Anda di halaman 1dari 11

ANATOMI DAN FISIOLOGI AMBING SAPI PERAH

Kelenjar ambing sebagai penciri dari semua makhluk mamalia merupakan


modifikasi kelenjar kulit, termasuk kelenjar eksokrin, yang berfungsi untuk
mensekresi susu untuk perawatan anaknya, setelah lahir. Kelenjar in tumbuh dan
berkembang selama kebuntingan dan mulai mensekresi susu setelah partus.
Kelenjar ambing merupakan bagian integral dari proses reproduksi, karena
pertumbuhan dan perkembangannya atur oleh beberapa hormone yang mengatur
proses reproduksi.
Sapi perah memiliki kelenjar ambing yang paling besar diantara ternak mamalia,
sebagai hasil dari pengaturan system perkawinan dan seleksi beberapa generasi
yang bertujuan untuk menghasilkan susu dalam jumlah besar, melebihi kebutuhan
anaknya. Untuk menghasilkan susu dalam jumlah banyak dibutuhkan sel-sel
sekretori dalam jumlah banyak dan metabolism yang cepat, maka dalam bab ini
akan diulas anatomi kelenjar ambing, perkembangannya dalam berbagai tingkatan
proses reproduksi dan hormone-hormon yang merngatur proses tersebut.
4.1. Anatomi Bagian Luar Kelenjar Ambing

Amabing sapi perah merupakan gabungan dari empat kelenjar mama yang Yang
disebut kuarter, masing-masing terpisah satu sama lainnya. Kelenjar ambing
bagian kanan dan kiri terlihat terpisah dengan jelas, sedangkan pemisahan antara
kelenjar ambing depan dan belakang sangat jarang terlihat. Dilihat dari samping
bagian bawah ambing semestinya terlihat mendatar kearah depan, melekat dengan
kuat pada bagian didnding perut. Pada bagian belakang (rear) ambing harus tinggi
dan lebar dan masing-masing kuarter terlihat simestris. Keadaan ambing bagian
luar ini berhubungan erat dengan produktifitas ternak perah sepanjang hidupnya,
dan digunakan sebagai criteria untuk menilai ternak/sapi perah pada saat kontes
dan scoring dalam mengklasifikasi bangsa2 sapi perah.
Ambing memiliki bobot hamper 12.5 sampai 30 kg atau lebih dalam keadaan
kosong, tidak mengandung susu, memiliki ruang yang cukup besar untuk
menampung produksi susu dalam jumlah besar, namun tidak terlalu besar,
sehingga tetap dapat bertaut dengan kuat pada dinding perut bagian bawah dan
belakang. Berat ambing ini berhubungan erat dengan produksi susu. Pada
umumnya volume ambing bagian belakang lebih besar dari bagian depan dan
mensekresikan rata-rata 60% jumlah susu yang diprosuksi setiap hari.
Susu yang dihasilkan pada setiap klelenjar dikeluarkan melalui putting susu.
Biasanya putting susu depan lebih pensek dari putting belakang. Sapi dengan
putting susu panjang biasanya membutuhkan proses pemerahan lebih lama
dibandingkan dengan sapi dengan putting susu pendek. Cirri-ciri putting susu
yang baik untuk proses pemerahan yang efisien adalah : (1) ukurannya sedang, (2)
letaknya bagus, (3) memiliki tekanan yang cukup pada otot spincter disekitar
lobang putting sehingga susu mudah keluar tetapi tidak bocor pada saat tidak
diperah.
Hampir 25-50% sapi perah memiliki putting susu berlebih yang
berhubungan atau tidak berhubungan dengan kelenjar susu dibagian dalam
kelenjar ambing. Kelebihan putting iniharus dihilangkan pada masa pedet untuk
menjaga keindahan bentuk ambing dan mencegah masuknya kuman penybab
mastitis.
4.2. Bagian Internal Kel;enjar Ambing

Pada bagian dalam ambing tersusun dari beberapa system yaitu : (1) struktur
penyokong, (2) system pembuluh darah, (3) system pembuluh limpa, (4) system
susunan saraf , (5) system saluran susu untuk menyimpan dan mengalirkan susu
dan (6) unit sekretori dari sel epithel yang berbentuk bulat dan didalamnya
berrongga yang disebut alveoli. Masing-masing ke enam system tersebut memiliki
peran yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sinthesa susu.

4.2.1. Struktur Penyokong.

Struktur pen yokong kelenjar ambing terdiri dari : kulit, ligamentum


suspensorium lateral, ligamentum suspen sorium medialis.
Kulit. Fungsi penyokong dari kulit sangatlah kecil, namun kulit
melindungi bagian dalam ambing dari keadaan luar (goresan, tekanan) dan dari
mikroba pencemar. Jaringan ikat yang sangat halus melekaktkan kulit dengan
ambing dan ambing depan melekat pada dinding perut dengan bantuan jaringan
ikat yang kasar/tebal. Kalau ambing terlalu berat atau jaringan ikat kenghubung
yang tidak kuat menyebabkan terpisahnya ambing dari dinding perut.
Ligamentum Suspensorium Lateralis. Jaringan ikat suspensorium
lateralis merupakan penyokong utama kelenjar ambing Gambar 1. Pita jaringan
ini berserabut, tidak elastic, dan muncul mulai dari tendon tepat diatas dan
posterior ambing . Jaringan ikat suspensory lateral ini memanjang ke sepanjang
bagian sisi ambing secara teratur memasukkan lempengan jaringan ke dalam
kelenjar sebagai penyokong untuk bagian dalam ambing. Jaringan Ikat ini
memanjang k e bagian tengah dari dasar ambing dan menyatu dengan otot
suspensorium medialis.
Ligamentum Suspensorium Medialis (Pita Jaringan Ikat Penyokong
Medialis). Pita jaringan ikat merupakan struktur penyokong utama ambing.
Jaringan ikat ini tersusun dari jaringan elastic yang muncul dari bagian tengah
/median dari dinding perut memnjang diantara dua bagian kanan dan kiri ambing,
bertemu dan menyatu dengan jaringan ikat penyokong lateralispada dasar ambing.
Jadi masing2 setengah bagian kanan dan kiri ambing di sokong dalam gendongan
jaringan ikat. Sifat elastis jaringan ikat penyokong medialis dibutuhkan untuk
member keleluasaan pada ambing untuk memperbesar volumenya ketika terisi
oleh susu dengan cara memanjang kearah luar tubuh. Tekanan yang besar dan
berulang- ulang pada jaringan ikat penyokong medialis pada sapi yang
berproduksi tinggi menyebabkan perpanjangan permanen, sehingga ambing
berubah bentuk menjadi pendulus. Keadaan ambing seperti ini lebih mudah
terpapar mastitis. Oleh krena itu pada saat seleksi pertautan ambing yang kuat
lebih disukai.

4.2.2. Sistem Pembuluh Darah

Darah segar yang mengandung oksigen mengalir dari jantungmelalui aorta


dan melalui suatu rangkaian pembuluh arteri darah dibawa ke ambing dari dua
buah arteri pudenda eksterna. Kedua arteri ini menembus diding perut melalui
cicin inguinalis , satu masuk ke ambing bagian kanan dan satu lagi masuk ke
ambing bagian kiri. Begitu masuk ke dalam ambing, pembuluh arteri ini berubah
namanya menjadi arteri mamaria. Arteri mamaria ini membentuk cabang yaitu
arteri mamaria cranialis dan arteri mamaria caudalis. Arteri mamaria cranialis
menyuplai darah segar untuk ambing bagian depan dan caudalis untuk ambing
bagian belakang. Arteri 2 ini membentuk cabang beberapa kali menjadi pembuluh
darah kapiler yang membawa darah ke dalam sel-sel yang menusun kuarter
ambing depan dan belakang. Sebagian kecil darah segar dibawa ke ambing
melalui pembuluh darah perineal.
Darah kotor dari ambing dibawa kembali kejantung melalui pembuluh
vena. Pembuluh vena ini mulai dari vena kapiler berdampingan dengan pembuluh
arteri kapiler. Pembuluh vena kapiler ini kemudian menyatu membentuk
pembuluh darah vena yang mengalirkan darah kotor dari ambing. Pada bagian
atas dari ambing, pembuluh vena ini bertemu membentuk lingkaran vena. Pada
titik inilah darah meninggalkan ambing melalui 2 rute. Rute 1 melalui vena
pudenda eksterna sejajar dengan arteri pudenda eksterna menuju vena cava lalu
kejantung. Rute 2 terdiri dari 2 vena yang disebut vena sub-cutaneous abdominal
atau vena susu yang muncul pada sudut anterior (depan) dari ambing. Vena susu
in mengarah kedepan sepanjang garis ventral dinding perut bagian bawah dinding
perut , tepat dibawah kulit. Vena ini menembus rongga dada pada sumur susu,
bergabung dengan vena cava anterior, masuk ke jantung,
Ketika sapi dalam posisi berdiri, maka dara kembali kenjantung melalui
vena susu, sedangkan apabila dalam posisi tidur/rebah maka darah kotor kembali
ke jantung melalui ven pudenda ekterna. Pada saat laktasi yanitu setelah partus
(awal laktasi) aliran darah ke ambing
meningkat sampai 180%. Untuk membentuk 1 liter susu dibutuhkan aliran darah
sebesar 500 l.
4.2.3. Sistem Limfatika.

Sistem limfatika terdiri dari cairan limfe, nodus limfatikus dan saluran
limfe. Limfe adalah cairan jaringan yang tidak berwarna yang dialirkan dari
rongga di dalam jaringan oleh saluran limfe. Cairan limfe berasal dari filtrat serum
darah dan komposisinya sama dengan komposisi darah namun cairan limfe tidak
mengandung butir darah merah dan kadar proteinnya hanya 50% dr kadar protein
darah. Pada saat partus jumlah cairan limfe yang keluar dari sel jaringan pada
ambing lebih banyak dari jumlah yang dapat dialirkan dari ambing ke pembuluh
limfe. Akibatnya sebagian cairan limfe terakumulasi di ruang intraseluler jaringan
sehingga menimbulkan edema/pembengkakan. Inflamasi terjadi pada hamper 18-
25% sapi pada saat-saat menjelang partus. Berulangnya kasus edema ini memicu
terjadinya ambing pendulus dan meningkatkan terbentuknya jaringan ikat pada
ambing. Pembengkakan yang dahsyat biasanya terjadi pada sapi dara melahirkan
pertama kali.
Nodus limfatikus dari ambing dan dan nodus yang lain tersebar di seluruh
tubuih, berperan penting dalam ketahanan terhadap penyakit. Nodus limfatikus
membentuk butir darah putih (limfosit) yang berperan dalam imunitas tubuh.
Nodus limfatikus juga menghilangkan bakteri dan benda asing lainnya. Kalau ada
infeksi seperti mastitis maka nodus limfatikus meningkatkan produksi limfositnya
dan mengeluarkannya kedalam saluran limfe dan selanjutnya dituangkan kedalam
aliran darah di vena cava anterior. Selanjutnya dibawa ke ambing untuk melawan
infeksi.
4.2.4. Sistem saraf.

Lapisan dalam ambing ilengkapi dengan sistem saraf yang terdiri atas dua
tipe syaraf, yaitu serabut syarafafferent (sensoris) dan serabut syaraf efferent
simfatis. Fungsi utama dari serabut syaraf simpatis pada ambing adalah untuk
mengontrol penyediaan darah pada ambing dan menginnervasi otot-otot polos
yang mengelilingi saluran-saluran susu dan otot-otot spinkter dari puting susu.
Rangsangan yang mengejutkan pada sapi menyebabkan sistem simpatetik
mengeluarkan hormon syaraf epineprin, yang mengecilkan pembuluh darah dan
sehingga mengurangi produksi susu.
4.2.5. Sistem Saluran Ambing

Sistem saluran susu pada ambing terdiri dari satu seri saluran mulai dari
alveoli dan berakhir pada streak kanal dari putting susu. Sistem saluran susu dan
jaringan sekretori kelenjar ambing ini dipegang oleh pita-pita jaringan ikat yang
terdapat diseluruh kelenjar ambing . Namun jaringan ikat yang terlalu banyak
pada ambing (atau meaty udder) adalah kurang baik. Ambing yang baik
hendaknya sebagian besar terdiri dari jaringan sekretori dan hanya sedikit jaringan
ikat.
Putting Susu. Putting susu merupakan suatu strukruktur yang di tutupi oleh
kulit yang tidak mengandung kelenjar kulit. Pada Bagian bawah putting terdapat
“streak canal” yaitu suyat saluran yang bagian dalamnya dilapisi oleh sel-sel yang
membentuk lipatan2 seperti garis2 yang berfungsi untuk menutup saluran ini pada
tenggang waktu antar pemerahan. Putting berfungsi untuk mengeluarkan susu
saat pemerahan. Panjang streak kanal antara 8-
12 mm. Sel2 pada streak kanal menghasilkan cairan seperrti lemak
yang bersifat
bakteriostatik sehingga mencegah masuknya mikroba kedalam ambing
yang menyebabkan mastitis. Streak canal juga ditutup oleh otot sphincteryang
mengatur mudah dan sulitnya pemerahan . apabila oto sphincter keras dan erat
maka susu sulit diperah/ pengeluaran susu lama, apabila longgar maka pemerahan
cepat tetapi resiko masuknya kuman penyakit besar.
Gland Cistern (kantong Kelenjar). Kantong kelenjar merupakan tempat
penyimapanan susu sementara dan dalam jumlah terbatas, setelah di keluarkan
dari jaringan sekretori. Kantong kelenjar mampu menyimpan susu sampai 1 pint.
Besar kecilnya kantong kelenjar tidak mempengaruhi jumlah produksi susu
secARA SIGNIFIKAN.
Putting susu bertemu dengan kantong kelenjar pada dasar ambing. Antara
kantong kelenjar dan putting susu terdapat jaringan yang berlipat-lipat dan
melingkar yang disebut “circular fold”. Kadang -kadang pada saat sapi dara
melahirkan jaringan melingkar ini menutup saluran dan memisahkan kantong
putting dengan kantong kelenjar sehingga susu tida dapat dikeluarkan dari
kantong kelenjar.
Saluran Susu
Dari kantong kelenjar akan muncul 12 – 50 percabangan berbentuk saluran
susu yang disebut “major Duct” atau saluran besar. Saluran besar ini bercabang
dan bercabang lagi dan akhirnya terbentuk saluran terakhir yang mengalirkan susu
dari alveolus.
Saluran –saluran beasr dilapisi oleh 2 lapisan sel epitel, yang tak berfungsi
mensekresi susu. Jadi saluran yang lebih besar dari saluran terakhir hanya
menyimpan susu sementara dan mengalirkan susu dari alveolus.

Alveoli. Alveoli adalah suatu struktur berbentuk bulat berrongga yang


tersusun dari satu lapisan sel epitel, jaringan pembuluh darah kapiler (vean dan
arteri), pembuluh limfe, jaringan otot polos myoepithel. Sel -sel epithel yang
melapisi permukaan bagian dalam alveoli berfungsi mengambil nutrient dari darah
dan mentransfernya/mengubahnya menjadi susu, kemudian melepaskannya
kedalam rongga(lumen) masing-masing alveolus. Disamping itu pembuluh
kapiler (venule) akan mengambil sisa-sisa metabolisme dari sel alveolu. Setiap
Alveous juga dibungkus oleh jaringan sel myo-epitel. Pada saat pemerahan
jaringan otot polos myo-epitelium berkontraksi , sebagai respon adanya hormone
oksitosin , sehingga susu keluar dari lumen alveolus ke saluran susu dan
selanjutnya ke kantong kelenjar dan kantong puting
Pada periode laktasi alveoli tumbuh sempurna, dan sejumlah 150 – 225
alveoli membentuk lobules, dan lobules berkumpul menjadi satu dibungkus oleh
jaringan ikat
membentuk lobus. Lobus ini dapat dilihat oleh mata telanjang. Fase
perkembangan ini disebut perkembangan lobulo-alveolar.
Susu merupakan suatu larutan yang tidak biasa, karena disamping air,
mengandung nutrient yang hampir sempurna bagi manusia atau anak mamalia.
Untuk memperoleh air susu manusia tergantung kepada kelenjar mama. Secara
biologis air susu merupakan hasil pemerahan kelenjar mama yang dilakukan
secara kontinyu, tanpa ditambah atau dikurangi sesuatupun dari padanya.
Proses sintesa air susu oleh kelenjar mama perlu dipahami agar susu yang
diproduksi oleh kelenjar ambing dapat maksimal dan efisien. Sesungguhnya
kelenjar ambing sapi perah yang berproduksi tinggi tumbuh dan berkembang
secara tidak normal, sebagai hasil dari seleksi yang berlangsung selama puluhan
tahun.
Produktivitas dan eksistensi induk sapi perah ditentukan oleh kelenjar
ambingnya. Potensi produksi susu ini bervariasi diantara bangsa-bangsa dan antar
individu di dalam suatu bangsa sapi perah. Tinggi rendahnya produksi susu ini
sebagian dipengaruhi oleh variasi genetis yang berhubungan dengan sekresi
hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing,
sekresi susu dan pengeluaran air susu. Induk sapi yang berproduksi tinggi, adalah
sapi yang secara genetis memiliki kelenjar endokrin yang mampu menghasilkan
hormon yang mencukupi untuk pertumbuhan kelenjar ambing, sekresi susu dan
pelepasan air susu. Susu yang dihasilkan oleh seekor sapi pada dasarnya
ditentukan oleh sifat genetisnya, namun sebagian besar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti: pakan, teknik pemerahan dan cuaca).
4.3. Pencurahan air susu (milk let down)
Pelepasan susu ke dalam lumen alveolus terjadi tanpa menampakkan bagian
dalam sel. Komponen individual susu disimpan terpisah di dalam sel ambing.
Karena itu, susu sebenarnya belum terbentuk sampai komponen susu masuk ke
lumen alveoler tempat komponen-komponen ini bercampur. Butir lemak
terbentuk di sebagian kecil sel. Kemudian, ukurannya membesar dan bergerak
perlahan ke lumen alveoler. Membran sel membungkus butir lemak saat butir
lemak menekan ke luar sel. Kemudian, butir lemak dijepit oleh membran luar
permukaan sel dan menjadi bebas di dalam alveolus. Sebaliknya, protein susu
dibungkus di dalam sel ambing seperti butiran asing di dalam vakuola. Lalu,
protein susu dilepaskan ke dalam lumen alveoli tanpa melepaskan penutup
membran sel. Laktosa terdapat dalam vakuola sekretori dan dilepaskan ke lumen
alveoler bersama dengan protein. Sejumlah air dialirkan ke susu melalui vakuola.
Mekanisme yang menyebabkan sisa komponen kimia susu memasuki lumen
alveoli belum diketahui.

Refleks Pengeluaran-susu
Sejumlah kecil susu yang terdapat di dalam sisterne dan pembuluh besar
ambing dapat keluar setelah melewati daya tahan otot spinkter yang mengelilingi
saluran keluar puting. Akan tetapi, sebagian besar susu yang terdapat dalam
ambing harus dipaksa keluar dari alveoli dan pembuluh kecil susu dengan
pengaktivan refleks neoro-hormonal yang disebut pelepasan/pengeluaran susu
(milk ejection) atau penurunan susu (milk let down).

Refleks pengeluaran susu meliputi aktivasi syaraf di kulit puting yang


sensitif terhadap sentuhan atau temperatur. Rangsangan syaraf melalui sumsum
tulang belakang sampai ke nuklei paraventrikuler dari hipotalamus dan kemudian
berjalan ke pituitari posterior tempat dilepaskannya oksitosin ke dalam aliran
darah. Oksitosin menyebar di kapiler dan menyebabkan kontraksi sel myo-
epitelial yang mengelilingi alveoli dan pembuluh-pembuluh lebih kecil. Aksi
pemerahan ini meningkatkan tekanan intramamari dan memaksa susu melalui
pembuluh pergi ke sisterne puting dan ambing.
Kontraksi sel myo-epitelial terjadi dalam 20-60 detik setelah perangsangan
puting. Pelepasan kedua oksitosin dapat terjadi, tetapi lebih sukar dari pelepasan
pertama, dan biasanya respon tidak terjadi secara penuh. Setelah pelepasan
oksitosin aliran susu berkurang sesuai dengan waktu, tanpa memperhatikan
jumlah susu dalam ambing. Hal ini mungkin karena kelelahan sel myo-epitelial
atau ketidakaktivan oksitosin. Fakta menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk setengah aktivitas oksitosin di dalam darah sapi menghilang hanya dalam 1-
2 menit, dan level efektif berakhir dalam 6-8 menit. Karena itu, merupakan hal
yang penting mengeluarkan susu dengan cepat saat oksitosin menyebabkan
kontraksi sel myo-epitelial.
Ada bukti bahwa sebelum oksitosin dilepaskan, rangsangan syaraf berjalan
langsung dari puting melalui sumsum tulang belakang ke otot halus di pembuluh
besar ambing. Otot- otot halus ini kemudian berkontraksi. Keadaan ini
menyebabkan pembuluh ambing memendek dan membesar serta membantu
mengalirkan susu melalui sistem pembuluh ke arah sisterne. Sel myo-epitel
berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan mekanis langsung. Karena itu,
pemijatan ambing sebelum pemerahan menyebabkan tambahan sejumlah susu dari
alveoli.
Rangsangan luar seperti pencucian ambing akan mengawali refleks
pengeluaran-susu. Rangsangan terkuat untuk melepaskan oksitosin adalah
kehadiran pedet. Rangsangan lain yang berhubungan dengan pemerahan adalah
suara ribut, pemberian pakan, keberadaan pemerah, dan koitus.
Refleks pengeluaran-susu dapat dihambat juga, apabila keadaan lingkungan
yang tidak menyenangkan saat pemerahan akan menyebabkan sistem syaraf
simpatetik membebaskan epineprin dari medula adrenal ke dalam darah.
Epineprin adalah vasokonstriktor kuat yang mampu mengurangi pasokan darah ke
ambing dan karena itu menghalangi oksitosin sampai ke sel myo-epitelial dalam
jumlah yang cukup untuk menghasilkan kontraksi. Injeksi oksitosin pada saat ini
tidak efektif. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa epineprin dapat langsung
menghambat sel myo-epitelial merespon oksitosin. Hambatan refleks juga terjadi
bila ambing berisi penuh susu. Pada kasus ini, aliran darah kapiler berkurang
sangat banyak sehingga oksitosin tidak bertahan lama di myo-epitelium.
Gangguan emosional yang terjadi sebelum pengaktivan refleks pengeluaran-
susu dapat mencegah pelepasan oksitosin dari pituitari posterior. Pada keadaan
ini, injeksi oksitosin akan menyebabkan sel myo-epitelial berkontraksi sehingga
vasokonstriksi tidak terjadi. Ini adalah contoh penghambatan refleks pada taraf
sistem syaraf pusat. Tipe penghambatan tersebut paling sering ditemui pada dara
yang beranak pertama kali dan kemudian masuk ke masa produksi. Injeksi
oksitosin pada beberapa kali pemerahan dapat mengatasi hal ini. Hal penting yang
harus diingat adalah produksi seluruh laktasi berkurang karena pemerahan tak
lengkap.
4.4. Mengeluarkan Susu dari Ambing
Saluran susu sapi harus terbuka agar mendapat susu, dan tidak ada bukti bahwa
otot spinkter mengendur selama pemerahan. Karena itu, beberapa mekanisme
eksternal harus digunakan untuk mengalahkan daya tahan (ketahanan) otot ini.
1. Penyusuan
Selama menyusui, pedet menekan lidahnya ke sekitar puting dan ke arah langit-
langit dan menghasilkan tekanan negatif karena rahang terpisah atau penarikan
ulang/lagi lidah. Tekanan positif terjadi di sekitar puting saat pedet menelan.
Siklus menelan dan menghisap terjadi sebanyak 80-120 kali secara bergantian
setiap menit. Berdasarkan percobaan, pedet menghasilkan perbedaan tekanan di
depan puting susu sebesar 535 mm Hg sedangkan pemerahan mesin dan tangan
hampir menghasilkan perbedaan tekanan sebesar 310 dan 352 mm Hg. Isapan
pedet juga adalah metode tercepat untuk memindahkan susu dari ambing.
2. Pemerahan Tangan
Cara ini masih banyak dilakukan di berbagai negara. Pemerahan tangan pun masih
dilaksanakan di Amerika pada waktu dan kasus khusus, biasanya dihubungkan
dengan penyakit dan luka, yang mungkin pemerahan dengan tangan lebih baik
dari mesin. Pemerahan dengan tangan secara hati-hati menjepit puting di antara
jari telunjuk dan ibu jari. Kemudian, susu di dalam puting ditekan ke luar oleh
tekanan jari-jari lain pada puting. Berikutnya jari telunjuk dan ibu jari mengendor
sehingga puting terisi kembali, dan siklus diulang. Pemerahan tangan yang baik
dapat mengeluarkan susu lebih banyak dari mesin perah.

3. Pemerahan dengan Mesin


Mulai digunakan tahun 1895. Mesin perah mutakhir menggunakan cara tekanan
negatif dan atmosfir secara bergantian, disini diperlukan mangkok puting kamar
ganda tempat puting
berada. Ruangan dimana puting ada terus menerus kosong untuk membuka lubang
puting dan menahan mangkok puting tetap pada puting.

4.5. Kontrol Hormonal Laktasi


Sekresi ambing dihasilkan hanya setelah pembentukan sistem lobuli-alveoler.
Karena itu, pada dara bunting sekresi tidak tampak sampai pertengahan
kebuntingan. Berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis susu terdapat dalam
sel ambing yang dibentuk sebelum beranak. Saat beranak, hormon menyebabkan
peningkatan besar produksi susu. Sekresi yang dibentuk sebelum beranak adalah
kolostrum yang alami dan bukan susu murni.
Permulaan Laktasi. Selama kebuntingan, progesteron menghalangi sekresi α-
laktalbumin (salah satu protein susu). Halangan ini cukup untuk mencegah
sintesis susu selama sebagian besar periode kebuntingan dara. Juga, titer tinggi
progesteron menghalangi mulainya laktasi pada induk sapi saat periode kering.
Progesteron tidak efektif menghalangi kerjasama kebuntingan dan laktasi namun
sebaliknya, laktasi segera dihalangi bila sapi laktasi menjadi bunting. Segera
sebelum beranak titer progesterone menurun, sedangkan estrogen, ACTH, dan
level prolaktin meningkat. Pemberian adrenal kortikoid atau estrogen mengawali
laktasi sapi perah.
Pemeliharaan Laktasi. Sesudah sapi beranak, produksi susu meningkat cepat
dan mencapai maksimum pada 2 sampai 6 minggu. Kemudian hasil susu secara
beraturan menurun.
Batasan berikut akan digunakan untuk meguraikan laktasi. Milk
secretion/sekresi susu melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu dari
sitoplasma ke dalam lumen alveoli. Milk removal/pengeluaran susu melibatkan
pengeluaran pasif susu dari puting, sisterne kelenjar, dan saluran utama serta
pengeluaran aktif susu yang disebabkan oleh kontraksi sel mio-epitel sekitar
alveolus sebagai respon terhadap oksitosin. Laktasi terdiri dari sekresi susu dan
pengeluaran susu.

Anda mungkin juga menyukai