Anda di halaman 1dari 14

KLIPING TUGAS PJOK

TEMA :
“TENTANG REPRODUKSI LAKI-LAKI & PEREMPUAN”
KELAS : VI

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
SAMUEL PASARIBU

SEKOLAH SD SWASTA CLARRISA II


Organ reproduksi pria bagian eksternal
Alat reproduksi laki-laki sebenarnya terdiri dari bagian luar (eksternal) dan dalam (internal).
Mungkin selama ini Anda paling hafal bagian luarnya. Namun sebenarnya, bagian internal
juga memiliki peran yang penting untuk sistem reproduksi pria.Berikut ini organ reproduksi
pria yang termasuk dalam bagian eksternal.

1. Penis
Terdapat 3 bagian utama anatomi penis, yaitu:

 Akar atau basis. Bagian ini menempel pada dinding perut bagian bawah.
 Batang penis. Bagian ini merupakan alat kelamin pria yang berfungsi untuk
penetrasi ke dalam vagina.
 Kepala penis. Bagian ini ditutupi oleh lapisan kulit, yang akan dihilangkan saat
menjalani sunat.

Pada ujung kepala penis, terdapat lubang kecil yang merupakan bukaan dari saluran kemih.
Bagian ini nantinya akan menjadi tempat keluarnya cairan semen dan urine. Pada alat
kelamin pria ini juga terdapat ujung-ujung saraf yang sensitif terhadap rangsangan.Penis tak
lepas dari risiko sejumlah penyakit. Penyakit penis yang dimaksud antara lain:

 Radang kulup penis (balanitis)


 Penyakit Peyronie (Peyronie's disease) alias penis bengkok
 Infeksi 
 Disfungsi ereksi
 Kanker penis

2. Skrotum
Skrotum merupakan bagian dari sistem reproduksi pria yang terlihat berbentuk seperti
kantung. Letaknya berada di belakang penis, dan merupakan tempat dari testikel, yang biasa
disebut dengan testis atau buah zakar.Pada skrotum juga terdapat banyak saraf dan pembuluh
darah. Organ ini pun berperan untuk mengatur suhu testis. Skrotum dapat mengalami
pembengkakan. Biasanya, ini diakibatkan oleh torsio testis (gangguan pada testis yang
memicu tersumbatnya aliran darah).Selain itu, pembengkakan skrotum juga bisa dipicu oleh
peradangan dan pertumbuhan yang tidak normal di dalam skrotum. Pembengkakan ini bisa
menimbulkan rasa sakit, atau malah tidak menimbulkan nyeri sama sekali.
3. Testis
Organ reproduksi pria berbentuk oval dengan ukuran sebesar biji zaitun ini terletak di dalam
skrotum. Pada umumnya, setiap pria masing-masing memiliki dua testis.Fungsi testis adalah
menghasilkan testosteron, yang merupakan hormon seks pada pria. Selain itu, organ ini juga
berfungsi untuk memproduksi sperma.Beberapa masalah kesehatan yang bisa menyerang
testis, antara lain:

 Trauma testis
 Torsio testis
 Radang testis (orkitis)
 Kanker testis

4. Epididimis
Epididimis merupakan saluran panjang, yang terletak di belakang testis. Organ ini berfungsi
untuk membawa dan menyimpan sel sperma yang telah diproduksi di testis.Selain itu,
epididimis juga merupakan organ reproduksi pria yang berfungsi dalam mematangkan
sperma, yang dibentuk oleh testis. Setelah matang, sperma baru dapat melakukan tugasnya
dalam membuahi sel telur.

Gambar sistem reproduksi pria

Organ reproduksi pria bagian internal


Alat reproduksi pria bagian internal juga disebut sebagai organ aksesori. Dilansir
dari Cleveland Clinic,  ada enam organ yang masuk ke dalam kelompok ini, yaitu:

1. Vas deferens
Fungsi vas deferens adalah mengantar sperma keluar tubuh saat ejakulasi. Organ ini
merupakan saluran panjang dan tebal, mulai dari epididimis hingga ke rongga panggul.Dari
epididimis, sperma disalurkan melalui vas deferens, untuk kemudian menuju saluran kemih
alias uretra. Organ ini terletak di belakang kandung kemih. 
2. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis merupakan organ berbentuk kantung yang menempel pada vas deferens,
di dekat bagian dasar kandung kemih. Organ ini berguna dalam memproduksi cairan, sebagai
pemberi energi sperma untuk bergerak.

3. Saluran ejakulasi
Saluran ini terbentuk dari gabungan vas deferens dan vesikula seminalis. Sesuai dengan
namanya, saluran ejakulasi menjadi "jalan" bagi air mani untuk keluar saat pria berejakulasi.

4. Saluran kemih
Organ ini disebut juga sebagai uretra, dan berfungsi untuk membawa urine dari kandung
kemih ke luar tubuh.

5. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak pada bagian bawah kandung kemih, di depan rektum atau anus.
Prostat berfungsi memproduksi cairan yang membantu pergerakan sperma saat terjadi
ejakulasi dan membantu menjaga sperma tetap sehat.

6. Kelenjar bulbourethral
Kelenjar bulbourethral atau disebut juga kelenjar cowper berfungsi untuk memproduksi
cairan yang melumasi saluran kemih. Selain itu, bagian dari sistem reproduksi pria ini juga
membantu menetralisir tingkat keasaman di saluran kemih, yang terbentuk akibat sisa urine.

Fungsi organ reproduksi pria dimulai saat masa puber


Peran utama dari semua organ reproduksi pria yang telah disebutkan di atas adalah untuk
bekerja sama memproduksi dan mengeluarkan semen ke sistem reproduksi wanita, saat
melakukan hubungan seksual. Namun, alat reproduksi pria dan bagiannya tidak serta-merta
langsung berfungsi.Saat bayi baru lahir, semua alat reproduksi pria tersebut sudah terbentuk.
Namun, fungsi reproduksi baru akan berjalan saat seorang laki-laki memasuki masa pubertas.
Saat masa puber dimulai, kelenjar pituitari akan mulai memproduksi hormon yang dapat
merangsang testis untuk menghasilkan testosteron. Sebutan lain dari testosteron adalah
hormon seks pada pria.

Hormon yang berperan dalam sistem reproduksi pria


Hormon bisa disebut sebagai bahan bakar bagi alat reproduksi pria. Tanpa hormon, alat
reproduksi pria dan bagiannya tidak dapat berjalan dengan baik. Ada tiga hormon utama yang
memiliki peran penting untuk organ reproduksi manusia, yaitu:

 Follicle stimulating hormone (FSH)


 Luteinizing hormone (LH)
 Testosteron

FSH dan LH adalah dua hormon yang diproduksi di kelenjar pituitari. FSH berperan penting
dalam proses produksi sperma di tubuh. Sementara itu, LH berperan dalam produksi
testosteron, yang juga diperlukan dalam proses pembentukan sperma. Produksi testosteron
jugalah yang menyebabkan berbagai perubahan fisik pada laki-laki yang sedang puber,
seperti:

 Membesarnya skrotum dan testis 


 Membesarnya penis, vesikula seminalis, kelenjar prostat
 Tumbuhnya rambut di area genital dan ketiak
 Suara yang semakin berat
 Bertambahnya tinggi badan

Alat reproduksi wanita bagian luar

Fungsi dari alat atau organ reproduksi wanita bagian luar (alat kelamin) adalah sebagai jalur
masuk sperma serta melindungi alat reproduksi bagian dalam dari infeksi.

Berikut adalah bagian-bagian dari alat reproduksi wanita di bagian luar.

1. Labia majora

Anda juga bisa menyebut salah satu organ reproduksi wanita ini sebagai bibir besar karena
fungsinya melindungi organ luar lainnya.

Pada masa puber, area kulit di labia majora akan tumbuh bulu atau rambut yang juga
mengandung kelenjar penghasil minyak.

2. Labia minora

Labia minora atau bibir kecil merupakan alat reproduksi wanita yang mempunyai berbagai
ukuran.

Letaknya tepat di dalam labia majora, mengelilingi bukaan ke vagina dan uretra (saluran
pembawa urine). Kulitnya sangat halus, mudah teriritasi, dan bengkak.
3. Kelenjar Bartholin

Kelenjar ini berada di setiap sisi sebelah lubang vagina dan bisa mengeluarkan sekresi cairan
(lendir) untuk melumasi area miss V.

4. Klitoris

Organ reproduksi wanita yang satu ini merupakan tonjolan kecil dan sensitif. Klitoris ditutupi
oleh lipatan kulit disebut sebagai preputium, mirip dengan kulup di ujung penis.

Perlu diketahui pula bahwa klitoris sensitif terhadap rangsangan dan menjadi area ereksi.
Oleh karena itu, klitoris kerap menjadi salah satu titik rangsang wanita saat berhubungan
intim.

Alat reproduksi wanita bagian dalam

Setelah membahas bagian luar, sekarang Anda perlu tahu apa saja organ reproduksi wanita
bagian dalam.

1. Vagina

Vagina adalah saluran yang menghubungkan serviks (bagian bawah rahim) dengan bagian
luar tubuh. Letaknya di dalam tubuh, belakang kandung kemih, lebih rendah dari rahim.

Fungsi vagina sebagai alat reproduksi wanita adalah menjadi jalan keluar darah saat
menstruasi, jalan lahir bayi, serta jalan masuk sperma menuju rahim.

2. Ovarium

Ovarium, atau indung telur, berada di sisi kanan dan kiri rongga panggul yang bersebelahan
dengan bagian rahim atas.

Alat atau organ reproduksi wanita yang satu ini bertanggung jawab untuk memproduksi
hormon seperti estrogen, progesteron dan ovum atau yang biasa disebut sel telur.
3. Tuba falopi

Tuba falopi memiliki bentuk seperti saluran bercorong yang masing-masing membentang dari
ujung kanan dan kiri pada rahim atas ke ujung ovarium.

Organ reproduksi yang satu ini mempunyai fungsi untuk mengangkut ovum dan
membawanya ke dalam infundibulum (bagian ujung tuba falopi) menuju rahim.

Pembuahan sel telur dengan sperma juga terjadi di tuba falopi. Kemudian, telur yang sudah
dibuahi pindah dan ditanamkan pada lapisan rahim.

4. Rahim (uterus)

Rahim (uterus) adalah organ reproduksi wanita yang berongga dan bentuknya seperti buah
pir. Ini merupakan rumah bagi janin yang sedang berkembang. Ada dua bagian rahim, yaitu
sebagai berikut.

 Serviks, merupakan leher rahim yang berada di bagian bawah dan menjadi jalan
menuju vagina serta tubuh utama rahim yaitu korpus.
 Korpus, area fleksibel karena bisa mengembang sesuai perkembangan bayi. Ini
juga merupakan saluran untuk darah menstruasi dan sperma.
Selain itu, rahim menyokong embrio selama tahap perkembangan awal. Otot-otot dinding
rahim berkontraksi persalinan normal untuk mendorong janin melewati jalan lahir.

5. Leher rahim (serviks)

Leher rahim atau serviks adalah organ berbentuk silinder atau tabung yang menghubungkan
vagina dengan rahim.

Serviks terdiri dari dua bagian, yaitu ektoserviks (dinding luar leher rahim) dan endoserviks
(bagian dalam leher rahim).

Serviks memproduksi lendir yang akan berubah selama siklus menstruasi. Perubahan tekstur
lendir serviks bertujuan untuk mencegah atau membantu terjadinya kehamilan.
Bagaimana cara kerja alat reproduksi wanita?
Seperti yang sudah dipaparkan, alat reproduksi wanita terdiri beberapa organ tubuh yang
memiliki fungsi tertentu.

Mengutip dari Kids Health, organ reproduksi wanita membantu agar tubuh dapat melakukan
fungsi berikut.

 Menghasilkan sel telur.


 Melindungi dan memelihara sel telur yang telah dibuahi sperma, hingga
berkembang seutuhnya.
 Melakukan hubungan seksual.
 Melahirkan bayi.
Fungsi utama dari organ reproduksi wanita adalah memproduksi sel telur dan tempat
pembuahan. Ovarium (indung telur) menghasilkan sel telur (oosit).

Sel telur ini akan diangkut menuju tuba falopi, yaitu tempat pembuahan dengan sperma. Saat
pembuahan berhasil, maka akan pindah ke lapisan rahim yang akan menebal.

Apabila tidak terjadi pembuahan, lapisan rahim luruh sebagai menstruasi. Selain itu, organ
reproduksi wanita pun menghasilkan hormon seks yang menjaga siklus reproduksi.

Cara kerja sistem reproduksi wanita tidak dapat berjalan tanpa adanya kelenjar seks atau
gonad.

Baik pria mau pun wanita memiliki gonad sebagai salah satu organ reproduksi. Pada wanita,
gonad berupa ovarium yang menghasilkan sel telur (ovum).

Seiring berjalannya waktu, kinerja alat reproduksi wanita akan mencapai titik akhir.

Yakni, saat siklus menstruasi berhenti dan tubuh tidak lagi menghasilkan hormon seks.
Kondisi ini disebut dengan menopause.
Penyakit pada Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ luar dan dalam. Organ reproduksi wanita bagian
dalam meliputi vagina, rahim, saluran telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium).
Sementara organ reproduksi wanita bagian luar terdiri dari vulva, kelenjar Bartholin, dan
klitoris.
Beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering terjadi adalah:
1. Endometriosis
Salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering kita dengar
adalah endometriosis. Penyakit ini terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam
dinding rahim tumbuh di tempat lain di dalam tubuh.
Jaringan tersebut dapat tumbuh di ovarium, bagian belakang rahim, usus, atau bahkan di
kandung kemih. Jaringan yang salah tempat ini akan menyebabkan nyeri haid yang hebat,
perdarahan menstruasi yang deras, nyeri saat berhubungan seksual, serta sulit hamil.
2. Radang panggul
Penyakit kedua yang kerap terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah radang panggul.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri penyebab infeksi yang merambat masuk ke dalam
panggul melalui vagina atau leher rahim.
Salah satu penyebab radang panggul yang paling umum adalah penyakit menular seksual,
seperti klamidia dan gonore. Jika tidak diobati dengan baik, penyakit ini bisa menyebabkan
nyeri panggul jangka panjang, tersumbatnya saluran telur, infertilitas, dan kehamilan ektopik.
3. PCOS
PCOS atau sindrom ovarium polikistik adalah kondisi yang memengaruhi kadar hormon
wanita. Wanita yang menderita penyakit ini akan menghasilkan hormon seks androgen dalam
jumlah yang lebih banyak.
Akibatnya, penderita akan mengalami menstruasi yang tidak teratur, atau bahkan tidak
menstruasi sama sekali, serta sulit hamil.
4. Miom
Miom atau fibroid rahim adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim. Tumor pada miom
terbentuk dari jaringan otot rahim. Penyakit pada sistem reproduksi wanita ini sering
menyerang wanita di usia produktif.
Gejalanya dapat berupa perdarahan dari vagina di luar masa haid, nyeri panggul, kram atau
nyeri pada perut, nyeri punggung, sering merasa ingin pipis, serta nyeri saat berhubungan
seksual.
5. Kanker pada organ reproduksi wanita
Kanker pada organ reproduksi wanita dikenal dengan istilah kanker ginekologi. Beberapa
jenis kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker mulut rahim, kanker ovarium, dan
kanker vagina.

Penyakit pada Sistem Reproduksi Pria


Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam tubuh. Organ
reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis, skrotum (kantong zakar), dan
testis.
Sedangkan organ reproduksi pria yang berada di dalam tubuh adalah epididimis, saluran vas
deferens, saluran kemih, vesikula seminalis (kantung air mani), kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbourethral.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa mengintai sistem reproduksi pria:
1. Epididimitis
Penyakit ini terjadi akibat adanya peradangan pada epididimis, yakni saluran di dalam
skrotum yang menempel pada testis. Saluran ini berperan untuk mengangkut serta
menyimpan sperma yang diproduksi oleh testis.
Epididimitis dapat menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri, air mani mengandung darah,
nyeri saat buang air kecil dan ejakulasi, serta gangguan kesuburan.
2. Orchitis
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit pada sistem reproduksi pria yang cukup sering
terjadi. Orchitis adalah peradangan pada testis, yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus. Orchitis bisa menyerang salah satu testis maupun keduanya sekaligus.
Sama seperti epididimitis, orchitis juga bisa menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri.
Bila tidak ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan kemandulan dan penurunan produksi
hormon testosteron.
3. Gangguan prostat
Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran kemih atau
uretra. Kelenjar ini memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk menyuburkan dan
melindungi sperma.
Gangguan pada prostat dapat berupa peradangan prostat (prostatitis), pembesaran prostat
(BPH), atau kanker prostat.
4. Hipogonadisme
Hipogonadisme pada pria terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan hormon testosteron yang
cukup. Pada pria dewasa, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan libido, gangguan
produksi sperma dan fungsi organ-organ reproduksi, serta infertilitas.

5. Masalah pada penis


Masalah pada penis tak jarang dikeluhkan oleh para pria. Beberapa penyakit yang bisa
menyerang organ reproduksi pria ini adalah disfungsi ereksi, kelainan bentuk penis,
misalnya hipospadia atau penis bengkok (penyakit Peyronie), dan kanker penis.
Selain beragam penyakit pada sistem reproduksi yang telah disebutkan di atas, pria dan
wanita juga bisa terkena penyakit menular seksual, seperti herpes genital, HIV/AIDS, sifilis,
dan gonorea. Penyakit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.
Penyakit pada sistem reproduksi, baik pada pria maupun wanita, bisa menyebabkan
kemandulan. Oleh karena itu, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan organ
reproduksi dengan menjalani perilaku seks yang aman dan melakukan pemeriksaan kesehatan
rutin ke dokter untuk mendeteksi penyakit-penyakit tertentu.

Tips menjaga kesehatan reproduksi pria dan wanita


Setelah memahami betapa pentingnya menjaga sistem reproduksi Anda, langkah berikutnya
adalah menerapkan kebiasaan baru untuk memelihara kesehatannya.
Berikut beberapa cara sederhana yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan
reproduksi:
1. Merawat kebersihan organ intim dengan baik
Memelihara kebersihan alat kelamin adalah salah satu bentuk komitmen untuk menjaga
kesehatan reproduksi. 
Kelamin yang kotor dan tidak terawat tentu membuat pasangan ogah-ogahan untuk
berhubungan seks dengan Anda.
Selain itu, organ intim yang kotor juga dapat meningkatkan risiko penyakit yang dapat
mengganggu kerja sistem reproduksi.
Menjaga kebersihan organ reproduksi tidak perlu cara-cara yang repot, Anda perlu lakukan
cara seperti:
 Selalu membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil, serta sebelum dan setelah
melakukan hubungan seksual.
 Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan tidak lembap.
 Hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih, deodoran, bedak, dan vaginal
douche  karena dapat menyebabkan kulit kelamin rentan iritasi.
 Mengganti celana dalam setiap hari dan pastikan bahan celana yang digunakan
mampu menyerap keringat dengan baik.
 Bagi pria, pertimbangkan untuk sunat guna menghindari risiko infeksi bakteri di
penis.
Jika pria tidak disunat, kulit kulup yang tidak diangkat tersebut dapat menjadi tempat
berkumpulnya kotoran.
Alhasil, kotoran tersebut dapat menumpuk dan menyebabkan infeksi bila terus dibiarkan.
2. Makan makanan sehat
Cara lain untuk menjaga kesehatan organ reproduksi adalah dengan memperhatikan apa yang
masuk ke dalam tubuh Anda.
Jika Anda terbiasa makan makanan yang sehat dan bergizi tinggi, tubuh akan terasa makin
sehat dan bugar.
Anda juga akan terhindar dari berbagai penyakit, termasuk penyakit yang menyerang sistem
reproduksi.
Ditambah lagi, asupan nutrisi yang tepat juga dapat membantu tubuh memproduksi sel
sperma dan sel telur yang sehat serta berkualitas.
Makanan sehat juga mempersiapkan tubuh wanita untuk menjalani kehamilan tanpa
hambatan komplikasi.
Menurut laman Harvard Health Publishing, berikut tips memilih makanan yang sehat untuk
kesehatan reproduksi Anda:
 Hindari lemak trans
 Makan lebih banyak minyak sayur tak jenuh
 Penuhi kebutuhan protein dari sayur, seperti kacang, tahu, serta biji-bijian
 Pilih karbohidrat yang kaya akan serat, seperti gandum utuh, sayur, buah, dan kacang
 Minum susu murni
 Minum multivitamin, seperti asam folat
 Penuhi kebutuhan zat besi, seperti dari bayam, kacang, labu, tomat, dan buah bit
3. Berhubungan seks yang aman
Berhubungan seks yang aman didefinisikan sebagai segala bentuk tindakan pencegahan untuk
melindungi diri dan pasangan dari risiko penyakit menular seksual. 
Seks yang aman juga bisa diartikan sebagai upaya untuk menghindari kehamilan yang tidak
direncanakan.
Namun, prinsip melakukan seks yang aman tidak hanya terfokus pada pemakaian
kondom saja. 
Beberapa hal yang merupakan bentuk perilaku seks aman untuk menjaga kesehatan
reproduksi, di antaranya:
 Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, pil KB, atau KB IUD.
 Tidak bergonta-ganti pasangan seks.
 Menjaga kebersihan organ intim sebelum dan setelah seks.
 Cek dan ricek riwayat seksual diri sendiri dan pasangan.
 Melakukan tes penyakit kelamin secara berkala.
4. Rajin cek kesehatan reproduksi ke dokter
Beberapa orang mungkin baru memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi ketika sedang
merencanakan kehamilan.
Padahal, meski Anda sedang tidak berencana hamil, sistem reproduksi tetap harus diperiksa
secara rutin guna mencegah berbagai penyakit di kemudian hari yang bisa muncul tanpa
gejala.
Salah satu contohnya adalah penyakit endometriosis yang menyerang wanita. Jika dibiarkan
tanpa pengobatan yang tepat, penyakit ini bisa membuat wanita sulit hamil.
Selain itu, penyakit infeksi yang menyerang testis atau penis juga berisiko membuat pria sulit
menghamili pasangannya.
Atas dasar inilah, baik pria maupun wanita sangat dianjurkan untuk rutin memeriksakan
kesehatan mereka di klinik, rumah sakit, atau laboratorium kesehatan.
Biasanya, pemeriksaan organ reproduksi berfokus pada risiko infeksi, penyakit menular
seksual, dan penyakit bawaan yang mungkin diturunkan dari orangtua.
Berikut beberapa jenis pemeriksaan kesehatan reproduksi yang paling umum dilakukan:
 Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count)
 Pemeriksaan urin
 USG
 HSG
 Tes penyakit kelamin, seperti tes sifilis dengan uji VDRL
 Pap smear
5. Terapkan gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat adalah kunci menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh yang akan ikut
memengaruhi kesehatan sistem reproduksi Anda.
Itu sebabnya, jika Anda seorang perokok dan peminum alkohol, sebaiknya usahakan untuk
menghentikan kedua kebiasaan buruk ini.
Memang tidak mudah memang, tetapi tidak mustahil juga bila upaya tersebut diiringi dengan
niat dan tekad yang kuat.
Cobalah pelan-pelan dengan mengurangi satu gelas miras atau sebatang rokok per hari
untuk berhenti merokok.
Jika sudah terbiasa, barulah kurangi beberapa batang rokok dan gelas lagi hingga Anda
mampu berhenti sama sekali.
Bila perlu, Anda bisa meminta dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga,
pasangan, atau sahabat.
Selain itu, jangan lupa untuk rutin berolahraga secara teratur agar tubuh Anda tetap bugar
setiap hari.
Olahraga bisa membantu Anda dalam mencapai berat badan ideal dan memperbesar peluang
untuk hamil.
Begitu pula dengan membiasakan cukup tidur. Tidur adalah cara alami tubuh untuk menjaga
kesehatannya sendiri.
Jika Anda kurang tidur, dampaknya akan terasa langsung pada kesehatan Anda, termasuk
pada kesehatan reproduksi dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai