Anda di halaman 1dari 89

PERANCANGAN KOTA

OLEH : DWIGHT M. RONDONUWU ST., MT

KOTA MALANG

AYANSARI DINA PRATIWI (13021105015)


MAULANA ARIS S. (13021105059)
LETAK GEOGRAFI
Kota Malang yang terletak di
dataran tinggi yaitu pada
ketinggian antara 440 - 667 meter
diatas permukaan air laut,
merupakan salah satu kota tujuan
pariwisata karena keindahan
alamnya yang dikelilingi
pegunungan. Letak kota Malang
berada di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Malang dan
secara astronomis terletak
112,06° - 112,07° Bujur Timur dan
7,06° - 8,02° Lintang Selatan.
PETA KOTA MALANG
BATAS –BATAS WILAYAH

Kecamatan Singosari
dan Kecamatan
Karangploso, Kabupaten
Malang

Kecamatan
Kecamatan
Pakis dan Kecamatan
Wagir dan Kecamat
Tumpang, Kabupaten
an Dau, Kabupaten
Malang
Malang

Kecamatan
Tajinan dan Kecamatan
Pakisaji, Kabupaten
Malang
KEADAAN GEOLOGI

Keadaan tanah di wilayah Kota


Malang antara lain :
• Bagian selatan merupakan dataran
tinggi yang cukup luas, cocok untuk
industri
• Bagian utara merupakan dataran
tinggi yang subur, cocok untuk
pertanian Pemandangan Kota Malang
• Bagian timur merupakan dataran
tinggi dengan keadaan kurang subur
• Bagian barat merupakan dataran
tinggi yang amat luas menjadi
daerah pendidikan

Kota Malang dengan latar belakang


Gunung Semeru.
DEMOGRAFI

Jumlah penduduk Kota Malang 857.891 jiwa (2014), dengan tingkat pertumbuhan
3,9% per tahun. Dengan luas Kota Malang yang mencapai 110,06 km2, kepadatan
penduduk Kota Malang mencapai 7800 jiwa/km2.
Sebagian besar penduduk
Kota Malang berasal dari
suku Jawa. Terdapat pula
sejumlah suku-suku minoritas
seperti Madura, Arab, Tiongh
oa, dan lain-lain. Sebagai kota
pendidikan, Malang juga Suku Jawa
menjadi tempat tinggal
mahasiswa dari berbagai
daerah dari seluruh
Indonesia, bahkan di antara
mereka juga membentuk
wadah komunitas tersendiri.

SUKU BANGSA
Agama mayoritas adalah Islam,
diikuti dengan Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Budd
ha, dan Kong Hu Cu dan
Malang juga dikenal menjadi
pusat pendidikan keagamaan
karena banyaknya pondok
pesantren serta pusat
pendidikan Kristen
berupa Seminari Alkitab.

AGAMA
Bahasa Indonesia merupakan
bahasa resmi nasional di Kota Malang.
Namun, Bahasa Jawa dengan dialek
Jawa Timuran merupakan bahasa
sehari-hari masyarakat Malang. Malang
dikenal memiliki dialek khas yang
disebut Boso Walikan (Osob Kiwalan),
yaitu cara pengucapan kata secara
terbalik,
misalnya Malang menjadi Ngalam, baks
o menjadi oskab burung menjadi nguru
b, Gaya bahasa masyarakat Malang
terkenal egaliter dan blak-blakan, yang
menunjukkan sikap masyarakatnya yang
tegas, lugas dan tidak mengenal basa-
basi.

BAHASA
PEMERINTAHAN

Secara administrasi pemerintahan


Kota Malang dipimpin oleh seorang
wali kota dan wakil wali kota yang
dipilih langsung oleh rakyat Malang
dalam pemilihan wali kota Malang
setiap lima tahun sekali. Pemilihan
wali kota dan wakil wali kota secara Balai Kota Malang
Kantor Wali Kota Malang
langsung pertama di kota Malang
pertama kali diselenggarakan pada
tahun 2008, setelah sebelumnya
wali kota dan wakilnya dipilih oleh
anggota DPRD kota. Wali Kota dan
Wakil Wali Kota Malang saat ini
adalah Muhammad
Anton dan Sutiaji yang berasal
dari Partai Kebangkitan Bangsa.

Muhammad Anton Drs. Sutiaji


PEMBAGIAN ADMINISTRASI

Kota Malang terdiri atas 5 kecamatan


dan 57 kelurahan. Berikut adalah
daftar kecamatan di Malang:

 Kedungandang
 Sukun
 Klojen
 Blimbing
 Lowokwaru
PEREKONOMIAN

Perekonomian Kota Malang ditunjang dari berbagai sektor, diantaranya


industri, jasa, perdagangan, dan pariwisata. Sebagai kota terbesar kedua di
Jawa Timur, menjadikan laju ekonomi Malang merupakan yang terpenting
kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota Malang juga merupakan
tempat berdirinya dan berkembangnya perusahaan rokok Bentoel. Di
bidang pariwisata, suasana Malang yang sejuk dan terletak di dataran
tinggi seperti saudaranya Kota Batu, membuat wisatawan baik domestik
maupun mancanegara tertarik untuk mengunjungi Malang. Di Malang juga
banyak dijumpai hotel dan rumah singgah /guest house mewah yang
mengakomodir kunjungan wisatawan.
PARIWISATA KOTA MALANG
MUSEUM DAN PERPUSTAKAAN

Museum Brawijaya Perpustakaan Kota Malang Museum Malang Tempo Doeloe


(Jalan Ijen)

Museum Mpu Purwa


Museum Zoologi Frater Vianney
MONUMEN DAN TUGU PERINGATAN

Sebagai kota besar Kota Malang terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah
yang terjadi di Indonesia. Untuk menandai peristiwa tersebut dibuat berbagai
monumen dan tugu peringatan

Monumen Tentara Genie Monumen Tugu Malang Monumen Pesawat


Pelajar (TGP) Malang pada malam hari dengan MIG-17 Fresco
latar belakang Balai Kota
TAMAN REKREASI DAN PASAR

Taman Rekreasi Senaputra Pasar Minggu Semeru Wisata Kuliner Pulosari


(Jalan Semeru)

Taman Kridha Budaya Jawa Timur Pasar Minggu Vellodrome


PERGURUAN TINGGI

Malang juga dikenal sebagai Kota Pendidikan, karena memiliki sejumlah


perguruan tinggi ternama, Sebagai kota pendidikan, banyak mahasiswa berasal
dari luar Malang yang kemudian menetap di Malang, terutama dari wilayah
Indonesia Timur seperti Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan
Papua, bahkan dari luar negeri sekalipun.

Kompleks Universitas Brawijaya

Universitas Gajayana
Universitas Negeri Malang
LINGKUNGAN

Kota Malang merupakan salah satu kota terbersih dan terindah di Indonesia.
Taman-taman kota yang rindang dan indah di beberapa sudut kota merupakan
salah satu kuncinya. Taman kota di Malang di antaranya adalah:
• Tarekot (Taman Rekreasi Kota), terletak di belakang kompleks balai kota Malang
• Alun-Alun Merdeka (terletak di depan Masjid Jami' Kota Malang)
• Alun-Alun Tugu (terletak di depan balai kota Malang)
• Hutan Kota Malabar
• Merbabu Family Park
• Taman Bentoel Trunojoyo, terletak di Jalan Trunojoyo di depan Stasiun Kota Baru,
Malang

Taman Kertanegara
Alun – Alun Malang
PERKEMBANGAN KOTA
MALANG PADA MASA LALU
GEOGRAFIS MALANG SEBAGAI KOTA
PEDALAMAN

Sejak dulu Malang mempunyai


letak geografis yang baik sekali.
Kotanya terletak di jalan raya
Utara –Selatan dari Kerajaan
Jawa Kuno, dimana bertemu
tiga buah lembah yang masing-
masing mempunyai jalan dan
sungainya sendiri-sendiri. Dari
sudut Barat Laut datang Kali
Brantas, dari Utara datang Kali
Banggo dan dari Timur datang
Kali Amprung. Yang menjadi
satu yaitu Sungai Brantas,
menjulur ke Selatan.
LETAK GEOGRAFIS
Kotanya di kelilingi oleh
beberapa puncak gunung
berapi : Arjuna, Semeru,
Tengger dan Kawi, yang
memberikan pemandangan
yang indah.

Kota Malang sudah ada sejak


tahun 1400-san (Kotapraja
Malang 50 tahun, 1964:12)
tetapi baru berkembang
dengan pesat sebagai kota
modern sesudah tahun 1914,
yaitu sesudah kota Malang
ditetapkan sebagai kota
madya (Gemeente).
Konsep Dasar Kota Malang
Konsep pembangunan ibukota kabupaten di Jawa menurut arsitek
Kazemeir dan Tonkens, yaitu:
• Pola kotanya berbentuk jejala (grid)
• Memiliki alun-alun sebagia pusat kota , dengan bangunan di
sekilingnya yang mengambil axis Utara-selatan
• Bagian Selatan terletak bangunan kabupaten
• Bagian Utara dari laun-alun terletak rumah Asisten Residen
• Bagian Barat teletak Masjid, dan dibelakang masjid terdapat
daerah perumahan untuk pengurus masjid yang biasa disebut
Kauman
• Bagian Timur tedapat losmen/rumah biasa
• Dan disekitaran alun-alun terdapat bangunan penting sperti
penjara, perumahan pejabat penting dan sebagainya
Sedangkan Kota Malang….?
Hampir semua sama
seperti konsep diatas
, hanya perletakan
bangunan di sekiling
alun-alun saja yang
berlainan, yaitu letak
kabupaten yang ada
di sebelah barat dari
alun-alun dan
orientasi tidak ke
alun-alun(ke Jl.
Kabupaten –sekarang
Jl. HA. Salim). Begitu
pula dengan letak
rumah asisten
residen yang ada di
sebelah Selatan dari
alun-alun(biasanya
terletak Berhadapan
dengan kabupaten
dan letaknya di
sebelah utara alun-
alun)
KOTA MALANG PADA MASA PRA-
KOLONIAL
• Menurut Santoso (1984: Bab IV) konsepsi yang
menghubungkan elemen-elemen pembentuk
ruang pada kota tradisional Jawa termasuk
Malang, antara satu dengan yang lainnya,
menggunakan dua prinsip, yaitu :
1.Mikrokosmos dualistis
2.Mikrokosmos Hierarkis
MIKROKOSMOS DUALISTIS

Perwujudan dari azas mikrokosmos dualistis umumnya tampak dari


penempatan benda secara simetris (semua penataan keraton dan elemen-elemen di
sekelilingnya biasanya diusahakan simetris). Hal ini dimaksudkan untuk
melambangkan keadaan harmonis. Dalam azas ini pula, bagian kota yang sifatnya
sakral biasanya diletakkan di sebelah selatan dan yang bersifat non sakral (profan)
diletakkan di sebelah utara.
MIKROKOSMOS HIERARKIS
Simetri merupakan keadaan yang dinamis.
Simetris menandakan upaya manusia untuk
mewujudkan harmoni yang dirindukan di
dunia. Tetapi keadaan harmoni itu hanya
dapat dicapai didalam ruang yang terbatas
dengan cara menyucikan ruang itu. Di dalam
pengadaan ruang suci itu, azas pokok kedua,
yaitu mikrokosmos hierarkis, yang menjadi
landasan.
PERKEMBANGAN KOTA MALANG
PADA JAMAN KOLONIAL
(1914-1940)
Perkembangan penduduk dan keadaan
kota sebelum tahun 1914 Masyarakat majemuk yang ada di
Kota Malang yaitu :
• Penduduk pribumi setempat
• Penduduk Timur Asing, yang
terdiri atas orang Cina, dan Arab
dan lainnya.
• Penduduk Belanda sendiri yang
memerintah
Masyarakat inilah yang membentuk
pola permukiman di Malang
sebelum tahun 1900. Kota-kota
kolonial di Jawa antara th.1800
sampai tahun 1900 punya ciri khas,
alun-alun sebagai pusatnya. Bentuk-
bentuk kotanya juga ditujukan
terutama pada kepentingan
ekonomi.
Kegiatan perekonomian ini memerlukan sistem
pengkontrolan dari pemerintah saat itu. Sehingga,
Pusat kontrol pemerintahan pada kota-kota kolonial di
Jawa dtepatkan disekitar alon-alon kotanya. Jadi alon-
alon berfungsi sebagai ”Civic Center”.
POLA PENYEBARAN PERMUKIMAN

Pola penyebaran permukiman di Malang


sampai tahun 1914 adalah sebagai berikut
(Staadgemeente Malang 1914-1939):
1. Daerah permukiman orang Eropa
terletak disebelah Barat daya dari alon
alon Taloon, Tongan, Sawahan dan
sekitarnya, selain itu juga terdapat
disekitar Kayoetangan,Oro-oro Dowo,
Tjelaket, Klodjenlor dan Rampal
2. Daerah permukiman orang Cina terdapat
sebelah Tenggara dari alon-alon (sekitar
Pasar Besar). Daerah orang Arab
disekitar belakang mesjid.
3. Daerah orang Pribumi kebanyakan
menempati daerah kampung sebelah
Selatan alon-alon, yaitu daerah
kampung: Kabalen, Penanggungan,
Djodipan, Talon dan Klodjenlor.
4. Daerah Militer terletak disebelah Timur
daerah Rampal
Kota Malang sendiri sampai th. 1914,
berbentuk konsentris dengan pola
jejala (grid) dan pusatnya adalah
alon-alon yang dihubungkan dengan
jalan-jalan besar yang menuju ke luar
kota. Hal ini merupakan modal awal
yang baik untuk perkembangan lebih
lanjut pada abad ke 20.
Pembangunan prasarana secara besar-
besaran di Jawa termasuk Malang) baru
dimulai setelah th. 1870. Pada th. 1870
ada undang-undang gula (suikerwet) dan
undang-undang agrarian (agrarischewet)
yang pada pokoknya memperbolehkan
pihak swasta untuk berdagang di Hindia
Belanda.
BIOGRAFI
Herman Thomas
Karsten (Amsterdam, Belanda, 22 April 1884
– Cimahi, 1945) adalah arsitek dan
perencana wilayah pemukiman dari Hindia
Belanda. Ia adalah putra seorang profesor
Filsafat dan Wakil Ketua Chancellor Ir. Herman Thomas Karsten
("Pembantu Rektor") di Universitas
Amsterdam, sedangkan ibunya adalah
seorang kelahiran Jawa Tengah.

Gelar arsitek diperolehnya dari Sekolah


Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool)
di Delft, Belanda, dan lulus tahun 1908.
Enam tahun kemudian dia berangkat ke
Hindia Belanda atas ajakan seniornya, Henri
Maclaine Pont, yang memiliki Biro Arsitektur
di Indonesia saat itu dan disitulah awal mula
kariernya.

Keluarga Ir. Herman Thomas


Karsten
Perkembangan Kota Setelah Tahun 1914
dan Rencana Karsten

Antara tahun 1914-1929, Malang


sudah mempunyai 8 tahap
perencanaan kota yang pasti.
Masing-masing tahapan tersebut
dinamakan sebagai Bouwplan I s/d
VIII. Tujuan utama dari perluasan
ini adalah pengendalian bentuk
kota akibat dari pertambahan
penduduk serta kemajuan ekonomi
yang sangat cepat.
PERENCANAAN KOTA MALANG
DALAM SKALA MAKRO
ANALISIS ASPEK SOSIAL
ANALISIS LAHAN
ANALSISI ALKSESIBILITAS
ANALISIS LAHAN DAERAH HIJAU
ANALISIS DESAIN RUMAH
PERENCANAAN KOTA MALANG
SKALA MESSO
Mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan kota secara memusat dan pemilihan
lokasi di tiap pemukiman direncanakan secara terbatas dan istimewa seperti pada gambar
sketsa dan tabel dibawah ini:
Sebaran pemukiman yang dilakukan Karsten di kota Malang, menunjukkan
bahwa adanya kesesuaian untuk menempatkan alam sebagai daya tarik kawasan. Semua
pemukiman yang direncanakan dari tiap lapisan tingkat sosial semaksimal mungkin untuk
memiliki ruang bersama baik berupa taman, fasilitas sekolah, maupun gedung ibadah
sebagai elemen penting kawasan yang dapat ditempuh dalam waktu relatif singkat dalam
satu kawasan pemukiman. Secara umum dalam satu kawasan pemukiman pembagian
zona tampak memusat dengan pembagian tipe rumah, seperti :
PERENCANAAN KOTA MALANG
SKALA MIKRO
Penerapan desain rumah di Malang secara keseluruhan dapat dikatakan sesuai dengan
konsep Karsten dalam bukunya Indiesche Stedebouw, yaitu dengan adanya pengaturan
bangunan melalui tinggi massa bangunan dan desain fasad beserta luas bangunan
menyesuaikan kondisi sosial penghuninya dengan adanya suatu persamaan menggunakan
elemen taman keluarga sebagai elemen alam yang dihadirkan dalam tiap kapling rumah
yang menyesuaikan dengan besaran massa bangunan. Seperti adanya penataan taman
yang teratur, sederhana dan terencana dengan memanfaatkan 60-70% dari luas tanah
yang ada di tiap kaplingnya dapat memberikan suatu atmosfir yang berbeda dalam
bangunan. Memberikan aktifitas penghuninya dengan berkebunan merupakan salah satu
usaha penghuni untuk tetap memelihara lingkungannya.

Keseluruhan letak massa bangunan


memiliki orientasi pada taman lingkungan
dengan memperhatikan aspek kesehatan
yang memanfaatkan pencahayaan dan
penghawaan alami dengan
memperhatikan luasan ventilasi dan
jendela. Konservarsi alam diterapkan oleh
Karsten dalam merencanakan konsep
lingkungan.

Salah satu Kawasan di Beergenburt


Teori Perancangan Kota
Kevin Lynch
Paths
Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau
berpindah tempat. Path merupakan elemen yang paling penting dalam image kota
yang menunjukkan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk
melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit,
lintasan kereta api, saluran dan sebagainya.

Jl. Ijen

Jl.Brawijaya Jl. MGR Sugiyopranoto

Jl. Kertanegar
Edges
Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edgememiliki identitas yang
kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edgemerupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada
tempat untuk masuk yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district
dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya.
Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau menyatukan

Sungai Metro Stasiun Kota Baru


Districts
Merupakan suatu bagian kota mempunyai karakter atau aktivitas khusus yang dapat dikenali oleh
pengamatnya. District memiliki bentuk pola dan wujud yang khas begitu juga pada
batas district sehingga orang tahu akhir atau awal kawasan tersebut. District memiliki ciri dan
karakteristik kawasan yang berbeda dengan kawasan disekitarnya. District juga mempunyai identitas
yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi
dan komposisinya jelas.
CBD Di Alun alun Kota Malang

Kota Batu Malang


Nodes
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota
secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat
suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya
Landmark
Merupakan simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan yang
menarik perhatian. Biasanya landmark mempunyai bentuk yang unik serta terdapat
perbedaan skala dalam lingkungannya. Beberapa landmark hanya mempunyai arti di
daerah kecil dan hanya dapat dilihat di daerah itu, sedangkanlandmark lain
mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat dari mana-mana.
Alun-alun Tugu/Buder Alun-alun Kota Malang

Gereja Ijen

Alun-alun Batu Logo Kota Malang


PENERAPAN TEORI PERANCANGAN
HAMID SHIRVANI DI KOTA MALANG
TATA GUNA LAHAN (LAND USE)
Prinsip Land Use adalah pengaturan
penggunaan lahan untuk menentukan pilihan
yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi
tertentu, sehingga kawasan tersebut berfungsi
dengan seharusnya.
Secara umum tata guna lahan di kota Malang
yakni tri bina citra :
1. Kota Pelajar / Kota Pendidikan
2. Kota Industri
3. Kota Pariwisata
KOTA
PELAJAR
KOTA
INDUSTRI

sentra industri kerajinan


rotan Arjosari

Industri Kompor

Sentra Industri Mebel Industri Gerabah Industri Kerajinan Keramik


KOTA PARIWISATA

Taman Rekreasi Senaputra Pasar Minggu Semeru Wisata Kuliner Pulosari


(Jalan Semeru)

Taman Kridha Budaya Jawa Timur Pasar Minggu Vellodrome


Bentuk dan Massa Bangunan (Building
Form and Massing)

Building form and massing membahas


mengenai bagaimana bentuk dan massa-
massa bangunan yang ada dapat
membentuk suatu kota serta bagaimana
hubungan antar-massa (banyak
bangunan) yang ada.

Jalan Ijen - Before

Hubungan massa bangunan di Jalan Ijen


Jalan Ijen - After
Sirkulasi
Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu
alat yang paling kuat untuk menstrukturkan
lingkungan perkotaan karena dapat
membentuk, mengarahkan, dan
mengendalikan pola aktivitas dalam suatu
kota.

Jalan Ijen Boulevard Tahun 1950

Jalan Ijen Boulevard Sekarang


Perparkiran
Tempat Parkir di UMM

Tempat parkir mempunyai


pengaruh langsung pada suatu
lingkungan yaitu pada kegiatan
komersial di daerah perkotaan dan
mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan

Tempat Parkir Umum, Klojen Tempat Parkir di MX Mall


Alun – Alun Kota Batu

Taman Kertanegara

Ruang Terbuka (Open Space)

Open space selalu


berhubungan dengan
lansekap. Lansekap terdiri
dari elemen keras dan
elemen lunak. Open space
biasanya berupa lapangan,
jalan, sempadan, sungai,
taman, makam, dan
sebagainya.
Alun – Alun Tugu Malang
Pedestrian

Pedestrian di UNIBRAW Pedestrian di Alun-alun Malang

Pedestrian di Jalan Ijen Pedestrian di Alun-alun Kota Batu


Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata
kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan
rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang.
PERPAPANAN (SIGNAGES)
Perpapanan digunakan
untuk petunjuk jalan, arah
ke suatu kawasan tertentu
pada jalan tol atau di jalan
kawasan kota. Tanda yang
didesain dengan baik Lajur Khusus Angkutan Kota
menyumbangkan karakter
pada fasade bangunan dan
menghidupkan street
space dan memberikan
informasi bisnis.
Pendukung Kegiatan

Pendukung kegiatan adalah semua


fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang public suatu kawasan kota.
Bentuk activity support antara lain taman kota,
taman rekreasi, pusat perbelanjaan, taman
budaya, perpustakaan, pusat perkantoran,
kawasan PKL dan pedestrian, dan sebagainya.

Museum Mpu Purwa

Perpustakaan Kota
Malang

Wisata Kuliner Pulosari Museum Brawijaya Museum Zoologi Frater Vianney


Preservasi

Preservasi dalam perancangan kota


adalah perlindungan terhadap lingkungan
tempat tinggal (permukiman) dan urban
places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan)
yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti
halnya perlindungan terhadap bangunan
bersejarah

Selecta berdiri sejak tahun 1930 Stasiun KA tua di Malang, berdiri pada 1879
sebagai tempat pemandian dan
taman bunga,
TEORI PERANCANGAN KOTA
MARKUS ZAHND
PERKEMBANGAN HORIZONTAL

Cara perkembangannya mengarah ke luar. Artinya, daerah bertambah, sedangkan


ketinggian dan kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap sama. Perkembangan dengan
cara ini sering terjadi dipinggir kota, dimana lahan masih lebih murah dan dekat jalan raya
yang mengarah ke kota (dimana banyak keramaian).
PERKEMBANGAN VERTIKAL

Cara perkembangannya
mengarah ke atas. Artinya, daerah
pembangunan dan kuantitas lahan
terbangun tetap sama, sedangkan
ketinggian bangunan-bangunan
bertambah.
PERKEMBANGAN INTERSTISIAL

Cara perkembangannya bergerak ke dalam. Artinya,


daerah dan ketinggian bangunanbangunan rata-rata
tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun
(coverage) bertamabah. Perkembangan dengan cara ini
sering terjadi di pusat kota dan antara pusat kota dan
pinggir kota yang kawasannya sudah dibatasi dan hanya
dapat dipadatkan.
PERKEMBANGAN INTERSTISIAL KOTA MALANG
PENERAPAN TEORI ROGER
TRANCIK DI KOTA MALANG
TEORI FIGURE GROUND

Pada teori ini dapat dipahami


melalui pola perkotaan
dengan hubungan antara
bentuk yang dibangun
(building mass) dan ruang
terbuka (open space).
ANALISA FIGURE YANG
FIGURATIF

Figure yang Figuratif ini merupakan pandangan pertama dengan


memperhatikan konfigurasi figure atau dengan kata lain, konfigurasi massa atau blok
yang dilihat secara figuratif. Artinya, perhatian diberikan pada figure massanya.

Morfologi secara Fungsional


Morfologi secara visual

Figure yang figuratif


ANALISA GROUND YANG
FIGURATIF

Pada awalnya alun-alun Kota Malang sebagai kawasan residen atau pemerintahan,
yang kini berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa yang berpusat di alun-alun Kotak
berupa ruang terbuka yang figuratif dan telah menciptakan identitas kawasannya.

Ground yang figuratif


TEORI LINKAGE

Linkage (Penghubung) artinya berupa garis yang menghubungkan


antara elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes
yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk
jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan
sebagainya.

Linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan yang


berbeda, terdapat 3 pendekatan linkage perkotaan

• Linkage yang visual

• Linkage yang struktural

• Linkage bentuk yang kolektif


LINKAGE YANG VISUAL

Koridor di Jalan Ijen


Linkage visual dibawah ini menggambarkan
adanya deretan massa bangunan yang membentuk
elemen garis dan koridor. Elemen garis ditunjukkan
dengan adanya pohon-pohon yang ada dikanan dan kiri
jalan, sedangkan koridor ditujukkan dengan adanya
deretan massa bangunan yang membentuk ruang secara
linier dengan sumbu pada kawasan alun-alun Tugu.
LINKAGE STRUKTURAL

Gambar di bawah ini menggambarkan linkage struktural yang menjelaskan struktur


kota yang ada pada lokasi penelitian yang dibentuk oleh hirarki. Kota Malang memiliki
kawasan yang memiliki fungsi tertentu seperti pada kawasan alun-alun Tugu yang merupakan
pusat pemerintahan dan memiliki keterkaitan hubungan yang tinggi antara tempat satu
dengan lainnya yang dihubungkan dengan gerbang kota Malang yang dibentuk oleh Belanda
yaitu koridor jalan Semeru.
LINKAGE KOLEKTIF

Hubungan fungsional sering kali dikaitkan dengan adanya teori


linkage yang memperhatikan susunan dan hubungan bagian-bagian kota satu
dengan yang lainnnya
TEORI PLACE
Pada analisa ini dibahas dua hal yang berhubungan untuk mengetahui makna dari
suatu tempat atau place. Adapun pengkajian tersebut di antaranya konteks kota dan citra kota.

KONTEKS KOTA
Secara arsitektural sebuah tempat yang kontekstual digolongkan menjadi dua
tempat yaitu statis dan dinamis. Statis adalah ruang yang tidak memiliki fungsi dan tidak
bergerak (pasif). Sedangkan dinamis adalah ruang yang memiliki fungsi yang jelas dan
terdapat pergerakan di dalamnya (aktif).
CITRA KOTA

Ada lima elemen citra kota yaitu path (jalur), edge


(tepian), district (kawasan), node (simpul),
landmark (tengeran). Kelima elemen citra kota
tersebut menjadikan Kota Malang memiliki
identitasnya dan karakteristik yang membuat Kota
Malang memiliki kekhasan tersendiri.
PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN KOTA MALANG
KE DEPANNYA
Tujuan Pengembangan

Penataan ruang wilayah Kota Malang, bertujuan :


a. Mewujudkan Kota Malang sebagai kota pendidikan
yang berkualitas dengan peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang didukung sektor penunjang pariwisata
serta sektor industri, perdagangan dan jasa agar
tercipta kota yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan;
b. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang
berkualitas, dalam jumlah yang layak,
berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh
warga kota.
Pengembangan Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah Kota Malang
diarahkan pada tujuan keseimbangan dan
keserasian peruntukan ruang untuk kegiatan
sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah
kota.
Rencana pola ruang wilayah kota, meliputi :
a. Rencana Kawasan Lindung; dan
b. Rencana Kawasan Budidaya.
Rencana Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung di Kota Malang
dittitikberatkan pada penetapan fungsi kawasan
agar wilayah yang dilindungi dan memiliki fungsi
perlindungan dapat dipertahankan.
Kawasan lindung Kota Malang, meliputi :
a. Kawasan Lindung Setempat;
b. Kawasan Rawan Bencana;
c. Kawasan Cagar Budaya;
d. Kawasan RTH Kota.
Rencana Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya dititikberatkan
pada pengembangan dan keserasian masing-
masing kawasan bagi kegiatan sosial ekonomi
kemasyarakatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penerapan teori – teori
perancangan kota yaitu Teori Kevin Lynch,
Teori Hamid Shirvani, Teori Markus Zahnd, dan
Teori Roger Trancik di Kota Malang, maka
perancangan Kota Malang sudah memenuhi
teori – teori tersebut, bahkan berdasarkan
teori – teori itu pula perancangan kota Malang
bisa dikembangkan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
• TATA%20RUANG%20REKLAMASI/Manado%20t
empo%20dulu/Website%20Resmi%20Pemerin
tah%20Kota%20Manado.html
• Buku Arsitektur Kota Malang pada Masa
Kolonial Belanda
• www.google.com

Anda mungkin juga menyukai