Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

     Masalah  gizi  adalah masalah  kesehatan  masyarakat yang penanggulangannya tidak

dapat dilakukan dengan pendekatan  medis dan  pelayanan  kesehatan  saja.

Masalah gizi disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan

serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan

mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur  harapan  hidup yang merupakan salah

satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan

istilah Human Development Index (HDI).  

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro

dan kurang  gizi  mikro Kurang  gizi makro pada dasarnya merupakan  gangguan 

kesehatan  yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan  protein. Masalah gizi makro

adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan

zat gizimikro.(Gunawan, Fadlyana, & Rusmil, 2011).

Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia.

Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi

30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6% (Riskesdas

2013) menjadi 17,7%.Namun yang perlu menjadi perhatian adalah adanya tren peningkatan

proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai berikut 10,5% (Riskesdas

2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018). Riskesdas 2018 menunjukkan

adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek dan

pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi
buruk dan gizi kurang turun dari 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%. status nutrisinya

berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,  karbohidrat

dan  kalori. (Riskesdas) 2018.

Anak yang kurang gizi ada dua kategori yakni gizi buruk dan gizi kurang yang

angkanya di Indonesia pada tahun 2018 ada 3,9% dan 13,8%. Jadi  yang kurang gizi masih

17,7% berdasarkan BB/U <-3SD s/d<-2SD (Riskesdas 2018). Pada tahun yang sama angka

stunting adalah 30,8%  (yang sangat pendek 11,5% dan Pendek 19,3%) dan pada tahun 2013

berdasarkan TB/U dengan batasan sangat pendek <-3SD dan pendek TB/U ≥3SD s/d <-

2SD.yakni 37,2% (Sangat pendek 18% dan pendek 19,2%). Selanjutnya jika menyimak

indikator lainnya BB/TB maka di Indonesia pada tahun 2018 terdapat 10,2% status gizi kurus

dengan kategori sangat kurus 3,5% dan kurus 6,7%. Untuk anak yang gemuk malah menjadi

hal yang bukan prioritas untuk diintervensi sementara angkanya termasuk tinggi yakni pada

tahun 2013 ada 11,9% dan pada tahun 2018 sebesar 8,0% (Riskesdas 2018).

Berdsarkan data yang di peroleh dari puskesmas wolowa tahun 2021 yaitu jumlah

keseluruhan anak balita yang berada di wilayah puskesmas Wolowa terapat 600 balita

diantaranya di Desa Wolowa Baru berjumlah 120 balita , Desa Suka Maju 43 , Dea Matawia

115 balita , desa Bungi 78 balita , desa Wolowa 93 balita , desa Galanti 67 balita, desa

Kaumbu 84 dengan pravelensi Status Gizi Balita yaitu

Puskesmas Wolowa Gizi Buruk Gizi Kurang Stunting Kurus

Wolowa baru - 7 10 22
Suka maju 6 11 8
Matawia - 11 24 15
Bungi 1 12 32 21
Wolowa - 7 25 17
Galanti - 5 11 11
Kaumbu - 6 12 9
( sumber : data puskesmas wolowa)

2
Perkembangan yang mengalami keterlambatan juga berakibat pada fungsi dan

struktural otak, perkembangan pada anak balita dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya

nutrisi yang di konsumsi setiap hari, yang tidak mengandung cukup gizi untuk tubuh anak

balita yang berdampak pada perkembangan anak balita (Gunawan, Fadlyana, & Rusmil,

2017).

Gizi buruk adalah sutau keadaan patologis yang terjadi akibat tidak terpenuhinya

kebutuhan tubuh akan berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama. Kejadian gizi

buruk seperti fenomena gunung es dimana kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian.

Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan Umur

(BB/U ,TB/U, BB/TB,PB.IMT/U) yang merupakan istilah dari severely underweight. (Dewi

Novitasari A,2008).

Dalam Pasal 141 – Pasal 143 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (“UU 36/2009”), juga telah diatur pula mengenai upaya pemerintah dalam

menanggulangi kekurangan gizi, salah satunya, yaitu dengan upaya perbaikan gizi untuk

peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat melalui: perbaikan pola konsumsi

makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan

kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi; dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat bersama-sama menjamin tersedianya bahan makanan yang

mempunyai nilai gizi yang tinggi secara merata dan terjangkau. Pemerintah berkewajiban

menjaga agar bahan makanan yang dimaksud memenuhi standar mutu gizi yang ditetapkan

dengan peraturan perundang-undangan., Selain itu, penyediaan bahan makanan dilakukan

secara lintas sektor dan antar provinsi, antar kabupaten atau antar kota. (Riskesdas. 2013)

3
Tujuan utama pembangunan nasional adalah meningkatkan kualitas kesehatan.

Meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat dengan masalah gizi pada balita terutama pada

maslah gizi buruk. Dengan kesadaran penduduk Indonesia akan terciptanya gizi yang optimal.

(Riskesdas, 2013 )

Faktor utama terjadinya gizi buruk di Sultra dipicu masalah ekonomi atau kemiskinan,

hal tersebut sangat berkorelasi mengingat makin tinggi angka kemiskinan yang tercermin dari

rendahnya tingkat pendapatan, makin tinggi pula potensi terjadinya balita gizi

buruk.Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk pada balita.Banyak faktor yang

mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidak tahuan

ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah segala

usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup. (Dinkes

Sultra,2012)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

gambaran Pendapatan, Pendidikan , Pekerjaan, Pengetahuan Keluarga dan status gizi anak

balita usia 0-5 tahun di kabupaten Buton      

B.Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Keadaan Pendapatan, Pendidikan , Pekerjaan, Pengetahuan Keluarga

Dan Status Gizi Balita Usia 0-5 Tahun di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten

Buton .

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Dari Penelitian Ini Secara Umum Adalah Untuk Mengetahui Gambaran Keadaan

Pendapatan , Pendidikan, Pekerjaaan , Pengetahuan Keluarga Dan Status Gizi Pada

Balita Usia 0-5 Tahun Di Kec.Wolowa Kab.Buton

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Tingkat Pendapatan Keluarga (ayah/ ibu ) Balita Usia 0-5 Tahun

Di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

b.  Mengidentifikasi Tingkat Pekerjaaan Orang Tua Balita Usia 0-5 Tahun Di Desa

Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

c.  Mengidentifikasi Tingkat Pendidikan Ibu Balita Usia 0-5 Tahun Di Desa Bungi

Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

d. Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Usia 0-5 Tahun Di Desa Bungi

Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

e. Mengidentifikasi Status Gizi Pada Balita Usia 0-5 Tahun Di Desa Bungi Kecamatan

Wolowa Kabupaten Buton

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

  Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang

Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi Dan Statas Gizi Balita Usi 0-5 Tahun di Desa

Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton sehingga  pengasuh  balita dapat

mencegah terjadinya gizi buruk.

2. Bagi peneliti

5
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang status gizi pada Balita

usia 0-5 tahun di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

3. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah

Kabupaten Buton dalam merumuskan kebijakan untuk penanganan kasus gizi pada

balita

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Balita

1. Konsep balita

Balita merupakan singkatan dari anak di bawah umur lima tahun, yang merupakan

usia bayi dan balita dibatasi sampai lima tahun kebawah. Balita meruapakan periode

pertumbuhan yang sangat pesat yang akan memepengahuri perkembangan anak. Periode ini

anak akan mengalami perkembangan yang di bahasa, sosial, emosional, kongnitif, dan

kreativitas. (Marimbi, 2010).

Awal masa kanak-kanak merupakan periode dimana anak akan mempelajari, prilaku

disekitar anak akan di jadikan anak sebagai dasar untuk anak masuk sekolah nantinya,

periode ini juga akan dimanfaatkan anak untuk mengeksplore lingkungan dengan cara

bertanya, periode ini juga digunakan anak untuk mencontoh tindakan serta cara berbicara

orang dewasa, selain itu periode ini juga dapat digunakan anak untuk memperlihatkan

kreativitasnya meskipun ada yang meniru (Marimbi, 2010).

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun

juga termasuk golongan ini. Balita usia 0-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak

usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahunyang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari

tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah Anak usia 1-3 tahun

merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya

sehingga anak batita sebaiknya diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. (Proverawati

dan wati, 2011). Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan

7
sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil

sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan. Masa balita adalah

periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.Kesehatan seorang balita sangat

dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh

mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap

kekebalan tubuh.Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi juga mempengaruhi

kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami

pengaruh sehingga tidak dapat berkembang (Ellya Sibagariang,2010)

2. Status Gizi

a. Konsep Status Gizi

Status gizi merupakan suatu kondisi tubuh yang berakibat pada makanan yang

dikonsumsi serta penggunaan zat gizi yang baik diperoleh dari makanan yang seimbang

baik, akan berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan otak anak, serta kesehatan.

Status gizi yang tidak seimbang akan berdampak bahaya didalam tubuh yang dapat

menimbulkan efek toksik. (Istiany& Rusilanti, 2014)

b. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan indeks masa tubuh, melihat berat badan

menurut usia serta tinggi badan menurut usia, maka dapat ditentukan dengan rumus:

BB (Kg) = apabila nilai real ≥ nilai medianya


maka Z-score = nilai real – nilai median , dan apabila nilai real = nilai median
SD upper
maka Z-score = nilai real – nilai median ,terdapat kategori yaitu:
SD Lower (Istiany& Rusilanti, 2014)

c.  Pengukuran Status Gizi


8
  Menurut Supariasa dkk, (2001; h.20),penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu

penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung :

1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu

antopometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a. Antopometri

Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antopometri gizi hubungan dengan berbagai macam

becrat Badan menurut Umur (BB/U) diperoleh kategori :

1) Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

2)  Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.

3) Tergolong gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

4)   Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.

    Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (TB/U ) (24 bulan-60 bulan) atau

1)    Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :

2)    Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

3)    Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.

4 )    Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

5)    Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan ( BB/TB) atau Panjang
Badan (BB/PB) :

1).    Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. 

2).    Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.

3)    Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

4)    Gemuk jika hasil ukur > 2 SD   

9
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita

dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.

b. Klinis

Teknik penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara klini. Pemeriksaan secra

klinis penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat

dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar

tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui

tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan

gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh,

seperti darah, urine, tinja, jaringan otot, hati.

Penggunaan metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,

maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan

gizi yang spesifik.

d. Biofisik

10
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari

jaringan. Metode ini secara umum digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2). Penilaian Secara Tidak Langsung.

Penilaian status gizi selain mengukur dengan metode BB/U, penilaian satus gizi tidak

langsng dapat dilihat dengan :

a. Survei konsusmsi makanan

Survei konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui pola makan,

kecukupan bahan makan, dan gizi pada rumah tangga kelompok dan

perorangan.

b. Statistik vital

pemeriksaan dilakukan untuk menganalisa tentang kesehatan melalui angka

kesakitan, kematian, pelayanan kesehatan, penyakit infeksi, semuanya ada

kaitanya tentang gizi

c. Faktor ekologi

Faktor ini merupakan faktor yang sangat berkaitan dengan cuaca, kondisi

tanah, merupakan faktor yang berhubungan dengan kurangnya gizi (Istiany&

Rusilanti, 2014).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

a. Infeksi

b. Penyakit infeksi sering terjadi pada anak karena kurangnya gizi yang dikonsusmsi anak

contohnya, infeksi saluran pernafasan atas dan bawah, infeksi kulit, serta diare pada anak.

Infeksi pada jika tidak segeara diatasi akan berdampak buruk pada anak seperti, ketidak

11
optimalan pertumbuhan dan menghambat pertumbuhan pada anak, infeksi juga

merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada anak.

c. Pola pengasuhan

Pola pengasuhan merupakan kegiatan interaksi antar orang tua dan anak untuk

memberi pengarahan, bimbingan, serta pengawasan kepada objek dalam aktivitas sehari-

hari. Pengasuhan dilakukan setiap harinya, pola pengasuhan ini merupakan faktor yang

memepengaruhi nutrisi anak. Pola pengasuhan juga akan memberikan makanan yang

simbang dan perawatan, perlindungan dan kasih sayang dari keluarga, peran keluaraga

sangat diperlukan untuk tumbuh kembang anak (Istiany& Rusilanti, 2014)

4. Angka Kecukupan Gizi

a.) Energi

Energi yang dibutuhkan anak umur 1 tahun hingga 3 tahun mememerlukan gizi

sebanyak 1000 kkal, sedangkan untuk anak umur 4 tahun hingga 5 tahun membutuhkan

energi antara 1550 kkal. Energi yang dibutuhkan setiap anak tentunya berberda dilihat

dari aktivitas fisik, metabolisme tubuh, akan tetapi penilaian gizi tentang asupan energi

dapat dilihat dari pertumbuhan setelah itu dibandingakan dengan grafik lemak tubuh.

b.) Protein

c.) Protein sangat dibutuhkan balita untuk pemeliharaan jaringan, pembentuk jaringan baru,

dan perubahan komposisi tubuh, untuk anak berusia 1 tahun hingga 3 tahun

membutuhkan protein sekitar 25 gram, sedangakan anak berusia 4 tahun hingga 5 tahun

memebutuhkan protein sebesar 39 gram. Protein pada makanan dapat dijumapai pada

makanan seperti kacang, tahu, tempe, telur, daging, susu, hati, dan keju.

d.) Mineral

12
Sumber mineral juga terdapat pada makanan sehari-hari seperti pada sayuran, wortel,

bayam, tomat, labu kuning, dan buah apel , jambu biji serta pisang.

e.) Kalsium

Kalsium sangat dibutuhkan untuk pemadatan tulang dan gigi, kebutuhan kalsium pada

anak sekitar 150 sampai 200 gram/hari. Kalsium dapat ditemui di susu, ikan teri, dan ikan

berduri lunak.

f.) Besi

Zat besi pada setiap usia anak berbeda, anak yang berusia 1 tahun hingga 3 tahun

membutuhkan zat besi sebanyak 8,0 mg, sedangkan untuk anak berusia 4 tahun hingga 5

tahun membutuhkan zat besi sebanyak 9,0 mg. Zat besi didapat di makan seperti ikan,

kacang, sayuran, serta rumput laut.

g.) Seng gizi

Seng sangat diperlukan oleh anak dimasa pertumbuhan dimana manfaat seng dapat

meningkatkan fungsi kongnitif, imun tubuh, terhindar dari radikal bebas. Kebutuhan seng

pada anak berbeda sesuia dengan usia, untuk usia 1 tahun hingga 3 tahun membutuhkan

sebanyak 0,46 mg/kgBB/hari, sedangkan untuk anak berusia 4 tahun hingga 5 tahun

membutuhkan seng sebanyak 0,38 mg/kgBB/hari, seng seng sering didapat dari daging,

ikan dan kerang.

h.) Yodium

Yodium diperlukan anak dalam pertumbuhan dan perkembangan, kebutuan yodium

pada naka berbeda sesuai usia anak, dimana anak yang berusia 1 tahun hingga 3 tahun

membutuhkan yodium sebanyak 10 mcg/kgBB/hari, sedangkan anak berusia 4 tahun

hingga 5 tahun membutuhkan yodium sebnayak 8 mcg/kgBB/hari. Sumber yodium

berasal dari air laut dan hasil laut seperti kerang, rumput laut. Bahaya dari kekurangan

13
yodium pada anak akan berdampak pada pertumbuhan anak akan terhambat, penurunan

tingkat kongnitif, dan membesarnya kelenjar tiroid.

i.) Vitamin

Vitamin pada anak balita sangat diperlukan untuk proses metabolisme, kebutuhan

vitamin anak balita ditentukan pada asupan energi, kabohidrat, lemak serta protein.

j.) Supleman gizi

Suplemen gizi pada anak tidak boleh semabarangan harus melihat status gizi anak,

misalnya anak tidak mau makan buah maka anak harus diberi suplemen gizi seperti

vitamin untuk mendapatkan gizi yang baik seperti anak makan buah (Istiany& Rusilanti,

2014).

5. Masalah Gizi Anak Balita

a. Permasalahan gizi

Permasalahan gizi disini merupakan penyebab dari ketidak seimbangan nutrisi

didalam tubuh ini dikarenakan anak terlalu berlebihan dalam mengonsumsi sesuatu atau

anak terlalu banyak mengeluarkan nutrisi dalam tubuh ini akan berakibat buruk terhadap

tubuh anak. Status gizi dapat diukur, untuk gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih dapat

menggunakan rumus BB/U, data permasalahan gizi di indonesia pada tahun 2018 untuk

yang gizi buruk 3,9%, gizi kurang 13,8%,sedangkan di jawa timur terdapat gizi buruk

2,9%, gizi kurang 12%, gizi lebih 2,2% (Risskesdas, 2018).

b. Anemia

Kondisi dimana anak balita mengalami terlalu rendah mengonsumsi makanan yang

mengandung zat besi, sehingga untuk mengatasi masalasah ini maka diperlukan suplemen

gizi yang mengandung zat besi dan orang tua harus memberikan makanan yang banyak

mengandung zat besi.

14
c. Karies gigi

` Situasi gigi anak yang mengalami permasalhan karies gigi, dimana karies gigi muncul

di gigi anak balita karena anak sering mengkonsumsi makanan manis yang banyak

mengandung gula yang sifatnya lengket, sifat lengket pada gula nantinya akan menjadi

pluque di gigi yang menjadi sarang bakteri, lama kelamaan pluque itu akan membuat

lubang di gigi dan membuat gigi rusak.

d. Pica

Pica merupakan benda yang bukan makanan, dimana anak balita sering memasukan

kedalam mulutnya, ini tidak terlelu berbahaya bagi tubuh anak selama tidak menelan dan

mengandung racun, akan tetapi anak balita harus diawasi oleh orang tua (Istiany&

Rusilanti, 2014).

B. Keadaan Sosial Ekonomi

1. .Pengertian Status Sosial Ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, oikonomia. Kata oikonomia berasal dari

dua kata yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti

mengatur. Jadi ekonomi berarti mengatur rumah tangga. Kata status dalam kamus besar

bahasa Indonesia berarti keadaan atau kedudukan (orang atau badan) dalam hubungan dengan

masyarakat di sekelilingnya (kamus besar bahasa Indonesia, 1988).

Menurut Soerjono Soekanto (Abdulsyani, 2007:92), status sosial merupakan tempat

seseorang secara umum dalam masyarakatnya yang berhubungan dengan orang-orang lain,

hubungan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta

kewajibannya. Status sosial ekonomi menurut Mayer (Soekanto, 2007:207) berarti

kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi. Mayer (Soekanto,

2007:207)

15
Menurut Nasution, kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur

sosial, yakni menentukan hubungan dengan orang lain. Status atau kedudukan individu,

apakah ia berasal dari golongan atas atau ia berasal dari golongan bawah dari status orang

lain, hal ini mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan

atau status sosial ekonomi seseorang. Tetapi cara seseorang membawakan peranannya

tergantung pada kepribadian dari setiap individu, karena individu satu dengan yang lain

berbeda (Nasution, 1994:73)

Menurut proses perkembangannya, status sosial dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu:

a) Ascribet status atau status yang diperoleh atas dasar keturunan. Kedudukan ini

diperoleh atas dasar turunan atau warisan dari orang tuanya, jadi sejak lahir seseorang

telah diberi kedudukan dalam masyarakat Contoh seorang suami dikodratkan

memiliki status berbeda dengan istri dan anaknya dalam keluarga, di masa dimana

emansipasi telah berkembang di bidang pendidikan, politik, pekerjaan dan jabatan,

wanita berkedudukan sama dengan laki-laki namun wanita tidak akan bisa menyamai

laki-laki dalam hal fisik dan biologis(Abdulsyani, 2007: 93).

b) Achieved status atau status yang diperoleh atas dasar usaha yang dilakukan secara

sengaja.Kedudukan ini diperoleh setelah seseorang berusaha melalui usaha-usaha yang

dilakukan berdasarkan kemampuannya agar dapat mencapai kedudukan yang

diinginkan. Contoh seseorang bisa mendapatkan jabatan sebagai manager perusahaan

asalkan bisa memenuhi syarat yang telah ditentukan dan berusaha serta bekerja keras

dalam proses pencapaian tujuannya (Basrowi, 2005:63).

16
2. Variable Yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi

Soekanto memiliki ukuran atau kriteria dalam menggolongkan anggota masyarakat

dalam suatu lapisan sosial, kriteria tersebut diantaranya ukuran tingkat pendidikan, ukuran

pendapatan, ukuran kedudukan , ukuran ilmu pengetehuan, pekerjaan, dan umur. Namun

status sosial ekonomi masyarakat juga dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi,

yaitu : (soekanto 2014)

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat bermanfaat

seumur hidup manusia. Dengan pendidikan, diharapkan seseorang dapat membuka pikiran

untuk menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi, sistem teknologi maupun

berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara alamiah untuk kelangsungan

hidup dan kesejahteraan dirinya, masyarakat dan tanah airnya. (Soekanto 2014)

Ngadiyono (1998:46) membedakan pendidikan berdasarkan isi program dan

penyelenggaraannya menjadi 3 macam, yaitu:

(1) Pendidikan formal merupakan pendidikan resmi di sekolah-sekolah,

penyelenggaraannya teratur dengan penjenjangan yang tegas, persyaratan tegas,

disertai peraturan yang ketat, pendidikan ini didasarkan pada peraturan yang

tegas.

(2) Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh melalui hasil

pengalaman, baik yang diterima dalam keluarga maupun masyarakat.

Penjenjangan dan penyelenggaraannya tidak ada, sistemnya tidak

diformulasikan.

17
(3) Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah,

penyelenggaraannya teratur. Isi pendidikannya tidak seluar pendidikan formal,

begitu juga dengan peraturannya. Ngadiyono (1998:46)

Tingkat pendidikan orang tua bergerak dari tamat D3-sarjana, tamat SMA, Tamat

SMP dan Tamat SD. Seseorang yang telah mendapatkan pendidikan diharapkan dapat lebih

baik dalam kepribadian, kemampuan dan ketrampilannya agar bisa lebih baik dalam bergaul

dan beradaptasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga mempermudah seseorang

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Abdullah, 1993:327). Proses pendidikan anak

dipengaruhi oleh keadaan keluarga sebagai berikut :

(1) Pertama adalah ekonomi orang tua yang banyak membantu perkembangan dan

pendidikan anak.

(2) Kedua adalah kebutuhan keluarga, kebutuhan keluarga yang dimaksud adalah

kebutuhan dalam struktur keluarga yaitu adanya ayah, ibu dan anak.

(3) Ketiga adalah status anak, apakah anak tunggal, anak kedua, anak bungsu, anak tiri,

atau anak angkat.Jumlah tanggungan orang tua yaitu berapa banyak anggota keluarga

yang masih bersekolah dan membutuhkan biaya pendidikan, yaitu 1 orang, 2 orang, 3

orang, lebih dari 4 orang (Lilik, 2011).

b. Pendapatan

Christoper dalam Sumardi (2014) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus

ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga,

laba dan lain sebagainya.Biro pusat statistikmerinci pendapatan dalam kategori sebagai

berikut:

1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular

dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:

18
a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja

lembur dan kerja kadang-kadang.

b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,

penjualan dari kerajinan rumah.

c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.

2.) Pendapatan yang berupa barang yaitu:

i) pembayaran upah dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan,

transportasi, perumahan dan kreasi. Berdasarkan penggolongannya BPS

(Badan Pusat Statistik) membedakan pendapatan penduduk menjadi 4

golongan yaitu :

ii) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari

Rp. 3.500.000 per bulan.

iii) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp

2.500.000 s/d Rp. 3.500.000 per bulan.

iv) Golongan pendapatan cukup adalah jika pendapatan rata-rata antara > Rp.

1.500.000 s/d 2.500.000 per bulan.

v) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata < Rp. 1.500.000

per bulan. (BPS.Buton 2109)

c. Pekerjaan Orang Tua

Manusia adalah makhluk yang berkembang dan makhluk yang aktif. Manusia

disebut sebagai makhluk yang suka bekerja, manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya yang terdiri dari pakaian,sandang dl. Soeroto (1986:167) menjelaskan bahwa

dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan,dari pendapatan yang diterima orang

19
tersebut diberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil

pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai

produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.

Ditinjau dari segi sosial, tujuan bekerja tidakhanya berhubungan dengan aspek

ekonomi/mendapatkan pendapatan (nafkah) untuk keluarga saja, namun orang yang

bekerja juga berfungsi untuk mendapatkan status, untuk diterima menjadi bagian darisatu

unit status sosial ekonomi dan untuk memainkan suatu peranan dalam statusnya (Kartono,

1991:21)

` Dalam pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecuption) pekerjaan

diklasifikasikan sebagai berikut

1) Profesional ahli teknik dan ahli jenis

2) .Kepemimpinan dan ketatalaksana

3) Administrasi tata usaha dan sejenisnya

4) Jasa

5) Petani

6) Produksi dan operator alat angkut.

Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis

pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin

ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga

administrasi tata usaha.

2) Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.

3) Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut atau

bengkel. (Kartono, 1991:21)

20
Tingkat pekerjaan orang tua yang berstatus tinggi sampai rendah tampak pada jenis pekerjaan

orang tua, yaitu sebagai berikut:

a) Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi tinggi, PNS golongan IV ke

atas, pedagang besar, pengusaha besar,dokter,.

b) Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi sedang adalah pensiunan PNS

golongan IV A ke atas, pedagang menengah, PNS golongan IIIb-IIId, guru

SMP /SMA, TNI, kepala sekolah, pensiunan PNS golongan IId-IIIb, PNS

golongan IId-IIIb, guru SD, usaha toko.

c) Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi rendah adalah tukang

bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan lain yang tidak

tentu dalam mendapatkan penghasilan tiap bulannya (Kartono, 1991:21)

d. Pengetahuan ibu

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif Menurut

Notoatmojo(2003) mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) .Tahu ( know)

Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk dalam pengetahuan tindakan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall)terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.

2) .Memahami (comprehension)

21
Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen, tetapi dalam struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

itu suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru dari formulasi-formulasi lama.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi itu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang

telah ada.

22
C. Kerangka Teori

23
D. Kerangka Konsep

Pendapatan

STATAUS GIZI

Pendidikan BALITA STATUS

TB\UU,BB\TB)S
pekerjaan GIZI BALITA

Pengetahuan

Variabel Bebas

Variabel Terikat

(Sumber : JF. Levinso 1981)

Gambar . Kerangka Konseptual Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga Dan Status Gizi

Balita Di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

24
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis peneitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Observasional Deskriptif Analitik

dengan pendekatan cross sectional Survey

2. Waktu Dan Tempat  Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2021 di Di Desa Bungi  

Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

3  Populasi Dan Sampel

a. Populasi

Populasi   dalam   penelitian   adalah seluruh ibu yang memiliki balita berjumlah 78

Ibu yang berada di Desa Bungi   Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton .

( Sumber : Data Balita Desa Bungi Di Puskesmas Wolowa )

b. Sampel

1) Jenis sampel

Sampel penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia 0-5 tahun yang

ada di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

2) Jumlah sampel

Jumlah sampel pada penilitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

slovin (2003 ) ) berikut :

n= NZ2.p.Q

d2(N-1)+.Q

25
Ket:

n= besar ssampel

N= besar populasi

Z=nilai standart distribusi normal yang dpilih (1,96)

P= perkiran variabel 0.5

Q= 1-p(0,5)2 .

besar sampel dalam penelitian ini adalah:

n=78 x ( 1,96)2 x 0,5 x (0,5)2

(01)2.(78 -1)+ (0,5)2

=78 (3,84). x 0,5 x 0,25

(0,01) (77)+ 0,25

= 37,44

1,02

= 36 sampel

Jadi , besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sebanyak 36 orang

3) Cara pengambilan sampel

Cara Penarikan sampel yang di ambil yaitu dengan cara acak atau biasa di sebut

dengan random sampling , balita usia 0-5 Tahun , yang berada di Desa Bungi

Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton .

Balita yang terpilih sebagai sampel harus memenuhi kriteiria inklusi dan eksklusi

sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

a) Ibu yang memiliki balita usia 0-5 Tahun yang tinggal di di Desa Bungi

Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton.

26
b) Usia anak yaitu 0-5 tahun

c) Anak tidak dalam keadaan sakit

2. Kriteria eksklusi :

a) Ibu yang sakit atau tidak bersedia ketika melakukakan wawancara

b) Tidak berdomisili di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton

4  .Variabel Penelitian

 Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu sebagai berikut:

a. Variabel bebas (Independen variable),Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pendapatan , pendidikan ,pekerjaan, dan pengetahuan ibu balita

b. Variabel terikat (Dependen variable) Variabel terikat dalam penelitian ini  adalah

status gizi balita. ( BB/U , TB/U, BB/PB )

5.  Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

a. Jenis data

Penelitian ini menggunakan jenis data :

1) Data Primer

Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat

berlangsungnya penelitian dan diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan

kuesioner. Jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner

yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang

sesuai dengan pendapatnya (Arikunto, 2016).

a) Data tentang tingkat pendidikan ibu, dikumpulkan mealui wawancara mendalam

kepada responden dengan menggunakan kuisioner

b) Data tentang pendapatan kelurga yang dikumpukan melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan kuisioner

27
c) Data tentang pekerjaan orang tua yang dikumpulkan melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan kuisioner

d) Data tentanng status gizi balita yang dikumpulkan melalui pengukuran dengan

antropemetri yatu BB/U,TB/U, BB/TB,PB, IMT/U

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang didapat dari orang

lain atau data yang diperoleh secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).  Data sekunder

yang akan dikumpulkan adalah data-data pendukung yang berkaitan dengan tujuan

penelitian. Pada penelitian ini, data sekundernya meliput data tentang gambaran umum

lokasi penelitian yang di peroleh dari kelurahan setempat , data ini diperoleh dengan

melihat profil wilayah Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton .

b.  Cara Pengumpulan Data

Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian berdasarkan prosedur pengumpulan

data penelitian sebagai berikut :

1).Peneliti memberikan surat izin studi pendahuluan ke Puskesmas

2). kemudian menunggu balasan dari pihak puskesmas untuk kemudia melanjutkan

penelitian di wilayah kecamatan Wolowa Kabupaten Buton .

6.  Pengolahan Data Dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1) Editing (memeriksa data)

Editing  adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner tersebut.

Dilakukan memeriksa kelengkapan, kejelasan, relevansi, konsistensi masing-masing

jawaban dari data kuesioner.

28
2) Coding (pemberian kode)

Pemberian kode yang diberikan dijabarkan sebagai berikut :

a) Pendidikan ,Pedapatan, Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Balita

1        Baik     : diberikan kode 1

2       Cukup   : diberikan kode 2

3      Kurang : diberikan kode 3

3)    Entering

Proses memasukan data ke dalam computer untuk selanjutnya dilakukan analisis data

dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solition).

4)    Cleaning (Pembersihan data)

Peneliti menghilangkan data-data yang tidak diperlukan dan mengecek kembali data-

data yang sudah di entering, apakah ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012).

b. Analisis Data

analisi data di lakukan degan menggnakan komputerisassi program SPSS

7.    Definisi  Operasional

a. Defnisi Oerasioanal

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1) Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan tertinggi yangdimiliki oleh ibu dengan

criteria objektif :

(a) Tingggi : jika ibu telah tamat SMA,Pt / akademik

(b) Rendah : jika iu tidak sekolah ,tidak tamatSD, dan tamat SMP ( Basrowi, S. J.

2013.)

2) Pekerjaan ibu/ayah : status pekerjaan yang dimiliki keluarga (ayah/ibu) dengan

criteria objektif :

29
a) Bekerja : bila seagai PNS,pegawai swasta, pedagang, wirausaha, nelayan, buruh,

da petani.

b) Tidak beerja : bila sebagai ibu rumah tangga

3) Pendapatan keluarga adalah tingkat pendapatan yang dimiliki setiap bulanya yaitu :

a) Cukup adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp ≥ 1500.000 per bulan.

b) Golongan pendapatan kurang adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

<¸1500.000 /bulan.(BPS Buton .2019)

4) Status Gizi balita adalah Status gizi merupakan ukuran derajat pemenuhan gizi yang

dibutuhkan gizi pada balita usia 0-5 Tahun yang di peroleh dari pangan dan makanan

yang berdampak pada fisik diukur dengan antropometri . Berat Badan menurut Umur

(BB/U) diperoleh kategori :

a) Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

b)  Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.

c) Tergolong gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

d)   Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.

 Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (TB/U ) (24 bulan-60 bulan) atau  Panjang badan

menurut Umur ( PB /U) diperoleh kategori :

a) Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

b)  Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.

c)  Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

d) Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan

(BB/ TB,PB ) di peroleh kategori :

a)  Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. 

30
b)  Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.

c)  Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

d)   Gemuk jika hasil ukur > 2 SD   

b.  Kategori Objektif

Definisi
Variabel Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

Variabel Independen Hasil dari  awancara menggunakan Kategori:


Keadaan mengenai Kuisioner a.   Cukup : ≥
Pendidikan,pendapa pendidikan,pendapat 60%
tan, pekerjaan dan an, pekerjaan an b.   Kurang: < 
pengetahuan penegetahuan 60% Ordinal  
tentang  keadaan (christoper 2014)
sosal ekonomi

Variabel Dependen Ukuran keberhasilan Diukur Katagori:


Status gizi dalam pemenuhan a. dengan 1. a.    Gizi lebih
nutrisi untuk anak timbanga (>2SD)
yang diindikasikan n dacin b.    Gizi baik
oleh BB/U. (BB/U), (-2 SD s/d
TB,PB/U. BB/PB b. Length 2SD)
IMT/U menurut board c.    Gizi
NCHS ,stadio kurang
meter (-3 SD s/d <-
(TB,PB/U 2 SD)
) d.   Gizi
buruk
(< -3 SD) Ordinal
2.a.   tinggi
(>2SD)
b.    normal
(-2 SD s/d
2SD)
c.    pendek
(-3 SD s/d <-
2 SD)
d.   sagat
pendek
(< -3 SD)

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 1993:327).). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Deteksi Dini


Perkembangan Anak Usia Balita Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Ketrampilan Ibu Dalam Melakukan Deteksi Dini Perkembangan Anak di Pusat
Kesehatan Masyarakat Sikumana, Kota Kupang.

Abdulsyani, 2017: 93). Ascribet statuss kedudukan sosial keluarga  (Dewi Aminuddin
Muhammad, status gizi. http ://askepaminfima

Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu gizi. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Azru Azwar, 2012,
Pengantar Epidemiologi, PT. Binarupa aksara, Jakarta.

Amaliah, N. (2018). Pemakaian Aplikasi Mobile “Balita Sehat” Meningkatkan Pengetahuan


dan Sikap Ibu dalam Memantau Pertumbuhan dan nPerkembangan Balita.
BuletinPenelitianKesehatan,46(3),155–168. https://doi.org/10.22435/bpk.v46i3.880

Arikunto, 2016). Definisi pada Data primer Buletin Penelitian Kesehatan, 46(3), 155–168.
https://doi.org/10.22435/bpk.v46i3.880

Asthiningsih, N. W. W., & Muflihatin, S. K. (2018). Deteksi Dini Perkembangan Balit


Dengan Metode Ddst Ii Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda
Samarinda.JurnalEndurance,3(2),367.https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.3149

Basrowi, 2005:63. Achieved status kedudukan sosial keluarga Jurnal Endurance, 3(1), 146.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2074

Basrowi, S. J. 2013. “Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat
Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur.”JurnalEkonomi & Pendidikan.com/2011/05/ status-gizi, html di akses
maret 2013

BPS. Buton (2019)" analisiss peendapatan keluarga.

Christoper dalam Sumardi (2004) pendapatan keluarga Jakarta : PT. BPK Gunung Mulya.

Dhamayanti, M. (2017). Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri,


8(1), 9. https://doi.org/10.14238/sp8.1.2006.9-15

Dinkes Sultra,2018.data gizi balita diwilayah sultra Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.Https://doi .org/ Desember
2013

Dinkes. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2017. Dinas


Kesehatan Kabupaten Jombang, 82–88.

Dilon DHS, Fahmida U. 2007. Handbook nutritional assessment.  Jakarta: SEAMEO – UI


Ellya Sibagariang,2010 . Asuhan Nutrisi danStimulasi dengan Status Pertumbuhan
32
dan Perkembangan Balita Usia 12 –36 Bulan Nutrition Care and Stimulation with
Growthand DevelopmentToddlers Ages 12 - 36 Months. Global Medical and
HealthCommunication,6(38),12–20. https :// doi. org/ http: //dx. doi.org/10 .
29313/gmhc.v6i1.2323

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.
Jakarta : PT. BPK Gunung Mulya.

Gunawan, Fadlya//na, & Rusmil, 2011). kekurangan asupan  energi dan  proteinSari
Pediatri, 13(2), 142. https://doi.org/10.14238/sp13.2.2011.142-6

Gunawan, G., Fadlyana, E., & Rusmil, K. (2017). Hubungan Status Gizi dan Perkembangan
Anak Usia 1 - 2 Tahun.

Husnah, (2011). Keadaan gizimasyarakat pada tingkat kesehatan dan umur Retrieved rom


http: //id. Portalgaruda .org/? ref = browse&mod = viewarticle &article
=428785

Husnah. (2015). Hubungan Pola Makan , Pertumbuhan dan Stimulasi dengan


Perkembagan Anak Usia Balita di Posyandu Melati Kuta Alam Banda Aceh.Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 15(2), 66–71. Retrieved from http://id .porta lgaruda
.org/? ref =browse&mod=viewarticle&article=428785

Istiany& Rusilanti,( 2014) penilaan ,pengukuran, angka kecukupan gizi,masalah dan definisi
status gizi balita Jakarta: Buku Kedokteran, EGC

kamus besar bahasa Indonesia, (1988). definisi status sosial ekonomi kelarga

Kartono, (1991:21) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Di


Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Endurance, 3(1),146.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2074

Kesehatan, B. P. dan P. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1 Desember 2013

Lilik, (2011). Pengaruh keadaan ekonomi keluarga pada penddikan anak Jakarta: Salemba
Medika

Marimbi, (2010). Tumbuh Kembang, Status gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada Balita
Yogyakarta: Nuha M edika.

Nasution, 1994:73) Kedudukan posisi dalam struktur sosial keluarga

Ngadiyono (1998:46) Penddikan berdasarkan isi program dan penyelenggaraan Nutritional


Status of Children Under Five Years in Tulungagung Distr. Research Study,
1(4), 379–388. https://doi.org/10.20473/amnt.v1 .i4.2017.378-388

Notoadmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka

Novitasari A,2008).Masalah gizi Jakarta: Buku Kedokteran, EGC


33
Nursalam., (2013). Metodologi Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 5. Jakarta:
Salemba Medika

Proverawati dan Wati, (2011). Penggolongan balita berdasarkan usia Jakarta: Buku
Kedokteran, EGC

Ratifah, Supadi, & Mulida, S. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita.
Link.

Riskesdas 2018.. . Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 1–100. https://doi.org/1 Desember 2018

Riskesdas.2013. Upaya pemmbangunan dan penanggulangan masalah gizi oleh


pemerintah.,. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1
Desember 2013

Salimar, Hastuti, D., & Latifah, M. (2011). Hubungan Beban Kerja, Pengetahuan Ibu, dan
Pola Asuh Psikososial Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia2-5 Tahun Pada
Keluarga Miskin. Penelitian Gizi Dan Makanan,34(1), 39– 49.

Soekanto 2014.Variable status sosial ekonommi Sumber BPS Nagan Raya, tahun
http://ebookbrowse.com/contoh proposal-penelitian-gizi-2012-pdf-
d387660804

Soetjiningsih, C. H., (2012). Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan


Kanak-kanak akhir. Jakarta: Rendra Media Grup.

Soetjiningsih., (1995). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Perkembangan


Anak Taman Kanak-Kanak. E-CliniC, 3(1).Retrieved froz
https://ejournal.unsrat.ac.id/index .php/ eclinic /article/ view/ 6752/6276

Supriasa,I Dewa Nyoman, 2011.Penilaian status gizi.EGC,Jakarta http:// ebook


browse. com/ contoh -proposal-penelitian-status-gizi-pada- balita-
pdf-      d414764464  diakses tanggal 20 Maret 2020 balita.html diakses tanggal 02
Juni 2009

Toruntju, SA 2005. Faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat asupan zat
yodium pada ibu hamil didaerah endemik GAKY Kabupaten Gunung Kidul
Propinsi Derah Istiewah Jojakarta .Universitas Gadjah Madah.Tesis

34
Lampiran

35
Prosedur Pengukuran Status gizi Balita :

Cara melakukan pengukuran TB/PB, BB, dan IMT yaitu yang dilakukan sendiri oleh

peneliti , dengan prosedur pengukuran sebagai berikut :

1. Prosedur Penimbangan BB Dengan Mengunakan Alat Timbang Dacin :

i) Gantung dacin pada pelana rumah atau penyangga kaki tiga

ii) Dacin di periksa kembali pastikan sudah tergantug kuat ( dengan menarik kuat

batang dacin earah bawah )

iii) Sebelum timbangan digunakan ,bandul geser di letakan pada angka nol.

iv) Sarung timbang yang kosong dipasang pada dacin

v) Kemudian seimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung dengan cara

memasukan pasir kedalam kantung plastic di ujung batang timbangan

vi) Anak ditimbang , diseimbangkan sampai jarum timbang tegak lurus.

vii) Berat badan anak ditentukan dengan cara membaca angka diujung bandul geser.

viii) Hasil penimbangan di catat di atas secarik kertas beserta nama anak.

ix) Bandul geser dikembalikan ke angka nol, kemudian ujung batang dacin di

masukin ke tali pengaman , setelah itu anak diturunkan.

2. Prosedur Penimbangan BB Alat Timbang Elektronik

Penimbangan berat badan dengan mengunakan alat timbang elektonik dapat dilakukan

dengan cara berikut:

i.Pengukuran berat badan hendaknya dilakukan setelah sisa-sisa makanan diperut

kosong dan sebelum makan (waktu yang dianjurkan adalah di pagi hari).

ii. Letakkan alat timbangan berat badan di tempat yang datar.

iii. Sebelum melakukan penimbangan, hendaknya timbangan digital/jarum dikalibrasi

terlebih dahulu menggunakan berat standar.

36
iv. Jika hasilnya sesuai maka alat timbang dapat digunakan

v. Setelah alat siap. Mintalah subjek untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos

kaki), asesoris yang digunakan (jam, cincin, gelang kalung, kacamata, dan lain-lain

yang memiliki berat maupun barang yang terbuat dari logam lainnya) dan pakaian

luar seperti jaket. Saat menimbang sebaikya subjek menggunakan pakaian seringan

mungkin untuk mengurangi bias / error saat pengukuran.

vi. Setelah itu mintalah subjek untuk naik ke atas timbangan, kemudian berdiri tegak

pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke depan.

vii. Pastikan pula subjek dalam keadaan rileks / tidak bergerak-gerak.

viii. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (Kg).

3. Prosedur Pengukuran TB/PB :

a. Cara Pengukuran Tinggi Badan ( usia ≥2 tahun ) anak yang sudah bisa berdiri dengan

menggunakan Microtoice :

37
i. Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan hiasan

atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran

TB anak.

ii. Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan ukur . Mintalah si ibu

agar berlutut dengan kedua lutut di sebelah kanan si anak.

iii. Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di sebelah kiri anak tersebut. Ini

akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda untuk bergerak.

iv. Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-tengah

dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan tangan kanan anda sedikit di

atas mata kaki si anak pada ujung tulang kering, tangan kiri anda pada lutut si

anak dan dorong ke arah papan ukur/dinding. Pastikan kaki si anak lurus

dengan tumit dan betis menempel di papan ukur/dinding.

v. Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada ibunya

yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis padang si anak sejajar dengan

tanah . Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-

lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau telinga si anak.

Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala, tulang bahu

dan pantat menempel di papan ukur/dinding.

vi. Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang

vii. Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas

kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak

sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran dengan desimal satu di

belakang koma dengan melihat angka di dalam kaca pengukuran.

38
viii. Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan kiri anda dari

dagu si anak.

b. Pengukuran Panjang Badan ( usia < 2 tahun ) anak yang belum bisa berdiri

menggunakan alat Papan Ukur Panjang Badan :

i. Tempelkan alat pengukur pada permukaan keras yang rata, dianjurkan meja

panjang atau tempat tidur dengan satu bagian menempel di tembok. Tempelkan

bagian alat pengukur yang lebih panjang pada ujung yang menempel di tembok.

Tarik meteran pengukur hingga anda bisa melihat angka 0 pada garis merah dikaca

pengukur yang menempel di tembok. Prosedur ini sangat penting

untukmemastikan pengukuran yang akurat.

ii. Tempelkan ujung alat pengukur yang bukan menempel di tembok dengan

menggunakan paku, pastikan stabil dan tidak berubah-ubah. Setelah anda

memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil

iii. Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan keras yang rata

dengan memegang punggung si anak dengan satu tangan dan bagian bawah badan

dengan tangan lainnya.

iv. Dengan perlahan-lahan turunkan si anak ke atas permukaan keras tersebut dengan

bagian kaki menempel di tembok.

v. . Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur menghadap alat ukur agar

si anak lebih tenang.

vi. Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan menggunakan tangan

secara nyaman dan lurus, tempelkan kepala si anak ke bagian atas papan ukur

sehingga si anak dapat memandang lurus kearah depan.

39
vii. Garis pandang si anak harus tegak lurus dengan tanah. Kepala anda harus lurus

dengan kepala si anak.

viii. Pandanglah langsung ke mata si anak. Pastikan si anak berbaring di atas

permukaan keras.

ix. Tempatkan tangan kiri anda di ujung tulang kering si anak (sedikit di atas sendi

mata kaki) atau pada lututnya.

x. Tekanlah dengan kuat ke arah permukaan keras. Dengan menggunakan tangan

kanan anda, geserkan alat pengukur ke arah kepala si anak. Pastikan anda

menekan rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil

pengukuran.

4 . Menentukan IMT Balita :

Untuk mengetahui IMT Balita yaitu dengan cara perihtungan menggunakan Rumus

berikut:

Berat Badan ( Kg)

Tinggi Badan/Panjang Badan (m)2

Langkah –langkah dengan menggunakan kalkulator :

i. Masukan angka BB dalam Kg ( paling dekat 0,1)

ii. Tekan tombol bagi ( : atau / )

iii. Masukan angka TB/PB dalam meter

iv. Tekan tombol x2, maka akan muncu tinggi dalam kuadrat

v. Tekan tombol = maka akan muncul nilai IMT

Bulatkan angka IMT menjadi satu desimal dan catat hasilnya

(Dilon DHS, Fahmida U. 2007.)

40
BAB IV

HASIL DAN PEBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Gambaran umum lokasi peneitian


Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton
Desa bungi merupakan pemekaran dari desa matawia yang diresmikan pada 16
februari tahun 2011 . Perubahan Nama dan Batas Desa/ Dusun ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
berdasarkan usulan masyarakat dengan memperhatikan latar belakang sejarah dan
nilai-nilai budaya setempat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Maka terbentuklah Desa Bungi Kecamatan Wolowa wilayah Kabupaten Buton yang
dimana wilayah Desa Bungi terdiri atas:
1) Dusun Bungi;
2) Dusun Lahaji.

Dengan dibentuknya Desa Bungi , maka luas wilayah Desa Matawia berkurang
seluas wilayah Desa Bungi. Desa Bungi Kecamatan Wolowa mempunyai batas-
batas sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori;

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Matawia;

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Pasarwajo;

41
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wolowa.

2. Karakteristik sampel

Gambaran karakteristik sampel pada peneltian ini dapat diliat paada tabel 1.1 distibusi

frekuensi dibawah ini :

Tabel 1.1

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita Usia 0-5 Tahun Di Desa

Bungi Kecamatan Woowa Kabupaten Buton

Jenis kelamin %

n
Laki-laki 19 52,8
Perempuan 17 47,2
Total

100
36
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 36 sampel jumlah balita laki-laki lebih

banyak yaitu sebanyak 52,8 % (n=19) sedangkan balita perempuan berjumlah 47,2%

( n=17)

3. Tingkat pendapatan keluarga

Gambaran tingkat pendapatan keluarga pada peneltian ini di peroleh melalui

wawancara menggunakan kuisioner berdasarkan tingkat pengeluaran pangan dan

non pangan . Dapat dilihat pada tabel 1.2 distibusi frekuensi dibawah ini :

Tabel 1.1

Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga Yang Memiliki Anak Balita

Usia 0-5 Tahun Di Desa Bungi Kecamatan Woowa Kabupaten Buton

42
Kategori (pendapatan) n %
Cukup (>60%) 34 94,4
Kurang (<60%) 2 5,6
Total 36 100%
Bedasarkan tabel 1.2 di atas d ketahui bahwa dari 36 responden yang memiliki anak

balita usia 0-5 tahun ,yaitu dengan kategori pendapatan cukup terdapat 94,4% (n=34)

dan kategori dengan pendapatan rendah sebanyak 5,6% (n=2) .hal ini menunjukan

sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan yang cukup

4. Tingkat pendidikan ibu

Gambaran tingkat penddikan keluarga ( ibu) pada peneltian ini . Dapat dilihat pada

tabel 1.3 distibusi frekuensi dibawah ini :

Tabel 1.3

Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Keluarga (ibu) Yang Memiliki

Anak Balita Usia 0-5 Tahun Di Desa Bungi Kecamatan Wolowa Kabupaten

Buton
Pendidikan N %
Sarjana/S1 1 2,7
SMA 15 41,5
SMP 12 33,2
SD 8 22,6
TOTAL 36 100
Bedasarkan tabel 1.3 di atas d ketahui bahwa dari 36 responden yang memiliki anak

balita usia 0-5 tahun ,yaitu terdapat 2,7% (n=1) tingkat pendidikan SI, sedangkan

tingkat pendidikan SMA yaitu 41,5% (n=15) , untuk tingkat pendidkan SMP

berjumlah 33,2% (n=12), sedangkan untuk tingka tpendidikan SD terdapat 22,6%

(n=8). hal ini menunjukan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan

terbnyakk pada SMA.

5. Tingkat pekerjaan

43
44

Anda mungkin juga menyukai