MPa dengan temperatur 40 oC?
Air pada keadaan tersebut dalam fasa compressed liquid. Oleh alasannya yakni itu
tabel tersebut dipakai & didapatkan bahwa nilai volume spesifiknya ialah 0.001006
m3/kg.

33
Gambar 31. Mencari isu dari tabel.
Terkadang isu yang ingin dicari tidak tertera di dalam tabel. Untuk kasus
menyerupai ini sanggup dipakai pendekatan interpolasi.
Sebagai contoh: Berapakah entalpi dari air yg mempunyai tekanan 5 MPa &
temperatur 50 oC?
Interpolasi yang dipakai dengan mencari nilai diantara temperatur yang ada
dalam tabel. Nilai 50 oC berada di antara temperatur 40 oC & 60 oC. Selanjutnya
ialah menganggap perubahan nilai sifat zat bersifat linier dalam selang tersebut.
Berikut perhitungannya:

Sehingga didapat entalpinya ialah 213.7 kJ/kg

34
35
36
Penggunaan tabel uap untuk uap panas lanjut
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, uap disebut uap panas lanjut
bilamana uap tersebut mempunyai temperatur lebih tinggi dan titik didihnya pada
tekanan yang sama. Untuk mendapatkan entalpi, maupun volume tekanan dan
temperatur uap haruslah diketahui temperatur dan tekanannya.

Cara penggunaan :
1. Untuk mengetahui sifat uap panas lanjut diperlukan dua data primer yaitu
tekanan dan temperatur. Langkah pertama tentukan basis tekanan kerja,
selanjutnya tentukan temperatur kerjanya.
2. Dari data primer lihat nilainya pada kolom pertama (paling kiri) kemudian
tarik ke kanan untuk melihat data yang dicari. Data yang diperoleh yaitu :
a. Volume spesifik (cairan/uap)
b. Energi dalam (cairan/uap)
c. Enthalpy (cairan/uap)
d. Entropy (cairan/uap)

37
38
6. Gas Ideal
Gas ideal sering kali dipakai sebagai perkiraan untuk menganalisis proses
termodinamika pada suatu gas. Gas ideal sendiri yaitu model gas yg terdiri dari
partikel-partikel yg bergerak acak. Untuk sanggup dikatakan sebagai gas ideal maka
ada beberapa asumsi, yaitu:
a. Gas terdiri dari partikel yg sangat kecil dengan massa tidak no
b. Banyaknya molekul sangat banyak
c. Molekul bergerak secara konstan & acak
d. Tumbukan yg terjadi antara partikel & partikel dinding wadah bersifat lenting
sempurna
e. Kesuluruhan volume partikel sanggup diabaikan jikalau dibandingkan dengan
volume wadah
f. Molekul gas berbentuk bola sempurna
g. Efek kuantum & relativistik diabaikan
h. Energi kinetik rata-rata molekul gas hanya bergantung pada temperatur
sistem

39
Setiap persamaan yang menghubungkan tekanan, suhu, dan volume spesifik
suatu zat disebut persamaan keadaan (equation state). Hubungan properti yang
melibatkan sifat-sifat lain dari suatu zat pada kondisi kesetimbangan juga disebut
sebagai persamaan keadaan (equation state). Ada beberapa persamaan negara,
beberapa sederhana dan lainnya sangat kompleks. Persamaan keadaan paling
sederhana dan paling terkenal untuk zat dalam fase gas adalah persamaan keadaan
(equation state) gas ideal. Persamaan ini memprediksi perilaku P-v-T dari gas yang
cukup akurat dalam beberapa wilayah yang dipilih dengan benar.

40
Gas dan uap sering digunakan sebagai kata yang identik. Fasa uap suatu zat
biasanya disebut gas ketika berada di atas suhu kritis. Uap biasanya menyiratkan gas
yang tidak jauh dari kondensasi.
Pada 1802, J. Charles dan J. Gay-Lussac, orang Prancis, secara eksperimen
menentukan bahwa pada tekanan rendah volume gas sebanding dengan suhunya. Itu
adalah,

Dimana, Ru adalah konstanta gas universal, dan M adalah massa molar/berat


molekul.

Dimana, m = massa sistem dan N adalah jumlah mol.


Misal, 1 kmol N2 adalah 28 kg sehingga M = 28 kg/kmol.

Sehingga, setekag disubstitusikan kepersamaan diatas bisa dituliskan

41
Gambar 32. Keadan fasa pada volume spesifik per unit massa dan mol

Gas ideal mengikuti persamaan gas ideal yaitu:

Seperti yg telah diketahui jumlah partikel ialah:

42
Dalam termodinamika teknik, sering kali sifat zat diberikan untuk setiap satu satuan
massa. Seperti yg diketahui bahwa jumlah mol ialah:

Beberapa nilai R dari gas sering dipakai yaitu:

43
Energi dalam setiap satuan massa yg mengatakan energi kinetik rata-rata molekul gas
ideal sanggup dituliskan menjadi:

Energi dalam gas ideal


Energi dalam suatu zat sanggup didefiniskan sebagai energi kinetik rata-rata yg
dimiliki oleh molekul. Secara teori gas yg berada dalam suatu wadah akan selalu
bergerak secara acak, saling menumbuk antar molekul, & juha menumbuk dinding
wadah. Gerakan molekul inilah yg menimbulkan a&ya tekanan dalam wadah.
Molekul-molekul gas yg berada dalam wadah selalu bergerak ke segala arah.
Untuk menyederhanakannya maka ditinjau satu molekul yg bergerak searah sumbu x
dengan kecepatan vx. Molekul ini mempunyai massa sehingga mempunyai
momentum yg kemudian menumbuk dinding wadah & juga antar molekul. Dalam
model gas ideal, tumbukan yg berlangsung terjadi secara lenting tepat sehingga besar
kecepatan sehabis tumbukan sama dengan kecepatan sebelum tumbukan dengan arah
yg berlawanan / sanggup dituliskan:

44
45
46
Rasio kalor spesifik gas ideal
Kalor jens suatu zat mengatakan seberapa banyak kalor yg harus
diserap/dibuang untuk menaikkan/menurunkan temperatur sebanyak satu derajat
untuk setiap satuan massa zat. Zat yg mempunyai kalor jenis yg tinggi membutuhkan
lebih banyak energi untuk memanaskannya. Ada dua jenis kalor jenis yaitu untuk
proses tekanan konstan (cp) & volume konstan (cv). Perbandingan dari kedua kalor
jenis ini disebut dengan rasio kalor jenis (cp/cv).disimbolkan dengan k.
Nilai rasio k ini sangat penting untuk menganalisis proses yg berlangsung secara
adiabatik/isentropik. Besarnya rasio ini untuk gas ideal sanggup diturunkan dengan
cara:
Kalor jenis gas ideal gas pada tekanan konstan ialah:

47
48

1.
7. Proses adiabatik (isentropik) pada gas ideal
Isentropik yaitu proses yang berlangsung tanpa disertai perubahan entropi.
Berdasarkan definisi perubahan entropi, proses isentropik berlangsung kalau tidak
ada kalor yg masuk/keluar dari sistem (adiabatik) & tidak ada energi yang hilang
pada akhir berlangsungnya proses (reversible).
Proses isentropik seringkali dipakai dalam menganalisis proses yang terjadi
dalam permesinan menyerupai mesin Otto & Diesel. Keduanya merupakan
merupakan mesin reciprocating yang terdiri dari sistem piston & silinder dengan
fluida kerja udara yang dianggap gas ideal. Dalam proses adiabatik tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari sistem, oleh kesudahannya pada aturan
termodinamikanya ialah:

49
50
8. Kalor sensibel dan kalor laten
Istilah panas & temperatur sering kali membingungkan & tertukar, padahal
keduanya merupakan hal yg berbeda. Heat dalam bahasa inggris sering kali
diterjemahkan sebagai “panas”. Hal ini tidaklah keliru, namun akan membingungkan
sebab kata Hot juga diterjemahkan sebagai “panas”. Heat & Hot merupakan hal yg
sangat berbeda, oleh sebab itu untuk membedakannya maka dalam artikel ini dipakai
kata kalor sebagai terjemahan dari kata heat.
Panas & dingin merupakan kata sifat yg sangat relatif. Contohnya ruangan ber-
AC itu dingin. Akan tetapi, kalau dibandingkan dengan freezer maka ruangan ber-
AC itu panas. Kulit insan sanggup mencicipi panas/dingin sehingga insan sanggup
memilih mana benda-benda yang panas/dingin. Namun, indera yang dimiliki oleh
manusa juga sangat relatif, berbeda satu oang dengan yang lainnya. Oleh karenaya
diperlukan suatu besaran yang sanggup dikuantifikasi besarnya, yaitu temperatur.
Temperatur merupakan suatu besaran yang mengatakan sebarapa panas/dingin
suatu objek. Jika temperatur suatu benda lebih tinggi dibandingkan dengan benda
lain, maka benda tersebut dikatakan lebih panas. Alat ukur/sensor diperlukan untuk
mengetahui tinggi rendahnya temperatur. Beberapa jenis sensor temperatur yang
umum dipakai yaitu termoemeter raksa/alkohol, Thermocouple, Termistor, RTD, dll.
Kalor yaitu bentuk energi yang sanggup berpindah secara alami sebab adanya
perbedaan temperatur, dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang rendah. Suatu
benda yang sanggup menyerap kalor harus mempunyai temperatur yang lebih rendah
dibandingkan benda lainnya. Sebaliknya benda yang melepaskan kalor harus
mempunyai temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan benda lainnya.
Adanya absorpsi & pelepasan kalor sanggup mengakibatkan dua hal, yaitu
naik/turunnya temperatur (kalor sensible)/perubahan fasa (kalor laten).
Suatu objek yg mendapatkan energy Kalor, temperaturnya menjadi naik. Namun
adakalanya temperaturnya tetap. Sebagai contoh, pada ketika memanaskan air,
sesudah mencapai 100 oC, temperaturnya tetap terjaga di titik terebut. Pada ketika
itu terjadi perubahan2 fasa dari cair ke gas (uap). Hal ini terjadi sebab energy Kalor
yg diterima oleh air dipakai untuk merubah fasa. Energi ini dinamakan kalor laten.
Se&gkan pada ketika memanaskan air dari temperatur ruangan misalnya, temperatur

51
akan sanggup dengan gampang terdeteksi kenaikannya dengan menggunakan
thermometer, Ini yg dinamakan dengan kalor sensible.

Kalor Sensibel & Kalor Jenis


Secara fisis untuk menaikkan temperatur suatu zat maka diperlukan kalor yang
besarnya sebanding dengan massanya. Sebagai pola untuk menaikkan temperatur air
yang bermassa 2 kg sebesar 5 oC membutuhkan kalor yang lebih besar dibandingkan
dengan air yg bermassa 1 kg. Selain itu perubahan temperatur juga sebanding dengan
kalor yang dibutuhkan. Dapat dilihat untuk memanaskan air sebesar 10 oC diperlukan
kalor yang lebih besar dibandingkan memanaskan air sebesar 5 oC. Selain massa &
perubahan temperatur, kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur juga
tergantung dari jenis zatnya. Kalor yang diperlukan untuk memanaskan air lebih
besar dibandingkan untuk memanaskan alumnium walaupun massa & perubahan
temperaturnya sama.
Ini menunjukkan bahwa setiap zat mempunyai nilai suatu besaran lain yang
berbeda-beda. Dalam hal ini dinamakan kalor jenis. Besaran ini mengatakan
banyaknya kalor yang dibutuhkan/dilepaskan untuk menaikkan/menurunkan setaip
satu satuan temperatur & setiap satu satuan massa. Besaran ini mempunyai satuan
J/kgoC. Jika suatu zat mempunyai kalor jenis 10 J/kgoC, artinya untuk menaikkan
temperatur 1 kg zat tersebut sebesar 1oC maka diperlukan kalor sebesar 10 Joule.

Gambar 33. Ilustrasi Kalor Sensibel

Air yang berada pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih sekitar 100 oC. Jika
air ini mempunyai temperatur 27 oC kemudian diberikan kalor (dipanaskan), maka
temperaturnya akan naik hingga dengan 100 oC. Kalor yang diberikan ini disebut

52
sengan kalor sensibel, yaitu kalor yang sanggup dirasakan oleh peralatan ukur
temperatur.
Seperti yang disebutkan di atas bahwa kalor merupakan salah satu jenis energi.
Oleh sebab itu nilai kalor otoriter sebuah benda tidak/belum sanggup dihitung.
Namun, penambahan/pengurangan kalor dari sebuah proses sanggup dihitung.
Sebagai contoh: kalor yang dimiliki oleh air bertemperatur 27 oC/100 oC yaitu tidak
diketahui. Namun perbedaan nilai kalor antara dua keadaan tersebut sanggup
dihitung dengan cara:

Sering kali satuan perubahan temperatur yaitu Kelvin, hal ini bukanlah problem
sebab perubahan temperatur dalam satuan K & oC yaitu sama. Oleh sebab itu, satuan
dari kalor jenis sering kali ditulis J/kg.K.
Dengan kata lain, Panas sensibel adalah besarnya energi yang dilepas atau
diserap oleh materi selama proses perubahan temperatur. Sebagai contoh pada air
panas sensible adalah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur air sampai
titik didihnya.

Temperatur titik didih air ini sangat dipengaruhi oleh tekanan lingkungan. Bila air
dipanaskan pada tekanan atmosfir, maka titik didihnya 100°C. Tetapi bila air
dipanaskan pada tekanan di atas tekanan atmosfir, maka titik didihnya akan menjadi
lebih besar dari 100°C, demikian pula jika air dipanaskan pada tekanan di bawah
tekanan atomosfir, maka titik didihnya akan lebih kecil dari 100°C.

Tabel berikut memperlihatkan hubungan antara tekanan dengan titik didih air. Data
ini diambil dari tabel uap.

Tekanan (bar) 0,25 0,5 1 5 10 50 100

Temp. Titik didih (°C) 65 81 99,6 151 180 264 311

53
Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila tekanan bertambah besar, maka titik didih akan
bertambah tinggi, dan panas yang diperlukan untuk memanaskannya bertambah
banyak pula.

Kalor Laten
Ketika air berada di tekanan 1 atm & 100 oC kemudian diberikan kalor, maka
temperaturya akan tetap di 100 oC. Pada keadaan ini kalor tidak sanggup menaikkan
temperatur, kesudahannya energi yang masuk ke dalam air dipakai untuk merubah
fasa zat dari cair ke gas (menguap). Hal yang sama terjadi pada ketika es kerikil yang
mencair.

Gambar 34. Ilustrasi lalor laten

Semakin bebas molekul zat bergerak maka energi kalor yang dimiliki semakin
besar. Pada zat padat molekulnya sangat teratur pada susunan yg sangat rapat
sehingga tingkat energi kalornya rendah. Sedangkan zat cair molekulnya lebih bebas
bergerak sehingga energi kalornya lebih besar. Begitu pula zat gas, melekulnya lebih
bebas bergerak sebab jarak antar molekul sangat besar. Temperatur pada ketika
terjadi proses perubahan fasa tidak berubah. Kalor yang diberikan/dilepaskan ini
disebut dengan kalor laten. Besarnya kalor untuk merubah fasa yaitu sebagai berikut:

54
Dengan kata lain, Panas laten adalah besarnya energi yang dilepas atau diserap
oleh materi selama proses perubahan fasa. Sebagai contoh jika air yang telah
mencapai titik didihnya, kemudian kita berikan terus tambahan panas, maka air akan
berubah fasa menjadi uap. Selama proses perubahan fasa tersebut temperature air
tidak akan mengalami perubahan, karena semua panas yang diberikan digunakan
untuk merubah fasa.

9. Perpindahan kalor
Sampai ketika ini telah disepakati bahwa ada tiga macam metode perpindahan Kalor,
yaitu konduksi, konveksi, & radiasi.

Konduksi
Pada ketika suatu batang logam panjang dipanaskan di salah satu ujungnya sehingga
temperaturnya menjadi naik, maka Kalor akan menjalar dari ujung tersebut ke ujung
yg lain. Perpindahan Kalor menyerupai ini yg dinamakan dengan konduksi. Pada
konduksi dbutuhan medium perpindahan kalor & tidak terjadi perpindahan molekul,
yg terjadi hanya perpindahan energy kalor. Perpindahan kalor secara konduksi
sanggup ditulis secara matematis, yaitu:

q=kA(T1-T2)/l

Dimana k yakni konduktifitas termal, A dalah Luas permukaan, T yakni temperatur, l


yakni tebal benda, & q yakni energy tiap satuan waktu.

Konveksi
Pada ketika memanaskan air yg tadinya bersuhu ruangan di sebuah panci, maka yg
terjadi yakni temperatur air yg ada di akrab permukaan panci menjadi lebih tinggi.
Secara alami terjadi bahwa molekul yg mempunyai temperatur lebih tinggi, maka
kerapatannya menjadi lebih rendah. Ini artinya molekul yg berada di akrab
permukaan panci menjadi lebih ringan. Akhirnya molekul air yg ringan ini bergerak
ke atas, kemudian posisi dari molekul tersebut digantikan dengan molekul yg lebih
dingin. Molekul yg lebih cuek ini pun alhasil menjadi lebih Kalor sebab akrab

55
dengan permukaan panci, alhasil molekul ini juga naik. Begitu seterusnya.
Perpindahan Kalor semacam ini dinamakan konveksi. Konveksi melibatkan
perpindahan molekul & membutuhkan medium. Secara matetmatis konveksi
dituliskan

q=hA(T1-T2)

Dimana h yakni koefisien konveksi & q yakni enrgy Kalor yg dipindahakan setiap
satuan waktu.

Radiasi
Bumi mendapatkan sinar & Kalor dari matahati. Diantara bumi & matahari sebagian
besar yakni ruang kosong (hampa), tidak ada medium perpindahan Kalor. Oleh
karenanya perpindahan Kalor dari matahari ke bumi bukanlah dengan cara konduksi
maupun konveksi, melainan radiasi. Pada dasarnya matahari memancarakan radiasi
gelombang elektromagnetik hingga hingga dibumi. Radiasi yg diterima bumi terdir
dari aneka macam macam panjagng gelombang, termasuk panjang gelombang cahata
tampak sehingga kita sanggup melihat dengan terang di siang hari. Selain cahaya
tampak, terdapat pula panjang gelombang yg tidak tampak, salah satunya yakni Infra
Red. Panjang gelombang inilah yg merupakan radiasi Kalor. Pepindahan Kalor
dengan radiasi tidak memerlukan medium & juga tidak membutuhkan perpindahan
molekul.
Besarnya laju pemikiran perpindahan Kalor secara radiasi, secara matetamats
dituliskan :

Dimana e yakni emissifitas, yg besarnya antara 0 & 1. Idealnya benda hitam tepat
mempunyai nilai e =1. Notasi σ yakni konstanta Stefan boltzman yaitu 5.67 x 10-
8
W/m2 K4.

56
10. Daaaa….

57

Anda mungkin juga menyukai