Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah “Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Soft Tisu Tumor
diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa pemberian Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Soft Tisu
Tumor diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi.
2. Tujuan Khusus
a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. R dengan soft tisu tumor
diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi.
b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. R dengan soft tisu
tumor diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi.
c) Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada Tn. R dengan soft tisu
tumor diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi.
d) Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. R dengan soft
tisu tumor diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi.
e) Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. R dengan soft tisu
tumor diruangan Ebony RSUD Torabello Sigi.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tentang
masalah soft tisu tumor pada Tn. R dengan soft tisu tumor diruangan Ebony
RSUD Torabello Sigi.
2. Manfaat Bagi Institusi
Penulisan ini diharapkan dapat mengoptimalkan pelayanan keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan pada semua pasien.
3. Manfaat bagi rumah sakit
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai panduan dalam
intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIK
1. Pengertian
Neoplasma merupakan massa jaringan baru (kumpulan sel) yang tumbuh secara
mandiri di struktur sekitarnya dan tidak memiliki tujuan fisiologis. Istilah neoplasma
sering kali digunakan secara bergantian dengan tumor, berasal dari bahasa latin yang
berarti “pembengkakan” (LeMone, P dkk, 2015).
Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga terbentuk jaringan baru
atau sering kali oleh masyarakat awam disebut daging baru. Tumor terbagi menajdi dua
macam, yaitu tumor jinak dan ganas (Riksani, Ria, 2012).
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker
(M. Clevo.2012: 84).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor menurut (Sjamsuhidajat, R dkk. 2010), karena
terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari
besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan,
kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Penyebab tumor atau
neoplasma bersifat multifaktor.Ada beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab
tumor, antara lain:
a. Karsinogen,
b. Parasite,
c. Faktor genetik,
d. Faktor gaya hidup,
e. Faktor hormone,
f. Virus,
g. Polusi udara,
h. Radiasi yang berasal dari bahan kimia,
i. Hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
3. Manifestsi Klinik
Manifestasi Klinik menurut (Moore, 2014), antara lain :
a. Hiperplasia,
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras,
c. Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau
lunak,
d. Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor,
e. Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi
f. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe
g. Nyeri,
h. Anoreksia, mual, muntah,
i. Penurunan berat badan.
4. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors) adalah proliferasi
masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak termasuk
visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat mana saja,
meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di
ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan dan retroperitoneum,
parameter-parameter yang penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (granding) yang akurat (terutama di
dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang
didasarkan pada mitos dan perluasan nekrosis.
c. Staging
d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik (M. Clevo, 2012).
5. Patway
6. Penatalaksanaan
Menurut (LeMone, P. dkk. 2015), penatalaksanaan pada tumor dinding abdomen yaitu :
a. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utamadan digunakan baik untuk
pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor tanpa biopsy dan tidak ada bukti
metastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk
menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif.
b. Kemoterapi
Kemoterapi melibatkan penggunaan obat sitotoksik untuk menyembuhkan
kanker cairan dan padat, untuk menurunkan ukuran tumor, penunjang untuk
pembedahan atau terapi radiasi, atau untuk mencegah atau menangani metastasis yang
dicurigai. Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk
reseksi tumor.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi masih menjadi pilihan bagi tumor atau beberapa spesialis
onkologi, radiasi dapat digunakan untuk membunuhtumor, mengurangi ukurannya,
menurunkan nyeri, atau meredakan obstruksi.
d. Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik (photo dynamic therapy, PDT) merupakan metode
penanganan tumor superfisial tertentu. Terapi ini dikenal dengan beberapa nama yang
berbeda: fototerapi, fotoradiasi, dan fotokemoterapi. Pasien yang memiliki tumor dan
tumbuh di permukaan kandung kemih, rongga peritoneum, dinding dada, pleura,
bronkus atau kepala dan leher merupakan calon yang mendapatkan terapi ini. Pasien
diberikan dosis senyawa fotosensitisasi per intravena, Photofrin, yang secara selektif
menyimpang konsentrasi yang lebih tinggi di jaringan maligna.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologi sangat penting dalam diagnosis awal karenapengkajian fisik
biasanya tidak dapat mendeteksi awal tumor hingga kanker mencapai ukuran yang
cenderung menimbulkan risiko bermetatasis. Proses diagnostik ini dapat melibatkan CT,
MRI, USG, pencitraan nuklir, angiografi, dan tomografi emisi positron (LeMone, P. dkk.
2015).
a. Computed Tomography (CT)
CT memungkinkan visualisasi penampang melintang anatomi. Karena CT Scan
menunjukkan sedikit perbedaan dalam densitas jaringan, CT Scan memberikan
keakuratan yang lebih besar dalam diagnosis tumor.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan instrument diagnostic pilihan untuk skirining dan konsultasi lanjutan
tumor. Selama MRI, pasien ditempatkan di dalam bidang magnetic, gelombang radio
yang berpulasi diarahkan pada mereka, dan dikirimkan sinyal berdasarkan
karakteristik jaringan yang dianalisis oleh komputer.
c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) menilai gelombang suara ketika gelombang suara
mencerminkan berbagai struktur tubuh, menunjukkan abnormalitas yang
mengindikasikan tumor.
d. Pencitraan Nuklir
Pencitraan nuklir ini merupakan metode diagnostik yang aman untuk mengidentifikasi
tumor pada berbagai jaringan tubuh. Prosedur ini sering digunakan untuk memeriksa
kemungkinan tulang atau metastasis organ lainnya.
e. Angiografi
Angiografi dilakukan ketika lokasi tumor yang tepat tidak dapat diidentifikasi atau
terdapat keharusan untuk memvisualisasikan perkembangan tumor sebelum
pembedahan. Prosedur ini meliputi penginjeksian pewarna radiopaque ke dalam
pembuluh darah utama yang dekat ke organ atau jaringan yang periksa. Pewarna
dapat digunakan untuk mengidentifikasi pembuluh darah yang menyuplai tumor.
f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu kedalam
rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan,
aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
g. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
B. KONSEP KEPERAWATAN
Menurut Dr. Suyanto (2012: 211) di dalam asuhan keperawatan digunakam system
atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu:
pengkajian, Diagnosa medis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat ini.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan uraian kronologis sakit pasien sekarang sampai pasien dibawa ke RS,
ditambah dengan keluhan pasien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
P: Palitatif /Provokatif
Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauh mana merasakannya
sekarang.
R: Region
Dimana gejala terasa, apakah menyebar
S: Skala
Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 0 s/d 10 T: Time Kapan gejala
mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita pasien saat ini. Termasuk
faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga pasien ada riwayat penyakit turunan atau
riwayat penyakit menular.
5) Pola Aktivitas Sehari-hari
Membandingkan pola aktifitas keseharian pasien antara sebelum sakit dan saat
sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak.
(Robert Priharjo, 2012).
b. Pemeriksaan Fisik:
1) Data Fokus
Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan teknik yang
digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat kesadaran, keadaan
umum, vital sign.
Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada nodul, bentuk simetris, kontur kulit lentur,
tidak ada benjolan/ massa, Palpasi: Apa ada nyeri tekan, ada massa, ada asites dan
bagaimana turgor kulit.
2. Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan laboratorium yang dijalani
pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan rontgen, biopsy dan pemeriksaan terkait lainnya.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Op
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
b. Post Op
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (Nurarif, dkk, 2015).
4. Intervensi
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda penyebab, periode,
jugadan pemicu pada nyeri
Jelaskan pada strategi meredakan pada
nyeri
Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan yaitu Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan yaitu Observasi
3x24 jam dandiharapkan Monitoryaitu tanda dan gejaladari
tingkat infeksi menurun infeksi lokal dan sistemik
Kriteria hasil :
Kemerahan menurun Terapeutik
Nyeri menurun Berikan perawatan kulit pada area
Cairan berbau busuk edema
menurun Pertahankan teknik aseptik pada pasien
Gangguan kognitif beresiko tinggi
menurun
Kadar sel darah putih Edukasi
membaik Jelaskan tandajuga dan gejalapada
Kultur darah membaik infeksi
Kultur area luka Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
membaik atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis
keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Hasil penelitian membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan pengeta-
huan dan ketrampilan berkaitan dengan pasien Soft Tisu Tumor dan menambah
wawasan sebagai acuan bagi penulis selanjutnya dalam mengembangkan penelitian
lanjutan terhadap pasien yang menderita Soft Tisu Tumor.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Diyono, Sri Mulyanti. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Sistem Pencernaan. Jakarta :
KENCANA
Lemone, P., & Burke, K. (2015). Medical-surgical nursing. critical thinking in client
care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall.
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2014. Anatomi berorientasi klinis.
Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga
Sjamsuhidajat, R. dkk. (2010), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Sadi, (2018). Asuhan Keperawatan Tn.A Dengan Soft Tissu Tumor Abdomen Di Ruang
Husada Rumah Sakittk. Iiidr. Soetarto Yogyakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Yesreli Yonathan Miha Dimu,. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.P.B.N Dengan Post
Op Tumor Abdomen Di Ruangan Asoka Rsud. Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang