Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mochamad Arif Mu’barok

Kelas : 2021A

NIM : 21040704134

RANGKUMAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

 Pengertian Ideologi
Secara etimologis ideologi merupakan gabungan dari dua kata majemuk yaitu idea
dan logos yang dalam bahasa yunani disebut eidos dan logos. Kata idea berarti ‘gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita’ sedangkan logos berarti ‘ilmu’. Secara sederhana
ideologi dapat diartikan suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran yang sedalam-
dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Sedangkan dalam arti luas merupakan
keseluruhan cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan-keyakinan yang dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif.[1]

 Unsur dan Fungsi Ideologi


Setiap ideologi idealnya mampu memenuhi 3 unsur yaitu mengandung seperangkat
keyakinan yang menjadi pedoman hidup, mengandung paradigma pengetahuan yang
menyediakan kerangka interpretasi dalam memahami realistis, dan mengandung dimensi
tindakan dalam realitas konkrit.
Dalam kaitan dengan pernyataan di atas, ideologi memiliki beberapa fungsi dalam
kehidupan yaitu :
1. Menstrukturkan pemahaman atau pemikiran sehingga dapat menetapkan tujuan dan
menginspirasi tindakan
2. Membentuk hakikat sistem sosial-politik
3. Berperan sebagai perekat sosial.[2]

 Jenis Ideologi Dalam Suatu Negara


Terdapat dua tipe ideologi dalam suatu negara secara umum. Kedua tipe tersebut adalah
1. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial. Ideologi tertutup
bersifat dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diubah atau dimodifikasikan
berdasarkan pengalaman sosial. Ideologi tertutup tidak bersumber dari masyarakat.
Ideologi ini berasal dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
Ideologi tertutup bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara totaliter, contohnya
Marxisme-Leninisme.[3]
2. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka merupakan penjabaran dari orientasi dasar. Dalam
pelaksanaan norma-norma sosial politik selalu berlandaskan dengan nilai dan prinsip
moral yang ada dalam masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan dalam
ideologi ini diperlukan kesepakatan yang demokratis dari masyarakat. Alasan inilah
yang membuat ideologi terbuka bersifat inklusif dan tidak totaliter yang dapat
melegitimasi kekuasaan kelompok orang. Ideologi terbuka hanya dapat terlaksana jika
terwujudnya sistem negara yang demokratis. Ideologi Pancasila di negara kita
merupakan implementasi dari ideologi terbuka.[4]

 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia bukanlah hasil dari pola pikir
seseorang yang kemudian dirumuskan sebagai ideologi. Pancasila merupakan nilai-nilai,
moral, dan budaya bangsa Indonesia yang sudah ada sejak bangsa Indonesia ada dan
bukan ideologi yang dipaksakan dari luar. Nilai-nilai tersebut tidak dapat langsung
tercipta melainkan melalui sebuah proses panjang yang terbuka dan demokratis yang pada
akhirnya perbedaan-perbedaan yang ada dapat dimusyawarahkan dalam sebuah
kesepakatan bersama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pancasila tidak bersifat tertutup
melainkan menempatkan diri sebagai ideologi terbuka.[5]

 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, melainkan
mengembangkan sifat keterbukaan. Dalam keterbukaan tersebut terdapat cita-cita dan
nilai-nilai yang mendasar dan bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat
operasional, oleh karena itu setiap kali harus dieksplisitkan. Sebagai suatu ideologi yang
bersifat terbuka maka pancasila memiliki dimensi sebagai berikut :

1. Dimensi Idealistis
Dimensi ini merupakan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
yang bersifat sistematis dan rasional. Hakikat nilai-nilai tersebut terkandung dalam
lima sila yang meliputi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Hal ini dapat diartikan bahwa idealistis Pancasila bersumber pada nilai-nilai filosofis
yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dalam setiap ideologi bersumber dari
pandangan hidup nilai-nilai filosofis. Idealisme yang terkandung ini mampu
memberikan harapan, optimisme, dan mampu menggugah semangat dalam menggapai
cita-cita.[6]
2. Dimensi Normatif
Dalam dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan
UUD NKRI 1945 yang memiliki kedudukan tertinggi dalam tertib hukum Indonesia.
Dalam pengertian ini maka pembukaan yang di dalamnya memuat Pancasila dalam
alinea IV, berkedudukan sebagai ‘staats fundamental norm’ (pokok kaidah negara
yang fundemental). Agar ideologi mampu dijabarkan ke dalam langkah operasional,
maka diperlukan norma yang jelas.[7]
3. Dimensi Realistis
Dalam dimensi realistis suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain
memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu
dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata (kongkrit) baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian
Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat ‘utopis’ yang hanya berisi ide-ide
yang bersifat mengawang, melainkan suatu ideologi yang bersift ‘realistis’ artinya
mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata.[8]

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka yaitu :

1. Nilai Dasar, yaitu hakekat dari kelima Pancasila mulai dari Ketuhanan Yang Maha
Esa hingga Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
2. Nilai Instrumental, merupakan nilai kebijakan, strategis, sasaran, serta cara
pelaksanaanya. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut
dari nilai-nilai dasar dalam rangka penyesuaian dalam pelaksanaan nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila
3. Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.[9]

DAFTAR PUSTAKA

[1] B. Hamja, “PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI


BANGSA,” Justisia., vol. 3, no. 9, pp. 11–20, 2017.

[2] Y. D. P. Pratiwi, “PERAN PANCASILA SEBAGAI FILTER IDEOLOGI BANGSA


(STUDI KASUS KONSEP NEGARA KHILAFAH),” J. DEFENDONESIA, vol. 4, no.
2, pp. 14–27, 2020.

[3] S. K. Azhari, “KONSTITUSI BERNEGARA,” J. Sosioteknologi, vol. 15, no. 2, pp.


319–322, 2016.

[4] Sutrisno, “PERAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM PERKEMBANGAN


KONSTITUSI DAN SISTEM HUKUM DINDONESIA,” J. Pancasila dan
Kewarganegaraan, vol. 1, no. 1, pp. 41–49, 2016.

[5] H. Muslimin, “TANTANGAN TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


DAN DASAR NEGARA PASCA REFORMASI,” J. Cakrawala Huk., vol. 7, no. 1,
pp. 30–38, 2016.

[6] Kaelan, Filsafat Hukum Pancasila Dan Semiotika Hukum Pancasila. Yogyakarta:
Paradigma, 2020.

[7] S. Poespowardojo, Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam berbagai bidang kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat, 1991.

[8] A. A. Agus, “RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI


ERA REFORMASI,” J. Off., vol. 2, no. 2, pp. 229–238, 2016.

[9] M. S. HARAHAP, “PANCASILA DALAM KONTEKS POSTMODERN,” J. Mitra


Manaj., vol. 5, no. 2, pp. 64–67, 2020.

Anda mungkin juga menyukai