A. PENDAHULUAN
Kelenjar mammae atau payudara merupakan derivatif sel epitel dan
lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon.
Efek hormonal pada payudara paling jelas terlihat selama perkembangan
embrionik dan setelah pubertas. Setiap kelenjar mammae terdiri atas massa
jaringan yang berlobul. Jaringan kelenjar melekat di dalam jaringan adiposa
dan dipisahkan oleh jaringan fibrosa.
Lobus anterior hipofisis adalah kelenjar yang menghasilkan bermacammacam hormon yang bertugas meregulasi sekresi hormon-hormon kelenjar
lain. Kelenjar-kelenjar berikut ini bekerja di bawah pengaruh hipofisis: gonad,
adrenal, tiroid dan mammae. Sedemikian luasnya peran hipofisis membuat
kelenjar ini mendapat julukan Master of Gland. Meskipun demikian,
hipofisis anterior tetap di bawah kontrol hipotalamus yang diperankan oleh
parvocellular neurosecretory cells di zona paraventrikuler.
Berikut ini adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisis lobus anterior
dan efek yang ditimbulkannya:
Hormon
Target
Efek
Follicle-stimulating
hormone (FSH)
Gonad
Ovulasi,
spermatogenesis
Luteinizing hormone
(LH)
Gonad
Ovulasi, maturasi
sperma
Thyroid-stimulating
hormone (TSH) atau
thyrotropin
Tiroid
Sekresi tiroksin
(meningkatkan
metabolisme)
Adrenocoticotropic
hormone (ACTH) atau
corticotrophin
Korteks
adrenal
Sekresi kortisol
Semua
sel
Stimulasi sintesa
protein
Prolaktin
Mamma
e
B. PEMBAHASAN
Mammalia berasal dari kata mammae (bahasa Latin) yang berarti
susu. Mammalia suatu kelas dari hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang memiliki kelenjar susu untuk menyusui anak yang baru dilahirkan atau
anak yang masih kecil. Kelenjar susu (mammae) terdapat didaerah perut
atau dada. Ciri-ciri lain mamalia selain kelenjar susu memiliki 3 tulang
telinga tengah, yaitu landasan martil dan sanggurdi. Semua mamalia
berambut, pada paus dan lumba-lumba rambut ada pada tahap tertentu.
Fungsi rambut yaitu sebagai insulasi pertukaran panas dengan lingkungan,
sebagai indra peraba, sebagai pelindung dari gesekan atau pertahanan,
sebagai penciri kelamin. Ciri lain geligi dengan berbagai bentuk dan ukuran,
rahang bawah tersusun atas 1 tulang, bernafas dengan paru-paru, jantung
ruang empat, diafragma membantu pernafasan.
Mammalia terkecil seperti kelelawar kecil (Craseonycteris
thonglongyui) dengan berat 3 gram, sedangkan mammalia terbesar adalah
paus biru (Balaenoptera musculus) panjang 27 meter dengan berat 190 kg.
1. Struktur Kelenjar Mammae
Kelenjar mammae merupakan kelenjar kulit khusus, yang terletak di
bawah kulit. Prolaktin, estrogen, progesteron, hidrokortison dan insulin
meningkatkan komponen-komponen penyusun kelenjar mammae.
a. Anatomi
Struktur dasar kelenjar mammae atau payudara hampir sama pada
semua mamalia walaupun terdapat variasi yang luas dalam hal jumlah,
ukuran, lokasi dan bentuk kelenjar mammae. Struktur anatomi payudara
secara garis besar tersusun dari jaringan lemak, lobus dan lobulus (setiap
kelenjar terdiri dari 15-25 lobus) yang memproduksi cairan susu, serta
ductus lactiferous yang berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus
arteri pudic eksterna. Pada babi, kelenjar mammae disuplay oleh arteri pudic
eksterna dan arteri thoracisekstern. Arteri-arteri yang mempenetrasi cabangcabang kelenjar mammae dan mengikuti jaringan konektif inilah yang
membentuk lobus dan lobulus.
Alveoli dikelilingi oleh sebuah network dari kapiler- kapiler arteri yang
mentransfer nutrient yang digunakan dalam sintesa susu. Network sel-sel
myoepithelial meliputi seluruh permukaan alveoli dan pembuluhpembuluh
kecil yang mengaliri lobulus. Sel-sel tersebut lembut, berfungsi seperti otot
tetapi berasal dari ectodermal bukan mesodermal. Sel-sel tersebut berasal
sari sel-sel epithelial. Sel-sel myoepithelial adalah jaringan kontraktil yang
memegang peran penting dalam milk ejection/milk let down (pengeluaran
susu).
Gambar 1. Struktur Payudara Manusia yang Matang dan
Jaringan Penyusun
yang sesuai di dalam alveolus payudara. Jalur yang pertama meliputi sekresi
kation monovalen dan air. Jalur yang kedua, transpor immunoglobulin yang
dimediasi reseptor. Jalur yang ketiga, sintesis dan transpor lemak susu. Jalur
yang keempat, eksositosis vesikel sekretorik yang mengandung protein susu
spesifik, kalsium, fosfat, sitrat dan laktosa. Jalur paraseluler imunoglobulin
seperti IgA, plasma protein, dan leukosit dapat bergerak di antara sel
alveolar yang telah kehilangan persambungan erat (tight junction).
Laktasi terjadi pada waktu kelahiran bersamaan dengan penurunan
kadar progesteron dan estrogen dalam darah dan meningkatkan kadar
prolaktin atau hormon laktogenik dari kelenjar hipofisa. Prolaktin perlu untuk
memulai sekresi air susu dan mempertahankan laktasi. Peningkatan kadar
prolaktin didukung oleh stimulasi mammae melalui penghisapan dan
penyingkiran kolestrum dan air susu dari alveoli kelenjar susu.
4. Fungsi Kelenjar Mammae
Laktasi merupakan karakteristik yang spesifik bagi mamalia. Susu adalah produk yang
dihasilkan oleh glandula mammae dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan
imunitas pasif. Susu mempunyai susunan kimia yang kompleks. Konstituen utamanya adalah air
yaitu sebesar 46 90 %. Komposisi susu juga bervariasi tergantung spesies Komponen utama
lainnya adalah protein, lemak dan laktosa. Susu juga merupakan sumber berbagai mineral seperti
Ca, Mg dan P serta berbagai vitamin. Air susu yang pertama keluar setelah proses kelahiran
mengandung maternal immunoglobulin atau antibody yang dapat bertindak sebagai imunitas
terhadap penyakit, disebut kolostrum.
Protein dan lemak merupakan komposisi penting pada susu. Protein dalam susu disebut
casein. Casein ini hadir dalam berbagai bentuk pada spesies yang berbeda. Molekul casein
beragregasi membentuk ikatan disebut micelles, dan distabilkan oleh komponen lain yaitu Ca,
Phosphate, Citrat dan lain-lain. Casein terdiri dari berbagai asam amino. Casein mengandung asam
amino yang dibutuhkan oleh manusia, oleh karena itu susu merupakan nutrisi yang tinggi kualitas
proteinnya. Sementara lemak hadir sebagai globul-globul kecil dekat dengan membrane yang berasal
dari sel-sel yang mengeluarkannya yaitu membrane globul lemak susu.
Sapi
Kambin
g
Manusia
Domba
Kuda
Babi
Air
87,70
86,0
88,2
81,3
89,9
81,9
Lemak
3,61
46
3,3
3,3
1,2
6,8
Laktosa
4,65
4,2
6,8
6,8
6,9
5,5
Protein
3,29
4,4
1,5
1,5
1,8
5,1
0,75
0,8
0,2
0,2
0,3
0,7
N X 6,38
Abu
Tiga alasan mengapa ternak ruminansia diperuntukkan sebagai penghasil susu adalah : (1)
Mereka dapat merubah rumput dan hijauan yang tidak kita konsumsi sebagai sumber pakan ke dalam
susu, nutrisi yang dapat kita konsumsi. Hal ini dapat terjadi berkat adanya fermentasi mikroba dalam
rumennya. (2) Memiliki pembuluh puting yang dapat memfasilitasi pengeluaran susu. (3)
Memproduksi susu dalam jumlah besar secara efisien.
5. Kelainan Pada Kelenjar Mammae
Kanker payudara dapat tumbuh dimana saja pada kelenjar mammae. Tumor biasanya
dikelompokkan berdasarkan asal selnya. Kerentanan kelenjar payudara terhadap
Susu adalah produk yang dihasilkan oleh glandula mammae dan merupakan nutrisi bagi
anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif. Susu mempunyai susunan kimia yang kompleks.
Konstituen utamanya adalah air yaitu sebesar 46 90 %. Komposisi susu juga bervariasi
tergantung spesies. Komponen utama lainnya adalah protein, lemak dan laktosa. Susu juga
merupakan sumber berbagai mineral seperti Ca, Mg dan P serta berbagai vitamin.
Air susu yang pertama keluar setelah proses kelahiran mengandung maternal
immunoglobulin atau antibody yang dapat bertindak sebagai imunitas terhadap penyakit, disebut
kolostrum. Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis dipengaruhi
oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang dikarakterisasi
dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A. et. a l. 1995. Pengaruh Akupuntur Terhadap Poduksi Air Susu
Ibu. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 105. FK UI. Diakses 14
Nopember 2009.
Duval, J. 1997. Treating Mastitis Without Antibiotics Ecological Agriculture
Projects . http; // www, eap mc gill. ca // Publications / EAP 69 htm.
Diakses 17 Nopember 2009.
Eni, F. 2009. Sistem Reproduksi Betina. http: /1 bp. Blogspot. Com/9 BICAF
jp Rb U/sha Y 4 mtepol / AAAAAAA jc/ K2q Rt4 / S 320 / E S 2.
Diakses 3 Desember 2009.
Hefner, L. J & D. J. Schust. 2006. At Glance Sistem Reproduksi . Jakarta :
Erlangga.
Hurley ,W.L & D.E .Morin. 2000. Mastitis Lesson A Lactation Biology. ANSCI
308. http: // classes aces uinc. Edu/ Anscei 308/ 17 Nopember 2009.
Hurley, WL . 2000. Mammary Tissue Organization Lactatition Biology. ANSCI
308. http: // classes aces uinc. Edu/ Anscei 308/ 17 Nopember 2009.
Lestari, T.D. 2006. Laktasi Sapi Perah Sebagai Lanjutan Proses Reproduksi.
Kelenjar susu adalah kelenjar tambahan sistama reproduksi.[1] Dalam kondisi yang normal
kelenjar susu akan berkembang setelah sistema reproduksi beroperasi atau berfungsi.[1] Pada
ternak yang berplasenta perkembangan kelenjar susu sebagian besar terjadi setelah ternak
mulai bunting.[1] Pertumbuhan jaringan kelenjar susu dibawah pengaruh hormon-hormon.[1]
Namun tidak diketahui kadar hormon dalam darah selama bunting mempengaruhi besarnya
Eki Maura
Jaringan kelenjar susu dapat memberikan peluang untuk mempelajari fungsi dasar fisiologi sel
dan system organellanya. Jaringan kelenjar susu tersebut berbeda dengan jaringan-jaringan yang
lain dalam hal pertumbuhannya sebagian besar terjadi pada saat ternak betina telah mencapai
pubertas (Prihadi,1997).
Kelenjar susu merupakan kelenjar tambahan sistama reproduksi. Dalam kondisi yang normal
kelenjar susu akan berkembang setelah sistema reproduksi beroperasi atau berfungsi. Pada ternak
yang berplasenta perkembangan kelenjar susu sebagian besar terjadi setelah ternak mulai
bunting. Pertumbuhan jaringan kelenjar susu dibawah pengaruh hormon-hormon. Namun tidak
diketahui apakah kadar hormon dalam darah selama bunting mempengaruhi besarnya
perkembangan kelenjar susu atau hormon-hormon tersebut berfungsi hanya sebagai perangsang
atau kunci yang merangsang material genetik dalam asam deoksiribonucleat (DNA) dalam sel
kaitannya dengan pembelahan sel untuk pertumbuhan kelenjar susu (Prihadi,1997).
Sekresi susu yang berkelanjutan diatur oleh beberapa faktor. Jumlah susu yang diproduksi dan
komposisi dapat ditingkatkan dengan mengadakan perubahan status hormon dan nutrisi ternak.
Hormon-hormon somatotrophin dan thyroxine meningkatkan produksi susu sapi perah. Untuk
mempertahankan kontinueitas sekresi susu, susu yang telah disekresikan harus dikeluarkan
secara periodik. Pengeluaran susu dari kelenjar susu pada sebagian besar mammalia memerlukan
ransangan pada sistema syaraf melalui sistema penyusunan oleh anaknya atau pemerahan.
Ransangan pada syaraf memacu pelepasan hormon oxitocin yang menyebabkan sel myoepithel
yang mengelilingi alveolus berkontraksi dan memeras susu keluar dari alveoli menuju ke saluran
susu (Prihadi,1997).
Karena kelenjar susu merupakan kelenjar kulit, pembuluh darah utama yang menghubungkan
kelenjar dengan tubuh terbatas dengan sedikit arteri dan vena. Hal ini memungkinkan untuk
mengukur aliran yang terjadi pada komposisi darah yang masuk dan yang meninggalkan kelenjar
susu (Prihadi,1997).
Ambing adalah suatu kelenjar kulit yang tertutup oleh bulu, kecuali pada putingnya. Ambing
tanpak sebagai kantung yang berbentuk persegi empat (Prihadi,1997). Ambing seekor sapi betina
terbagi menjadi empat kuartir yang terpisah. Dua kuartir bagian depan biasanya berukuran 20%
lebih kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir itu bebas satu sama lain
(Blakely,1991).
Ambing terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan terpisahkan oleh satu lekukan yang
memanjang, yang disebut intermammary groove. Diambing sering dijumpai adanya puting
tambahan (extra teat) diluar empat yang normal dari maisng-masing kuartir. Puting tambahan
biasanya berada dibelakang puting belakang atau kadang-kadang diantara puting depan dan
belakang (Prihadi,1997).
Menurut Soetarno (1999) kuartir sebelah kanan dan sebelah kiri dipisahkan oleh membrane yang
tebal yang disebut tenunan penyakit septum media (median susupensory) yang menjulur keatas
bertautan pada dinding perut, sehingga merupakan alat penggantung bagi ambing. Bagian
ambing kanan dan kiri masing-masing dipisahkan menjadi dua bagian oleh suatu membrane yang
amat tipis (fine membrane)
Ambing sapi terdiri dari dua tenunan atau jaringan yaitu tenunan kelenjar yang menghasilkan
susu dan tenunan pengikat berfungsi sebagai kerangka. Tenunan kelenjar susu dan tenunan
pengikat disatukan dan terbungkus oleh kulit berfungsi sebagai pelindung (Soetarno,1999).
System tenunan kelenjar susu terdiri dari rongga putting, rongga ambing, saluran susu besar dan
alveoli. Sedang system tenunan pengikat terdiri dari sekelompok alveolus-alveolus atau alveoli
terbungkus oleh membran yang tipis berbentuk lobulus. Lobulus-lobulus atau lobuli, satu dengan
yang lainnya juga terbungkus oleh membran yang tipis. Dari banyak lobuli yang terbungkus oleh
membran tipis tersebut terbentuk lobus. Membran yang tipis membungkus alveoli atau lobuli dan
semua tenunan atau jaringan pengikat yang ada pada tenunan kelenjar susu merupakan sistema
tenunan pengikat yang berfungsi sebagai kerangka dari tenunan kelenjar susu (Soetarno,1999).
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.
Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.
Sutarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.
terdapat diatas puting. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu lubang (Syarief
dan Sumoprastowo, 1984). Dua kuarter bagian depan biasanya berukuran
sekitar 20 % lebih kecil dari kuarter bagian belakang (Blakely et al., 1991).
Ambing bagian belakang menghasilkan susu 60 %, sedangkan bagian depan 40
% dari jumlah susu yang dihasilkan (Prihadi, 1997). Kapasitas sisterna ambing
bervariasi antara 100400 gram susu. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu
lubang yang disebut streak canal, teat meatus atau ductus papillaris. Jaringan
penyangga ambing dibedakan menjadi 7 yaitu : kulit, fascia superfisial, cordlike
tissue, ligamentum suspensatorium lateralis, bagian dalam ligamentum
suspensatorium lateralis, tendeo subpelvis, dan ligamentum suspensorium
medialis (Frandson, 1992). Puting memiliki variasi bentuk, ada yang berbentuk
silinder, kerucut, pensil dan ada pula yang panjang maupun pendek. Puting yang
normal memiliki warna yang bersih (tanpa warna hitam) (Prihadi, 1997). Puting
susu kambing bersatu atau bergantung pada ambing bentuk simetris dan cukup
besar ukurannya. Ambing besar rasanya lembut bila dipegang dan mudah
dilipat-lipat. Bulu yang tumbuh yaitu lembut dan halus. Di bawah ambing ada
urat pembuluh darah dan kulit ambing mengisut (Sarwono, 1997). Keluarnya air
susu dipengaruhi oleh hormon oxytocin. Hormon ini mempengaruhi sel-sel
myoepithelium atau sel-sel epitel otot dan menyebabkan kontraksi pada sel-sel
tersebut. karena kontraksi tersebut maka ambing kencang dan menurunkan
susu. Hormon tersebut dikeluarkan kedalam peredaran darah apabila ada
rangsangan-rangsangan yang diterima oleh hewan dari petugas perah (Syarief
dan Sumoprastowo, 1984). Rate of milking seekor sapi sebagian tergantung
pada besar teat meatus. Sapi
yang mempunyai aliran cepat pada pemerahan biasanya mempunyai teat
meatus dengan diameter yang besar. Teats cistein, satu rongga dalam puting
susu dapat menampung susu kira-kira 10-30 cc susu tergantung besar kecilnya
puting. Pada teats cistein terdapat lipatan-lipatan yang kadang ada yang berupa
membran lengkap terbentang melintang dalam puting, sehingga puting menjadi
buntu dan susu tidak dapat keluar (Prihadi, 1997).
Perkandangan Kandang sapi perah adalah tempat sapi dapat beristirahat dengan
tenang memberi perlindungan bagi sapi maupun pekerjanya, terhindar dari air
hujan, angin kencang dan teriknya sinar matahari. Dengan perkataan lain,
kandang harus dapat mengeliminer segala faktor luar yang dapat menimbulkan
gangguan sapi perah yang ada di dalamnya. Di samping faktor luar tadi, hal-hal
lainnya yang menyangkut pembuatan kandang perlu pula diperhatikan (Siregar,
1995). Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal sapi dan pekerja peternakpeternak yang mengurus sapi setiap hari. Sarana pokok yang langsung maupun
tidak langsung turut menentukan berhasil tidaknya usaha sapi perah, tempat
yang memberi kenyamanan dari alam misalnya hujan, angin dan udara dingin
sehingga merupakan tempat pengawasan kesehatan ternak sapi perah (Syarief
dan Sumoprastowo, 1984). Bangunan kandang didasarkan pada keperluan usaha
sapi perah, dan pembangunannya ditujukan untuk mengurangi penggunaan
waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja dan tenaga kerja. Besar bangunan
harus disesuaikan dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara dalam
keadaan iklim setempat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit (Sudomo,1987).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang yaitu kandang
harus dapat diterangi secara langsung maupun tidak langsung oleh sinar
matahari, konstruksi kandang diusahakan sedemikian rupa sehingga
kemungkinan pertukaran udara segar yang lancer, kandang yang dibangun
hendaknya terletak dibawah sumber air. Pembuatan parit dalam kandang
hendaknya sedemikian rupa sehingga
memudahkan penyaluran kotoran dari kandang, terutama feses, sehingga
kandang selalu dalam keadaan bersih. Kotoran hendaknya dikumpulkan dan
ditimbun ketempat penyimpanan pupuk kandang yang jaraknya minimal 10
meter dari kandang (Anonimus,1991). Hal lain yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah lantai kandang. Lantai kandang hendaknya cukup keras,
kuat, tidak licin, tidak mudah pecah atau rusak, tidak boleh porus, tidak boleh
becek, dan mudah dibersihkan. Lantai kandang umumnya menggunakan semen
beton dibuata sedikit miring kearah selokan, kemiringannya 2% atau 1,5 (2 cm
tiap 1 m kemiringan). Lantai kandang dibuat lebih tinggi sekitar 35 cm dari
sekitarnya (Anonimus,1991). Macam-macam kandang sapi perah antara lain
kandang pedet dan kandang sapi induk. Kandang pedet dibedakan menjadi
kandang observasi (observasi pens), kandang individu (individual pans),
kandang kelompok (group pens), kandang pedet berpindah (portable calf pens)
(Sudomo,1987).
1.Kandang pedet Kandang obsevasi dibuat satu kandang tiap sapi pedet dan
dibuat sedemikian rupa sehingga pedet mudah diawasi. Kandang individu
digunakan untuk pedet yang masih diberi susu, yang diberi tempat rumput
dalam ukuran kecil. Kandang kelompok diperuntukkan untuk lebih dari satu
pedet dan untuk pedet yang lepas sapih. Kandang untuk pedet sebelum disapih
biasanya menggunakan kandang pedet individual dan tidak perlu diikat.
Kandang pedet ini dibuatberdampingan dengan kandang sapi perah induk,
dengan setiap ekor sapi perah induk harus ada satu kandang pedet (Siregar,
1989).
2.Kandang Induk
Kandang sapi induk atau sapi dara antara lain kandang tambat (stanchion bain),
pada kandang ini kebebasan sapi bergerak sangat terbatas, sehingga kondisi
sapi kurang baik. Kandang ini ada dua jenis yaitu kandang bertingkat dan
kandang tunggal atau satu lantai, dengan tujuan mengurangi resiko angin topan,
mengurangi resiko kebakaran, murah dan membuatnya, serta mudah
perawatannya (Sudomo, 1987). Sedangkan kandang tunggal atau satu lantai
dilihat dari penempatan sapi dibedakan menjadi satu baris atau lebih dari satu
baris. Jenis kandang yang lain yaitu kandang lepas ynag merupakan system
kandang yang memberi kesempatan sapi bebas karena tidak ditambat. Kandang
ini terdiri dari kandang lepas system loose housing merupakan kandang sapi
perah yang sapinya tidak ditambat, bagian kandang ini terdiri dari ruang tempat
istirahat, tempat peranginan dan tempat penyimpanan makanan, tempat
memerah dengan mesin dan tempat sapi kering. Kandang lepas system freestall
pada prinsipnya sama dengan system loose housing, yaitu sapi dipelihara
dikandang dengan tidak ditambat. Pada kandang freestall tempat istirahat atau
tidur sapi disekat-sekat, dan tiap sekatnya hanya cukup untuk satu ekor
(Sudomo, 1987). Jenis kandang yang lain yaitu kandang beranak, dan kandang
karantina. Kandang beranak berukuran sekitar 34 cm dengan alas dari jerami
atau rumput kering dan bebas dari benda tajam. Sedang kandang karantina
adalah kandang untuk perasingan sapi sakit, sehingga harus dibuat terpisah dari
bangunan lainnya, dan dipisahkan dengan tembok. Lantai kandang dibuat dari
papan diatas lantai semen yang miring, sehingga sapi tidurnya enak, dan juga
dibuatkan kandang paksa untuk sapisapiyang sukar dikendalikan (Sudomo,
1987).
Pembahasan Anatomi dan Fisiologi Aliran Darah Arteri yang mengalirkan darah
dari jantung ke kelenjar susu (ambing ) ada 2 yaitu artreri Pudenda Externa (kiri
dan kanan) merupakan kelenjar susu bagian depan dan arteri Perinealis
merupakan kelenjar susu bagian belakang. Peredaran darah dari ambing ke
jantung , di dalam sel- sel kelenjar terdapat Venulae, Venulae beranastomose
membentuk Vena Mammaria yang menampung darah dari jantung. Vena pada
dasar ambing membentuk lingkaran vena ( Venous circle ) yang merupakan
tempat di mana darah meninggalkan ambing. Aliran darah dari ambing ke
jantung, darah yang meninggalkan ambing melalui 3 vena diantaranya yaitu 1.
Pudenda Externa (kiri dan kanan), nena ini sejajar dengan arteri pudenda
externa, meninggalkan ambing melalui Canalis Inguinalis, ke Vena Cava
Posterior. 2. Abdominalis Subcutaneous (vena susu), aliran darah melalui vena
susu ini terletak langsung di bawah kulit, meninggalkan ambing pada sepanjang
permukaan ventral dari rongga perut, ke anterior, menembus dinding abdomen.
3. Vena Perinealis, aliran darah di dalam vena ini melalui Pelvic. Aliran darah dari
ambing menuju ke jantung dipengaruhi oleh posisi sapi, yaitu pda saat sapi
berdiri darah sebagian besar mengalir melalui vena susu, sedangkan apabila
pada saat sapi berbaring darah dari ambing menuju ke jantung melalui vena
perinealis, vena susu tertekan, jalur melalui vena susu terhenti, darah dari
ambing ke jantung melalui vena Perinealis. Vena menjadi lebih besar pada saat
kebuntingan dan laktasi. Setelah sapi beranak aliran darah ke ambing meningkat
180%, aliran nutrisi dan hormone laktogenik lebih banyak ke ambing, sekresi
susu lebih baik. Untuk darah yang mengalir, tiap 1 unit volume susu diperlukan
500 unit volume darah yang mengalir ke ambing. Kelenjar Susu Kelenjar susu
merupakan salah satu jaringan hewan mamalia yang mengalami
pertumbuhan, deferensiasi sesuai dengan fungsinya dan mengalami regresi,
kelenjar susu ini terjadi sejak fase fetus dan terus berlangsung sampai awal
laktasi. Perkembangan struktur kelenjar susu terdiri dari 5 periode yaitu yang
pertama periode fetus (embrio/ sebelum lahir), periode pre-pubertal, periode
post-pubertal, periode kebuntingan, dan laktasi. Sapi dan kambing mempunyai
konsistensi ambing yang sama yaitu kelenjar, karena pada saat dipegang tidak
padat tetapi lunak yang berarti dalam ambing tersebut tidak terlalu banyak
jaringan ikat (Syarif dan Somo Prastowo, 1984), sedangkan pertautan ambing
pada sapi kuat dan pada kambing kendor. Dengan kondisi demikian menurut
Syarif dan Somo Prastowo(1984) ambing kambing tersebut ambing yang jelek ,
karena bentuk puting meruncing, bentuk pencil dan pertautan ambing kendor.
Beberapa hormon yang bertanggung jawab pada pertumbuhan kelenjar susu
sama dengan yang berperan dalam reproduksi. Hormonhormon pituitari dan
ovarium juga bertanggung jawab terhadap perkembangan kelenjar susu.
Disamping itu estrogen terutama berperan pada perkembangan saluran susu
dan progesteron bertanggung jawab pada perkembangan lobula alveolar
(Sugeng P, 1997). Kelenjar susu ini terdiri dari jaringan skretorik dan jaringan
penunjang yang dibentuk oleh lapisan Ectoderm dan Mesoderm. Tahap
perkembangan kelenjar susu pada fetus yaitu 1. Ectoderm mengalami
pertumbuhan pada kedua sisi linea alba (garis tengah membujur sepanjang
dinding tubuh bagian ventral), ectoderm menyempit membentuk mammary
band (jalur susu). Mammary bund terbentuk pada hari ke 32 dengan panjang
lebih kurang 1 cm. Mammary band menyempit membentuk mammary line, pada
mammary line terbentuk mammary bud ( tunas susu).
Perkandangan
Dalam perkandangan hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan, dan
perlengkapan dari kandang. Kebersihan kandang dapat dijaga melalui sanitasi.
Selain itu hal-hal seperti ventilasi, cahaya, konstruksi bangunan, kekeringan
kandang. Kandang A yang terdapat di kandang ternak perah adalah kandang
tipe sejajar tunggal, dengan halaman yang cukup luas. Luas tiap sekat cukup
untuk 1 ekor sapi. Dalam tiap sekat dilengkapi dengan tempat pakan, tempat
minum, dinding pemisah, cincin yang terdapat pada bagian samping (pada
dinding pemisah) untuk menambatkan tali. Luas tempat pakan lebih luas
daripada tempat air, biasanya luas tempat air adalah 1/3 dari panjang tiap sekat.
Pada kandang persusuan sudah sesuai dengan ketentuan yang lebih kurang 1/3
nya. Begitu juga dengan kandang pedetnya. Sedang untuk kandang persusuan B
adalah bertipe sejajar ganda (2 baris) dengan kepala berlawanan. Kandang ini
dapat menampung jumlah yang lebih banyak. Sedangkan dinding yang dibuat
tidak begitu tinggi sehingga ventilasinya baik, serta mudah memperoleh cahaya
yang cukup. Lantai yang dibuat mempunyai kemiringan. Hal ini bertujuan agar
kotoran dan air buangan bisa mengalir sehingga tidak menggenang. Begitu juga
dengan parit atau selokan sehingga kotoran atau limbah bisa mengalir sampai
pembuangan akhir. Untuk kemiringan selokan, kedua ujung selokan lebih tinggi
daripada bagian tengah karena saluran ke pembuangan akhir berada di tengah.
Kemiringan ideal untuk selokan adalah 2 % (Soetarno, 1999). Apabila
kemiringam lantai maupun selokan tidak terpenuhi akan menyebabkan kotoran
dan air buangan tergenang, sehingga bisa menyebabkan kandang menjadi
lembab. Lantai dan selokan di kandang perah kurang memenuhi syarat karena
kemiringannya kurang ideal, padahal yang ideal 10 15 oC untuk lantai (Syarief
dan Soemoprastowo, 1984), dan untuk selokan 7,25% (Soetarno, 1999).
Konstruksi kandang sudah cukup memenuhi syarat, sehingga suasana dalam
kandang bisa memberi kenyamanan pada sapi, sementara lingkungan di sekitar
juga mendukung.
Jarak kandang dengan penampung kotoran, dirasakan masih terlalu dekat
dengan kandang. Hal ini dapat menyebabkan lemak susu terpengaruh oleh bau
kotoran, karena pemerahan dilakukan di dalam kandang yang dekat dengan
tempat penampung kotoran.