Wina Sukma Dewi - 1182060105 - Makalah Sistem Respirasi Hewan Vertebrata
Wina Sukma Dewi - 1182060105 - Makalah Sistem Respirasi Hewan Vertebrata
Oleh :
Wina Sukma Dewi
1182060105
Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas
Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat dan mereka yang menyeru dengan seruannya
serta berpedoman dengan petunjuknya.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
i
DAFTAR PUSTAKA
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 18
A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bernafas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh mahkluk hidup
baik tumbuhan, manusia, maupun hewan agar dapat melanjutkan hidup .
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam
tubuh . Alat pernafasan pada setiap jenis mahkluk hidup pun berbeda tergantung
pada habitat yang mahkluk hidup tempati atau menyesuaikan habitat nya. Seperti
halnya pada hewan miliki berbagai macam saluran pernafasan seperti paru-paru
yang dimiliki oleh mamalia, reptilia, amphibi, Cacing (Annelida) dan Amphibia
memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan mengambil
oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan sistem insang.
Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap mekanisme
pernapasan yang dimiliki oleh setiap makhluk (Soewolo, 2000).
Pada bidang biologi terdapat ilmu yang mempelajari tentang hewan,
didalamnya hewan berdasarkan ada atau tidak ada tulang belakangnya dibagi
menjadi dua yaitu vertebrata da invertebrata. Pada hewan vertebrata dan
invertebrata memiliki saluran pernafasan yang berbeda . dengan adanya
keanekaragaman yang terjadi pada hewan dan dengan seiring perkembangan ilmu
pengetahuan maka sangat pentinglah bagi kita untuk mempelajari dan membahas
tentang saluran pernafasan pada hewan yang sering disebut juga dengan sistem
respirasi pada makalah kali ini (Soewolo, 2000).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan hewan vertebrata ?
2. Bagaimana ciri – ciri hewan vertebrata ?
1
3. Apa Alat Respirasi Pada Hewan Vertebrata ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat ditentukan tujuanya sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hewan vertebrata
2. Mengetahui bagaimana ciri-ciri vertebrata
3. Mengetahui Alat Respirasi Pada Hewan Vertebrata
4. Mengetahui mekanisme pernapasan pada berbagai hewan vertebrata
2
BAB II
PEMBAHASAN
d. Mempunyai kepala, leher, badan dan ekor walaupun ekor dan leher
tidak mutlak ada contohnya pada katak (Campbell, 2008).
Adapun ciri khusus yang dimiliki oleh hewan vertebrata adalah sebagai
berikut :
3
a. Mempunyai kelenjar bundar, endoksin yang menghasilkan hormon
untuk pengendalian. Pertumbuhan dan proses fisiologis atau faal tubuh
c. Bersuhu tubuh panas dan tetap (homoiternal) dan bersuhu tubuh dingin
sesuai dengan kondisi lingkungan (poikiloternal)
f. Kulit terdiri atas epidermis (bagian luar) dan endodermis (bagian dalam)
4
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operkulum (tutup insang), sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak
ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan
tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring
makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyailabirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan
mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung (Arsih, 2012).
Ikan bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala.
Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang
(operkulum) (Arsih, 2012).
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup
mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada
waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup
insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam
pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup,
tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang.
5
Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan
(Purnamasari, 2017).
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru -
paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan
banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu (Campbell, 2004).
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati
vena kulit (vena kutanea)kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-
paru(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dapat terjadi di kulit (Campbell, 2004).
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga
dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat
bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya
bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-
paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek
(Purnamasari, 2017).
6
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan
bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat.
Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di bagian
belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di
sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di
dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang (Purnamasari,
2017).
Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang dalam
dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang sehingga
menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan
paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga
mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit (Purnamasari,
2017).
7
masuk ke dalam paru- paru. Selain itu, reptil yang hidup di air dalam rongga
dadanya terdapat foramen pannizae. Foramen pannizae berfungsi untuk
mengedarkan oksigen ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan
jantung saat menyelam. Contoh reptil yang memiliki katup pada lubang
hidung dan foramen pannizae adalah buaya ( Suripto, 2000 ).
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini,
udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar
faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang
rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua
bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal
trakea terdapat sirinkyang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan
suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus
sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan
8
dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih) (Suntoro, 1993).
Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki
oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar.
Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander
(Isnaeni, 2006).
9
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni :
Bentuk larva dari beberapa ikan dan amfibi memiliki insang eksternal. Ikan
dewasa memiliki insang internal. Pertukaran gas di seluruh permukaan internal
insang sangat efisien. Hal ini terjadi untuk memindahkan darah dan air di
seberang arah di kedua sisi epitel pipih (Isnaeni, 2006).
Sebagai contoh, air yang melewati insang yang mengangkut darah dengan
konsentrasi oksigen rendah ke tubuh. Karena konsentrasi (tekanan parsial) dari
oksigen lebih rendah dalam darah daripada di air berdifusi oksigen, ke dalam
darah. Air kemudian melewati pembuluh yang membawa darah yang relatif
tinggi oksigen dari dalam tubuh. Selanjutnya, oksigen berdifusi karena darah
ini masih memiliki oksigen kurang dari sekitarnya air (Isnaeni, 2006).
10
amfibi memperoleh sekitar 25% atau lebih oksigen mereka dengan pertukaran
ini (Suripto, 2000).
11
Namun, burung juga memiliki ventilasi paru-paru khusus. Mekanisme yang
memungkinkan satu arah mengalir di atas permukaan pertukaran gas.
Mekanisme ini membuat paru-paru burung lebih efisien daripada paru-paru
mamalia. Paru-paru Burung memiliki terowongan seperti bagian yang disebut
parabronkhus, yang mengarah ke udara kapiler di mana terjadi pertukaran gas.
Pengaturan dan fungsi suatu sistem kantung udara membuat satu arah aliran
mungkin. Kantung udara ini bercabang-cabang ke seluruh rongga tubuh, yang
dilipat, dan terbuka dan menutup sebagai hasil dari kontraksi otot di sekitar
mereka. Udara melewati paru-paru dan memasuki (posterior) perut kantung
udara. Ini kemudian melewati paru-paru ke udara (anterior) toraks kantung.
Akhirnya, udara dihembuskan dari kantung-kantung udara toraks. Seluruh
proses ini membutuhkan dua siklus pernapasan yang lengkap (Campbell, 2008).
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan
dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia
pertukaran gas tidak efektif . Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih
12
kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon
Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan
tersebut melayang di udara (Campbell, 2008).
Burung adalah hewan berdarah panas, sama seperti mamalia ,sehingga suhu
pada tubuh burung bersifat stabil. Karena burung memiliki reseptor pada bagian
otak yang dapat mengatur suhu tubuh, sehingga burung dapat melakukan
aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda (Suntoro, 1993).
Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang rawan
yang berbentuk cincin-cincin . trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan
kiri. Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring dengan paru-paru.
Didalam siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar
menghasilkan suara. Burung memiliki sepasang paru-paru yang menempel
pada dinding bagian dalam . Paru –paru sendiri terbungkus oleh selaput paru-
paru (pluera) yang berhubungan dengan pundi-pundi hawa. Paru-paru burung
tidak memiliki alveolus ,sebagai ganti fungsinya adalah parabronki (Pembuluh
kapiler yang berdampingan dengan kapiler darah). Selain itu burung juga tidak
13
memiliki diafragma sehingga dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale)
dibantu oleh rongga seluruh tubuh (Suntoro, 1993).
14
Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada
mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara
dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada
saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah
melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan
O2 dapatberlangsung saat inspirasi dan ekspirasi (Campbell, 2008).
Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya
udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi.
Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 (Arsih,
2012).
15
6. Sistem Pernafasan Pada Amphibi (Katak)
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis
dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi
gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis tertutup,
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis (Campbell, 2008).
16
rongga mulut. Selanjutnya koane membuka, sedangkan celah tekak
menutup, sehingga terjadi kontraksi otot rahang bawah yang diikuti
berkontraksinya otot geniohioideus. Akibatnya, rongga mulut mengecil
dan udara yang kaya karbon dioksida terdorong keluar melalui koane
(Campbell, 2008).
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Alat respirasi pada hewan vertebrata bervariasi antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain, ada yang berupa insang, paru – paru dan kulit.
B. Saran
Dari makalah yang saya buat, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, Risa dan Dwi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya : Program Studi
19