Anda di halaman 1dari 12

Artikel Samin No dapus

by Budiaman Budiaman Budiaman

Submission date: 30-Aug-2021 10:22AM (UTC+0700)


Submission ID: 1637990055
File name: Samin_No_DAPUS.pdf (707.87K)
Word count: 2205
Character count: 15183
Paradigma Ekosentrisme Dalam Kearifan Lokal Pertanian
Masyaraka t Samin
Budiaman, Nandi Kurniawan, Achmad Nur Hidayaht, Astri Febry Susanti,
Abdurrahman

Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia budiaman@unj.ac.id,

nandikumiawan@unj.ac.id, achmadhidayaht@gmail.com

Abstract
Norma dan nilai serta tradisi yang berjalan didalam masyarakat menjadi
bagian penting dari suatu identitas kebudayaan. Salah satu unsur tradisi dalam
suatu kebudayaan adalah kepercayaan berupa agama dan symbol didalamnya.
Salah satu masyarakat adat yang masih kental dengan kebudayaanya adalah
masyarakat sedulur sikep Samin bisa dikatakan sebagai bentuk komunitas yang
masih berkembang di Jawa, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Salah
satunya adalah masyarakat Samin yang masih berkembang sampai sekarang di
Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi manajemen masyarakat Samin dalam
melestarikan budaya agrarisnya dan bagaimana budaya agrarisnya dari sudut
pandang ekosentrisme. Penelitian ini manggunakan metode kualitatif dengan
pengumpulan data melalui dokumentasi, observari perilaku, dan wawancara
wawancara mendalam dan FGD (forum discussion group) dengan beberapa
tokoh
Samin. Hasil penelitian menunjukkan Samin Sambongrejo tercermin pada
baiknya kualitas ekologis kehidupan mereka. Pertanian yang dijalankan secara
zero waste fanning, dan pola pertanian dengan konsep alami merupakan
implementasi dari ajaran leluhur yang dikelola secara modern dan kekinian.. Hal
ini diperkuat oleh budaya pertanian dengan melestarikan nilai 'seneng mangan
doyan mangan sing dumunung the'e dhewe' yang astinya masyarakat suku
Samin lebih senang untuk memakan hasil dari burni di sekitar lingkungan mereka
sendiri mengalokasikan has il pertaniannya untuk dikonsumsi mandiri.

Keywords : Ekosentrime, Pertanian, Sedulur Sikep,


Samin.
1.Introductio
n
Ketergantungan manusia pada alam (fisis determinism) sangat tercermin
pada aktivitas pertanian. Bintarto (1977) megungkapkan lahan subur menjadi
konsentrasi penduduk, sebaliknya lahan lahan yang tandus jarang dihuni manusia
Puspawati dan Haryono (2018) mengungkapkan ini merupakan hal yang wajar
mengingat semua kebutuhan manusia hanya terdapat di alam seperti diketahui
bahwa 99% makanan kita, diproduksi dari lahan, sehingga peran lahan sangat
berpengaruh bagi manusia. Namun seiring dengan pesatnya tingkat pertumbuhan
penduduk dan kemajuan teknologi, tentunya ikut meningkatkan pesatnya
kebutuhan. Atas dasar ini eksplorasi dan eksploitasi dalam upaya menundukan
alam sebagai media pemenuhan kebutuhan manusia banyak terjadi diseluruh
dunia. Tindakan ini didasarkan pada paham bahwa manusia dianggap memiliki
nilai yang lebih tinggi dari organisme lain (antroposentrism). Semakin meluasnya
paham berbasis antroposentris ini telah mengakibatkan kerusakan lingkungan
terutama pertanian (Washington, Taylor 2017)
Pasca terjadinya revolusi industri telah banyak ditemukan teknik-teknik
pertanian yang memiliki produktivitas tinggi namun tidak ramah lingkungan. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya kerusakan lahan, tanah, pencemaran, bahkan
beberapa diantaranya menurut Seddon, N (2016) dan Szeremlei Keszi (2015)
berkurangnya dan sumber daya yang tidak terbatas, dan karenanya menyebabkan
ketidakstabilan iklim, dan dampak serius terhadap lingkungan, juga sebagai
hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak negatif dari eksploitasi lahan yang
tidak ramah dan lingkungan merupakan konsekuensi dari proses alam mencapai
keseimbangannya. Kondisi tersebut banyak ditemukan di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia.
Pertanian bagi Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris merupakan
sektor esensial dalam masyarakat. Majemuknya suku budaya yang ada di
Indonesia telah menciptakan berbagai kearifan lokal yang mendasari pengetahuan
dan keterampilan bertani .. Kearifan lokal yang ada pada pertanian dalam adat
budaya diperlukan untuk menjamin keberlanjutan bagi generasi ke generasi.
Pandangan masyarakat tradisional menyatakan bahwa alam dan manusia adalah
satu kesatuan yang saling mengisi. Menurut (Gorda, 2020) Nilai-nilai kearifan
lokal menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk memberikan pengetahuan
mengenai cara hidup berdampingan dengan alam sehingga nilai tersebut sudah
menjadi asas dan pedoman masyarakat adat dalam menjalankan pembangunan
termasuk pertanian. Salah satu masyarakat adat yang menjalankan kearifan lokal
pertanianya di Indonesia adalah masyarakat adat Samin di Jawa tengah.
Masyarakat Samin merupakan sekelompok orang yang mengikuti dan
mempertahankan ajaran seorang tokoh bernama Samin Surosentiko yang muncul
pada masa kolonial Belanda yakni pada tahun 1890 (Purwasita, 2003). Ajaran
utam anya adalah ajaran utam anya seperti sederhana, jujur , menutu p dir i, dan cinta
lingkungan . Pada dasarnya pah am ini menekan kan untu k mengajarkan ora ng
berbuat baik dalam segala aspek kehidupan term asuk pertan ian. Sami n
Suresentiko diasingkan Belan da ke Sawah Lunto dan wafa t disana, kemudian
ajara n Sam in diteru skan oleh para keturu nan dan pengikutnya yang ada di
beberapa wilayah di Ja wa Tengah hingga hari ini. M ereka menyebut ajarann
ya dengan sedulur sikep. Salah satu wilayah berm uki m nya ajaran Sami n
adalah kom unitas sedulur sikep yang ada di Desa Sam bongrejo Kecam atan
Sam bong K abupaten Blora , Ja w a Tengah . K om unitas ini dipim pin oleh Pram
ugi Pra wiro W ijayo atau lebih dik enal dengan panggilan mbah Pram . Sebagai
pemi mpin adat, mbah Pram mera ngkap sebagai pem im pin perekonom ian ,
sosial dan sistem kem asyar ak atan .
Petani tradisional Sam in di Sam bongrejo sebagaim ana ajaran Sami n di
wilayah lain melak ukan kegiatan usaha tan i masih sesuai dengan adat ajaran
Sam in. Berdasarkan (Kurniasari,2018) m asyara kat Sam in masih menjalankan tata
cara adat dalam bidang pertanian yang diwariskan oleh leluhurn ya. Kearifan lokal
tersebut ditransm isikan dalam bentuk pendidikan di lingku ngan m asyarakat
adat dan keluar ga sec ara berkelanjutan. M elalui pertan ian m asyara kat Sami n
san gat menyadari bahwa manusia san gat be rgan tu ng dari keseim ban gan
alam disekitarnya. Kesadar an akan adanya keseim bangan alam tersebut tentunya
sangat erat kaitann ya dengan paham biosentrism e dan ekosentrism e.
Pah am biosenstrism e-ekosentrisme mem an dang keseim ban gan lingkungan
adalah ha! terpenting. Paham ini tidak hanya menghargai aspek man usiawi,
tetapi juga aspek non-m an usiawi (tum buhan, hew an , dan lingkungan ). M enuru
t (K eraf, 2016) paham biosentrism e-ekosentrisme inilah yang dianggap
sebagai kr itik an dari pah am an tro posentrism e. M enurut (H um aida,2020)
ekosentrism e meru pakan salah satu etik a lin gkungan yang menduk ung
jangka panjan g ketahan an lingk ungan M ak a dar i itu nilai-nilai kearifan lokal
sebagai bagian dari gerakan ekosentrism e perlu dikaji untuk menem uk an
makna teoretis sec ar a mendalam sebagai upaya m em perbaiki kualitas kehidupan.

2. Literature Review
Masyarakat Samin sangat berhati-hati di dalam bertindak dalam
hubungannya dengan alam. Segala tindakan selalu mempertimbangkan prinsip•
prinsip konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam supaya tetap
dipertahankan keseimbangan ekologisnya. Berdasarkan (Cryer dan Kopnina
2018), (Parson,2018), (Humaida,2020) ekosentrisme merupakan kunci penting
dalam menjaga keberlanjutan ekologis (ecology suistanability).
Masyarakat Samin memiliki etika dan norma yang menjadi landasan
kehidupan sehari-hari, kemudian dijadikan suatu tatanan tersirat untuk
diimplementasikan pada kegiatan pertanian. Dalam kaitan ini, (Surmeli.&
Mehpare, 201 3) menuturkan etika lingkungan menjadi lebih pen ting karena
masalah lingkungan menjadi lebih serius. Masalah lingkungan diyakini dapat
diatasi dengan penerapan etika lingkungan sehingga masyarakat yang bertani
dengan kearifan lokal mampu mengelola sumber daya pertanian yang
berkelanjutan sekaligus menjaga keseimbangan ekologis,
Arkanuddin (2001) menyatakan bahwa nilai-nilai dan pengetahuan lokal
tertanam dalam cara hidup masyarakat sebagai sarana untuk bertahan hidup.
Kearifan lokal berperan sebagai ruang interaksi yang telah didesain sedemikian
rupa yang melibatkan pola antara manusia dengan manusia, serta manusia dengan
alam. Menurut (Pandapotan & Silalahi, 20 19) pola tersebut kemudian terbentuk
menjadi nilai-nilai yang akan dijadikan sebagai acuan masyarakat itu sendiri.
dalam beberapa budaya lainnya di Indonesia pemeliharaan alam yang berdasarkan
etika lingkungan yang khas tersebut mencerrninkan hubungan ekologis yang
seimbang.
Penelitian (Sukmawan, 2012) pada Suku Tengger menyimpulkan bahwa
kearifan lokal membentuk hubungan simbiosis yang harmonis dalam
keanekaragaman dan kompleksitas ekologis. Menurut (Nurkamila, 2018) dalam
penelitiannya di Kampung Naga menyebutkan keseimbangan lingkungan yang
terbentuk karena diterapkannya etika lingkungan selalu berbuah manis bagi
manusia.
Berdasarkan (Asep Suryana, 2005), (Budiarti,2008), (Aeng Muhidin
2011), dan (Budiaman, 2013, 2014, 2018, dan 2018) lebih memaparkan kearifan
lokal yang ada di masyarakat adat Baduy secara umum melalui kajian
transformasi sosial budaya, aspek hak anak dalam pendidikan dan kesehatan, serta
pepatah-petatah dalam berbagai bidang kehidupan, tidak spesifik pada
implementasi masing-masing pepatah pada setiap aspek kehidupan. Sementara
artikel ini lebih memfokuskan pada implementasinya spesifik pada pertanian.

3. Methodology
Pendekatan penelitian untuk mendapatkan model konstruksi kearifan lokal
pertanian suku Samin melalui pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang didukung oleh berbagai metode pengumpulan dan
analisis data (Moleong, 2009). Melalui pendekatan ini, peneliti mengumpulkan
data melalui dokumentasi, observari perilaku, dan wawancara dengan para
informan (Creswell, 2019). Observasi partisipatif kemudian digunakan peneliti
untuk memahami konteks situasi, makna sikap dan perilaku serta persepsi
masyarakat Samin terhadap prinsip ekosentrisme dalam pertanian. Metode lain
adalah wawancara mendalam dan FGD (forum discussion group)
untuk
menghasilkan kualitatif informasi dengan rnernberikan pertanyaan terbuka semi•
terstruktur

4. Result and
Discussion
4.1 Makna Pertanian bagi Masyarakat
Samin.
Pertanian rnerupakan surnber penghidupan dan bagian yang penting dalarn
aktivitas keseharian Masyarakat Samin. Pertanian rnerupakan salah satu
kepercayaan diawal terbentuknya ajaran Sarnin bahwa rnereka hanya boleh hidup
dari pertanian. Pertanian selain sebagai mata pencaharian utarna narnun juga
rnerupakan media dalarn rnengajarkan adat istiadat dari generasi ke generasi.
Walaupun generasi rnudanya sebagian juga bekerja pada bidang lain narnun
pertanian tetap pekerjaan utarna setiap keluarga. Dalarn istilah jawa petani Sarnin
dikenal dengan petani utun (Hariadi, 2016). Mereka bercocok tanam diatas tanah
yang diwariskan para leluhur. Sawah tidak boleh dijual kepada orang lain
sehingga selalu rnenjadi rnilik keluarga untuk diteruskan pengelolaanya.
Bagi rnasyarakat adat Sarnin tanah warisan adat bukan hanya rnerupakan
sirnbol untuk rnernpertahankan kehidupannya dari generasi ke generasi akan tetapi
juga hubungan yang bersifat religius karena rnereka rneyakini bahwa roh nenek
rnoyang rnereka rnasih berada dalarn tanah ulayatnya tersebut bersama-sama
rnenjaga tanah ulayat tersebut (Pradina dkk 2016). Bagi Masyarakat Samin bertani
adalah bagian dari upaya untuk rnenjaga tradisi dan budaya ajaran Samin.
Menurut pemirnpin adat pekerjaan rnasyarakat sedulur sikep adalah petani,
dan juga betemak. Ajaran Sarnin rnengharuskan kehidupan yang selaras antara
rnanusia dan alarn. Hal tersebut diirnplernentasikan dalarn aktivitas pertanian.
Manusia itu harus peduli, peduli pada alam dan peduli pada manusia di
sekelilingnya" artinya sernua kornponen kehidupan dirnuka burni ini adalah satu
bagian utuh yang saling memiliki ketergantungan rnaka rnanusia yang memiliki
aka I budi harus dapat rnenjadi penyeirnbang keselarasan tersebut (Pramugi, 2021).
Ajaran Samin dalarn rnemiliki lima tujuan, lima larangan dan tiga pedoman yang
rnenjadi prinsip kehidupan dalam kepercayaan sehari-hari.

Pangucep
Pertikel
Kelakuan

Gambar I. Pokok-pokok ajaran Samin

Dalam menggapai tujuan hidup dan menhindari larangan hidup pedoman hidup
ajaran Samin adalah adanya kesesuaiaan antara tutur kata (pangucep), pikiran
(pertikel) dan tindakan (kelakuan). Nilai penting pedoman tersebut menjadikan
kejujuran adalah suatu ajaran mutlak bagi masyarakat Samin.
Komunitas masyarakat Samin mempertahankan budaya pertanian dengan
melestarikan nilai 'seneng mangan doyan mangan sing dumunung the'e
dhewe' yang astinya masyarakat suku Samin lebih senang untuk memakan hasil
dari bumi di sekitar lingkungan mereka sendiri. (Pramugi, 2021)
menjelaskan bahwa
penanaman nilai sikap kedisiplinan kepada anak untuk mencintai pertanian sudah
dilakukan sejak dini.

4.2 Pertanian Berkelanjutan Masyarakat


Samin
Sistem pertanian yang gunakan masyarakat Samin umumnya sudah
dilakukan dengan mengadopsi pertanian konvensional. Petani Samin sudah
mengunakan sistem irigasi modern, penggunaan mesin seperti traktor dan alat
penggiling padi. Kondisi tersebut menyimpulkan bahwa masyarakat Samin
sangat terbuka dengan kemajuan teknologi. Penggunaan alat
modern meningkatkan efektifitas dan produktifitas hasil pertanian namun
implementasinya tetap dilandasi ajaran-ajaran Samin.
Pertanian dilakukan dalam konsep zero waste dan dan tidak menggunakan
bahan kimia yang mencemari tanah dan air. Pupuk didapatkan secara organik dari
kotoran ternak dan sampah organik, masyarakat Samin percaya dengan konsep ini
hasil pertanian bersih, melimpah dan bebas hama. Selama setahun petani Samin
mampu panen sebanyak tiga kali. Hal ini membuktikan bahwa produktifitas
pertanian justru akan melimpah ketika pemanfaatan lahan dikelola dengan
memperhatikan keharmonisan antar elemen ekologis. Irigasi pertanian berasal dari
bendungan yang dibangun secara swadaya.
Produk pertanian padi menjadi sumber utama pangan mereka.
Kemampuan mendapatkan pangan ini juga terlihat dari pemanfaatan pekarangan
untuk ditanami aneka sayuran atau buah. Masyarakat Samin memelihara hewan
ternak sapi, kambing dan ayam. Masyarakat Samin menjual hasil panennya
berupa gabah atau beras untuk ditukar dengan uang, dan dibelanjakan untuk
kebutuhan lain. Selain memiliki sawah, banyak warga Sarnin yang memanfaatkan
lahan pekarangannya untuk menanam aneka pangan lainnya seperti sayur, nangka,
sawo, mangga, sukun, cabai, tomat, daun kemangi, dan sebagainya.
Pengalaman mereka dalam mengelola lingkungannya, baik dari
sawah maupun tegal dan pekarangan. Jenis-jenis spesies tanaman tidak hanya
jenis tanaman pangan yang mereka kenal, tetapi juga jenis tanaman sayuran,
jamu,
bangunan, sesaji (sajen), pagar hidup dan sebagainya. Petani Samin memiliki
kearifan lokal bagaimana jenis-jenis tanaman yang baik untuk menyuburkan
tanah, untuk menjaga agar tidak terjadi kelongsoran dan bagaimana
mengerjakannya serta mengaturnya.
Pandangan Pramugi sebagai tokoh masyarakat Samin, mengemukakan
keanekaragaman tanaman akan menjamin petani untuk memaksimalkan produksi
dalam kondisi lingkungan yang beragam sedangkan pergiliran tanaman
(tumpangsari) dimaksudkan untuk selalu menjaga kesuburan tanah, upaya
mencegah kegagalan panen secara total, dan mempertahankan ketahanan
pangan. Hal ini karena setiap tanaman secara khusus dapat disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dimana taman tersebut tumbuh dan beradaptasi dengan
kondisi lingkungan sekitarnya.

4.3 Model Etika Lingkungan Pertanian


Samin.
Konsep pertanian yang diterapkan pada masyarakat Samin merupakan
sebuah penghormatan dalam menjunjung tinggi ajaran leluhur. Nilai nilai yang
diimplementasikan terbukti memberikan kehidupan yang baik dan berkelanjutan
bagi generasi penerusnya. Konsep ini secara tidak langsung menanamkan etika
lingkungan yang berwawasan ekosentrisme. Ajaran Samin memposisikan manusia
sebagai bagian dari alam sehingga dalam setiap aktivitas pertanian selalu
mendasari pada prinsip keselarasan ekologis. Semua proses pertanian dilakukan
secara alami mengikuti hukum hukum alam.
Pertanian berwawasan ekosentris pada masyarakat Samin tercermin dari
zero waste farming, penggunaan bahan pertanian yang ramah lingkungan
dan bebas polusi. Paham ini membuktikan masyarakat Samin di
Sambongrejo memiliki pandangan jauh kedepan bahwa kehidupan harus selalu
diwariskan dalam kondisi yang baik. Ajaran ajaran direpresentasikan dalam
kerangka kearifan lokal yang dikembangkan sesuai perkembangan zaman,
sehingga
walaupun mendasari pada ajaran lama (leluhur) namun tetap bisa memberikan
kemanfaatan bagi keberlangsungan keturunannya.

5. Conclusion
Kearifal lokal berwawasan ekosentrisme pada aktivitas pertanian
masyarakat Samin Sambongrejo tercermin pada baiknya kualitas ekologis
kehidupan mereka. Pertanian yang dijalankan secara zero waste farming, dan
pola pertanian dengan konsep alami merupakan implementasi dari ajaran leluhur
yang dikelola secara modem dan kekinian. Masyarakat Samin berhasil
menjalankan konsep pertanian yang sesuai dengan prinsip prinsip etika
lingkungan . Kearifan lokal berbasis ajaran leluhur pada pertanian terbukti mampu
mempertahankan kelestarian lingkungan dalam berbagai dimensi kehidupan.
Masyakarat Samin dapat dikatakan memiliki pola pikir yang progresif dan
berwawasan jauh kedepan sehinga melalui pertanian mereka telah mencapai
kemandirian ekonomi dan sosial.
6. References
Artikel Samin No dapus
ORIGINALITY REPORT

SIMILARITY INDEX INTERNET SOURCES PUBLICATIONS STUDENT


PAPERS

PRIMARY SOURCES

II core.ac.uk
Internet Source

E berkalahayati.org
Internet Source

journal.unj.ac. id
Internet Source

II media.neliti.com
Internet Source

E ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id
Internet Source

prosiding.upgris.ac.id
Internet Source

■ www.scribd.com
Internet Source

E hermaninbismillah.blogspot.com
Internet Source

E bppsdmk.kemkes.go.id
Internet Source
E Submitted to Universitas Terbuka
Student Paper 1%
II Submitted to IAIN Kudus
Student Paper 1%
EE doaj.org
Internet Source 1%
IE www.nusakini.com
Internet Source 1%
■ e-journals.unmul.ac.id
Internet Source <1 %
IE docplayer.info
Internet Source <1 %
a puslit.dpr.go.id
Internet Source <1 %
Ea repository.unisba.ac.id
Internet Source <1 %

Exclude quotes Off Exclude matches Off


Exclude bibliography Off
Artikel Samin No dapus
GRADE MARK REPORT

FINAL GRADE GENERAL COMMENTS

/0 Instructor

PAGE 1

PAGE 2

PAGE 3

PAGE 4

PAGE 5

PAGE 6

PAGE 7

PAGE 8

Anda mungkin juga menyukai