Anda di halaman 1dari 9

Fungsi Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi wanita adalah bagian tubuh yang memungkinkan wanita untuk
melakukan hubungan seksual, bereproduksi, dan mengalami siklus menstruasi.
Pada dasarnya, fungsi utama organ reproduksi wanita adalah untuk memproduksi
sel telur (ovum) dan menjadi tempat terjadinya pembuahan.

Selama masa perkembangan janin, organ reproduksi wanita akan menghasilkan


kurang lebih sebanyak 6 juta ovum. Setelah anak dilahirkan, ovum tersebut akan
tersisa sekitar 1 juta sel telur. Lalu, ketika telah mencapai masa pubertas, hanya ada
sekitar 300 ribu sel telur yang tersisa pada organ reproduksi wanita.

Jumlah ovum pada organ reproduksi wanita akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya usia dan setiap siklus menstruasi terjadi. Karena penurunan kuantitas
serta kualitas sel telur ini, maka kesuburan wanita pun juga akan ikut menurun
seiring dengan pertambahan usia hingga mencapai masa menopause.

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Secara garis besar, anatomi sistem reproduksi wanita dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu eksternal dan internal. Berikut masing-masing penjelasannya.

A. Bagian Eksternal

Sistem reproduksi wanita bagian eksternal berfungsi untuk melindungi organ


reproduksi bagian dalam dari infeksi serta sebagai jalur masuk sperma ke dalam
tempat terjadinya pembuahan. Adapun organ-organ yang termasuk ke dalam sistem
reproduksi wanita eksternal adalah sebagai berikut:

1. Labia Majora
Labia majora (bibir besar) merupakan bagian terluar dari sistem reproduksi wanita
yang berfungsi untuk melindungi sistem reproduksi wanita bagian luar lainnya dari
infeksi. Ketika memasuki masa pubertas, area kulit pada labia majora akan
ditumbuhi rambut (rambut kemaluan) yang mengandung kelenjar penghasil minyak
untuk mencegah masuknya zat asing ke dalam organ reproduksi wanita.

2. Labia Minora

Labia minora (bibir kecil) adalah organ reproduksi wanita yang memiliki berbagai
bentuk dan ukuran. Organ ini terletak tepat di dalam labia majora dan mengelilingi
bukaan ke vagina serta uretra (saluran yang berfungsi untuk membawa urine ke luar
tubuh). Kulit labia minora memiliki tekstur yang sangat halus dan cenderung mudah
mengalami iritasi maupun membengkak.

3. Klitoris

Klitoris adalah tonjolan kecil yang terletak di antara labia minora. Klitoris sering kali
menjadi titik rangsang wanita saat berhubungan seksual karena bagian tersebut
memiliki sekitar 8000 ujung saraf sehingga membuatnya sangat sensitif terhadap
rangsangan.

4. Kelenjar Bartholin

Kelenjar bartholin adalah organ reproduksi wanita yang terletak di setiap sisi lubang
vagina. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan cairan atau lendir guna melumasi
area vagina saat berhubungan seksual.

5. Lubang Vagina

Lubang vagina merupakan bagian luar dari vagina yang menjadi tempat keluarnya
darah saat menstruasi serta sebagai jalan lahir. Selain itu, lubang ini juga berperan
sebagai tempat masuknya penis ke dalam vagina saat berhubungan seksual.
6. Hymen

Hymen adalah lipatan membran atau jaringan tipis yang menutupi sebagian dari
lubang vagina. Membran ini akan terbentuk selama masa perkembangan janin
hingga bayi lahir.

B. Bagian Internal

Bagian internal dari sistem reproduksi wanita terdiri dari vagina, serviks, rahim, tuba
falopi, dan ovarium. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Vagina

Vagina merupakan saluran berbentuk seperti tabung berotot yang menghubungkan


leher rahim (serviks) dengan bagian luar tubuh. Lebih tepatnya, organ ini terletak di
belakang kandung kemih dan berada di bagian bawah rahim.

Bagian ini bersifat elastis dan dapat melebar saat melahirkan bayi ataupun
menyempit untuk menahan tampon yang berfungsi sebagai pembalut wanita saat
menstruasi. Selain itu, vagina juga dilapisi oleh selaput lendir yang dapat
menjaganya agar tetap lembap.

2. Rahim (Uterus)

Rahim atau uterus merupakan organ berongga yang berbentuk menyerupai buah
pir. Bagian ini akan menjadi tempat bagi janin untuk tumbuh dan berkembang
sebelum dilahirkan. Pada dasarnya, rahim terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
 Serviks (leher rahim): Bagian dari rahim berbentuk silinder yang menghubungkan
rahim dengan vagina. Utamanya, leher rahim ini terdiri dari dua bagian, yaitu
ektoserviks dan endoserviks. Serviks dapat mengalami dilatasi (melebar) agar bayi
dapat keluar selama proses persalinan berlangsung. Selain itu, serviks juga akan
memproduksi lendir alami untuk melindungi vagina dari infeksi dan membantu
sperma bergerak menuju rahim.
 Korpus (badan uterus): Bagian fleksibel dari rahim yang dapat mengembang sesuai
dengan perkembangan dan pertumbuhan janin selama masa kehamilan. Korpus
juga menjadi tempat masuknya sperma dan luruhnya lapisan dinding rahim dan sel
telur saat tidak terjadi pembuahan yang menjadi darah menstruasi.

Selain itu, rahim juga berfungsi untuk menyokong perkembangan embrio pada tahap
awal. Jika telah memasuki proses persalinan, otot-otot pada dinding rahim akan
berkontraksi untuk mendorong janin keluar melewati jalan lahir.

3. Tuba Falopi

Tuba falopi (oviduct) adalah dua saluran kecil yang masing-masing menghubungkan
ujung kiri dan kanan rahim atas dengan kedua ovarium. Bagian ini bertugas sebagai
tempat berjalannya sel telur (ovum) dari ujung tuba falopi (infundibulum) menuju
rahim. Selain itu, tuba falopi juga menjadi tempat terjadinya pembuahan sel telur
dengan sperma. Nantinya, sel telur yang telah dibuahi tersebut akan dibawa dan
menempel (implantasi) pada lapisan dinding rahim.

4. Ovarium

Indung telur atau ovarium adalah bagian dari sistem reproduksi wanita yang berada
di sisi kiri dan kanan pada rongga panggul serta bersebelahan dengan bagian atas
rahim. Fungsi utama ovarium adalah untuk memproduksi ovum, hormon estrogen,
serta hormon progesteron.

Cara Kerja Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita bekerja dengan cara mengangkut sel telur (ovum) menuju
tuba falopi. Apabila terjadi proses pembuahan oleh sel sperma, maka ovum akan
dipindahkan ke lapisan rahim (endometrium) yang telah menebal. Namun, jika tidak
terjadi pembuahan, lapisan rahim dan sel telur tersebut akan meluruh yang
menyebabkan keluarnya darah melalui vagina (menstruasi).

Sistem reproduksi wanita merupakan organ penting yang perlu dijaga kesehatannya
sebaik mungkin. Namun, apabila Anda memiliki keluhan terkait dengan gangguan
organ reproduksi, jangan ragu untuk mengunjungi Siloam Hospitals terdekat dan
berkonsultasi dengan dokter kami guna memperoleh diagnosis dan tindakan medis
yang tepat.

Anatomi sistem reproduksi pria


Sebagian besar organ reproduksi pria terletak di luar rongga perut atau panggul. Inilah yang
disebut dengan organ reproduksi eksternal, dan mencakup:

1. Penis

Penis adalah organ reproduksi pria untuk melakukan fungsi seksual. Organ ini mengandung
banyak ujung saraf yang sensitif dan terdiri dari 3 bagian:

 Basis atau akar, ini adalah bagian penis yang menempel pada dinding perut.

 Batang, bagian ini berbentuk seperti tabung atau silinder. Batang penis memiliki tiga
ruang, yang di dalamnya terdapat jaringan erektil serupa spons berisi ribuan ruang
yang akan terisi oleh darah saat seorang pria terangsang. Saat terisi darah, penis
menjadi kaku dan tegak, memungkinkan untuk penetrasi selama berhubungan intim.
Kulit penis yang longgar dan elastis, dapat mengakomodasi perubahan ukuran penis
selama ereksi.

 Glans atau kepala, ini adalah bagian ujung penis yang berbentuk kerucut, dan ditutupi
oleh lapisan kulit longgar yang disebut kulup (prepusium). Kulit ini dapat dihilangkan
melalui prosedur sirkumsisi atau sunat. Di ujung glans, terdapat uretra, yakni lubang
yang mengeluarkan cairan ejakulasi dan urin ke luar tubuh.
2. Skrotum
Ini adalah kantong kulit yang longgar dan menggantung di belakang penis. Bagian ini juga
memiliki banyak saraf dan pembuluh darah. Skrotum atau kantong zakar melindungi testis
dan memberikan semacam sistem kontrol terhadap suhu. Agar perkembangan sperma normal,
testis harus berada pada suhu yang sedikit lebih rendah daripada suhu tubuh. Otot-otot
kremaster pada dinding skrotum memungkinkan kantong kulit ini berkontraksi dan
berelaksasi, sehingga testis dapat bergerak mendekat ke tubuh untuk kehangatan atau
menjauh dari tubuh untuk mendinginkan suhu.

3. Testis

Ini adalah organ berbentuk oval dengan panjang sekitar 4-7 cm dan volume 2-3 sendok teh
(20-25 mL). Di kedua ujungnya, terdapat korda spermatika yang berfungsi untuk
mempertahankan testis pada posisinya. Pada umumnya, testis sebelah kiri tergantung sedikit
lebih rendah daripada yang kanan. Testis memiliki dua fungsi utama, yakni membuat hormon
utama pria (testosteron) dan memproduksi sel sperma. Di dalam testis terdapat gulungan
“pipa” yang disebut sebagai tubulus seminiferus. Di dalam organ inilah produksi sperma
berlangsung.

4. Epididimis

Organ ini terletak di bagian belakang testis dan memiliki panjang hampir 6 meter. Epididimis
berfungsi mengumpulkan sel sperma dari testis dan mematangkannya sehingga mampu
berenang secara efektif di dalam saluran reproduksi wanita serta membuahi sel telur.
Selain organ eksterna, pria juga memiliki organ interna yang berperan besar dalam fungsi
seksual dan reproduksi pria. Organ-organ ini mencakup:

 Vas deferens. Ini adalah organ berbentuk pipa yang berfungsi menyalurkan sperma
dari epididimis. Kala seorang pria mendapatkan stimulasi seksual, kontraksi akan
memicu sperma keluar dari epididimis lalu masuk ke dalam vas deferens. Di dalam
tubuh pria, terdapat sepasang vas deferens. Masing-masing membentang dari
epididimis hingga ke sisi belakang prostat dan bergabung dengan vesikula seminalis.
 Vesikula seminalis. Organ ini terletak di atas prostat. Bersama dengan vas deferens,
vesikula seminalis membentuk duktus ejakulatorius yang bermuara di prostat. Baik
vesikula seminalis maupun kelenjar prostat memproduksi cairan yang memberi nutrisi
pada sel sperma. Cairan ini yang membentuk sebagian besar volume air mani, yang
dikeluarkan saat ejakulasi. Cairan lain yang juga membentuk air mani berasal dari vas
deferens dan kelenjar Cowper di uretra.
Baca Juga: 5 Penyebab Air Mani Encer dan Cara Mengatasinya
 Kelenjar prostat. Organ yang berukuran sebesar kacang kenari ini terletak di bawah
kandung kemih dan mengelilingi uretra. Kelenjar prostat memberikan kontribusi
cairan tambahan untuk ejakulasi. Cairan yang diproduksinya juga membantu
menutrisi sperma. Seiring bertambahnya usia, kelenjar ini dapat membesar. Dan bila
pembesarannya berlebihan, ini dapat menghambat aliran urin melalui uretra dan
menyebabkan gangguan berkemih.
 Duktus ejakulatorius. Saluran ini dibentuk oleh penyatuan vas deferens dan vesikula
seminalis, dan bermuara ke uretra.
 Uretra. Saluran ini memiliki fungsi ganda pada pria, yakni sebagai saluran kemih
untuk membuang urin serta bagian dari sistem reproduksi melalui ejakulasi air mani.
 Kelenjar Cowper. Disebut juga kelenjar bulbouretral, kelenjar ini adalah struktur
seukuran kacang yang terletak pada kedua sisi uretra, tepat di bawah kelenjar prostat.
Kelenjar ini menghasilkan cairan bening dan licin, serta bermuara langsung ke dalam
uretra. Cairannya berfungsi sebagai pelumas dan menetralkan keasaman dari sisa urin
di uretra.

Fungsi reproduksi pria


Meski semua pria terlahir dengan semua organ seksual yang dimilikinya, organ-organ ini
belum berfungsi sepenuhnya hingga waktu pubertas, yakni sekitar usia 12 tahun. Di waktu
ini, perubahan hormon akan memengaruhi kelenjar kelamin anak laki-laki dan memulai
perkembangan seks sekunder yang membedakan pria dari wanita. Seperti misalnya,
pertumbuhan rambut wajah dan ketiak, suara yang lebih dalam, massa otot yang lebih besar,
dan bahu yang lebih lebar.

Hormon utama yang terlibat dalam fungsi reproduksi pria yakni follicle-stimulating
hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan testosteron. Hormon-hormon ini diproduksi
oleh kelenjar pituitari, yang terletak di dasar otak. FSH diperlukan untuk memproduksi
sperma sedangkan LH memicu produksi testosteron atau hormon pria.
Dalam hal kemampuan untuk menghasilkan keturunan, fungsi reproduksi pria melibatkan
libido (gairah seksual), ereksi, orgasme dan ejakulasi semen atau air mani. Adanya
rangsangan seksual akan memicu ereksi penis, yang memungkinkan penetrasi selama
berhubungan intim. Ereksi itu sendiri merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara
saraf-saraf, pembuluh darah, hormon, dan psikologis seorang pria. Urutan prosesnya adalah
sebagai berikut:

1. Rangsangan seksual memicu otak mengirimkan sinyal melalui saraf tulang belakang
ke dalam penis. Pembuluh arteri yang mensuplai darah ke jaringan erektil penis akan
merespon sinyal tersebut dengan berdilatasi (melebar). Dilatasi arteri ini akan
meningkatkan aliran darah secara bermakna ke dalam jaringan erektil penis.

2. Di waktu yang sama, otot-otot di sekitar pembuluh vena yang normalnya mengalirkan
darah ke luar penis akan berkontraksi sehingga menghambat aliran darah ke luar dan
meningkatkan tekanan darah di dalam penis. Kombinasi dari meningkatnya aliran
darah ke dalam dan menurunnya aliran darah ke luar penis inilah yang akan
menyebabkan penis menjadi kaku (ereksi), membesar, dan memanjang.

3. Saat mencapai puncaknya atau klimaks, pria akan mengalami orgasme. Kala ini,
normalnya pria akan mengalami ejakulasi atau pengeluaran air mani. Ini disebabkan
ketika rangsangan seksual pada kepala penis dan rangsangan lainnya mengirim sinyal
balik ke otak dan saraf tulang belakang. Saraf-saraf akan memicu kontraksi otot di
sepanjang vesikula seminalis, kelenjar prostat, epididimis, dan vas deferens.
Kontraksi ini akan memaksa air mani keluar ke dalam uretra. Selanjutnya, kontraksi
otot-otot di sekitar uretra akan mendorong air mani keluar dari penis. Proses ini
diikuti dengan menyempitnya otot-otot bagian dasar kandung kemih agar tidak ada
aliran balik air mani ke dalam kandung kemih.

4. Begitu ejakulasi terjadi—atau rangsang seksual berhenti—pembuluh arteri akan


menyempit dan vena terbuka. Proses sebaliknya terjadi, yakni berkurangnya aliran
darah masuk dan meningkatnya aliran darah keluar penis. Ini akan menyebabkan
penis menjadi lemas (detumescence). Setelah ini, pria akan memasuki periode
refrakter, di mana ereksi tidak bisa terjadi untuk jangka waktu tertentu, umumnya
sekitar 20 menit pada pria muda.

Bisakah pria mengalami menopause?


Pada wanita, menopause mengacu pada akhir dari fungsi reproduksi wanita. Ini
ditandai dengan adanya perubahan pada produksi hormon wanita. Kala menopause
terjadi, seorang wanita sudah tidak lagi bisa hamil.

Hal serupa tidak terjadi pada pria, di mana testis tidak kehilangan kemampuannya
untuk menghasilkan hormon. Seorang pria yang sehat tetap bisa menghasilkan sel
sperma hingga usia 80 tahun. Meski demikian, penurunan fungsi testis tetap ada
walau tidak bermakna. Penurunan fungsi ini dapat mulai terjadi pada usia 45-50
tahun, dan lebih nyata setelah usia 70 tahun.

Anda mungkin juga menyukai