TESIS
Oleh :
SILVIA PRIDANA
137160010
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Spesialis Prostodonsia
(Sp.Pros) dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SILVIA PRIDANA
137160010
Gigi tiruan penuh adalah salah satu pilihan perawatan pada kasus edentulus.
Pencetakan fisiologis merupakan bagian dari tahapan kerja perawatan gigi tiruan
penuh. Prosedur ini bertujuan untuk mendapatkan perluasan maksimal daerah
pendukung gigi tiruan penuh. Border molding dilakukan sebelum pencetakan
fisiologis pada perifer sendok cetak. Tahapan ini bertujuan untuk mencapai Periferal
seal sehingga gigi tiruan penuh yang retentif dapat tercapai. Ketepatan hasil border
molding dipengaruhi oleh bahan dan teknik yang digunakan. Bahan green stick
compound merupakan bahan border molding yang saat ini biasa digunakan, bahan ini
bersifat termoplastik yang mengakibatkan pendeknya waktu kerja sehingga
menyebabkan beberapa kelemahan pada hasil border molding. Polyvinylsiloxane
memiliki waktu kerja yang lama dan sifat bahan lainnya sehingga dapat mengatasi
keterbatasan pada bahan green stick compound. Polyvinylsiloxane memiliki beberapa
viskositas yang mempengaruhi sifat mekanis nya. Heavy body dan Putty merupakan
dua viskositas polyvinylsiloxane yang direkomendasikan sebagai bahan border
molding. Tujuan dari penelitian ini mengevaluasi pengaruh bahan dan teknik border
molding terhadap detail morfologi jaringan perifer dan retensi basis gigi tiruan pada
pasien edentulus RSGM USU. Dari masing masing subjek dibuat empat buah sendok
cetak fisiologis. Pada setiap sendok cetak dilakukan border molding menggunakan
salah satu bahan yaitu heavy body atau putty polyvinylsiloxane dengan teknik
fungsional manual manual. Sesudah pencetakan fisiologis kemudian dilakukan
pengukuran nilai retensi pada masing-masing sampel dengan menggunakan alat push
and pull gauge analog. Model hasil cetakan fisiologis kemudian di pindai dengan
digital scanner CAD/CAM kemudian detail morfologi jaringan perifer diukur
menggunakan software 3D builder. Signifikansi statistik ukuran sulkus vestibulum
dan nilai retensi menggunakan uji univarian dan uji T tidak berpasangan. Nilai rerata
dan standar deviasi ukuran detail morfologi jaringan perifer basis gigi tiruan pada
pasien edentulus di RSGM USU pada kelompok A dengan bahan border molding
heavy body dengan teknik fungsional pada regio anterior adalah (3,62 + 0,52) mm,
dan pada posterior (4,29 + 0,59) mm, kelompok B dengan bahan border moling
heavy body dengan teknik manual pada regio anterior adalah (3,48 + 0,59) mm, dan
pada posterior (4,31 + 0,69) mm. kelompok C dengan bahan border molding putty
dengan teknik fungsional pada regio anterior adalah (4,03 + 0,81) mm dan pada
daerah posterior (4,71 + 0,64) mm, dan kelompok D dengan bahan border molding
putty dengan teknik manual pada regio anterior adalah (4,00 + 0,80) mm dan pada
daerah posterior (4,51 + 0,80) mm. Nilai rerata dan standar deviasi retensi pada
kelompok A adalah (44.20 + 6.89), kelompok B adalah (42.20 + 5.28) N, kelompok
C adalah (48,00 + 6.65) N, kelompok D adalah (44.90 + 6.57) NPada penelitian ini
tidak terdapat nilai signifikan antara pengaruh pada kedua bahan dan teknik.
Berdasarkan penelitian ini bahan Putty polyvinylsiloxane dengan teknik fungsional
memiliki nilai retensi tertinggi dari keselurahan kelompok sampel.
Complete denture is an option for edentulous case. Final impression one of the
procedure in complete denture treatment, the aim of this procedure to get maximum
tissue support. Before final impression we need to do border molding to get periferal
seal to achieve a retentive denture. We need periferal seal to achieve a retentive
denture. An exact border molding record influenced by the material and technique.
Green stick compound is usually material nowdays, it has thermoplastik mechanical
properties that makes short working time and it makes some problems.
Polyvinylsiloxane have a long working time which come as material option that
resolved the green stick compound limitations. This material available in several
viscosity, which influence their mechanical properties. Heavybody dan Putty
recomanded as border molding material. This study aim to evaluate the effect of
border molding materials and techniques in morphologic detail of pheriferal tissue
and denture base retention. Four custom tray were made from each subject then
border molding procedure done with either heavy body or putty polyvinylsiloxane
material with fuctional or manual technique. Retention value measured after final
impression with analog push and pull gauge. Than working models were scanned
with digital scanner CAD/CAM and measured with 3D builder software. The
statistical significance of retention value and morphologic detail of pheriferal tissue
was test with univarian dan unpaired T test. Average value at morphologic detail of
pheriferal tissue on group A with heavy body polyvinylsiloxane and functional
technique at anterior region is (3,62 + 0,52) mm, and at posterior region is (4,29 +
0,59) mm, on group B with heavy polyvinylsiloxane and manualy technique at
anterior region is (3,48 + 0,59) mm, and at posterior region is (4,31 + 0,69) mm. on
group C with putty polyvinylsiloxane and functional technique at anterior region is
(4,03 + 0,81) mm and at posterior region is (4,71 + 0,64) mm on group D with putty
polyvinylsiloxane and functional technique at anterior region is (4,00 + 0,80) mm and
at posterior region is (4,51 + 0,80) mm. Avarange value of retention value at group A
is (44.20 + 6.89), group B is (42.20 + 5.28) N, group C is (48,00 + 6.65) N, group D
is (44.90 + 6.57) N. there is no significancy difference on both materials and
techniques. Based on this research putty polyvinylsiloxane with functional technique
are recommended for border molding procedure.
yang telah membesarkan, memberi kasih sayang yang tidak terbalas, doa,
kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta drg.Farhan atas semua doa
dan dukungan kepada penulis. Terima kasih penulis kepada anak anak
terkasih Athifa Farihan Naflah dan Anna Farhana Maryam atas pengertian
pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat
disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
kepada penulis selama penulisan tesis ini. Nasehat yang diberikan berupa
Universitas Sumatera Utara yang dalam penulisan tesis ini yang dengan
memberikan saran serta solusi kepada penulis selama penulisan tesis ini
motivasi yang tinggi dan selalu berfikir positif mencari jalan keluar
dan masukan serta solusi kepada penulis selama penulisan tesis ini
selama penulisan tesis ini. Tidak hanya sebagai tim penguji, penulis sangat
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Sumatera Utara atas
drg., Sp.Pros dan Aryani Dalmer, drg., MDSc., Sp. Pros serta staf aktif
pengajar, Prof. Slamat Tarigan, drg. MS., Ph.D; Eddy Dahar, drg.,
M.Kes; Ika Andryas drg., MSc, dan Hubban Nasution, drg., MSc yang
Sayid,
kepada penulis
sebagai sahabat terbaik penulis yang selalu memberi semangat, saran dan
terutama Selamat Suhard, drg, Ivana Lim drg dan Febriyani,drg beserta
kepada penulis.
penulisan tesis ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
Biodata Peneliti
4. Agama : Islam
No JUDUL PUBLIKASI
No JUDUL Kegiatan
Halaman
DAFTAR ISTILAH………………………………………………………… i
ABSTRAK………………………………………………………………….. ii
ABSTRACT………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………… v
2.1 Edentulus……………………………………………….. 13
2.2 Gigi Tiruan Penuh .................................................................. 16
2.3 Pencetakan Fisiologi………………………………………… 17
2.3.1 Prosedur Pencetakan Fisiologis .................................. 18
2.3.2 Sendok Cetak Fisiologis……………………………. 18
2.4 Border Molding ..................................................................... 20
2.4.1 Pengertian .................................................................. 20
2.4.2 Bahan .......................................................................... 20
2.4.2.1 Green Stick Modeling Compound .................. 20
2.4.2.1.1 Sifat Bahan………………………… 21
2.4.2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan………. 24
2.4.2.2 Tissue Conditioner ......................................... 25
2.4.2.2.1 Sifat Bahan………………………. . 25
2.4.2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan……… . 27
2.4.2.3 Polyvinylsiloxane ........................................... 27
2.4.2.3.1 Sifat Bahan……………………….. 27
2.4.2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan……… 32
2.4.3 Teknik………………………………………………. 33
2.4.3.1 Prosedur…………………………………….. 33
2.4.3.1.1 Fungsional………………………… 34
2.4.3.1.2 Manual…………………………… 36
2.4.3.2 Insersi…………………………………….…. 36
2.4.3.2.1 Incremental / Section ....................... 36
2.4.3.2.2 Single Step………………………… 38
2.5 Anatomis Pembatas Gigi Tiruan Penuh…………................. 40
2.5.1 Rahang Atas…………………………………………. 40
2.5.1.1 Vestibulum Labial………………………….. 41
2.5.1.2 Vestibulum Bukal………………………….. 41
2.5.1.3 Vibrating Line……………………………… 43
2.5.2 Rahang Bawah…………………………………….… 44
2.5.2.1 Vestibulum Labial…………………………. 44
2.5.2.2 Vestibulum Bukal……………………….… 44
2.5.2.3 Vestibulum Lingual……………………….. 45
2.6 Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Gigi Tiruan Penuh.. 45
2.6.1 Daerah Pendukung Gigi Tiruan……………… ........... 45
LAMPIRAN
2.11 Tegangan permukaan yang terjadi pada gigi tiruan penuh ……... 61
2.12 Verifikasi daerah post palatal seal menggunakan kaca mulut untuk
CAM………………………………………………………………….. 68
3.2 Alat Pull and Push scale untuk mengukuran retensi ……………….. 83
3.3 (A)Penentuan titik greater fovea palatina (B) Perkiraan tinggi linggir. 85
3.9 Uji coba sendok cetak fisiologis (A).Daerah labial, (B). Daerah bukkal,
3.10 Hasil border molding (A) Bahan Putty dengan teknik fungsional
(B) Bahan Putty dengan teknik manual (C) Bahan Heavy body
dengan teknik fungsional (C) Bahan heavy body dengan teknik
manual……………………………………………………………….. 91
PENDAHULUAN
Edentulus penuh merupakan suatu kondisi hilangnya seluruh gigi asli atau
keadaan tak bergigi pada rahang atas dan rahang bawah di dalam rongga mulut.
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, ataupun karena
trauma (Zarb 2012; Kumar L 2014). Edentulus mempunyai dampak negatif terhadap
dan kepercayaan diri (Nallaswamy 2005; Zarb dkk 2012 ; Kumar L 2014). Menurut
World Health Organization (WHO) Global Oral Data Bank pada tahun 2005,
prevalensi edentulus penuh pada usia lebih dari 65 tahun yaitu 58% di Kanada, 41%
Examination Survey di United State yang dilaksanakan dari tahun 2011-2012 hampir
19% edentulus penuh terjadi pada usia lebih dari 65 tahun, sedangkan pada usia 75
tahun keatas prevalensi edentulus penuh dua kali lebih banyak yaitu sebesar 26%
dibandingkan pada usia 65 – 75 tahun yang hanya sebesar 13%. Menurut laporan
Gigi tiruan penuh merupakan salah satu pilihan perawatan yang diberikan
kepada pasien edentulus penuh. Selain gigi tiruan penuh gigi tiruan dukungan implan
merupakan suatu pilihan. Tetapi terdapat beberapa persyaratan pada penggunaan gigi
Diakibatkan kedua hal tersebut maka perawatan gigi tiruan penuh masih merupakan
pilihan perawatan utama pada pasien edentulus. Gigi tiruan penuh adalah gigi tiruan
yang digunakan untuk mengganti seluruh gigi yang hilang pada rahang atas dan
rahang bawah yang didukung oleh mukosa, jaringan ikat, dan tulang (Zarb dkk 2012).
Salah satu tahapan perawatan gigi tiruan penuh adalah prosedur pencetakan
maksimal dari daerah pendukung gigi tiruan penuh. Berbagai bahan dan teknik
pencetakan dilakukan untuk mendapatkan hasil akurat cetakan gigi tiruan. Proses
border molding dilakukan sebelum pencetakan fisiologis. (Patel JR 2010; Zarb 2012;
Al-Judy 2015). Border molding adalah prosedur untuk mendapatkan ukuram daerah
perifer sendok cetak fisiologis dengan manipulasi jaringan lunak yang berdekatan
Tujuan border molding pada pembuatan gigi tiruan penuh adalah untuk mendapatkan
peripheral seal yaitu kontak rapat antara basis gigi tiruan penuh dengan mukosa di
sekeliling perifer batas gigi tiruan penuh untuk mencegah masuknya udara diantara
basis dengan mukosa (Irfan Q dkk 2010; Patel 2010; Zarb dkk 2012; Kumar2014).
Bahan border molding yang saat ini masih sering digunakan adalah green
stick modeling compound. Bahan ini memiliki keuntungan karena merupakan bahan
termoplastik yang dapat melunak secara mudah dan menjadi keras pada suhu ruang
dan rongga mulut. Bahan ini memiliki konduktivitas rendah yaitu sekitar 49 oC
(120oF) sampai 60oC (140oF) dan mengeras pada suhu 370 C. Proses border molding
distorsi sehingga penambahan dan koreksi dapat dilakukan dengan mudah. Sifat
termoplastik menyebabkan proses border molding memerlukan dua puluh empat kali
insersi yaitu delapan pada rahang atas dan enam belas pada rahang bawah. Hal ini
selain menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien juga memerlukan waktu kerja
yang lama. (Irvan dkk 2010; Sanjeef 2012). Selain itu pada manipulasinya
mengharuskan perendaman air panas selama lima sampai delapan detik atau aplikasi
dengan api secara langsung sehingga dapat menyebabkan peningkatan resiko infeksi
tetapi bahan ini memiliki kekurangan karena membutuhkan basis atau gigi tiruan
hipersensitivitas yang tinggi, baik pada pasien maupun operator. Chaffee dkk
adhesive sendok cetak fisiologis (dikutip dari Qureishi I dkk 2010). Polivinylsiloxane
merupakan salah satu alternatif pilihan dari bahan konvensional border molding.
Bahan polyvinylsiloxane atau biasa juga disebut dengan silikon addisi terdiri
dari polimer silikon yang mengandung vinil dan hidrogen yang berpolimerisasi
mengalami distorsi yang signifikan saat pencetakan pada daerah undercut, keakuratan
sampai dua puluh lima mikro dan tidak menghasilkan produk tambahan sehingga
tujuh hari setelah pencetakan. Waktu kerja polivinylsiloxane yang lama mencapai
tujuh menit menyebabkan proses border molding dapat dilakukan dalam 1 kali insersi
dengan akvasi otot secara fungsional yaitu gerakan aktivasi otot dilakukan oleh
mengharuskan insersi berulang. (Sanjeef 2012; Zarb dkk 2012; Kheur dkk 2015)
border molding yang secara simultan dalam satu tahap atau teknik single step
memberikan keuntungan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada satu sisi yang
dapat memengaruhi sisi yang lain. Keakuratan bahan cetak polyvinylsiloxane sangat
baik karena memiliki sifat bahan stabilitas dimensi dan elastic recovery yang tinggi
dan sangat tinggi. Perbedaan viskositas ini disebabkan perbedaan jumlah filler yang
terdapat pada masing-masing jenis polivinylsiloxane. Bahan filler yang terdapat pada
stability, tear strength, detail reproduction dan elastisitas. Tear strength diperlukan
untuk melewati daerah undercut tanpa menyebabkan kerusakan. (Zarb dkk 2012;
Moira PL dkk 2014; Aman K 2015). Dimensional stability pada viskositas rendah
teknik pencetakan Pada proses border molding viskositas putty merupakan yang
paling sering digunakan sedangkan medium body dan heavy body juga disebutkan
pasien edentulus penuh. (Mandikos 2008; Ona M dkk 2010; Zarb dkk 2012; Moira
Pentingnya detail morfologi jaringan perifer yang tepat pada gigi tiruan penuh
dipengaruhi bahan dan teknik border molding yang digunakan. Hal ini dikarenakan
sifat bahan yang digunakan harus dapat memenuhi ruang sulkus vestibulum dan
seluruh bahan berkontak dengan permukaan jaringan pada satu kali insersi secara
bersamaan pada saat otot dalam berfungsi. Perbedaan ukuran sulkus yang ditemukan
pada pada penelitian oleh Arora dkk 2015 dengan alat steriomikroskop diketahui
dengan beberapa bahan border molding yaitu tissue contioner, green stick
menemukan perbedaan yang signifikan antara ukuran sulkus vestibulum pada rongga
mulut dengan ukuran perifer basis gigi tiruan.sebesar 38 % pada ukuran kedalaman
dan 58% pada ukuran lebar vestibulum. Patel menyatakan ukuran ruang vestibulum
pada bahan putty polyvinylsiloxane secara signifikan lebih besar yaitu sebesar 22,77
sqmm dibandingkan dengan bahan lain seperti tissue conditioner sebesar 11,53 sqm ,
akrilik resin sebesar 14,12 mm dan green stick compound sebesar 20,50 sqmm (Patel
basis perifer gigi tiruan penuh karana memengaruhi peripheral seal (Sanjeef 2012;
Kumar L 2014)
Periferal seal adalah kontak antara batas gigi tiruan penuh dengan jaringan
yang berdekatan untuk mencegah masuknya udara atau benda lainya (Glossary of
Prosthodontics 2005). Hal ini merupakan salah satu faktor retensi gigi tiruan penuh.
Retensi gigi tiruan adalah daya tahan terhadap gaya yang melepaskan gigi tiruan
dalam arah yang berlawanan dengan arah pasang. Selain peripheral seal faktor
retensi lain yang bekerja pada gigi tiruan penuh adalah adhesi, kohesi, tekanan
atmosfer, kesejajaran dinding linggir alveolus, rotasi arah pasang, muskular, tegangan
menggunakan digital force gauge, push and pull gauge analog, modifikasi whipmix
earpiece facebow dan alat custom made. Penelitian yang dilakukan yang dilakukan
oleh Rizk (2008) diketahui bahwa terdapat perbedaan retensi gigi tiruan penuh pada
beberapa bahan border molding yaitu border molding dilakukan dengan green stick
modeling compound dengan bahan cetak zinc oxide eugenol yaitu 1311,2 gms , pada
medium body sebagai bahan border molding dengan light body sebagai bahan cetak
1640,7 gms, dan 3401,4 gms pada bahan border molding puty dengan bahan cetak
light body. Pada penelitian ini terlihat bahwa retensi pada puty polyvinylsiloxane
sebagai bahan border molding lebih tinggi dibandingkan ke dua bahan lainnya.
Qanunggo dkk (2016) menyatakan retensi dengan menggunakan green stick modeling
molding dengan heavy body polyvinylsiloxane yaitu 8.2650 kgf. Penelitian yang
dilakukan Yarapatineni dkk 2015 yang melihat retensi pada border molding dengan
bahan puty polivinylsiloxane yaitu sebesar 8011.43 gms, sedangkan pada Kheur dkk
bahan border molding (Yarapatineni dkk 2015; Kheur dkk 2015; Qanunggo dkk
2016)
computer aided manufacture (CAD / CAM) pada proses pembuatan gigi tiruan
pada penggunaan CAD / CAM sampai 20 µm. Pemindai digital ektra oral terbagi atas
dua jenis yaitu pemindai dengan sistem kontak dan nonkontak. Pada sistem non
kontak penggunaan sinar laser dengan prosedur triangulasi. Pemindai ini melakukan
pengumpulan data tiga dimensi dari model yang diambil dari proses pencetakan
1.2 Permasalahan
perawatan gigi tiruan penuh. Border molding merupakan salah satu tahapan penting
dalam proses pembuatan gigi tiruan yang bertujuan untuk mendapatkan rekam detail
morfologi jaringan perifer yang akurat. Terdapat berbagai bahan dan teknik untuk
fusing compound, yang merupakan bahan termoplastik yang memiliki titik lebur 45 0
dan mengeras pada suhu tubuh 37º sehingga memiliki waktu kerja pendek yang
membutuhkan beberapa kali insersi dengan aktivasi otot yang dilakukan operator.
Bahan compound juga merupakan bahan cetak yang memiliki viskositas yang tinggi
perifer.
Bahan polivylsiloxane merupakan salah satu pilihan dalam proses border molding
dikarenakan sifat bahan yang dimilikinya yaitu keakuratan dan waktu kerja yang
cukup panjang. Waktu kerja polivylsiloxane yaitu mencapai empat menit sehingga
bahan masih dalam keadaan elastik untuk dilakukan insersi one step dengan gerakan
fungsional oleh pasien. Gerakan fungsional pada single step border molding
memiliki kelebihan yaitu menunjukkan hasil rekam detail morfologi daerah perifer
lebih baik dibandingkan gerakan manual yang dilakukan oleh operator karena sesuai
tinggi dan sangat tinggi. Perbedaan viskositas ini dikarenakan jumlah filler yang
jumlah filler juga memengaruhi sifat bahan yaitu tensile stregth, tear strength dan
molding di atas, maka peneliti merasa perlu mengevaluasi pengaruh bahan dan teknik
border molding terhadap detail morfologi jaringan perifer dan retensi basis gigi tiruan
berikut :
menggunakan bahan border molding heavy body dan putty polyvinilsiloxane dengan
2. Berapa nilai retensi basis gigi tiruan dengan menggunakan border molding
heavy body dan putty polyvinilsiloxane dengan teknik fungsional dan manual pada
3. Apakah ada pengaruh bahan border molding heavy body dan putty
jaringan perifer basis gigi tiruan pada pasien edentulus di RSGM USU?
4. Apakah ada pengaruh bahan border molding heavy body, dan putty
polyvinilsiloxane dengan teknik fungsional dan manual terhadap retensi basis gigi
menggunakan bahan border molding heavy body, dan putty polyvinilsiloxane dengan
2. Mengetahui nilai retensi basis gigi tiruan menggunakan bahan border molding
heavy body dan putty polyvinilsiloxane dengan teknik fungsional dan manual pada
polyvinilsiloxane terhadap detail morfologi jaringan perifer basis gigi tiruan dengan
polyvinilsiloxane terhadap retensi basis gigi tiruan dengan teknik fungsional dan
bagian Prostodonsia tentang bahan dan teknik border molding yang digunakan pada
pencetakan fisiologis gigi tiruan penuh agar mendapatkan retensi gigi tiruan yang
maksimal.
2. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai bahan dan teknik border
molding
4. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai retensi basis gigi tiruan
penuh.
1.5.2.1 Klinis
Membantu dokter gigi dalam hal pemilihan bahan dan teknik border molding
pada proses pencetakan fisiologis gigi tiruan penuh pada pasien edentulus di RSGM
USU.
1.5.2.2 Laboratoris
Membantu dokter gigi dalam memberi informasi yang akurat tentang detail
morfologi jaringan perifer gigi tiruan penuh kepada tekniker pada pembuatan basis
gigi tiruan penuh agar tercapainya gigi tiruan penuh yang retentif.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Edentulus
Edentulus penuh merupakan suatu kondisi hilangnya seluruh gigi asli atau
keadaan tak bergigi pada rahang atas dan rahang bawah didalam rongga mulut.
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, ataupun karena
Menurut World Health Organization (WHO) Global Oral Data Bank pada tahun
2005, prevalensi edentulus penuh pada usia lebih dari 65 tahun yaitu 58% di Kanada,
41% di Finlandia dan 46% di Inggris. Berdasarkan National Health and Nutrition
Examination Survey di United State yang dilaksanakan dari tahun 2011-2012 hampir
19% edentulus penuh terjadi pada usia lebih dari 65 tahun, sedangkan pada usia 75
tahun keatas prevalensi edentulus penuh dua kali lebih banyak yaitu sebesar 26%
dibandingkan pada usia 65 – 75 tahun yang hanya sebesar 13%, hal ini menunjukkan
Pasien edentulus yang sebagian besar merupakan pasien lanjut usia yang
pelayanan kesehatan kesehatan yang khusus. Pertumbuhan usia lanjut usia secara
2014) .
2015) :
yaitu
Penyakit pada lanjut usia sering berbeda dengan dewasa muda, karena penyakit pada
lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Pusat data dan informasi kementrian
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada pasien lansia dalam perawatan prostodontik
(Tarigan AP 2015) :
Keadaan sistemik yang melemahkan keadaaan lanjut usia. Sering sekali hal ini
Pada pasien dengan penyakit kronis menjaga kebersihan rongga mulut merupakan
cara yang paling mudah dan efektif untuk mencegah terjadinya karies dan penyakit
periodontal.
Perubahan neurophysiological :
Berat otak kurang lebih 350 gr pada saat kelahiran pada saat kelahiran
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai
menurun pada usia 45 – 50 tahun penurunan kurang lebih 11 % dari berat maksimal.
Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10 % selama usia 20-90 %. Otak
mengandung lebih dari 100 juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi
menyalurkan impuls listrik dari susunan syaraf pusat pada penuaan otak kehilangan
100.000 neuron/ tahun. Neuron dapat mengirimkan sinyal kepada beri- ribu sel lain
Fungsi organ pada sistem syaraf pusat menurun seiring pertambahan usia , hal ini
membatasi kapasitas pergerakan otot-otot pada lanjut usia. Hal ini menyebabkan
Ciri- ciri kepribadian dasar mungkin tetap stabil sepanjang masa tua, namun
diprediksi perubahan relatif dapat terjadi pada aspek lain dari kepribadian seseorang.
Pola perubahan kepribadian mental dan sikap lansia merupakan interaksi kompleks
dari pengalaman masa lalu, ketuaan fisiologis dan perubahan sosial ekonomi lansia.
Perubahan dalam kemampuan fisik, penampilan dan serta peranan lansia tersebut
Terjadinya atropi yang progresif pada otot otot pengunyahan, labial dan bukal
merupakan gejala dari proses penuaan. Atropi pada otot- otot pengunyahan secara
Gigi tiruan penuh merupakan salah satu pilihan perawatan yang diberikan
kepada pasien edentulus penuh. Gigi tiruan penuh adalah gigi tiruan yang digunakan
untuk mengganti seluruh gigi yang hilang pada rahang atas dan rahang bawah yang
didukung oleh mukosa, jaringan ikat, dan tulang (Zarb dkk 2012).
maksimal dari keseluruhan jaringan pendukung dan struktur pembatas gigi tiruan
penuh dan menghindari jaringan yang bergerak ketika gerakan fungsional (Park C
Prinsip dasar yang harus diikuti pada proses pencetakan adalah (Zarb dkk
Hasil pencetakan harus mencapai jaringan pendukung dan pembatas gigi tiruan
Batas perifer pencetakan harus harmonis dengan batas fungsional dan antomis
Mekanisme arah masuk sendok cetak sesuai dengan keadaan linggir dan jaringan
Permukaan hasil cetakan harus sesuai dengan permukaan jaringan dan ukuran
mengkombinasi teknik mucostatic dan teknik penekanan pada bagian stress bearing
area dengan non stress bearing area yang memerlukan relief (Tiwari P dkk 2014).
pendukung dalam keadaan sehat, tidak terdapat inflamasi yang dapat menyebabkan
dengan jaringan yang sudah sembuh. Untuk menghindari hal tersebut apabila pasien
sedang menggunakan gigi tiruan lama maka pasien diinstruksikan untuk tidak
melakukan penolakan maka penggunaan tissue conditioner dapat dilakukan (Zarb dkk
2012).
untuk mendapatkan perluasan maksimal. Pada bagian perifer sendok cetak dilakukan
pengurangan dua sampai tiga mm sebagai tempat bahan border molding. Relief
dilakukan pada frenulum, batas sendok cetak harus mencapai batas vibrating line
dan hamular notch. Prosedur try in harus dilakukan sebelum pencetakan fisiologis
dan apabila terdapat overextension sendok cetak maka dilakukan pengurangan. Wax
digunakan sebagai spacer dengan ketebalan 1-2 mm. Keseluruhan perifer dan daerah
posterior palatal seal tidak boleh tertutupi oleh bahan spacer karena akan diisi oleh
bahan border molding. Bahan border molding ini mengisi keseluruhan sulkus
alveolus. Batas sendok cetak ditandai dengan pulpen yang tidak bisa dihapus pada
Jika hasil pencetakan akurat dan basis sendok tepat sesuai dengan hasil
pencetakan, maka akan terbentuk kontak langsung antara basis dengan mukosa. Jika
batas perifer basis terlalu pendek maka jaringan akan terlihat di sulkus, jika basis
terlalu panjang dari jaringan akan terjadi lompatan elastik yang akan mendesak
peripheral seal dan gigi tiruan menjadi tidak retentif. Evaluasi panjang sendok cetak
2.4.1 Pengertian
cetak fisiologis dengan manipulasi jaringan lunak yang berdekatan dengan batas
bentuk dan ukuran sulcus vestibulum (Glossary of Prosthodontics 2005). Proses ini
peripheral seal yang optimal. Tujuan utama proses border molding untuk
terlipat ketika berfungsi. Hal ini akan membentuk retensi gigi tiruan penuh yaitu
terbentuknya peripheral seal disekitar tepi basis gigi tiruan penuh untuk mencegah
masuknya udara ketika dalam keadaan istirahat maupun berfungsi (Arora dkk 2015,
pencetakan merupakan bagian yang paling dapat dilihat dikarenakan pada bagian ini
terdapat otot yang memiliki serat serat. Evaluasi hasil proses border molding harus
dalam keadaan membulat, tidak terpat penonjolan sendok cetak fisiologis pada
daerah border molding (dikutip dari Arora dkk 2015,Mittal S dkk 2012).
2.4.2 Bahan
Penggunaan bahan ini sebagai bahan border molding pertama sekali dilakukan oleh
Green bersaudara pada tahun 1907, kemudian diperkenalkan secara luas pada tahun
merah atau batangan berwarna hijau, merah dan abu-abu, perbedaan warna ini
menunjukkan perbedaan suhu lebur dari masing masing bahan. Komposisi bahan
compound adalah malam dan resin termoplastik yang merupakan bahan utama
masih hangat, yaitu sekitar 45o C dan mengeras pada rongga mulut yaitu pada suhu
37o. Untuk melunakkan bahan dibutuhkan pemanasan dengan api atau perendaman
dengan air panas yang terkendali untuk mencapai suhu yang melukkan bahan. Pada
penggunaan api secara langsung, bahan compound tidak boleh dipanaskan sampai
mendidih dan menguap begitu juga dengan pengunaan perendaman air panas,
perendaman yang terlalu lama atau suhu yang terlalu panas akan menyebabkan unsur
molekul yang ringan akan terlepas yang menyebabkan meningkatnya kerapuhan dan
/atau keburaman bahan. Proses border molding bahan compound harus dilakukan
dengan suhu yang tepat agar bahan secara perlahan berubah menjadi keadaan plastis.
Keseluruhan bahan harus dalam keadaan lunak ketika diletakkan pada sendok cetak
dan tetap dalam keadaan plastis ketika proses border molding dilakukan. Ketika
sendok cetak diletakkan pada mulut, harus dalam keaadaan posisi pasif sampai suhu
compound menurun dibawah suhu lebur nya. Sendok cetak baru boleh dikeluarkan
ketika bahan compound mencapai suhu rongga mulut. Percikan air dingin pada
sendok cetak dilakukan pada rongga mulut untuk mencapai pengerasan yang
maksimal ketika sendok cetak dikeluarkan dari rongga mulut. (Zarb dkk 2012)
bahan cetak lainnya. Tingginya viskositas ini secara signifikan mempengaruhi dua
hal, yaitu mempengaruhi detail hasil cetakan dan karakteristik compound sebagai
Sumber : Mccabe JF. Anderson’s (1985). Anderson’s applied dental materials. Six
edition. Blackwel sientific publications
No Bahan Cetak Viskositas (Pas)
1 Compound 4000
2 Impression plaster 60
4 Alginate 50
Bentuk balok : Bahan cetak untuk gigi tiruan penuh, bahan ini melunak
fisiologis
Biasanya digunakan pada pencetakan anatomis pada jaringan lunak. Lalu digunakan
sebagai sendok cetak untuk mendukung bahan cetak kedua zinc oxide pasta,
1. Bahan ini memiliki suhu lebur yang sangat rendah oleh karena itu dibutuhkan
waktu untuk mencapai pemanasan dan pendinginan. Stress yang disebabkan tekanan
menyebabkan distorsi pada saat pengerasan bahan, yaitu ketikan sendok cetak
dikeluarkan dari rongga mulut, bahan masih dalam keadaaan pendinginan yang tidak
sempurna karena bagian dalam dari bahan compound masih dalam keadaan lunak.
meyebabkan daya alir yang berlebih pada suhu ronggu mulut yang menyebabkan
3. Sendok cetak yang digunakan harus cukup kuat dan keras untuk mendukung
Bahan green stick modeling compound memiliki beberapa keuntungan yaitu (Arora
perendaman beberapa saat, di bilas dengan dan air lalu diisi secepatnya.
Bahan green stick compound memiliki kekurangan ( Zarb dkk 2012; Arora
dkk 2015) :
rinci
Memiliki waktu kerja yang pendek sehingga tidak terdapat cukup waktu untuk
compound tetapi ketersediaan alat tersebut masih terbatas serta harga yang mahal
Pentingnya hasil detail morfologi perifer yang tepat pada gigi tiruan penuh
dipengaruhi jenis bahan border molding yang digunakan. Hal ini dikarenakan oleh
sifat bahan yang digunakan harus dapat memenuhi jaringan sulcus vestibulum
ronggga mulut dan seluruh bahan berkontak dengan seluruhan permukaan jaringan
pada satu kali insersi secara bersamaan sehingga periferal seal basis gigi tiruan penuh
dapat tercapai. Perbedaan lebar sulkus yang ditemukan pada pada penelitian oleh
Arora dkk 2015, yaitu lebar dan tinggi sulkus dengan beberapa bahan border molding
yaitu green stick modeling compound, memiliki perbedaan yang signifikan sebesar
Tissue conditioner atau merupakan short term soft liner yang memiliki
sifat lunak, resilient, dari bahan methacrilate resin yang biasanya digunakan sebagai
bahan liner sementara. Keadaan lunak tissue conditioner merupaka proses fisika yang
tidak menyebabkan reksi kimia atau menghasilkan zat monomer yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Pada saat pengadukan antara bahan bubuk dan
bulatan kecil methcrylate yang dapat mengembang. Keadaan lunak ini melibatkan
rantai polimer luar yang berdampingan dengan bulatan bulatan kecil yang sedang
mengembang, yang menghasilkan jel yang lengket dan sifat kohesi yang tinggi. Pada
penggunaan sebagai soft liner, tissue conditioner dianjurkan diganti setiap 3-4 hari.
Hal ini dilakukan karena bahan ini akan kehilangan sifat viskoelastiknya.
1. Bubuk, yang terdiri dari polymer/ liquid yang biasanya terbentuk dari
2. Cairan, berisi campuran ethyl alchohol sebagai solvent dan aromatic ester
border molding yang paling fungsional dan fisiologis karena memiliki sifat bahan
yang mengalir dalam jangka waktu yang panjang (Arora dkk 2015). Fase kritis pada
penggunaan tissue conditioner pada saat menuangkan pada sendok cetak karena
memiliki karakteristik plastis maka proses penempatan sendok cetak pada rongga
untuk merosot pada waktu pengerasan dibutuhkan sendok cetak atau basis yang dapat
didukung secara adekuat. Pada daerah post palatal seal harus diberi tanda pada model
fisiologis karena pada periode plastis, tissue conditioner tidak memiliki kekuatan
yang cukup untuk menggerakkan jaringan pada daerah ini (Baslav V dkk 2014)
Bersifat hidrofillia
Dapat mengalir secara simultan dibawah tekanan dan hal ini berbanding terbalik
dengan waktu walaupun berubah menjadi kaku tetapi tidak kehilangan sifat
resilientnya
adalah :
2.4.2.3 Polyvinylsiloxane
lainnya dan platinum cast sebagai katalis dan bahan retarder untuk mengkontrol
waktu pengerasan. Waktu kerja polyvinylsiloxane selama dua sampai 4 menit dan
waktu pengerasan selama tiga sampai tujuh menit (Zarb dkk 2012).
dan hydrogen yang dapat berpolimerisasi dengan tambahan katalis platinum salt
stabilitas dimensi yang baik. Karena ketidakmurnian dan kelembapan yang dengan
reaksi keduanya dapat terjadi antara hydrates dengan kelembapan menghasilkan gas
terperangkapnya gas pada model gipsum yang pada akhirnya mengurangi ikatan
dimodifikasi untuk mencegah terbentuknya gas hydrogen (Zarb dkk 2012) (gambar
2.2).
paling baik diantara bahan cetak lainnya, dan juga memiliki akurasi dimensi yang
baik karena tidak menghasilkan produk samping dari reaksi polimerisasinya dan
curing shrinkage yang rendah yaitu sebesar 0,17% dan deformasi permanen 0,05 - 0,3
% serta stabilitas dimensi yang tinggi sehingga tidak harus dilakukan pengisian
suhu dan ketebalan bahan cetak. Perubahan dimensi terbesar ketika polyvinylsiloxane
disimpan pada suhu yang tinggi. Suhu yang dianjurkan adalah 21 + 2 o C. Ketebalan
perubahan dimensi yang dapat terjadi. Suhu juga mempengaruhi waktu kerja
polyvinylsiloxane. Waktu kerja dimulai dari saat pengadukan sampai berakhirnya fase
plastis dari bahan. Selain mempengaruhi stabilitas dimensi suhu yang lebih tinggi
juga mempercepat waktu kerja. Dikarena sifat stabilitas dimensi yang dimiliki
sendok cetak dapat menyebabkan deformasi, sehingga dibutuhkan adhesive tray pada
polyvinylsiloxane dengan bahan resin akrilik adalah sekitar 0,13 sampai 1,09 MPa
Sifat mekanis bahan yang kuat dapat menahan berbagai gaya yang
melepaskan tetapi masih memiliki kestabilan dimensi dan integritas. Tear strength
pelebaran pada tempat yang terkonsentrasi tekanan yang tinggi berupa kerusakan,
atau deformasi. Chai dkk dalam penelitian yang membandingkan berbagai bahan
menyebabkan tidak rusaknya hasil cetakan melewati jaringan yang memiliki undercut
polyvinylsiloxane terbagi atas beberapa viskositas yaitu rendah, medium, tinggi dan
sangat tinggi. Perbedaan viskositas ini disebabkan oleh perbedaan jumlah filler.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan semakin banyak jumlah filler maka semakin
perubahan dimensi lebih banyak dikarenakan sedikitnya jumlah filler yang ada.
gaya yang disebabkan oleh beban yang cenderung untuk meregangkan atau
stregth dan tensile strength lebih baik dibandingkan polyvinylsiloxane light body.
besar viskositas bahan polyvinylsiloxane maka semakin besar efek dari shear
thinning. Keuntungan dari bahan ini adalah keakuratan yang lebih baik disebabkan
oleh karena memiliki waktu kerja yang lebih panjang yaitu 4 menit (Irfan dkk,2010).
Detail reproduction pada light body polyvinylsiloxane adalah mencapai lebar 0,02
mm dan light body polyvinylsiloxane dapat mencapai garis 1-2 ųm. Dimensional
stability pada viskositas rendah memiliki perubahan yang terbesar yaitu penyusutan
untuk mendapatkan detail morfologi sulcus vestibulum rongga mulut pasien edentulus
penuh. (Anusavic dkk 2013, Ona M dkk 2010; Mandikos 2008; Aman K 2015; Zarb
dkk 2012; Moira PL dkk 201; Dauo EE 2009; Madhav VN dkk 2012)
resopsi yang cukup parah karena dapat meminimalisir tekanan pada jaringan mukosa.
Pada proses border molding viskositas putty merupakan yang paling sering digunakan
sedangkan medium / regular body serta heavy body juga disebutkan oleh peneliti.
Patel menyatakan ukuran ruang vestibulum pada bahan putty polyvinylsiloxane secara
seperti tissue conditioner sebesar 11,53 sqmm, akrilik resin sebesar 14,12 mm dan
green stick compound sebesar 20,50 sqmm (Rizk FN 2008; Patel dkk 2010 Aman
2015).
bentuk pasta, sedangkan pada bahan viskositas tinggi yaitu putty terdapat dalam
sediaan dua buah wadah yang terdiri basis dan katalis. Dikarenakan sifat bahan yang
memiliki sifat shear thinning atau kemampuan menipis dalam tarikan maka bahan
masuknya udara, kontaminasi lebih kecil,dan waktu pengadukan yang lebih singkat
Memiliki waktu pengerasan yang cukup lama yaitu sampai tiga sampai tujuh
pasien
Membutuhkan jumlah insersi minimal yaitu satu kali pada setiap rahang.
mengalami kerusakan
maka permukaan jaringan lunak harus dalam keadaaan kering sebelum dilakukan
proses pencetakan. Hal ini dikarenakan struktur kimia yang mengandung grup
2.4.3 Teknik
2.4.3.1 Prosedur
mendapatkan cetakan otot- otot perifer gigi tiruan penuh. Pada rahang atas Hal ini
dilakukan pada bagian labial, bukal dan daerah posterior palatal seal. Aktifasi otot
ini disesuaikan dengan bahan border molding yang digunakan karena sifat bahan
pasien dapat melakukan sendiri proses ini karena bahan ini memiliki waktu kerja
2.4.3.1.1 Fungsional
Prosedur gerakan otot pada proses border molding, yaitu (Zarb dkk 2012):
Rahang atas
1. Labial :
penonjolan frenulum
2. Lateral posterior :
3. Hamular notch :
Pasien menyebutkan kata “ah” lalu dilakukan palpasi pada daerah batas
palatum keras dengan palatum lunak lalu dilakukan valsava maneuver, yaitu :
pasien diminta mengeluarkan udara melalui hidung sambil menutup kedua lubang
hidung.
Rahang bawah
2. Bucal shelf :
3. Messetric notch :
4. Retromolar pad :
Pasien membuka lebar lalu menutup mulut dengan dagu yang ditahan.
5. Fossa Retromylohyoid :
Bahan border molding ditekankan pada daerah fossa, lalu menjilat bibir
Pasien menjilat bibir atas dan bawah dari kiri ke kanan pipi lalu menekankan
Tujuan penekanan jaringan pada daerah posterior palatal seal (zarb dkk
2012) :
1. Batas perifer basis gigi tiruan penuh sebagai tempat lidah sewaktu penelanan
dan berbicara
2.4.3.1.2 Manual
jaringan vestibular disekitar perifer sendok cetak melakukan beberapa gerakan pada
otot pipi dan bibir pasien, Jadkensen dan Redcle menyatakan gerakan border molding
secara manual menyebabkan ketegangan pada otot otot pipi dan bibir yang
menyebabkan kurangnya panjang tepi basis gigi tiruan ketika otot-otot kembali pada
posisi istirahat. Sebaliknya batas perifer gigi tiruan penuh harus berkontak secara
pasif dengan otot-otot sekitarnya ketika dalam keadaan istirahat (dikutip dari Arora
dkk 2015).
2.4.3.2 Insersi
Teknik Konvensional border molding menggunakan green stick
compound yang membutuhkan dua puluh empat kali insersi karena sifat bahan yang
yang lebih lama pada proses pengerjaan keseluruhan proses border molding,
sedangkan pada bahan border molding elastomer yang memiliki waktu kerja yang
lebih panjang sehingga dapat dilakukan dalam satu kali insersi (Qureshi I dkk 2010).
Pengertian
Teknik ini membutuhkan insersi berulang dari bahan border molding karena
menggunakan bahan green stick modeling compound yang merupakan bahan yang
menpunyai titik lebur yang sangat rendah, yaitu melunak pada suhu 49 oC (120oF) dan
penggunaan api secara langsung untuk melunakkan bahan, tetapi proses ini tidak
green stick modeling compound di rendam ke dalam air panas dengan suhu > 49 oC
sekitar 5-8 detik untuk mendapatkan waktu kerja yang cukup (Annusavice 2012; Park
C dkk 2016 ).
evaluasi hasil border molding dapat dilakukan pada setiap insersi, apabila terdapat
Kesalahan yang sering terjadi pada proses border molding dengan teknik
disekitar perifer sendok cetak melakukan beberapa gerakan pada otot pipi dan bibir,
sedangkan penekanan pada pipi dan bibir bukan termasuk gerakan kontraksi fisiologis
otot pipi dan bibir. Ketika terjadi kontraksi otot, panjang otot menjadi berkurang dan
terbentuklah bentuk belly pada otot tersebut Kekurangan lain pada teknik incremental
api dan air panas untuk melunakkan bahan, pada operator yang kurang
berpengalaman dapat secara tidak sengaja melukai jaringan sehingga pasien memiliki
kecemasan terhadap rasa sakit menyebabkan pasien tidak dapat dalam keadaan
relaksasi ketika proses border molding, selain itu dapat menyebabkan infeksi silang.
Apabila evaluasi hasil border molding pada satu daerah tidak tepat maka kesalahan
yang mempengaruhi daerah yang lainnya. (Mittal S dkk 2012,Qanungo dkk 2016,
pelunakan dan pengerasan bervariasi pada beberapa bagian dari sendok cetak
fisiologis tergantung pada pemanasan di luar rongga mulut, hal ini membuat
terjadinya perbedaan viskositas pada setiap bagiannya. Pada daerah compound yang
memiliki viskositas tinggi menyebabkan penekanan yang lebih besar dan pada daerah
Pengertian
dilakukan secara simultan dalam satu kali insersi pada setiap rahang. Bahan border
molding yang digunakan untuk teknik single step harus dapat mengalir dengan
yang terus menerus terhadap jaringan lunak yang berubah-ubah ketika terdapat
merupakan beberapa bahan yang direkomendasikan untiuk border molding sigle step
dikarenakan sifat yang dimilikinya yaitu seperti lamanya waktu kerja (Rizk FN 2008,
perifer sendok cetak fisiologis, hanya memerlukan satu kali insersi, keakuratan yang
tinggi, stabilitas dimensi yang baik dan mudah dimanupulasi. Penggunaan bahan
putty polyvinylsiloxane sebagai bahan border molding dilakukan dengan cara setelah
pengadukan bahan, lalu dipuntir setebal 3-4 mm disekelililng perifer sendok cetak
polyvinylsiloxane sebagai bahan border molding pada saat akan dikeluarkan dari
rongga mulut, dengan ujung jari dilakukan tidak terdapat lekukan permanen yang
terjadi akibat penekanan tersebut. Apabila terdapat bagian dari sendok cetak terlihat
pada daerah border molding, itu menandakan pada daerah tersebut mengalami
1. Menghindari terjadinya kesalahan yang simultan akibat kesalahan pada salah satu
2. Membutuhkan jumlah insersi minimal yaitu dua kali untuk kedua rahang
3. Karena waktu kerja yang cukup panjang, sehingga pasien dapat melakukan
gerakan fungsional dalam proses border molding.
Kekurangan pada teknik single step border molding , adalah:
Gerakan fungsional yang dilakukan pasien bergantung dengan keadaan muskular
pasien
Pada rahang atas struktur pembatas terbagi atas tiga area yaitu vestibulum
labial yang berada diantara kedua yaitu frenulum bukal yang terdapat pada sisi labial,
vestibulum bukal yang berada pada frenulum bukal sampai hamular notch, dan
vibrating line yang membentang diantara kedua hamular notch (Zarb dkk 2012).
Terbagi dua atas vestibulum labial kanan dan kiri oleh frenulum labial yang
merupakan lipatan membran mukosa pada median line. Frenulum ini tidak
mengandung otot dan tidak dapat bergerak dengan sendirinya. Bagian atas frenulum
linggir alveolus. Takik pada gigi tiruan penuh harus memiliki lebar dan kedalaman
yang cukup untuk dilalui frenulum saat pasien menggerakkan bibir atas. Orbicularis
oris merupakan otot utama bibir yang membentuk permukaan luar vestibulum labial.
Otot ini mendapakan dukungan dari labial flage gigitiruan dan posisi gigi anterior
pada gigi tiruan penuh. Serat-serat otot orbicularis oris melewati secara horizontal
antara bibir dan anastomose serat-serat otot buccinators. Disebabkan serat-serat otot
berada pada arah horizontal maka otot orbicularis oris hanya mempengaruhi secara
tidak langsung perluasan basis gigi tiruan penuh. Frenulum bukal membentuk garis
terpisah vestibulum bukal dan labial. Frenulum ini dapat berbentuk lipatan sendiri,
berdua ataupun berbentuk kipas yang belebar. Otot otot levator anguli oris terikat
frenulum keluar dan otot buccinators mendorong kearah belakang (Zarb dkk 2013).
Vestibulum bukal berada pada arah berlawanan dari tuberositas meluas dari
disebabkan kontraksi otot buccinators, posisi rahang bawah dan luasnya kehilangan
tulang pada rahang atas. Ukuran dan bentuk akhiran pada distal buccal flange gigi
tiruan penuh harus disesuaikan dengan ramus dan procesus corononoid rahang bawah
dan kepada otot masetter. Ketika rahang bawah terbuka dan digerakkan kearah
penekanan yang kuat, akan mengurangi ukuran ruangan distal dari buccal flange gigi
tiruan penuh. Perluasan vestibulum bukal dapat tidak tepat karena tidak terlihatnya
pemeriksaan pada saat mulut hampir dalam keadaan tertutup. Ruangan ini biasanya
lebih diatas dari batas lainnya. Dasar dari membran mukosa vestibulum bukal sama
dengan yang terdapat pada vestibulum labial. Pada distal frenulum bukal dan pada
bagian atas yang dapat di palpasi terdapat akar dari tulang zygoma. Hamular notch
merupakan batas pada distal vestibulum bukal yang terletak diantara tuberositas
dengan hamulus plat medial ptrygoid, hal ini dapat di palpasi atau menggunakan
Batas vestibulum bukal rahang atas adalah tulang alveolus, mukosa bukal, bukal
frenulum, dan hamular notch. Ukuran lebar dan dalam vestibulum bukal pada setiap
individu bervariasi, salah satunya dipengaruhi resorpsi linggir alveolus yang dimulai
cenderung menjadi lebih lebar, dangkal dan memiliki lekukan yang berkurang
permasalahan retensi yaitu hilangnya peripheral seal ketika pasien tertawa atau
“ah” dan palatum lunak akan terlihat terangkat. Gerakan ini hampir tidak terlihat pada
daerah anterior, hal ini terjadi disebabkan aponeurosis dan serat-serat otot tensor veli
palatine, jaringan kelenjar dan mukosa. Semua jaringan yang disebutkan diatas dapat
menyebabkan hilangnya retensi gigi tiruan. Jika bergeser beberapa millimeter lebih
palatum lunak. Batas luar vibrating line berada pada pada garis yang menghubungkan
kedua hamular notch, pada daerah midline biasanya berada pada 1-2 mm di depan
fovea palatine. Batas posterior basis gigi tiruan penuh harus meluas sampai vibrating
Post palatinal seal merupakan daerah antara anterior dan posterior vibrating line
yang terdapat diantara kedua tuberositas dan berbentuk seperti garis bibir atas. Garis
vibrating line anterior merupakan batas peralihan antara jaringan yang tidak bergerak
pada palatum keras dengan jaringan yang dapat sedikit bergerak pada palatum lunak.
Posisi vibrating line dapat diketahui dengan melakukan valsava manuver yaitu pasien
diminta untuk menghembuskan udara dalam keadaan lubang hidung yang ditutup
dengan jari, selain itu dapat juga dengan metode sharry yaitu dengan meminta pasien
menyebutkan “ah” dengan suara keras. Penentuan vibrating line posterior didapatkan
dengan meminta pasien mengatakan “ah” pelan dan pendek. Fovea palatine secara
klinis terlihat berupa lekukan pada midline mukosa palatum. (Zarb dkk 2012; Goyal S
dkk 2014 ).
labial sampai frenulum bukal. Lipatan mukolabial meluas dari bagian dalam bibir
dengan ke rahang bawah. Otot- otot mentalis pada daerah ini masuk sangat dekat
dengan puncak linggir dan membatasi perluasan basis baik dalamukuran panjang
ataupun ketebalannya. Frenulum labial terdiri dari serat serat otot orbicularis oris.
Kedua otot-otot ini sangat aktif pada saat membuka mulut lebar dan mengurangi
ukuran batas perifer basisi gigi tiruan penuh (Zarb dkk 2012).
bukal kearah lateral posterior dari retromolar pad. Pada daerah ini basis sangat lebar.
Otot buccinators meluas dari medius anterior dan serat seratnya berakhir pada raphe
dari arah oklusal untuk mengaktifir otot masetter akan menyebabkan membesarnya
otot buccinators, membentuk massetteric notch pada lateral posterior basis gigi tiruan
Daerah lingual basis gigi tiruan penuh dibatasi oleh otot mylohyoid, dan
dipengaruhi oleh gerakan gerakan yang dilakukan oleh otot mylohyoid. Otot ini
berada pada anterior dari kelenjar sublingual. Batas basis dapat menjadi lebar pada
pertengahan karena otot mylohyoid mulai belekatan dekat dengan puncak linggir.
Lidah harus digerakkan keluar untuk menjilat bibir atas dan bawah serta pipi.
Mendorong lidah berlawan dari operator dapat mengaktivir perlekatan anterior otot.
Pada daerah posterior terdapat undercut yaitu fossa mylohyoid, otot mylohyoid tidak
Gigi tiruan penuh berada pada tulang yang dilapisi jaringan lunak. Basis gigi tiruan
terletak pada membran mukosa yang berfungsi sebagai bantalan antara basis gigi
tiruan dan tulang.. Gigi tiruan didukung oleh mukosa yang dapat bergerak dan
viskoelastik alami. Keadaan ideal mukosa didukung oleh tulang kortikal dan
mempunyai sub mukosa yang resilien yang dilpisi oleh mukosa yang berkeratin. Sub
memiliki submukosa yang cukup untuk mendukung bagian intaglio basis gigi tiruan
penuh (gambar 2.5) (Jain R dkk 2012; Zarb dkk 2012) (gambar 2.5) :
Pada daerah pendukung utama (primary denture bearing area) memiliki mukosa
yang lebih tebal dan tulang sedikit / tidak dipengaruhi oleh proses resorpsi karena
merupakan jenis tulang kortikal. Dua daerah pendukung primer adalah tuberositas
dan palatum.
Torus pada palatum disebut dengan torus palatinus. Hal ini ditemukan pada
tengah palatum keras. Bentuk torus yaitu datar, nodular, lobular atau bentuk spindle.
Torus palatinus dapat mempengaruhi retensi jika melewati vibrating line karena akan
tulang adalah tulang cancellous. Gigi tiruan didukung oleh mukosa yang dapat
bergerak dan memiliki gaya kompresibilitas dan merupakan jaringan yang memiliki
sifat viskoelastik alami. Pasca pencabutan gigi geligi, tulang alveolar mengalami
alveolus secara terus menerus. Perubahan bentuk linggir alveolus tidak hanya terjadi
pada permukaan linggir dalam arah vertikal saja tetapi juga dalam arah labio -
lingual/ palatal dari posisi awal yang menyebabkan linggir menjadi rendah, membulat
atau datar. Fenomena perubahan yang terjadi pada tulang alveolar ini sering disebut
berkurangnya tinggi linggir alveolus dan beberapa bentuk linggir alveolus yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor etiologi yang berbeda pada setiap individu. Proses
1. Faktor anatomis
a. Resorpsi pada mandibula empat kali lebih besar dibandingkan pada maksila.
c. Alveoloplasti
2. Faktor prostodontik
3. Faktor sistemik
Posisi anasir anterior dan posterior, tinggi, panjang dan lebar linggir alveolus
mendapatkan profil yang alami dan restorasi yang fungsional baik pada pasien
permukaan linggir tidak rata, dan pada linggir knife edge ditandai dengan jaringan
lunak yang berlebih. Oleh karena itu diperlukan palpasi pada saat pemeriksaan intra
data yang akurat untuk menentukan besarnya kehilangan tulang2. Selain itu terdapat
beberapa cara untuk menganalisa besarnya resorpsi pada linggir yaitu ; menggunakan
3. High, well-rounded
4. Knife edge
5. Low, well-rounded
6. Depressed .
Zarb dkk juga mengklasifikasikan ukuran linggir alveolus rahang bawah berdasarkan
1. Klas I
Tinggi linggir rahang bawah 21 mm atau lebih dengan hubungan rahang klas 1.
Keadaan ini memiliki prognosa yang baik keberhasilan perawatan gigi tiruan.
2. Klas II
linggir dapat menahan gaya vertikal dan horizontal pada gigi tiruan penuh.
3. Klas III
Tinggi linggir rahang bawah 11-15 mm. Pasien hubungan rahang klas I, II ataupun III
dengan posisi perlekatan jaringan lunak dapat mempengaruhi retensi dan stabilitas
gigi tiruan.
4. Klas IV
Tinggi linggir rahang bawah yang tidak adekuat dan pasien memiliki
hubungan rahang klas I, II dan III dengan posisi perlekatan jaringan lunak sangat
mempengaruhi retensi dan stabilitas gigi tiruan. Linggir tidak memiliki kemampuan
dalam menahan gaya horizontal dan vertikal. Tindakan bedah merupakan indikasi
1. Klas I : Bergigi
3. Klas III : Bentuk linggir well rounded, dengan tinggi dan lebar linggir yang
4. Klas IV : Bentuk linggir knife edge, dengan tinggi linggir yang adekuat
basilar
dengan mengukur batas tulang basal sampai puncak linggir alveolus. Batas tulang
basal pada daerah anterior adalah incisive foramine dan posterior adalah greater
foramen palatine (GFP) (Cawood JI dan Howell RA 1988) (gambar 2.8). Beberapa
penelitian menyatakan posisi GFP secara umum yaitu diantaranya pada dekat dengan
batas lateral palatum, pada batas posterolateral palatum, media dari molar terakhir,
berdampingan dengan molar molar kedua. Secara klinis penetuan posisi yang GFP
yang digunakan untuk proses anastesi palatum bagian posterior adalah pengaplikasian
Berkurangnya ukuran tinggi linggir dapat mempengaruhi daerah dukungan gigi tiruan
penuh dan mempengaruhi ukuran basis gigi tiruan penuh. Faktor-faktor retensi pada
gigi tiruan penuh seperti tegangan permukaan adhesi, kohesi, tegangan permukaan,
tekanan atmosfer berhubungan langsung dengan luas daerah dukungan gigi tiruan 5.
Maller dkk menyatakan bentuk linggir yang baik pada gigi tiruan adalah linggir
dengan puncak yang rata dan sejajar pada kedua sisi dinding labial / bukkal dan
lingual / palatal. Zarb dkk menyatakan bentuk linggir alveolus yang ideal untuk
memberi dukungan pada gigi tiruan penuh adalah linggir yang memiliki tulang yang
berbentuk membulat dan sedikit persegi pada region labial, bukal , lingual serta
bukal dan lingual / palatal yang sejajar dapat menambah retensi karena memperbesar
daerah permukaan antara gigi tiruan dan mukosa oleh karena kemampuanya
meningkatkan tegangan permukaan dan tekanan atmosfer. Tinggi linggir yang cukup
juga dapat menahan gerakan gigi tiruan dengan cara membatasi ruang gaya yang
melepaskan dan dinding lateral linggir alveolus yang tertutupi oleh basis gigi tiruan
dapat menahan gerakan lateral serta membentuk peripheral seal (Kumar L 2014; Zarb
dkk 2012).
kerugian dengan adanya distorsi gambar sebesar 10 dan 30 %. Salah satu penggunaan
ronsen foto panoramik sebagai pengukuran linggir alveolus adalah penelitian Liang
XH pada tahun 2014 cone beam computed tomografi (CBCT), pertama sekali di
gunakan di kedokteran gigi tahun 1990, memiliki keuntungan hasil yang presisi, high
definition, paparan radiasi yang rendah, waktu pengamatan yang sedikit dan hasil tiga
dimensi Foto panoramik yang digunakan untuk menentukan tinggi linggir harus
memenuhi kriteria yaitu tampilan yang jelas struktur anatomis berupa septum nasal,
anterior nasal spine, foramen nasopalatinus, sinus maksilaris, foramen mentale, batas
atas kanal mandibularis, batas bawah processus maksilaris dan tepi bawah piriform
apertures serta pada pasien tidak ada riwayat adanya pembedahan maupun patah
tulang. Sehingga pada pengukuran titik panduan dapat dilihat dengan tepat( Liang
XH dkk 2014).
linggir rahang atas dilakukan pada 18 garis, 7 garis pada rahang atas yaitu (gambar
2.9) :
1. Posisi midline (garis U1) = Jarak dari anterior nasal spine menuju linggir alveolus
pada midline
2. Posisi incicivus sentralis (garis1-1 dan 2-1) = Jarak antara batas bawah celah
piriform menuju linggir alveolus yang berada paralel 5,9 mm dari posisi midline
3. Posisi premolar kedua (garis 1-5 dan 2-5) = Jarak dari batas bawah sinus
maksilaris menuju linggir alveolus yang berada paralel 42,9 mm dari posisi
midline
4. Posisi molar pertama (garis 1-6 dan 2-6) = Jarak dari batas bawah sinus maksilaris
menuju linggir alveolus yang berada parallel batas bawah zygomatic processus.
Pada pengukuran tinggi linggir pada rahang bawah dilakukan pada 9 garis, yaitu
pada :
1. Garis L1 = jarak batas bawah rahang bawah menuju puncak linggir alveolus
pada midline
2. Posisi incicivus sentralis (garis 3-1 dan 4-1) = jarak batas inferior rahang bawah
menuju puncak linggir alveolus yang berada parallel 3,9 mm dari midline
3. Posisi premolar pertama (Garis 3-4 dan 4-4) : jarak dari batas inferior rahang
bawah menuju puncak tegak lurus dengan titik A yang berjarak 5,2 mm dari
foramen mentale
4. Posisi premolar kedua (garis 3-5 dan 4-5) : jarak dari batas inferior rahang bawah
canal menuju puncak linggir alveolus sepanjang garis yang tegak lurus dengan A
6. Posisi molar pertama (garis 3-6 dan4-6) : jarak dari batas inferior mandibular
canal menuju puncak linggir alveolus sepanjang garis yang tegak lurus menuju A
2.6.2 Stabilisasi
Stabilisasi adalah daya tahan terhadap gerakan horizontal dan tekanan. yang
menyebabkan perubahan hubungan antara basis gigi dengan tiruan dan daerah
pendukung dalam arah horizontal atau rotasi (Zarb dkk 2012). Stabilisasi
pada posisi retruded dengan vertikal dimensi yang tepat direkomendasikan pada
pembuatan gigi tiruan penuh. Skema oklusi bilateral balanced merupakan pilihan
skema oklusi untuk mendapatkan stabilisasi gigi tiruan penuh (Klineberg dkk 2016)
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan menahan gaya yang melepasakan dari arah
vertikal atau dari arah yang berlawanan dari arah pasang. Sedangkan stabilisasi
adalah daya tahan terhadap gerakan horizontal dan tekanan. yang menyebabkan
perubahan hubungan antara basis gigi dengan tiruan dan daerah pendukung dalam
arah horizontal atau rotasi (Zarb dkk 2004, Shabina dkk 2014). Semakin rapat posisi
basis dengan permukaan mukosa maka semakin besar retensi gigi tiruan (Zarb dkk;
Arora AK 2015)
Saliva diharapkan memiliki viskositas yang cukup tinggi . hal ini disebabkan karena
saliva berperan sebagai gaya yang bekerja pada lapisan tipis antara basis dan mukosa
jaringan yang mempengaruhi faktor kohesi, adhesi dan tegangan permukaan. Luas
kohesi dan adhesi dikarenakan mempengaruhi jumlah saliva yang melapisi gigi tiruan
penuh, hal ini juga untuk penyebaran tekanan pada saat pengunyahan dan kontak gigi
geligi pada saat penelanan. (Zarb dkk 2012; Hemmati dkk 2015).
Retensi gigi tiruan penuh dari beberapa faktor fisika yang bekerja pada
neuromuskular, gaya gravitasi dan peripheral seal. Jacobson dan krol menyatakan
tegangan permukaan yang membuat meniskus cairan patas perifer batas gigi tiruan
yang menahan tekanan yang tinggi antara tekana atmosfer dan pengurangan tekanan
pada lapisan tipis cairan antar mukosa dan permukaan intaglio basis gigi tiruan penuh
antara yang satu dengan lainnya. Adhesi antara saliva ke membran mukosa dan basis
gigi tiruan dicapai melalui kekuatan ionik antara glikoprotein saliva dan epitelium
permukaan atau resin akrilik. Keefektifan adhesi tergantung pada rapatnya kontak
antara basis gigi tiruan dan jaringan pendukung serta pada daya alir saliva. Besarnya
retensi yang diberikan adhesi berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi
oleh basis gigi tiruanlapisan tipis saliva bekerja sebagai lubrikan dan bantalan antara
basis dan mukasa untuk mengurangi friksi (Zarb dkk 2004; Sachdeva S dkk 2014).
2.6.3.1.2 Kohesi
Kekuatan retensi ini dihasilkan dari lapisan cairan saliva yang terdapat diantara basis
gigi tiruan dan mukosa yang bekerja mempertahankan integritas permukaan cairan.
Ishihara M (2017) menyatakan korelasi positif antara viskositas saliva dengan retensi
Ketika suatu gaya tegak lurus terjadi searah dari daerah dukungan gigi
tiruan, maka tekanan antara gigi tiruan dan mukosa menurun dibandingkan dengan
keadaan sekitarnya, hal inilah yang menahan gaya yang dapat melepaskan gigi tiruan
(Zarb dkk 2012). Hemmati dkk (2015) menyatakan bahawa tekanan atmosfer yang
sama dengan 1 kg/cm2 akan dapat menjadi faktor retensi yang dapat mempertahankan
posisi gigi tiruan penuh. Tekanan atmosfer yang terjadi pada basis gigi tiruan penuh
Linggir alveolus yang cukup tinggi dengan kedua dinding yang sejajar
memaksimalkan tekanan atmosfer dan tekanan permukaan. Selain itu linggir alveolus
yang tinggi juga dapat menahan pergerakan dangan membatasi gaya yang melepaskan
2.6.3.1.5 Muskular
anasir yang tepat pada neutral zone antara otot pipi dan lidah (2) permukaan gigi
tiruan yang halus dengan bentuk yang tepat. Apabila kedua hal diatas tercapai maka
otot-otot secara otomatis dapat menahan gigi tiruan, hal ini juga disebut dengan faktor
physiological. Pada rahang atas jika posisi otot buccinators berfungsi menahan gigi
Adanya daya pegas dari mukosa dan submukosa yang melapisi tulang
retensi. Walaupun adanya pembesaran tulang yang dilapisi dengan mukosa epitel
yang tipis akan megurangi retensi dengan penyesuaian gigi tiruan, undercut yang
lebih kecil padalateral tuberositas, area premolar rahang atas, area distolingual, dan
lingual rahang bawah dapat menambah gigi tiruan. Pada arah pasang vertikal jika
undercut berada bersimpangan maka dibutuhkan gerakan rotasi. Pada rahang atashal
ini sering terjadi pada region anterior yang menonjol yang menyebabkan arah pasang
Tegangan permukaan antar fasial adalah daya tahan dua permukaan yang
merekat dengan perantaraan selapis tipis cairan terhadap gaya yang memisahkannya
(gambar 2.11). Semua bahan basis mempunyai tegangan permukaan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah dilapisi oleh pelikel
saliva maka tegangan permukaan semakin menurun yang dapat memaksimalkan luas
permukaan antara saliva dan basis gigi tiruan. Tegangan viskositas gaya yang terdapat
pada cairan diantara dua plat Tegangan ini dijelaskan oleh hukum steffan. Pada
ion pada cairan dan permukaan disekitarnya (adhesi ) dan gaya antara molekul cairan
2.6.3.1.8 Gravitasi
Pada saat pasien berada dalam posisi berdiri gaya gravitasi berfungsi
sebagai kekuatan retensi pada gigi tiruan penuh mandibula dan kekuatan yang
melepaskan pada gigi tiruan penuh maksila. Pada beberapa kasus, berat gigi tiruan
bekerja sebagai faktor retensi gaya gravitasi sedangkan jika gigi tiruan rahang atas
terbuat dari logam, berat gigi tiruan akan berfungsi melepaskan. Meningkatkan berat
gigi tiruan rahang bawah dengan penambahan basis logam, atau permukaan oklusal
dapat berfungsi untuk menambah retensi gigi tiruan (Zarb dkk 2004)
Periferal seal adalah kontak antara batas gigi tiruan penuh dengan jaringan
yang berdekatan untuk mencegah masuknya udara atau benda lainya (Glossary of
Prosthodontics 2005) Periferal seal terdapat pada batas perifer basis gigi tiruan penuh
yaitu daerah sulcus vestibulum labial, bukal, lingual gigi tiruan penuh. Pada posterior
lunak yang terletak pada batas palatum keras dan lunak yang dapat mengalami
penekanan dari gigi tiruan penuh dalam batas fisiologis sebagai tambahan retensi gigi
tiruan penuh. Daerah posterior palatal seal terbagi atas dua area : pterygomaxillary
seal yang membentang dari pterygomaxillary notch / hamular notch sepanjang sekitar
3-4 mm antero-lateral dari mucogingival junction dan posterior palatal seal yang
membentang secara medial dari kedia tuberositas. Posterior palatal seal berada
antara vibrating line anterior dan posterior (Mariyam A dkk 2014; Zarb dkk 2012)
(gambar 2.12)
Untuk mendapatkan peripheral seal yang adekuat daerah batas perifer gigi tiruan
penuh harus mengisi keseluruhan sulkus vestibulum pada awal kontraksi sehingga
peripheral seal tercapai pada perifer basis gigi tiruan. Border molding dilakukan agar
pada daerah perifer gigi tiruan tetap berkontak dengan jaringan vestibulum pada saat
istirahat maupun. Manes JF dkk (2011) menyatakan bahwa kunci dari retensi gigi
tiruan penuh adalah perluasan maksimal basis gigi tiruan penuh dan peripheral seal
Perbedaan ukuran sulkus vestibulum rahang atas yang ditemukan pada pada
penelitian oleh Arora dkk 2015 dengan alat steriomikroskop dengan beberapa bahan
border molding tissue contioner, green stick modeling compound, polyether, resin
akrilik, dan malam. Terdapat perbedaan yang signifikan sebesar 3,5 mm pada bahan
tissue conditioner dengan bahan green stick compound. Chen pada penelitiannya 100
vestibulum pada rongga mulut dengan ukuran perifer basis gigi tiruan.sebesar 38 %
pada ukuran kedalaman dan 58% pada ukuran lebar vestibulum. Chen juga mendapati
bahwa ukuran vestibulum posterior memiliki ukuran lebih besar dibandingkan ukuran
sulkus vestibulum anterior. Pada pembuatan gigi tiruan rahang atas , sayap bukal
basis harus sesuai dan mengisi keseluruhan sulkus vestibulum. Kesesuaian yang tepat
akan peripheral seal gigi tiruan dan akan meningkatkan retensi. Sayap bukal rahang
peripheral seal dan gigi tiruan akan lepas ketika pasien tertawa dan membuka mulut
Untuk mendapatkan retensi pada gigi tiruan rahang bawah, peripheral seal pada dasar
mulut dapat menambah seal pada vestibulum. Gerakan lidah yang bebas dan hasil
cetakan jaringan perifer tepat dengan proses border molding. Pada daerah ini yang
perlu menjadi perhatian bahwa otot-otot pada bagian ini tidak di dukung oleh tulang.
Daerah ini pada disebut dengan daerah sublingual crescent, yang menurut glossary of
prosthodontic adalah area yang berbentuk bulan sabit pada dasar mulut yang dibentuk
oleh dinding lingual mandibula dan berdekatan dengan lipatan sub lingual, dan
digital force meter atau push and pull meter. Hasil pengukuran pada penelitian ini
adalah gaya.. Alat ini menunjukkan hasil dalam satuan ukur kgf dan newton.
Pengukuran retensi pada beberapa penelitian dilakukan pada beberapa tahapan, yaitu
pada saat border molding sendok cetak, border molding ketika pencetakan fisiologis
dan pada basis pesmanen gigi tiruan penuh. Pada saat pengukuran pasien duduk tegak
ditopang dengan sandaran kepala, pembukaan mulut maksimal dengan posisi rahang
atas pasien sejajar dengan lantai dan gaya yang bekerja tegak lurus untuk
mengevaluasi retensi. Aplikasi pengukuran dengan cara ditarik kebawah dan bagian
bawah alat didukung oleh telapak tangan operator. Alat ini merupakan alat yang
retensi dapat dilihat dari layar yang terdapat pada alat (gambar 2.13). Gaya adalah
aksi sebuah benda terhadap benda lain. Satuan dari gaya adalah newton. Alat ini
menunjukkan hasil dalam satuan ukur kgf dan newton. Sudut derajat vektor yang
bekerja pada gaya dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Beer 1976; Manes dkk
berbeda diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Aoyagi dkk yang mendapatkan
hasil nilai terendah 0,92 N dan nilai tertinggi 17,78 N. Gupta R mendapatkan hasil
pengukuran retensi dari mandibula mendapatkan nilai rata rata 39,9 gr dan 55,9 gr
2.7.1 Penggaris
titik pada model untuk menentukan lebar dan kedalaman sulkus lalu model diletakkan
2015).
2.7.2 Stereomikroskop
penuh dengan menggunakan bahan border molding green stick compound, putty
model dengan dental model kemidian dipotong menjadi beberapa bagian dan
vestibulum menggunakan analisa gambar diukur proyeksi horizontal dan vertikal dari
manufacture)
mahkota dan jembatan menggunakan model sebagai titik awal. Permukaan dari model
diukur menggunakan berbagai alat pengukur untuk mendapatkan data digital yang
sesuai dengan model asli. Salah satu alat pengukur tersebut adalah pemindai
1. Pencetakan digital
laboratorium.
konvensional.
menggunakan tangan.
dan digital die dipotong oleh komputer dalam keadaan terkunci dan
konvensional
artikulator konvensional
pemindai digital yang dilakukan dari arah bukal pada saat posisi
sentrik
Keterbatasan penggunaan CAD / CAM yaitu hasil gambar pada pemindai intra oral
yang terbatas dari satu arah sehingga terhalangi oleh adanya saliva, darah atau
jaringan lunak sehingga mengurangi keakuratan hasil cetakan. Selain itu penggunaan
CAD / CAM juga terbatas hanya pada porcelain tidak dapat digunakan pada logam
Sistem CAD / CAM terdiri dari 3 bahagian besar yaitu (Alghazawi TF 2016) : 1.
Alat pengumpulan data, yang mengumpulkan data dari bagian yang dipreparasi serta
bagian disekitar dan berlawanan dengan daerah tersebut lalu diubah menjadi hasil
cetakan virtual. Hal tersebut menggunakan alat pemindai intra oral ( in office CAD /
CAM) atau secara tidak langsung menggunakan model kerja dengan proses
pencetakan konvensional.
2. Pirangkat lunak, untuk membuat pola restorasi pada model kerja virtual lalu
1. Pemindai Ekstra Oral, dimana proses pemindaian dilakukan di luar rongga mulut,
a. Sistem Kontak
Disebut juga pemindai mekanik atau pemindai tidak aktif. Pada alat ini pengumpulan
data dengan cara bersentuhannya objek dengan probe (ruby ball) garis per garis
mengelilingi objek.
b. Sistem Non-Kontak
Disebut juga dengan pemindai optikal atau pemindai aktif. Pada alat
menggunakan laser (hanya satu warna cahaya). Dasar pengumpulan data tiga dimensi
pada alat ini adalah prosedur triangulasi. Pada pemindai ini, cahaya putih atau laser
digunakan pada permukaan model hasil cetakan. Sebuah kamera digital yang
presentasikann dengan unit penerima lalu merefleksikan pola-pola. Oleh karena itu
dengan sudut yang pasti. Produsen CAD / CAM menjabarkan teknologi ini sebagai
cahaya yang diproyeksikan dan direfleksikan pada garis linear, yang memungkinkan
pemindaian pada lereng dengan kecuraman 85o. Sesudah hasil data tersimpan
komputer. Proses pengumpulan data terjadi pada saat model berputar dan
(charged couple device) yang dapat menghasilkan gambar dengan keakuratan yang
rongga mulut. Proses pencetakan dan pembuatan model tidak dibutuhkan pada
2. Ho : Tidak ada pengaruh bahan border molding terhadap retensi basis gigi
tiruan pada pasien edentulus di RSGM USU
Ha : Ada pengaruh bahan border molding terhadap retensi basis gigi tiruan
pada pasien edentulus di RSGM USU
4. Ho : Tidak ada pengaruh teknik border molding terhadap retensi basis gigi
tiruan pada pasien edentulus di RSGM USU
Ha : Ada pengaruh teknik border molding terhadap retensi basis gigi tiruan
pada pasien edentulus di RSGM USU
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain penelitian uji klinis. yaitu
1. Pasien edentulus
4 Kondisi linggir alveolus tidak terdapat undercut, inflamasi atau mukosa yang
5. Pasien tidak memiliki permasalahan pada sendi rahang, yang dapat membatasi
1. Pasien edentulus di RSGM USU yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian
mulut.
purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah
n = 9
Keterangan :
n = Besar sampel minimal
Z∝ = Deviat baku alpha, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 % (1,96)
Z𝛽 = Deviat baku beta (0,84)
σ = Standart deviasi gabungan dari penelitian sebelumnya (Rizk 2008)
Dari hasil di atas, jumlah subjek 9 orang, pada setiap perlakuan dan
ditambahkan 10 % dari jumlah sampel untuk menghindari bias, total sampel adalah
1. Teknik fungsional
2. Teknik manual
Variabel Terkendali
1. Keadaan edentulus
3. Keadaan jaringan pendukung gigi tiruan penuh : bentuk linggir dan keadaan
mukosa.
3.5 Definisi Operasional
4. Riwayat penyakit sendi rahang
Tabel 3.5.1 Definisi operasional variabel bebas
5. Sendok cetak fisiologis dari bahan resin akrilik swapolimerisasi
7. Ukuran loop
(-)
Teknik fungsional Teknik pergerakan otot pada proses border
molding yang dilakukan oleh pasien yaitu
pasien diinstruksikan gerakan tersenyum,
menyeringai, menyebut huruf O, menggerakkan
rahang ke kiri, menggerakkan rahang kekanan
dan kiri, membuka dan menutup mulut sebanyak
masing masing tiga kali lalu dilakukan gerakan
valsasa manuver
Detail morfologi Ukuran lebar sulcus vestibulum rahang atas. Rasio Software
jaringan perifer gigi Yaitu jarak horizontal antara titik bagian dalam 3d
tiruan penuh yang bersebelahan dengan linggir sulkus Builder
vestibulum dengan titik bagian luar vestibulum
yang berdekatan dengan bagian bukal, pada
anterior di daerah pertengahan frenulum bukal
dan labial kanan dan kiri dan pada posterior
daerah tuberositas
Sendok cetak fisiologis Desain sendok cetak sesuai dengan ouline sendok (-) (-)
cetak dan mencakup keseluruhan jaringan
pendukung gigi tiruan penuh
Bahan cetak anatomis Bahan cetak reversible hidrokoloid alginate (-) (-)
normal set
Bahan model anatomis Gipsum tipe III medium strength. (-) (-)
Bahan cetak fisiologis Bahan cetak elastomer polivinylsiloxane medium (-) (-)
body
Bahan model fisiologis Gipsum tipe IV high stregth (-) (-)
Alat :
a. Kaca mulut
b. Pinset
d. Spatula
e. Pot akrilik
f. Semen spatel
k. Pinsil
m. Radiografri panoramik
Bahan :
a. Bahan cetak hydrokoloid irreversible alginate normal set (Aroma fine plus)
(gambar 3.1 a)
e. Dental wax
h. Bahan cetak polivinylsiloxane viskositas medium body, heavy body dan putty
(gambar 3.1.d)
a b c
d e
a. Software 3D builder
yang ditujukan ke Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Sepuluh orang pasien edentulus penuh, tidak memiliki penyakit sistemik yang dapat
memengaruhi bentuk dan resiliensi jaringan pendukung gigi tiruan penuh dan pada
pemeriksaan intra oral memiliki bentuk linggir alveolus well rounded, keadaan
mukosa linggir alveolus baik, tidak terdapat undercut, jaringan hiperplasia atau flabby
dan tidak memiliki permasalahan sendi rahang yang dapat membatasi ruangan
pembukaan mulut.
penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, jika bersedia menjadi subjek
tinggi linggir alveolus. Hal ini dilakukan menggunakan cotton swab pada
daerah postero lateral palatum pada regio molar ke dua. Cotton swab
menggunakan kaliper digital dari posisi greater fovea palatine sampai puncak
(A) (B)
Gambar 3.3 : (A) Penentuan posisi greater
fovea palatine
posterior > 6 mm
1. Pencetakan anatomis pada rahang atas dengan bahan cetak alginat. Rasio
bahan cetak dengan air mengikuti petunjuk pabrik. Sendok cetak yang
atas yaitu labial notch, labial flange, buccal notch, buccal flange, kontur
notch, area posterior palatal seal, fovea palatinae, lekukan median palatine,
3. Pengisian hasil cetakan dengan bahan gipsum tipe tiga medium stregth untuk
perifer sendok cetak fisiologis yang ditentukan oleh struktur pembatas yaitu
anatomis yang akan dibuat sendok cetak fisiologis sesuai dengan outline
7. Empat buah posisi stopper yaitu dua pada anterior dan posterior pada .regio
kaninus dan regio gigi molar pertama pada kedua sisi. Stopper berbentuk
fisiologis dengan loop pada bagian tengah sendok cetak. Posisi tengah sendok
cetak ditentukan dengan panduan titik frenulum labial (titik A) dan fissure
(titik D). Kemudian jarak titik A menuju D ditentukan, dan ditentukan titik
tengahnya ( titik E). Titik E sebagai tempat meletakkan kaitan push and pull
(A) (B)
9. Penghalusan permukaan sendok cetak dengan bur polish. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya luka akibat bagian yang tajam dari sendok
cetak.
10. Uji coba sendok cetak fisiologis dilakukan pada rongga mulut pasien untuk
pemeriksaan kembali posisi batas perifer sendok cetak untuk proses border
molding (Gambar3.9)
1. Adhesive tray bahan cetak diaplikasikan pada seluruh bagian perifer sendok
cetak fisiologis
cetak fisiologis.
dalam keadaan hidung tertutup untuk mendapatkan detail perifer pada regio
cetak dikeluarkan dari rongga mulut lalu dilakukan evaluasi terhadap hasil
proses border molding yaitu tercetaknya guratan otot, dan tidak terdapat step
antara bahan border molding dengan spacer pada seluruh struktur pembatas
A B C D
Gambar 3.10 : Hasil border molding (A) Bahan Heavy dengan teknik fungsional (B) Bahan
Heavy dengan teknik manual (C) Bahan Putty dengan teknik fungsional (C) Bahan putty
dengan teknik manual
1. Adhesive tray bahan cetak diaplikasikan pada seluruh bagian perifer sendok
cetak fisiologis
Lalu dokter gigi Instruksukan pasien untuk melakukan valsava maneuver meniup
udara melalui hidung, dalam keadaan hidung tertutup untuk mendapatkan detail
terhadap hasil proses border molding yaitu tercetaknya guratan otot, dan
tidak terdapat step antara bahan border molding dengan spacer pada
2. Pembuatan escape hole dengan bur bulat no.6 dengan jarak 12,5 mm antara
3.12 ).
1. Pasien didudukkan dengan posisi tubuh tegak dengan posisi dataran oklusal
mencapai arah tarikan 450 pada loop yang terdapat palatum pada sendok cetak
(gambar 3.13)
3. Push and pull gauge dipegang dengan telapak tangan lalu tarikan arah vertikal
ke bawah dilakukan sebagai gaya untuk melepaskan gigi tiruan (gambar 3.14)
pengukuran.
1. Boxing dilakukan pada sendok cetak rahang atas 3 mm di bawah batas border
horizontal antara titik bagian dalam yang bersebelahan dengan linggir sulkus
vestibulum dengan titik bagian luar vestibulum yang berdekatan dengan bagian
(titik 1 dan 2) dan pada posterior daerah tuberositas, pengukuran menggunakan (titik
3.17).
Populasi
Calon Sampel
Sampel Selektif
Pencetakan Anatomis
Model Anatomis
Border Molding
Boxing
Model Fisiologis
Lebar vestibulum
Anterior Posterior
Hasil data
Analisis data
Kesimpulan
1. Analisis Univarian, untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi detail
morfologi jaringan perifer dan retensi basis gigi tiruan dengan bahan border
molding heavy body dan putty polivinylsiloxane dengan teknik fungsional dan
heavy body dan putty polyvinylsiloxane dengan teknik fungsional dan manual
terhadap detail morfologi jaringan perifer dan retensi basis gigi tiruan penuh
HASIL PENELITIAN
dilakukan pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. Proses
seleksi subjek penelitian dilakukan sesuai kriteria inklusi penelitian. Salah satu
tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan intra oral untuk memperkirakan tinggi
tinggi linggir alveolus intra oral yaitu jarak posisi foramen greater palatinal sampai
ke puncak linggir alveolus. Untuk memastikan tinggi linggir alveolus well rounded
untuk pembuatan sendok cetak fisiologis dan model kedua sebagai model studi. Pada
model pertama dilakukan pembuatan outline sendok cetak fisiologis untuk pembuatan
empat buah sendok cetak fisiologis. Keempat sendok cetak fisiologis dibuat
tangkai sendok cetak fisiologis digantikan oleh loop yang diletakkan pada palatum
sendok cetak sebagai tempat kaitan alat push and pull gauge saat pengukuran retensi.
menggunakan dua bahan dan teknik border molding. Pada kelompok A menggunakan
Hasil cetakan fisiologis di boxing kemudian diisi dengan dental stone tipe 4.
Pemindaian model hasil cetakan fisiologis menggunakan alat CAD / CAM digital
software 3D builder pada regio anterior dan posterior kanan model sesuai dengan
4.1 Ukuran Detail Morfologi Jaringan Perifer Basis Gigi Tiruan menggunakan
Bahan Border Molding Heavy Body dan Putty Polyvinilsiloxane dengan Teknik
cetakan fisiologis dengan alat CAD CAM digital scanner. Pengukuran ini dilakukan
pada regio anterior dan posterior kanan model. Pada regio anterior pengukuran
dilakukan pada pertengahan diantara frenulum labial dan bukal dan pada regio
pada daerah bukal yaitu titik sudut lekukan sulkus vetibulum yang kemudiam
dihubungkan secara horizontal dengan titik bagian dalam yang bersebelahan dengan
linggir alveolus.
mendapatkan nilai p = > 0.05, yang berarti bahwa data terdistribusi normal. Dari hasil
mm dan nilai terkecil terdapat pada kelompok D yaitu 2,61 mm. Pada daerah
posterior nilai terbesar terdapat pada kelompok C yaitu 5,67 mm dan nilai terkecil
Nilai rerata lebar vestibulum dianalisis dengan uji univarian. Nilai rerata
untuk kelompok A adalah 3,62 mm dengan standar deviasi 0,52 untuk regio anterior
dan 4,29 mm dengan standar deviasi 0,59 untuk regio posterior. Nilai rerata
kelompok B adalah 3,48 mm dengan standar deviasi 0,59 untuk regio anterior dan
4,31 mm dengan standar deviasi 0,69 untuk regio posterior Nilai rerata ukuran
vestibulum kelompok C adalah 4,03 mm dengan standar deviasi sebesar 0,81 untuk
regio anterior dan 4,71 mm dengan standar deviasi 0,64 untuk regio posterior. Nilai
rerata kelompok D adalah 4,00 mm dengan standar deviasi sebesar 0,80 untuk regio
anterior dan 4,51 mm dengan standar deviasi 0,80 untuk regio posterior. (Tabel 4.1).
4.2 Nilai Retensi Basis Gigi Tiruan menggunakan Bahan Border Molding Heavy
Body dan Putty Polyvinilsiloxane dengan Teknik Fungsional dan Manual Pada
Pengukuran retensi pada setiap sampel dilakukan tiga kali, menggunakan alat push
and pull gauge analog (krisbow) pada bulan juli 2018 di klinik Prostodonsia RSGM
Data hasil pengukuran retensi dianalisa statistik dengan uji Cronbach alpha
untuk mengetahui konsistensi pengukuran data. Dari hasi uji ini diketahui bahwa
hasil pengukuran retensi pertama, kedua, dan ketiga konsisten (nilai alpha > 0,9).
Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa data yang digunakan untuk analisa
Maka data yang digunakan adalah data dari hasil pengukuran retensi pertama.
Smirnov dan hasil yang didapat pengukuran retensi terdistribusi normal dimana nilai
P > 0,05.
yaitu sebesar 54 N sedangkan nilai terkecil didapatkan pada sampel pada kelompok
A, D dan B yaitu sebesar 33 N. Nilai rerata ukuran retensi dianalisis dengan uji
univarian. Nilai rerata retensi kelompok A adalah 44,20 N dengan standar deviasi
6.89 N. Nilai rerata retensi kelompok B adalah 44,20 N dengan standar deviasi 5.28
N. Nilai rerata retensi kelompok C adalah 48 N dengan standar deviasi 6,65 N. Nilai
rerata kelompok D adalah 44.90 N dengan standar deviasi 6.54 N. (tabel 4.2)
Retensi (N)
No Subjek PVS Heavy Body PVS Putty
Fungsional Manual Fungsional Manual
(A) (B) (C) (D)
1 51 46 53 50
2 50 45 54** 51
3 50 49 54** 50
4 48 40 53 46
5 33* 33* 35 33*
6 39 38 41 39
7 36 39 45 39
8 40 42 46 44
9 52 50 54** 54**
10 43 40 45 43
X + SD 44.20 + 6.89 42.20 + 5.28 48,00 + 6.65 44.90 + 6.57
Ket Nilai terkecil *
Nilai terbesar **
4.3 Pengaruh Bahan Border Molding Heavy Body dan Putty Polyvinilsiloxane
dengan Teknik Fungsional dan Manual Terhadap Detail Morfologi Jaringan
Perifer Basis Gigi Tiruan Pada Pasien Edentulus di RSGM USU
Untuk mengetahui pengaruh bahan border molding heavy body dan putty
jaringan perifer gigi tiruan pada pasien edentulus RSGM USU maka data sampel
dianalisis dengan uji T tidak berpasangan. Dari hasil uji diketahui nilai signifikansi p
= 0,58 pada anterior dan p = 0,53 pada posterior (p > 0,05). Dari hasil tersebut
diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh bahan border molding heavy body
0,58 0,53
2 Heavy - manual (B) 10 3,48 + 4,31 + 0,61
0,59
Dari hasil uji statistik T tidak berpasangan diketahui bahwa nilai signifikansi
pengaruh bahan border molding putty polyvinilsiloxane dengan teknik fungsional dan
manual terhadap detail morfologi jaringan perifer basis gigi tiruan yaitu p = 0,93 pada
anterior dan p = 0,53 pada posterior (p > 0,05), dari hasil tersebut diketahui bahwa
tidak terdapat pengaruh bahan border molding putty polyvinylsiloxane dengan teknik
fungsional dan manual terhadap detail morfologi jaringan perifer basis gigi tiruan
Tabel 4.3.2 Pengaruh Bahan Border Molding Putty Polyvinilsiloxane dengan Teknik
Fungsional dan Manual Terhadap Detail Morfologi Jaringan Perifer Basis Gigi
Tiruan Penuh Edentulus RSGM USU
No Kelompok X + SD p
0,93 0,53
2 Putty –manual (D) 10 4,00 + 0,80 4,51 + 0,80
dengan Teknik Fungsional dan Manual terhadap Retensi Basis Gigi Tiruan
RSGM USU terhadap retensi gigi tiruan penuh maka data sampel dianalisis dengan
uji T tidak berpasangan, dari hasil uji diketahui nilai signifikan sebesar p = 0,47 (p >
0,05), hal ini berarti tidak terdapat pengaruh bahan border molding heavy body
polyvinilsiloxane dengan teknik fungsional dan manual terhadap retensi basis gigi
Tabel 4.4.1 Pengaruh Bahan Border Molding Heavy Body Polyvinilsiloxane dengan
Teknik Fungsional dan Manual Terhadap Retensi Basis Gigi Tiruan pada Pasien
Edentulus Di RSGM USU
No Kelompok N X + SD p
1 Heavy body - Fungsional (A) 10 44.20 + 6.89
2 Heavy body - manual (B) 10 42,20 + 5,28 0,47
dengan teknik fungsional dan manual terhadap retensi basis gigi tiruan pada pasien
edentulus di RSGM USU maka data dianalisis dengan uji T tidak berpasangan, dari
hasil uji diketahui nilai signifikan sebesar p = 0,30 (p > 0,05), hal ini berarti tidak
fungsional dan manual terhadap retensi gigi tiruan pada pasien edentulus di RSGM
No Kelompok N X + SD p
1 Putty – fungsional (C) 10 48,00 + 6.65 0,30
2 Putty – manual (D) 10 44.90 + 6,57
PEMBAHASAN
percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang
perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen. Desain penelitian adalah
Quasi experimental design yaitu studi intervensi empiris yang digunakan untuk
memperkirakan pengaruh dari suatu intervensi pada besaran sampel tanpa dilakukan
5.1 Ukuran Detail Morfologi Jaringan Perifer Basis Gigi Tiruan Menggunakan
Bahan Border Molding Heavy Body dan Putty Polyvinilsiloxane dengan Teknik
Tabel 4.1.1 Menunjukkan ukuran detail morfologi jaringan perifer basis gigi
tiruan pada anterior dan posterior memiliki nilai terbesar bagi kelompok C yaitu
bahan border molding putty polyvinylsilosane dengan teknik fungsional yaitu sebesar
5,53 mm pada regio anterior dan 5,67 mm pada regio posterior. sedangkan nilai
terkecil pada anterior sebesar 2,61 mm terdapat pada kelompok D yaitu pada bahan
border molding putty polyvinylsiloxane dengan teknik manual, dan pada posterior
sebesar 3,21 mm pada terdapat pada kelompok A yaitu pada bahan border molding
lebih kecil dibandingkan dengan teknik fungsional Hal ini mungkin disebabkan
gerakan saat aktivasi otot pipi dan bibir dengan gerakan tarikan keluar dan kedalam
yang tidak sesuai dengan gerakan otot ketika berfungsi selain itu gerakan ini juga
menyebabkan ketegangan pada otot yang menyebabkan ukuran sulkus vestibulum yang
berbeda ketika otot kembali pada posisi istirahat (Arora dkk 2015).
Pada penelitian ini ditemukan ukuran sulkus verstibulum yang lebih besar
pada regio posterior. Hal ini dikarenakan struktur anatomis bentuk processus
coronoid, otot buccinators dan linggir alveolus. Pada rahang atas proses absorpsi
linggir alveolus pada regio posterior dimulai pada bagian bukal yang menyebabkan
sulkus vestibulum semakin lebar dan dangkal. Variasi bentuk processus coronoid
yang melebar juga menyebabkan ukuran sulkus vestibulum posterior lebih besar.
Selain itu pada regio anterior terdapat serat serat otot yang tegak lurus sedangkan
pada regio posterior terdapat serat serat otot dari arah horizontal. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Chen (2012) yang melakukan pengukuran sulkus
anterior pada 100 orang di China di regio anterior adalah 3,3 mm lebih kecil
dibandingkan dengan 7,9 mm pada regio posterior. Ukuran sulkus vestibulum intra
oral penting penting diketahui sebagai panduan pada saat pembuatan basis gigi tiruan
Ukuran sulkus vestibulum paling besar terdapat pada bahan border molding
viskositas tinggi yaitu 800 pas. Hal ini menyebabkan bahan dapat menahan tekanan
dinding ruang sulkus vestibulum Sedangkan pada bahan dengan viskositas yang lebih
kecil dapat tergeser oleh otot otot disekitar vestibulum dan pada saat insersi border
molding rahang atas dan kemungkinan bahan merosot diakibatkan gaya gravitasi. Hal
ini sesuai dengan penelitian Patel (2010) yang menyatakan ukuran ruang vestibulum
pada bahan putty polyvinylsiloxane secara signifikan lebih besar yaitu sebesar 22,77
sqmm dibandingkan dengan bahan lain seperti tissue conditioner sebesar 11,53
sqmm, akrilik resin sebesar 14,12 mm dan green stick compound sebesar 20,50
sqmm (Mccabe dkk 1985; Patel dkk 2010; Annusavic 2012; Arora dkk 2015).
5.2 Nilai Retensi Basis Gigi Tiruan Menggunakan Bahan Border Molding Heavy
Body dan Putty Polyvinilsiloxane dengan Teknik Fungsional dan Manual Pada
Tabel 4.2.1 menunjukkan nilai retensi basis gigi tiruan terbesar pada
dengan teknik fungsional dan manual yaitu sebesar 54 N, sedangkan nilai terkecil
teknik manual dan bahan heavy body polyvinysiloxane dengan teknik fungsional dan
Nilai retensi memiliki penyebaran ukuran yang bervariasi pada setiap sampel.
Hal ini mungkin disebabkalan kriteria inklusi pada penelitian ini diantaranya adalah
pasien tidak memiliki penyakit sistemik yang dapat memengaruhi bentuk dan
resiliensi jaringan pendukung gigi tiruan, linggir alveolus berbentuk well rounded.
yang hiperplasia maupun flabby. Hal ini bertujuan untuk penyeragaman sampel
sehingga meminimalisir pengaruh faktor faktor retensi tersebut pada hasil pengukuran
retensi. Tetapi tidak keseluruhan dari faktor faktor retensi dapat dikendalikan pada
penelitian ini diantarnya yaitu viskositas dan volume saliva serta ukuran rahang, Hal-
hal terserbut yang dapat mempengaruhi faktor adhesi dan kohesi dan tegangan
permukaan yang ada pada permukaan intaglio basis gigi tiruan. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian pengukuran retensi sebelumnya yang dilakukan Aoyagi dkk pada
subjek penelitian 9 pria dan 5 wanita pada beberapa viskositas saliva yang
mendapatkan hasil nilai terendah 0,92 N dan nilai tertinggi 17,78 N. Gupta R
mendapatkan hasil pengukuran retensi dari mandibula mendapatkan nilai rata rata
39,9 gr dan 55,9 gr. Hemmati melakukan penelitian pada basis yang diberi
sandblasting memiliki hasil retensi 30,89 N sebelum sandblasting dan 37,66 + 9,76 N
memiliki hasil ukuran retensi yang paling baik disebabkan pada teknik border
karena otot otot yang berkontraksi sesuai dengan keadaan fisiologisnya sehingga
maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Rizk 2008 menyatakan bahan putty
besar yaitu 3401.4 + 1382.3 gms dibandingkan dengan 1640.7 + 1250 gms
yang tertinggi pada bahan border molding putty polyvinylsiloxane dengan bahan cetak
light body polyvinylsiloxane dan teknik fungsional sebesar 3406,55 + 6,78 gm. Hal ini
juga didukung dengan pernyataan Jone dkk yang mendapatkan hasil pada border
rata rata retensi yang lebih besar dibandingkan dengan bahan low fusing compound
5.3 Pengaruh Bahan Border Molding Heavy Body dan Putty Polyvinilsiloxane
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh bahan border molding heavy body
jaringan perifer basis gigi tiruan pasien edentulus RSGM USU dengan nilai p = 0,58
tidak ada pengaruh bahan border molding putty polyvinylsiloxane dengan teknik
fungsional dan manual terhadap detail morfologi jaringan perifer basis gigi tiruan
pasien edentulus di RSGM USU dengan nilai p = 0,93 pada anterior dan p = 0,53 (p >
terhadap detail morfologi jaringan pada penelitian ini mungkin disebabkan kriteria
inklusi betuk linggir alveolus yang well rounded dan tidak memilki undercuts
dan tear strength padaundercut tidak berfungsi. (Zarb dkk 2012; Goncalev FS dkk
2011,).
pemindaian model hasil pencetakan fisiologis pada CAD / CAM scanner extra oral
untuk model kerja digital yang kemudian diukur menggunakan software 3D builder
pada komputer. Hal ini memberikan keuntungan yaitu keakuratan pada hasil digital
tiga dimensi. Hal ini belum pernah dilakukan pada penelitian ukuran sulkus
5.4 Pengaruh Bahan Border Molding Heavy Body dan Putty Polyvinylsiloxane
dengan Teknik Fungsional dan Manual terhadap Retensi Basis Gigi Tiruan
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh bahan border molding heavy body
RSGM USU dengan nilai p = 0,47 (p > 0.05). Tabel 4.4.2 menunjukkan hasil analisis
uji T tidak berpasangan yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh bahan border
molding putty polyvinylsiloxane dengan teknik fungsional dan manual pada pasien
kedua bahan polyvinylsiloxane yang digunakan memiliki sifat bahan yang sama yaitu
detail reproduction dan stabilitas dimensi, serta memiliki waktu kerja yang lama. Hal
single step keseluruhan peripheral seal dicapai secara simultan dengan ketebalan
yang sama dengan seluruh permukaan halus, yang didapatkan dari hasil aktivasi yang
terus menerus terhadap jaringan lunak yang berubah-ubah ketika bahan dalam
kesalahan pada salah satu sisi daerah border molding yang terjadi pada teknik
sectional pada penggunaan bahan green stick compound (Quraishi dkk 2010; Arora
AK 2015). Proses border molding dengan teknik manual single step menjadi pilihan
pada geriatrik disebabkan pada pasien geriatrik mengalami penurunan fungsi organ
otot otot dan atropi otot otot pengunyahan (Razak 2014, Tarigan AP 2015).
Disebabkan hal diatas maka diperlukan operator untuk mengaktivasi otot pada proses
border molding.
Hasil pengukuran retensi pada kedua bahan heavy dan putty polyvinylsiloxane dapat
heavy body tersedia dalam bentuk pasta dalam tube dengan proses manipulasi
bahan yang tepat, memperkecil masuknya udara, kontaminasi lebih kecil dan waktu
pengadukan yang lebih singkat. Sedangkan pada bahan viskositas tinggi yaitu putty
polyvinylsiloxane tersedia dalam dua buah wadah yang terdiri basis dan katalis.
proses manipulasi bahan dan memiliki efisiensi lebih baik (Zarb 2012; Annusavic
seperti pada penelitian yang dilakukan, Yarepateni dan Rizk yang menyatakan
perbedaan yang signifikan pada kekuatan retensi pada bahan border molding
menggunakan putty, medium body polyvinylsiloxane, dan low fusing compound (Rizk
2008; Dikutip dari Ishihara dkk, 2017). Hal ini mungkin disebabkan oleh alat yang
digunakan pengukuran retensi yaitu push and pull gauge analog. Sedangkan pada
earpiece facebow dan alat custom made (Ishihara dkk 2017; Yarapateneni dkk 2013;
,Manes dkk 2010; Beer FP dkk 1976). Pada penelitian ini terdapat modifikasi bentuk
kaitan alat pengukuran retensi dengan loop yang pada palatum sendok cetak
fisiologis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan arah tarikan 900 untuk menghindari
adanya bias akibat arah gaya yang tidak tegak lurus dari basis gigi tiruan karena sudut
vektor dapat memengaruhi hasil pengukuran. Sudut angulasi yang lebih besar
membutuhkan gaya yang lebih besar (Beer 1976). Pada penelitian sebelumnya
terdapat angulasi 100 pada arah tarikan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
1. Alat push and pull gauge anolog memberikan hasil pengukuran retensi yang
kurang detail.
2. Umur, ukuran rahang, volume dan viskositas saliva tidak termasuk dalam
kriteria inklusi
3. Penelitian ini belum melihat pengaruh kedua jenis bahan border molding
4. Penelitian ini belum melihat korelasi antara ukuran detail morfologi perifer
6.1 Kesimpulan
1. Nilai rerata dan standar deviasi ukuran detail morfologi jaringan perifer
basis gigi tiruan pada pasien edentulus di RSGM USU pada kelompok A pada regio
anterior adalah (3,62 + 0,52) mm, dan pada posterior (4,29 + 0,59) mm, kelompok B
pada regio anterior adalah (3,48 + 0,59) mm, dan pada posterior (4,31 + 0,69) mm.
kelompok C pada regio anterior adalah (4,03 + 0,81) mm dan pada daerah posterior
(4,71 + 0,64) mm kelompok D pada regio anterior adalah (4,00 + 0,80) mm dan pada
2. Nilai rerata dan standar deviasi nilai retensi basis gigi tiruan dengan bahan
border molding heavy body dan putty polyvinilsiloxane dengan teknik fungsional
pada pasien edentulus di RSGM USU pada kelompok A adalah (44.20 + 6.89),
dengan teknik fungsional dan manual (kelompok A dan B) terhadap detail morfologi
jaringan perifer basis gigi tiruan pada pasien edentulus di RSGM USU dengan nilai p
= 0,58 (p >0,05) pada regio anterior dan p = 0,53 (p >0,05) pada regio posterior, dan
pada bahan putty polyvinylsiloxane (kelompok C dan D) nilai p = 0,93 (p >0,05) pada
dengan teknik fungsional dan manual pada pasien edentulus di RSGM USU terhadap
retensi gigi tiruan pada pasien edentulus di RSGM USU (kelompok A dan B) dengan
nilai p = 0,47 (p>0,05), dan dengan bahan putty (kelompok C dan D) dengan nilai p =
0,30 (p>0,05).
border molding yang baik dalam pembuatan gigi tiruan penuh karena memiliki
3. Teknik border molding fungsional menggunakan bahan heavy body dan putty
4. Teknik border molding manual merupakan pilihan ketika keadaan pasien tidak
penurunan fungsi motorik akibat adanya penyakit sistemik neurologis dan pasien
geriatrik.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh bahan border
molding heavy body dan putty polyvinilsiloxane pada pasien edentulus di RSGM
USU terhadap terhadap retensi gigi tiruan penuh pada keadaan anatomi linggir
alveolus patologis yang sering didapati di klinik seperti pada pasien dengan linggir
alveolus datar, linggir alveolus dengan reseliensi patologis seperti flabby dan adanya
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh teknik border
molding fungsional dan manual terhadap retensi gigi tiruan pada pasien edentulus di
RSGM USU dengan keadaan sistemik patologis yang sering ditemui pada pasien
geriatrik.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran sulkus vestibulum intra
oral.
4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh kedua bahan border
5. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mengenai korelasi antara detail
Aoun G, Zaarour I, Sayde S, Nasseh I (2015). Maxillary nerve block via the greater
palatine canal : Anold technique revisited. J int soc prevent communt dent 5 :359- 64
AlHelal A, Al Rumaih HS, Kattadyl MT, Baba NZ, Goodacre CJ (2016). Comparison
ofretentation between maxillary milled andconventional denture bases : a clinical
study. The journal of prosthetic dentistry
Annusavic, Shen ,Rawls (2013) Phillips science of dental material. 13ed . USA :
Elsivier
Cawood JI, Howell RA (1988). A Classification of the edentulous jaws. Int J Oral
Maxillofacial. 17 : 232-236
Goncalev FS, Popoff DA, Castro CD, Silva GC, Magalhes CS, Moreira AN (2011).
Dimensional stability of elastomeric impression materials : a critical review of the
literature. Europe journal of prosthodontic restorative dentistry 19 (2) pp 1-4
Keneth JA. (1996). Phillips ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Edisi 10 by annusavice.
EGC
Liang XH, Kim YM, Cho IH (2014). Residual bone height measured by panoramic
radiography in older edentulous Korean patients. J adv prosthodont; 6 : 53-9.
Mittal S, Gupta D, Sharma H, Kamboj D.(2012) Single step silicone border molding
technique for edentulous patient. International journal of clinical cases 4 (2)
Manes JF, Selva EJ, Barutell AD dan Bouazza K. (2011). Comparison of the
retention strength of three complete denture adhesive. An in vivo study. Med oral
patol ral cir bukal jan 1 ; 16 (1) 132- 6
Mccabe JF. Anderson’s (1985). Anderson’s applied dental materials. Six edition.
Blackwel sientific publications.
Mittal S, Gupta D, Sharma H, Kamboj D.(2012) Single step silicone border molding
technique for edentulous patient. International journalof clinical cases 4 (2)
Moira PL, Camila PP, Ana PS, Barbara PO (2014) Dimensional stability of a novel
polyvinylsiloxane impression technique. Braz J Oral Sci13 (2)
Park C, Yang HS, Lim PL, Yun KD, Oh GJ, Park SW (2016) A new fast and simple
border molding process for complete denturesusing acompound stick gun.The
international journal of prosthodontic 29 (6)
Rizk FN. (2008). Effect of different border molding material on complete denture
retention. CDJ 24 (3) : 415-20
Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF (2012). Prosthodontic Treatment for
edentulous patients. Complete Denture and Implant Supported Prostheses. 13th ed.
Singapore : Elsivier