Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI PADA HEWAN VERTEBRATA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Dosen pengampu :
Drs. R.Ading Pramadi, MS

Oleh :
Wina Sukma Dewi
1182060105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas
Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat dan mereka yang menyeru dengan seruannya
serta berpedoman dengan petunjuknya.

Alhamdulillah, makalah “Sistem Respirasi Pada Hewan Vertebrata” ini telah


selesai saya susun dengan materi yang diambil dari berbagai sumber yang terpercaya.
Makalah ini saya susun ditujukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Fisiologi Hewan.

Terimakasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. R.Ading Pramadi, MS selaku


dosen mata kuliah Fisiologi Hewan yang telah membimbing saya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.

Bandung, 20 Januari 2021

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Pengertian Hewan Vertebrata ......................................................................... 3

B. Ciri - ciri Hewan Vertebrata ........................................................................... 3

C. Alat Respirasi Hewan Vertebrata .................................................................... 4

D. Mekanisme Pernapasan Hewan Vertebrata ..................................................... 9

BAB III .................................................................................................................. 18

PENUTUP ............................................................................................................. 18

A. Kesimpulan .................................................................................................. 18

B. Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernafas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh mahkluk hidup
baik tumbuhan, manusia, maupun hewan agar dapat melanjutkan hidup .
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam
tubuh . Alat pernafasan pada setiap jenis mahkluk hidup pun berbeda tergantung
pada habitat yang mahkluk hidup tempati atau menyesuaikan habitat nya. Seperti
halnya pada hewan miliki berbagai macam saluran pernafasan seperti paru-paru
yang dimiliki oleh mamalia, reptilia, amphibi, Cacing (Annelida) dan Amphibia
memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan mengambil
oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan sistem insang.
Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap mekanisme
pernapasan yang dimiliki oleh setiap makhluk (Soewolo, 2000).
Pada bidang biologi terdapat ilmu yang mempelajari tentang hewan,
didalamnya hewan berdasarkan ada atau tidak ada tulang belakangnya dibagi
menjadi dua yaitu vertebrata da invertebrata. Pada hewan vertebrata dan
invertebrata memiliki saluran pernafasan yang berbeda . dengan adanya
keanekaragaman yang terjadi pada hewan dan dengan seiring perkembangan ilmu
pengetahuan maka sangat pentinglah bagi kita untuk mempelajari dan membahas
tentang saluran pernafasan pada hewan yang sering disebut juga dengan sistem
respirasi pada makalah kali ini (Soewolo, 2000).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan hewan vertebrata ?
2. Bagaimana ciri – ciri hewan vertebrata ?

1
3. Apa Alat Respirasi Pada Hewan Vertebrata ?

4. Bagaimana mekanisme pernapasan pada hewan vertebrata ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat ditentukan tujuanya sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hewan vertebrata
2. Mengetahui bagaimana ciri-ciri vertebrata
3. Mengetahui Alat Respirasi Pada Hewan Vertebrata
4. Mengetahui mekanisme pernapasan pada berbagai hewan vertebrata

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hewan Vertebrata


Hewan vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang
sejati. Vertebrata juga merupakan subfilum di dalam Filum Chrodata. Jadi, kata
“vertebrata” juga merupakan salah satu kategori takson. Tulang belakang berasal
dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau notokorda (korda
dorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa embrionik, setelah dewasa
akan mengalami penulangan menjadi sistem penyokong tubuh sekunder, yaitu
tulang belakang (vertebrae). Hewan vertebrata berukuran lebih besar dan lebih
sempurna dibandingkan dengan hewan invertebrata. Kebanyakan hewan vertebrata
memiliki sistem saraf yang lebih baik, yang membuat mereka lebih pintar
(Campbell, 2008).

B. Ciri - ciri Hewan Vertebrata

1. Ciri-ciri Umum Hewan Vertebrata

a. Memiliki tulang belakang terentang sampai ke bagian ekor

b. Tubuh memiliki tipe simetris bilateral

c. Pada bagian otak dilindungi oleh tulang tengkorak (kranium)

d. Mempunyai kepala, leher, badan dan ekor walaupun ekor dan leher
tidak mutlak ada contohnya pada katak (Campbell, 2008).

2. Ciri-ciri Khusus Hewan Vertebrata

Adapun ciri khusus yang dimiliki oleh hewan vertebrata adalah sebagai
berikut :

3
a. Mempunyai kelenjar bundar, endoksin yang menghasilkan hormon
untuk pengendalian. Pertumbuhan dan proses fisiologis atau faal tubuh

b. Susunan saraf terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang

c. Bersuhu tubuh panas dan tetap (homoiternal) dan bersuhu tubuh dingin
sesuai dengan kondisi lingkungan (poikiloternal)

d. Sistem pernapasan/terpirasi dengan paru-paru (pulmonosum) kulit dan


insang operculum

e. Alat pencernaan memanjang mulai dari mulut sampai ke anus yang


terletak di sebelah vertran (depan) dan tulang belakang

f. Kulit terdiri atas epidermis (bagian luar) dan endodermis (bagian dalam)

g. Alat reproduksi berpasangan kecuali pada burung, kedua kelenjar


kelamin berupa ovalium dan testis menghasilkan sel tubuh dan sel
sperma (Campbell, 2008).

C. Alat Respirasi Hewan Vertebrata

1. Alat respirasi pada ikan

Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran -


lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan co2 berdifusi keluar (Purnamasari,
2017).

4
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operkulum (tutup insang), sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak
ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan
tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring
makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyailabirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan
mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung (Arsih, 2012).

Ikan bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala.
Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang
(operkulum) (Arsih, 2012).

Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup
mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada
waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup
insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam
pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup,
tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang.

5
Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan
(Purnamasari, 2017).

2. Alat respirasi pada katak

Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru -
paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan
banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu (Campbell, 2004).

Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati
vena kulit (vena kutanea)kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-
paru(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dapat terjadi di kulit (Campbell, 2004).

Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga
dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat
bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya
bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-
paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek
(Purnamasari, 2017).

6
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan
bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat.
Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di bagian
belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di
sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di
dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang (Purnamasari,
2017).

Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang dalam
dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang sehingga
menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan
paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga
mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit (Purnamasari,
2017).

3. Alat respirasi pada reptilia

Alat pernapasan utama reptil adalah paru-paru. Beberapa reptil mempunyai


variasi alat pernapasan yang disesuaikan dengan kebiasaan hidupnya ( Suripto,
2000 ).

a. Reptil yang hidup di air

Reptil yang hidup memiliki katup pada lubang hidungnya. Katup


berfungsi untuk menutupi hidung pada saat menyelam, sehingga air tidak

7
masuk ke dalam paru- paru. Selain itu, reptil yang hidup di air dalam rongga
dadanya terdapat foramen pannizae. Foramen pannizae berfungsi untuk
mengedarkan oksigen ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan
jantung saat menyelam. Contoh reptil yang memiliki katup pada lubang
hidung dan foramen pannizae adalah buaya ( Suripto, 2000 ).

b. Reptil yang dapat melayang diudara

Reptil yang memiliki kemampuan melayang di udara, selain bernapas


dengan paru-paru juga memiliki pundi-pundi udara, contohnya adalah
bunglon afrika ( Suripto, 2000 ).

4. Alat respirasi pada burung

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru -


paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada
yang dilindungi oleh tulang rusuk (Suntoro, 1993).

Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini,
udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar
faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang
rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua
bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal
trakea terdapat sirinkyang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan
suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus
sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan

8
dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih) (Suntoro, 1993).

Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak


kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung
memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi
hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa
tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai
penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-
pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa
terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior),
antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks
posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal) (Campbell, 2008).

D. Mekanisme Pernapasan Hewan Vertebrata


1. Respirasi pada Pisces

Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki
oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar.
Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander
(Isnaeni, 2006).

9
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni :

a. Respirasi eksternal (ekspirasi) yang merupakan pertukaran antara


O2 dan CO2 antara darah dan udara.
b. Respirasi internal (inspirasi) yang merupakan pertukaran O 2 dan
CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh (Isnaeni, 2006).

Bentuk larva dari beberapa ikan dan amfibi memiliki insang eksternal. Ikan
dewasa memiliki insang internal. Pertukaran gas di seluruh permukaan internal
insang sangat efisien. Hal ini terjadi untuk memindahkan darah dan air di
seberang arah di kedua sisi epitel pipih (Isnaeni, 2006).

Sebagai contoh, air yang melewati insang yang mengangkut darah dengan
konsentrasi oksigen rendah ke tubuh. Karena konsentrasi (tekanan parsial) dari
oksigen lebih rendah dalam darah daripada di air berdifusi oksigen, ke dalam
darah. Air kemudian melewati pembuluh yang membawa darah yang relatif
tinggi oksigen dari dalam tubuh. Selanjutnya, oksigen berdifusi karena darah
ini masih memiliki oksigen kurang dari sekitarnya air (Isnaeni, 2006).

Karbon dioksida juga berdifusi ke dalam air karena yang konsentrasi


(tekanan) lebih tinggi dalam darah daripada di air. Mekanisme pertukaran
lawan arus ini menyediakan gas yang efisien pertukaran dengan
mempertahankan gradien konsentrasi antara darah dan air di atas panjang
tempat tidur kapiler (Isnaeni, 2006).

2. Respirasi pada Amphibi

Kulit amphibi memiliki struktur sederhana dari semua utama vertebrata


organ. Pada katak, jaringan kapiler terletak di bawah epidermis. Susunan
vaskular memfasilitasi pertukaran gas antara kapiler dan lingkungan dengan
baik difusi dan konveksi. Lapisan mukosa yang lembab berlendir yang
membuat kulit amfibi terlindungi dari cedera dalam pertukaran gas. Beberapa

10
amfibi memperoleh sekitar 25% atau lebih oksigen mereka dengan pertukaran
ini (Suripto, 2000).

Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya


terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang
masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada
gelembunggelembung di paru-paru (Suripto, 2000).

Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut: Otot Sternohioideus


berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk
melalui koane. Setelah itu, koane menutup dan otot rahang bawa dan otot
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah.
Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada
dalam kapiler dinding paruparu dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan (Suripto, 2000).

Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut: Otot-otot perut dan


sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar
dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane
membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida
keluar (Suripto, 2000).

3. Respirasi pada Aves

Karena tingkat metabolisme tinggi yang terkait dengan penerbangan,


burung memiliki tingkat yang lebih besar konsumsi oksigen dari yang lain
vertebrata. Burung juga menggunakan sistem tekanan negatif untuk
memindahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru mereka dalam pasang
surut dan pola aliran pernapasan mirip dengan mamalia (Campbell, 2008).

11
Namun, burung juga memiliki ventilasi paru-paru khusus. Mekanisme yang
memungkinkan satu arah mengalir di atas permukaan pertukaran gas.
Mekanisme ini membuat paru-paru burung lebih efisien daripada paru-paru
mamalia. Paru-paru Burung memiliki terowongan seperti bagian yang disebut
parabronkhus, yang mengarah ke udara kapiler di mana terjadi pertukaran gas.
Pengaturan dan fungsi suatu sistem kantung udara membuat satu arah aliran
mungkin. Kantung udara ini bercabang-cabang ke seluruh rongga tubuh, yang
dilipat, dan terbuka dan menutup sebagai hasil dari kontraksi otot di sekitar
mereka. Udara melewati paru-paru dan memasuki (posterior) perut kantung
udara. Ini kemudian melewati paru-paru ke udara (anterior) toraks kantung.
Akhirnya, udara dihembuskan dari kantung-kantung udara toraks. Seluruh
proses ini membutuhkan dua siklus pernapasan yang lengkap (Campbell, 2008).

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-


paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada
yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal di
lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah
tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya
panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir
trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya
terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar (Campbell, 2008).

4. Respirasi pada Reptilia

Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan
dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia
pertukaran gas tidak efektif . Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih

12
kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon
Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan
tersebut melayang di udara (Campbell, 2008).

5. Sistem Respirasi Pada Aves (Burung)

Burung adalah hewan berdarah panas, sama seperti mamalia ,sehingga suhu
pada tubuh burung bersifat stabil. Karena burung memiliki reseptor pada bagian
otak yang dapat mengatur suhu tubuh, sehingga burung dapat melakukan
aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda (Suntoro, 1993).

Burung menggunakan paru-paru dan pundi hawa (pundi-pundi udara)


sebagai alat pernafasanya. Burung memiliki dua lubang hidung, yaitu :

a. Lubang hidung luar terletak pada pangkal paruh bagian atas


b. Lubang hidung dalam terletak pada langit-langit rongga mulut (Suntoro,
1993).

Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang rawan
yang berbentuk cincin-cincin . trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan
kiri. Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring dengan paru-paru.
Didalam siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar
menghasilkan suara. Burung memiliki sepasang paru-paru yang menempel
pada dinding bagian dalam . Paru –paru sendiri terbungkus oleh selaput paru-
paru (pluera) yang berhubungan dengan pundi-pundi hawa. Paru-paru burung
tidak memiliki alveolus ,sebagai ganti fungsinya adalah parabronki (Pembuluh
kapiler yang berdampingan dengan kapiler darah). Selain itu burung juga tidak

13
memiliki diafragma sehingga dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale)
dibantu oleh rongga seluruh tubuh (Suntoro, 1993).

Fungsi pundi-pundi hawa pada burung :

a. untuk bernapas saat terbang


b. memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring
c. mencegah kedinginan dengan menyelubungi organ dalam dengan
rongga udara
d. mengurangi hilangnya panas tubuh
e. memperbesar atau memperkecil berat jenis tubuh (berguna saat
berenang) (Campbell, 2008).

Pundi-pundi hawa pada burung berjumlah sembilan yaitu :

a. 2 kantong di leher (servikal)


b. 1 kantong di antara tulang selangka (korakoid/interclavicular)
c. 2 kantong di dada depan (toraks anterior)
d. 2 kantong di dada belakang (toraks posterior)
e. 2 kantong di perut (abdominal) (Campbell, 2008).

Mekanisme pernafasan burung sebagai berikut :

a. Pernafasan burung saat tidak terbang

Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada


membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran
pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2
berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke
dalam katong-kantong udara (Campbell, 2008).

14
Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada
mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara
dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada
saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah
melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan
O2 dapatberlangsung saat inspirasi dan ekspirasi (Campbell, 2008).

Pernafasan burung saat terbang :

Pundi hawa sangat berperan penting ketika burung mulai terbang,


dikarenakan urung yang terbang tidak dapat menggerakan tulang rusuknya,
sehingga pundi hawalah yang dipergunakan oleh burung untuk bernafas.
Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi
hawa (Arsih, 2012).

Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya
udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi.
Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 (Arsih,
2012).

Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa


ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang,
sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-parus
ehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi
pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara
dalam paru-paru burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat
terbang juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi (Arsih, 2012).

15
6. Sistem Pernafasan Pada Amphibi (Katak)

Katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2 yang


terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti
dengan insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas menggunakan selaput
rongga mulut, paru-paru, dan kulit (Campbell, 2008).

Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis
dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi
gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis tertutup,
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis (Campbell, 2008).

Mekanisme inspirasi dan ekspirasi dijelaskan seperti berikut :

a. Fase inspirasi katak


Fase inspirasi terjadi bila otot sternohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane (celah hidung). Setelah itu, koane menutup, otot subman dibularis
dan otot geniohioideus berkontraksi, sehingga rongga mulut mengecil.
Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru
lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen
diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru, dan
sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan (Campbell,
2008).
b. Fase ekspirasi katak
Mekanisme ekspirasi terjadi setelah pertukaran gas di dalam
paru-paru, otot rahang bawah mengendur atau berelaksasi, sementara
otot perut dan sternohioideus berkontraksi. Hal ini mengakibatkan paru-
paru mengecil, sehingga udara tertekan keluar dan masuk ke dalam

16
rongga mulut. Selanjutnya koane membuka, sedangkan celah tekak
menutup, sehingga terjadi kontraksi otot rahang bawah yang diikuti
berkontraksinya otot geniohioideus. Akibatnya, rongga mulut mengecil
dan udara yang kaya karbon dioksida terdorong keluar melalui koane
(Campbell, 2008).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menyusun makalah ini dapat saya simpulkan :

1. Hewan vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang


sejati.

2. Struktur morfologi dan fisiologi pada hewan vertebrata lebih sempurna


dibandingkan dengan hewan invertebrata

3. Alat respirasi pada hewan vertebrata bervariasi antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain, ada yang berupa insang, paru – paru dan kulit.

4. Mekanisme pernapasan hewan vertebrata melalui 2 tahap, yakni : Fase


inspirasi dan Fase ekspirasi.

B. Saran

Dari makalah yang saya buat, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang : UNP Press.

Campbell. 2004. Biologi Jilid 5. Jakarta : Erlangga.

Campbell. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.

Purnamasari, Risa dan Dwi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya : Program Studi

Arsitektur UIN Sunan Ampel.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : IKIP Malang.

Suntoro, Susilo. 1993. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud.

Suripto. 2000. Struktur Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka.

19

Anda mungkin juga menyukai