2. Menurut Sukarso (2005), secara garis besar fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan
pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
b. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya dalam
mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu
objek dalam lingkungan alam dan sosial.
d. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuan.
e. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau penemuan
yang diperolehnya.
Menurut Soejitno (1983) secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan
praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah. Keduanya saling kaji- mengkaji dan saling
mencari dasar.
b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari sesuatu
obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Disampaikan Pada Pelatihan Pengelolaan Laboratorium, Jogjakarta 31 Mei – 1 Juni 2016 Page 1
d. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari
dan menemukan kebenaran.
e. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon
ilmuwan.
Laboratorium merupakan salah satu unsur pendukung strategis bagi kegiatan akademik di perguruan
tinggi. Laboratorium merupakan sarana bagi mahasiswa dan dosen dalam melakukan kegiatan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Tridharma Perguruan Tinggi dalam UU Repuplik Indonesia no 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi:
A. Pendidikan dan pengajaran
Proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
B. Penelitian
Kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh
informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan atau pengujian suatu cabang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Pengabdian masyarakat
Kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penelitian pada dasarnya harus melandasi, menjiwai dan menjunjung tinggi kedua dharma yang
lain, karena penelitian merupakan dasar dan landasan dalam pengembangan keilmuan dan penerapan
pengetahuan.
Peran serta laboratorium pada kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian
masyarakat:
A. Peran laboratorium dalam pendidikan dan pengajaran.
Menyediakan ruang dan daerah cakupan tertentu dalam memberikan sarana belajar ketrampilan
sebagai elemen dalam pendidikan kesehatan.
Menyediakan alat dan bahan spesifik terhadap kebutuhan pembelajaran ketrampilan spesifik
Menyediakan teknologi dan akses terhadap sumber-sumber belajar
Menyediakan suasana belajar spesifik yang kondusif
Menyediakan fasilitator yang kompeten
Agar dukungan laboratorium terhadap kegiatan tridharma tersebut berlangsung efektif, maka
laboratorium perguruan tinggi harus dikelola secara profesional dengan mengadopsi sistem manajemen
mutu pengelolaan laboratorium modern dan terstandar secara nasional, sehingga seluruh sumber daya
laboratorium (seperti laboran/teknisi, peralatan, bahan, metode) dikelola secara optimal, agar mampu
menghasilkan data yang valid, dan terpercaya. Untuk mencapai hal tersebut, laboratorium perguruan
tinggi diharapkan dapat menerapkan standar sistem manajemen mutu pengelolaan laboratorium sesuai
standar internasional SNI ISO/IEC 17025- 2008.
2. Kualifikasi, uraian tugas pokok dan fungsi struktur organisasi di laboratorium pendidikan
kesehatan.
A. Kepala/ penanggung jawab Laboratorium
- Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku bagi
masing-masing jenis laboratorium pendidikan kesehatan yang bersangkutan.
- Memiliki pengalaman bekerja di laboratorium kesehatan sekurang-kurangnya 3 tahun.
- Telah mengikuti pelatihan baik dalam bidang manajemen maupun teknis
laboratorium.
- Memiliki uraian tugas pokok sebagai berikut:
Penyusun program, koordinator, serta penanggung jawab monitoring dan evaluasi seluruh
kegiatan laboratorium meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
B. Peralatan Kategori 2
adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sedang, resiko penggunaan sedang,
akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja yang tidak begitu rumit yang
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu.
C. Peralatan kategori 3
adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit, resiko penggunaan tinggi,
akurasi/kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang pengoperasiannya
memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan bersertifikat.
Panduan hibah afiliasi akreditasi laboratorium berbasis SNI ISO/IEC 17025-2008. UGM: 2014.
Manajemen laboratorium dapat didefinisikan sebagai strategi untuk mencapai tujuan laboratorium
melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penggunaan dan pengawasan segenap sumber
daya laboratorium untuk mencapai tujuan laboratorium secara optimal (M. Ali, 2010). Sumber daya
laboratorium berupa instruktur, mahasiswa, laboran/teknisi dan sarana laboratorium (ruang, alat dan
perlengkapan).
A. PERSYARATAN LABORATORIUM
Suatu laboratorium dapat berfungsi dengan efektif dan efisien harus memperhatikan hal- hal terkait
persyaratan minimal sebagai berikut sebagai berikut:
1. Jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai berdasarkan pada kompetensi yang akan
dicapai yang dinyatakan dalam rasio antara alat dengan peserta didik
2. Bentuk/desain laboratorium harus memperhatikan aspek keselamatan atau
keamanan.
3. Laboratorium agar aman dan nyaman bagi peserta didik dan dosen/instruktur :
a. Keadaan ruang harus memungkinkan dosen/instruktur dapat melihat semua peserta didik
yang bekerja di dalam laboratorium itu tanpa terhalang oleh perabot atau benda-benda
lain yang ada di dalam laboratorium tersebut.
b. Peserta didik harus dapat mengamati demonstrasi/simulasi dari jarak maksimal 2 m dari
meja demonstrasi.
c. Lantai laboratorium tidak boleh licin, harus mudah dibersihkan. dan tahan terhadap
tumpahan bahan-bahan kimia.
d. Alat-alat atau benda-benda yang dipasang di dinding tidak boleh menonjol sampai ke
bagian ruang tempat peserta didik berjalan dan sirkulasi alat.
e. Tersedianya buku referensi penunjang praktik.
f. Tersedianya air mengalir (kran).
g. Meja praktikum harus tidak tembus air, tahan asam dan basa (terbuat dari porselin)
h. Tersedia ruang dosen/instruktur
i. Tersedianya kebutuhan listrik seperti stop kontak (mains socket)
4. Adanya Standard Operating Prosedures (SOP) atau instruksi kerja. Prosedur ini
bersifat operasional dan mengikat bagi semua pengguna laboratorium.
5. Adanya sistem pelaporan dan dokumentasi dari setiap kegiatan praktikum di masing- masing
laboratorium, baik persemester maupun pertahun.
B. PENGELOLAAN LABORATORIUM
Pelaksanaan suatu aktifitas laboratorium membutuhkan suatu aturan atau ketentuan agar aktifitas
dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan aktifitas pembelajaran dapat tercapai. Aturan atau
ketentuan operasional perlu disusun dengan jelas. Hal ini karena laboratorium merupakan suatu
sistem yang terdiri atas prasarana dan sarana penunjang kegiatan, baik berupa peralatan laboratorium
maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu, laboratorium perlu diatur sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di masing-masing institusi.
Mengingat banyaknya peralatan dan beban kerja yang ada di suatu laboratorium, maka diperlukan
sistem manajemen yang memadai untuk mengelola prasana dan sarana serta kegiatan yang ada di
laboratorium tersebut. Sistem manajemen ini meliputi struktur organisasi, pembagian kerja, serta
susunan personel yang mengelola laboratorium.
1. Kepala unit laboratorium bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang diselenggarakan
di laboratorium, baik administrasi maupun akademik. Tugas kepala unit laboratorium, antara lain
:
a. Mempertanggungjawabkan semua kegiatan di laboratorium, dengan dibantu oleh semua
anggota laboratorium (administrator/ penanggung jawab laboratorium dan teknisi/ tenaga
bantu laboratorium), agar kelancaran aktifitas laboratorium dapat terjamin.
b. Memimpin, membina, dan mengkoordinir semua aktifitas sistem internal dan mengadakan
kerjasama dengan pihak eksternal, seperti institusi lain, atau pusat- pusat studi yang
berkaitan dengan pengembangan laboratorium. Kerja sama dengan pihak luar sangat penting
karena sebagai wahana untuk saling berkomunikasi semua aktifitas yang diadakan di
laboratorium masing-masing.
Dengan beban kerja seperti tersebut, maka kepala unit laboratorium harus merupakan seorang
yang mempunyai komitmen, kemampuan akademik, dan keterampilan manajemen yang
handal. Oleh karena itu kepala unit laboratorium adalah seorang dosen dengan kualifikasi
pendidikan minimal S2.
Tugas membuat jadwal dapat diserahkan kepada tenaga bantu laboratorium, namun demikian
dosen juga harus terlibat pada penyusunan jadwal. Agar laboratorium dapat berfungsi dengan
sebaik-baiknya, dosen perlu dibantu oleh teknisi laboratorium.
a. menyiapkan alat-alat untuk percobaan peserta didik dan demonstrasi oleh dosen dan
peserta didik;
b. memelihara alat-alat dan memeriksa jumlah alat-alat dan bahan;
c. menyiapkan bahan-bahan yang habis pakai;
d. membantu dosen di dalam laboratorium; dan
e. memeriksa keadaan alat-alat dan memisahkan alat-alat yang baik dan yang rusak dan
melaporkan keadaan itu kepada penanggung jawab laboratorium.
Kegiatan yang dilaksanakan pengelola di laboratorium
Dana yang digunakan untuk kegiatan di laboratorium dapat bersumber dari pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat atau peserta didik dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Beberapa
kegiatan yang dapat menghasilkan dana bagi laboratorium meliputi penyediaan layanan (jasa)
laboratorium bagi publik, kerjasama dengan institusi lain, serta kegiatan-kegiatan produktif dan
kreatif.
1) Alat-alat yang bagian-bagian utamanya terbuat dari logam mudah mengalami korosi
diberi perlindungan dan perlu diperiksa secara periodik. Alat-alat logam akan lebih
aman jika diletakkan (disimpan) di tempat yang kering, tidak lembab, dan bebas dari
uap yang korosif.
2) Untuk alat-alat yang terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja tahan karat
(stainless steel) cukup dijaga dengan menempatkannya di tempat yang tidak terlalu
lembab.
3) Alat-alat yang terbuat dari karet, lateks, plastik dan silikon, ditempatkan pada suhu
kamar terlindung dari debu dan panas.
4) Alat yang terbuat dari kayu dan fiber disimpan pada tempat yang kering.
5) Ruang pemeliharaan / penyimpanan alat seharusnya ber-AC.
6) Tersedia lemari asam untuk laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia
7) Tersedia lemari tempat Alat Pelindung Diri
2. Penyimpanan
Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian
sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan
mengembalikan alat ke tempatnya. Alat yang berat atau bahan yang berbahaya diletakkan di
tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak paling bawah. Peralatan
disimpan di tempat tersendiri yang tidak lembab, tidak panas dan dihindarkan berdekatan
dengan bahan kimia yang bersifat korosi. Penyimpanan alat dan bahan dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan bahaya dari masing-masing alat/bahan kimia.
Kekerapan
pemakaian juga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang
kerap dipakai diletakkan di dalam ruang laboratorium/ bengkel kerja.
(1) Ditempatkan pada lemari atau rak khusus yang tidak mudah terbakar
(2) Wadah bahan kimia asam yang sudah dibuka disimpan di lemari khusus seperti
lemari asam, bila perlu diberi alas seperti nampan plastik.
(3) Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan
terlebih dahulu pada nampan plastik
(4) Asam pengoksidasi dipisahkan dari asam organik dan dari bahan kimia yang
mudah teroksidasi.
(5) Dipisahkan dari zat-zat yang mudah teroksidasi
3. Penyimpanan Alat
Azas keselamatan/keamanan pemakai dan alat menempatkan alat sedemikian sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan mengembalikan alat ke
tempatnya. Alat yang berat atau yang mengandung zat berbahaya diletakkan di tempat
penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak bawah lemari, tidak di rak teratas.
Alat yang tidak boleh ditempatkan di tempat yang dapat menyebabkan alat itu rusak, misalnya
karena lembab, panas, berisi zat-zat korosif, letaknya terlalu tinggi bagi alat yang berat. Alat
yang mahal atau yang berbahaya disimpan di tempat yang terkunci. Untuk memudahkan
menemukan atau mengambil adalah alat ditempatkan di tempat tertentu, tidak berpindah-
pindah, dikelompokkan menurut pengelompokan yang logis, alat yang tidak mudah dikenali
dari penampilannya diberi label yang jelas dan diletakkan menurut urutan abjad label yang
digunakan. Alat-alat yang sejenis diletakkan di tempat yang sama atau berdekatan. Pemakaian
alat laboratorium yang sering digunakan diletakkan di dalam ruang laboratorium.
Cara menempatkan atau menyimpan alat dapat didasari pemikiran nalar (logis) tentang hal-hal
berikut
a. Keselamatan/keamanan pemakai dan alat pada waktu alat diambil dari atau
dikembalikan ke tempatnya;
b. Kemudahan menemukan dan mengambil alat;
c. Frekuensi pemakaian alat dan tempat alat-alat yang digunakan.
Pengadministrasian alat dan bahan maksudnya mencatat jumlah/ banyaknya alat dan bahan yang
ada. Pengadministrasian dapat dilakukan oleh teknisi/asisten laboratorium, dan staf administrasi
sebaiknya mengadministrasikan hanya perabot (meja, kursi, lemari) yang ada di dalam
laboratorium. Hal yang paling penting dicatat adalah nama alat, jumlahnya/ banyaknya, spesifikasi,
dan tanggal pengadaan atau tanggal alat dikeluarkan.
Pencatatan dapat dilakukan dengan cara tradisionil menggunakan buku atau kartu, sebaiknya kartu
disusun menurut urutan abjad berdasarkan nama alat. Lebih baik pencatatan alat dan bahan
dilakukan dengan komputer, menggunakan program yang disebut ”basis data” (data base). Dengan
menggunakan program komputer pencatatan dan pencarian data dengan nama spesifikasi tertentu
menjadi lebih mudah dan cepat.
a. Terluka, disebabkan terkena pecahan kaca dan/atau tertusuk oleh benda-benda tajam.
b. Terbakar, disebabkan tersentuh api atau benda panas, dan oleh bahan kimia.
c. Terkena racun (keracunan). Keracunan ini terjadi karena bekerja menggunakan zat
beracun yang secara tidak sengaja dan/atau kecerobohan masuk ke dalam tubuh. Perlu
diketahui bahwa beberapa jenis zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit.
d. Terkena zat korosif seperti berbagai jenis asam, misalnya asam sulfat pekat, asam format,
atau berbagai jenis basa.
e. Terkena radiasi sinar berbahaya, seperti sinar dari zat radioaktif (sinar X).
f. Terkena kejutan listrik pada waktu menggunakan listrik bertegangan tinggi.
2. Alat keselamatan kerja di laboratorium
a. APD (alat pelindung diri) seperti baju praktik, sarung tangan, masker, alas kaki
b. APAR (Alat pemadam kebakaran) berikut petunjuk penggunaan
c. Perlengkapan P3K
d. Sarana instalasi pengolahan limbah
Manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan
terarah, sejak dari perencanaan tata ruang (designing laboratory). Sehingga dapat dimengerti
bahwa tata ruang sebagai pusat aktivitas dari manajemen laboratorium merupakan hal yang penting.
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang
sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan.
1. Jenis Tata ruang
Tata ruang yang baik mempunyai:
A. pintu masuk (in)
B. pintu keluar (out)
C. pintu darurat (emergency-exit)
D. ruang persiapan (preparation-room)
E. ruang peralatan (equipment-room)
F. ruang penyimpanan (storage-room)
G. ruang staf (staff-room)
H. ruang teknisi (technician-room)
I. ruang bekerja (activity-room)
J. ruang toilet
K. lemari praktikan (locker)
L. ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu.
Desain dan penataan ruang yang memenuhi persyaratan keamanan dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
2. Bentuk Ruang
Bentuk ruang laboratorium sebaiknya bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar atau bisa
juga berbentuk persegi panjang. Bentuk bujur sangkar memungkinkan jarak antara dosen dan
peserta didik dapat lebih dekat sehingga memudahkan kontak antara dosen/instruktur dan
peserta didik.
3. Luas Ruang
a. Luas ruang praktik laboratorium harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1) 1 orang peserta didik memerlukan ruang kerja minimal 2,5 m²
2) Disediakan ruang kosong antara tembok dan meja kerja sekitar 1.7 m untuk
memudahkan dan mengamankan sirkulasi alat dan peserta didik di laboratorium.
3) Jarak antara ujung meja yang berdampingan sebaiknya tidak kurang dari 1.5 m,
sehingga peserta didik dapat bergerak leluasa pada waktu bekerja dan pada waktu
pindah atau memindahkan alat (bahan) dari satu tempat ke tempat lain.
4) Luas ruang harus sebanding dengan banyaknya peserta didik dan jenis pendidikan.
b. Luas ruang penyimpanan alat dan bahan disesuaikan dengan jenis alat/bahan yang ada di
setiap jenis pendidikan.
Gultom, Jamahir, Panel Sitorus dan Kurnia Brahmana, 1995, Manajemen laboratorium (Laboratory
Management). Lokakarya Pelatihan Pemakaian Alat-Alat Laboratorium, Kerjasama USU dengan
WUTC Universitas Andalas, Padang
James L. Gibson dkk. 1997. Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur dan Proses.
Jakarta : Erlangga.
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Standar Laboratorium Teknik elektromedik Pendidikan Tenaga
Kesehatan, Badan PPSDM Pusdiklatnakes .
MONITORING DAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM PENDIDIKAN
KESEHATAN
Hakekat Monev
Kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) ditujukan pada suatu program yang sedang atau sudah
berlangsung, diantaranya pembelajaran di laboratorium pendidikan kesehatan. Monitoring merupakan
aktivitas yang dilakukan pimpinan untuk melihat, memantau jalannya organisasi selama kegiatan
berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan, melihat faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan program. Dalam monitoring (pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis. Hasil
analisis diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukan bagi pimpinan untuk mengadakan
perbaikan. Evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan
menganalisis data, menyimpulkan hasil yang telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi
rumusan kebijakan, dan menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan keputusan
berdasarkan pada aspek kebenaran hasil evaluasi.
Terkait dengan evaluasi, Scriven (1967) menyatakan “Evaluation as the assessment of worth and
merit”. Sementara itu, Stuflebeam (1971) mengatakan "Evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing usefull information for decision making". Sedangkan Cronbach
mengatakan bahwa "Evaluation as methods for quality improvement in education".
Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan tersistem. Program terdiri dari komponen-
komponen meliputi: tujuan, sasaran, kriteria keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk
melaksanakan kegiatan, waktu untuk melakukan kegiatan, komponen pendukung seperti fasilitas, alat
dan bahan, serta pengorganisasian. Dari beberapa definisi di atas, evaluasi program merupakan satu
metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program dengan membandingkan kriteria yang
telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam
bentuk informasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan penentuan
kebijakan.
Prinsip-prinsip Monev
Pada pelaksanaannya, monev haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1. Berorientasi pada tujuan.
Monev hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Hasil monev
dipergunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau peningkatan program pada evaluasi formatif dan
membuat justifikasi dan akuntabilitas pada evaluasi sumatif.
2. Mengacu pada kriteria keberhasilan
Monev seharusnya dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penentuan kriteria keberhasilan dilakukan bersamaantara para evaluator, para sponsor,
pelaksana program (pimpinan dan staf), para pemakai lulusan (konsumen), lembaga terkait (dimana
peserta kegiatan bekerja).
Model evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung dari tujuan yang ingin dicapai lembaga,
tahapan program yang akan dievaluasi dan jenis keputusan yang akan diambil.
Pendekatan Monev
Ada dua macam pendekatan yang dapat digunakan dalam monev, yaitu: survei, dan exspost facto.
Paling tidak ada empat tujuan yang dapat dicapai melalui survei, yaitu: deskriptif, eksplanatif,
eksploratif, dan prediktif. Pendekatan survei deskriptif digunakan apabila monev bertujuan untuk
mendeskripsikan keadaan dan kondisi subyek dan atau obyek yang dimonitoring dan evaluasi
(monev).
Pendekatan eksplanatif digunakan bila monitoring dan evaluasi bertujuan untuk menjelaskan
mengapa hal ini terjadi, atau mengapa terjadi perubahan, atau mengapa tidak ada perubahan,
mengapa program tidak berjalan lancar, mengapa dampak program tidak
seperti yang diharapkan, dan lain sebagainya. Jadi pada monev dengan pendekatan eksplanatif pada
dasarnya ingin menjawab pertanyaan mengapa.
Pendekatan exspost facto digunakan bila monev dilakukan untuk mencari dampak suatu program
perbaikan yang telah dilakukan di masa lampau. Dengan demikian, bila monev itu tidak dimaksudkan
untuk mencari dampak akibat perlakuan di masa lampau maka pendekatan ini tidak disebut dengan
exspost facto. Pemilihan pendekatan ini ditentukan dengan memperhatikan tujuan dan waktu atau saat
monev itu dilakukan. Namun, hal yang harus diingat adalah monev itu dapat dilakukan pada saat
program itu berlangsung ataupun program itu sudah berlangsung. Hal ini dapat difahami karena
monev ini terdiri dari dua kegiatan, yakni monitoring dan evaluasi.
Perbedaan antara monitoring dan evaluasi adalah monitoring dilakukan pada saat program masih
berjalan sedangkan evaluasi dapat dilakukan baik sewaktu program itu masih berjalan ataupun
program itu sudah selesai. Atau dapat juga bila dilihat dari pelakunya, monitoring biasanya dilakukan
oleh pihak internal sedangkan evaluasi dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal.
Evaluasi merupakan upaya untuk menilai kualitas program dan hasil-hasilnya secara berkala dengan
menggunakan pendekatan yang tepat dari suatu program beserta dampaknya, sedangkan monitoring
adalah kegiatan pemantauan atau pengamatan yang
berlangsung selama kegiatan berjalan untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan
program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Bila dilihat secara keseluruhan, kegiatan
monitoring dan evaluasi ditujukan untuk pembinaan suatu program.
Laboratorium pendidikan adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa
ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis, dengan
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan
pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat. sebagai tempat peserta didik berlatih
dan kontak dengan objek yang dipelajari secara langsung, baik melalui pengamatan maupun
percobaan.
Pada pokok bahasan ini akan diuraikan tentang perencanaan kegiatan monitoring dan evaluasi
pembelajaran laboratorium yang akan berguna bagi pengambil kebijakan di institusi pendidikan
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar mengajar di laboratorium.
Terdapat beberapa model evaluasi program pembelajaran di laboratorium. Suatu model evaluasi
menunjukkan ciri khas baik dari tujuan evaluasi, aspek yang dievaluasi, keluasan cakupan, tahapan
evaluasi, tahapan program yang akan dievaluasi, dan cara pendekatan.
Model Monev
Suatu model evaluasi menunjukkan ciri khas baik dari tujuan evaluasi, aspek yang dievaluasi,
keluasan cakupan, tahapan evaluasi, tahapan program yang akan dievaluasi, dan cara pendekatan.
Kaufman dan Thomas (1998) telah mengemukakan adanya 8 Model monitoring dan Evaluasi
Program. Diantaranya yang dapat diterapkan di laboratorium pendidikan adalah seperti berikut ini.
1. Goal-oriented Evaluation Model (Model Evaluasi berorientasi Tujuan), oleh Tyler (1998).
Model ini memfokuskan pada pencapaian tujuan pendidikan "sejauh mana tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Indikator pencapaian tujuan ditunjukkan
oleh prestasi belajar siswa, kinerja dosen, efektivitas PBM, kualitas layanan prima. Dalam
evaluasi program pendidikan, pengukuran dilakukan terhadap
variable (indikator) pendidikan, hasil pengukuran dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelum program dilaksanakan atau dengan kriteria standar; hasil pengukuran dapat
menggambarkan berhasil atau tidaknya program pendidikan.
b. Evaluasi sumatif, dilakukan pada akhir program, bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
program yang telah dilaksanakan, memberikan pertanggung-jawaban atas tugasnya,
memberikan rekomendasi untuk melanjutkan atau menghentikan program pada tahun
berikutnya. Evaluasi akan dapat menjawab pertanyaan:
1) Sejauh mana tujuan program tercapai?
2) Perubahan apa yang terjadi setelah program selesai?
3) Apakah program telah dapat menyelesaikan masalah?
4) Perubahan perilaku apa yang dapat ditampilkan, dilihat dan dirasakan setelah selesai
mengikuti pelatihan?.
Mekanisme Pelaksanaan
a. Persiapan
Persiapan dilakukan melalui kegiatan:
i. Penyusunan jadwal monev
ii. Penentuan Tim dan Personil monev
iii. Penyiapan instrumen monev (instrumen terlampir).
iv. Konfirmasi kesediaan waktu dan tempat monev.
v. Penyiapan administrasi lain yang dianggap perlu
b. Pelaksanaan
i. Penyediaan/penyepakatan tempat monev
ii. Wawancara/pemantauan pelaksanaan monev dengan menggunakan instrument
terlampir.
iii. Penyusunan laporan hasil monev
c. Tindak Lanjut
i. Penafsiran hasil monev
Hasil Analisis
Pada umumnya monev menggunakan analisis data yang sederhana. Kebanyakan data monev dianalisis
secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif sederhana. Menghitung rata-rata penilaian responden
terhadap keberhasilan program dan mengkonversi rata-rata tersebut kedalam kategori keberhasilan
program sudah cukup. Menampilkan rata-rata keberhasilan untuk setiap aspek program juga cukup
efektif untuk melihat aspek mana yang lemah dan perlu dikuatkan untuk perbaikan pelaksanaan. Untuk
analisis kualitatifnya, merangkum jawaban responden berdasarkan kategori atau pertanyaan yang ada.
Untuk memperoleh hasil analisis yang diinginkan, program komputer dapat dimanfaatkan.
b. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari:
1. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
2.Laporan khusus (misalnya laporan kecelakaan laboratorium)
c. Penyimpanan dokumen
Prinsip penyimpanan dokumen:
1. Semua dokumen yang disimpan harus asli.
2. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun.
a. Pemusnahan dokumen
Sebelum dimusnahkan, diambil informasi-informasi yang utama terlebih dahulu. Pada pelaksanaan
pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang berlaku, yang berisi:
1. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;
2. Penanggung jawab/otorisasi pemusnahan dokumen.
e. Pengendalian dokumen
1. Maksud dari pengendalian dokumen:
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara prosedur untuk
mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber internal dan eksternal) yang
merupakan bagian dokumentasi mutunya. Salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus
diarsipkan untuk acuan di kemudian hari. Ka unit laboratorium harus menetapkan masa
penyimpanan. Dokumen terkendali ini harus disimpan dalam bentuk tertulis, serta dapat disimpan
dalam bentuk elektronik.
2. Cara pengendalian dokumen:
Harus tersedia prosedur yang memastikan bahwa:
a. Semua dokumen yang diberikan kepada petugas laboratorium sebagai bagian dari sistem
manajemen mutu telah dikaji ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum
diterbitkan (sistem otorisasi dokumen yang berlaku).
b. Setiap saat tersedia daftar terbaru yang mencantumkan semua dokumen yang berlaku,
revisi terbaru yang sah berikut penyebarannya (disebut juga catatan pengendalian
dokumen).
c. Hanya dokumen versi terbaru yang disediakan untuk penggunaan aktif pada tempat di
mana dokumen itu digunakan.
d. Dokumen secara berkala dikaji ulang, direvisi apabila perlu, dan disetujui oleh petugas
berwenang.
e. Pelaporan hasil.
f. Upaya perbaikan dan penanganan keluhan
g. Audit internal.
h. Etika.
Sistematika dalam penulisan laporan hasil monitoring dan evaluasi yang tertera di bawah ini:
I. Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Dasar Hukum
c. Tujuan
II. Bab II Pelaksanaan monitoring dan Evaluasi
a. Persiapan Monitoring dan Evaluasi
b. Proses Monitoring dan Evaluasi
III. Bab III Hasil Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
IV. Bab IV Simpulan dan Saran
V. Lampiran
a. Lembar instrument penilaian
b. Lembar permintaan tindakan Koreksi/ Pencegahan
c. Lembar Rekomendasi
d. Lembar umpan balik
e. Jadwal
f. Absensi
Penutup
Kegiatan monitoring dan evaluasi bersifat melekat dalam pelaksanaan tugas organisasi, yang dalam hal
ini menjamin terlaksananya proses pembelajaran di laboratorium. Diperlukan landasan kejujuran,
motivasi dan kesungguhan yang kuat dalam beraktivitas kerja dari para pelaksana pengelola
laboratorium/ instruktur laboratorium dalam melakukan pelaporan. Selain itu, prinsip-prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah obyektif dan profesional,
transparan, partisipatif, akuntabel, tepat waktu, berkesinambungan dan berbasis indikator kerja.
Selanjutnya hasil monev dapat digunakan sebagai rekomendasi dan perbaikan program.
REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik
Standar Laboratorium Analis Kesehatan, Pendidikan Tenaga Kesehatan, Pusdiknakes, badan PPSDMK,
Kementrian Kesehatan RI, 2010
Siregar, C.J.P, Praktik Sistem Manajemen Laboratorium Pengujian yang baik (Good testing,
Laboratory management System Practice), EGC, 2007
Moerdiyanto, Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam rangka memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan manajemen, 2013
LAMPIRAN
Keterangan:
SJ = sangat jelek J
= jelek
C = cukup
B = baik
SB = sangat baik
LAMPIRAN
Contoh Pengelolaan alat medis, alkes dan bahan habis pakai di laboratorium pendidikan kesehatan.
Tabel 1
CONTOH KARTU/ BUKU PENCATATAN ALAT/BAHAN
Nama alat :
Spesifikasi :
Nama pabrik/ Perusahaan :
Kode pabrik/ Perusahaan :
Mengetahui PJ Laboratorium
Ka. Sub unit laboratorium
(.......................................) (................................)
LAMPIRAN
Tabel 2
Formulir Stok of Name Bahan Habis Pakai Laboratorium
Prodi :..................................
Jurusan :..................................
Tahun :..................................
I. Kelompok : ..................................
Nama
No bahan Spesifikasi Kondisi Jumlah Ket
Baik Rusak Expire
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
PJ Lab/Penunjang lab
(..................................)
Keterangan:
Data stok of name berguna untuk mengetahui BHP lab yang perlu dipesan
(1) Diisi no urut BHP laboratorium dalam kelompok
(2) Diisi nama BHP lab diurut sesuai abjad
(3) Diisi spesifikasi berupa jenis atau satuan kemasan BHP lab
(4) Diisi jumlah BHP lab dengan kondisi baik
(5) Diisi jumlah BHP lab dengan kondisi rusak
(6) Diisi jumlah BHP lab dengan kondisi expire
(7) Diisi sebagai jumlah BHP lab untuk stok awal
(8) Diisi keterangan penanganan BHP yang rusak dan expire
Jumlah tabel tergantung jumlah kelompok BHP laboratorium yang ada di Prodi
LAMPIRAN
Tabel 3
Formulir usulan permintaan BHP laboratorium
Prodi/Jurusan : ...................................
Tahun : ..................................
(......................) (..........................)
Keterangan:
(1) Tulis no urut BHP laboratorium
(2) Tulis nama BHP laboratorium
(3) Tulis spesifikasi BHP lab
(4) Tulis satuan dari kemasan
(5) Tulis jumlah pesanan
(6) Tulis informasi yang diperlukan
LAMPIRAN
Tabel 4
Formulir Daftar alat Laboratorium
Prodi :..................................
Jurusan :..................................
Tahun :..................................
(...............................) (.................................)
Keterangan:
Pengelompokan alat dibuat berdasarkan kesepakatan PJ laboratorium/ penunjang lab dengan Ka sub unit
laboratorium
Kelompok alat dapat berdasarkan jenis lab yang berada di Jurusan /Prodi
(1) Isi no urut alat laboratorium dalam kelompok
(2) Isi nama alat diurut sesuai abjad
(3) Isi spesifikasi alat seperti merk, tipe atau ukuran jika ada
(4) Tulis jumlah seluruh alat yang rusak dan yang baik
(5) Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
(6) Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak (alat yang rusak masuk ke formulir catatan alat rusak)
(7) Isi keterangan yang diperlukan misal:” perbaikan cito” untuk alat yang perlu segera diperbaiki
LAMPIRAN
Tabel 5
Formulir Pemasukan/Penerimaan alat laboratorium
Prodi : ...................................
Jurusan : ...................................
Tahun : ...................................
Keterangan:
(1) Tulis no urut sesuai tanggal penerimaan alat
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis tanggal penerimaan alat di Prodi/ Jurusan
(5) Tulis nama alat yang diterima Prodi/ Jurusan
(6) Tulis yang dianggap perlu misal kondisi alat ketika diterima
LAMPIRAN
Tabel 6
Formulir Catatan alat laboratorium rusak
Prodi : ...................................
Jurusan : ...................................
Tahun : ...................................
(.................................)
Keterangan:
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat
(4) Tulis jumlah alat yang rusak
(5) Tulis secara rinci uraian kerusakan alat
(6) Tulis hal yang perlu misalnya sudah berapa lama alat tersebut tidak berfungsi atau perlu diprioritaskan
untuk diperbaiki
LAMPIRAN
Tabel 7
Rekapitulasi alat laboratorium Jurusan ........Tahun ........
(......................) (..........................)
Keterangan:
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis jumlah semua alat dengan kondisi baik dan rusak
(5) Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
(6) Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
LAMPIRAN
Tabel 8
Formulir Usulan pemeliharaan alat laboratorium Jurusan ...Tahun .....
Prodi : ...................................
Jurusan : ...................................
Tahun : ...................................
(......................) (..........................)
Keterangan:
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis jumlah alat yang rusak/ kurang berfungsi dengan baik
(5) Tulis uraian tentang kerusakan alat
(6) Tulis informasi penting seperti usulan rekanan untuk perbaikan/ pemeliharaan alat yang diprioritaskan
untuk pemeliharaan alat .
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
LAMPIRAN
Instrumen Monitoring dan Evaluasi kepatuhan petugas terhadap pelaksanaan tugas sesuai Standar Prosedur
sebagai berikut:
a. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Pemeliharaan Alat Medis dan Alat Kesehatan
NAMA INSTITUSI
CHECKLIST
MONITORING DAN EVALUASI Tgl terbit: ..........
LOGO
PELAKSANAAN TUGAS SESUAI SOP No. Dok : ...........
No. Rev : ...........
Ruang penilaian :
Auditee :
Nama/ Jabatan :
Atasan :
SOP : Pemeliharaan Alat Medis dan Alkes
Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Melakukan pengecekan kartu
pemeliharaan di laboratorium ....
c. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Permintaan alat medis ,Alkes dan bahan habis pakai
Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Mengisi formulir permintaan alat medis,
alkes dan bahan habis pakai yang
dibutuhkan