Anda di halaman 1dari 44

KONSEP MANAJEMEN DI LABORATORIUM PENDIDIKAN KESEHATAN

By Aliana Dewi, SKp, MN

A. Fungsi Laboratorium Pendidikan Kesehatan

1. Laboratorium sebagai unit penunjang akademik


Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No.03/Januari/2010 dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara No.02 dan No.13/Mei/2010, yang dimaksud dengan LABORATORIUM
PENDIDIKAN adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan
tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan
pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, menggunakan peralatan dan bahan
berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.

2. Menurut Sukarso (2005), secara garis besar fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan
pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
b. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya dalam
mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu
objek dalam lingkungan alam dan sosial.
d. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuan.
e. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau penemuan
yang diperolehnya.

Menurut Soejitno (1983) secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan
praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah. Keduanya saling kaji- mengkaji dan saling
mencari dasar.
b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari sesuatu
obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Disampaikan Pada Pelatihan Pengelolaan Laboratorium, Jogjakarta 31 Mei – 1 Juni 2016 Page 1
d. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari
dan menemukan kebenaran.
e. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon
ilmuwan.

B. Peran Laboratorium Pendidikan Kesehatan Dalam Tridharma Perguruan Tinggi

Laboratorium merupakan salah satu unsur pendukung strategis bagi kegiatan akademik di perguruan
tinggi. Laboratorium merupakan sarana bagi mahasiswa dan dosen dalam melakukan kegiatan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Tridharma Perguruan Tinggi dalam UU Repuplik Indonesia no 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi:
A. Pendidikan dan pengajaran
Proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
B. Penelitian
Kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh
informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan atau pengujian suatu cabang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Pengabdian masyarakat
Kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penelitian pada dasarnya harus melandasi, menjiwai dan menjunjung tinggi kedua dharma yang
lain, karena penelitian merupakan dasar dan landasan dalam pengembangan keilmuan dan penerapan
pengetahuan.

Peran serta laboratorium pada kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian
masyarakat:
A. Peran laboratorium dalam pendidikan dan pengajaran.
 Menyediakan ruang dan daerah cakupan tertentu dalam memberikan sarana belajar ketrampilan
sebagai elemen dalam pendidikan kesehatan.
 Menyediakan alat dan bahan spesifik terhadap kebutuhan pembelajaran ketrampilan spesifik
 Menyediakan teknologi dan akses terhadap sumber-sumber belajar
 Menyediakan suasana belajar spesifik yang kondusif
 Menyediakan fasilitator yang kompeten

B. Peran laboratorium dalam penelitian


 Menyediakan ruang dan daerah cakupan tertentu dalam memberikan sarana penelitian sebagai
elemen dalam pendidikan kesehatan.
 Menyediakan alat dan bahan spesifik terhadap kebutuhan penelitian
 Menyediakan teknologi dan akses terhadap sumber-sumber penelitian
 Menyediakan suasana akademis terkait penelitian yang kondusif
 Menyediakan fasilitator yang kompeten terhadap alat dan bahan laboratorium yang
dipergunakan dalam penelitian

C. Peran laboratorium dalam pengabdian masyarakat


 Menyediakan seluruh sumber daya laboratorium untuk dipergunakan dalam pengabdian
masyarakat dalam perannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Agar dukungan laboratorium terhadap kegiatan tridharma tersebut berlangsung efektif, maka
laboratorium perguruan tinggi harus dikelola secara profesional dengan mengadopsi sistem manajemen
mutu pengelolaan laboratorium modern dan terstandar secara nasional, sehingga seluruh sumber daya
laboratorium (seperti laboran/teknisi, peralatan, bahan, metode) dikelola secara optimal, agar mampu
menghasilkan data yang valid, dan terpercaya. Untuk mencapai hal tersebut, laboratorium perguruan
tinggi diharapkan dapat menerapkan standar sistem manajemen mutu pengelolaan laboratorium sesuai
standar internasional SNI ISO/IEC 17025- 2008.

C.Konsep Pengorganisasian Laboratorium Pendidikan Kesehatan


1. Struktur Organisasi laboratorium pendidikan kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 298/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman
akreditasi laboratorium kesehatan, suatu laboratorium kesehatan haruslah memiliki organisasi yang
dilengkapi uraian tugas bagi setiap petugas laboratoriumnya. Demikian pula yang dapat diterapkan
pada laboratorium pendidikan kesehatan, bahwa struktur organisasi laboratorium pendidikan
kesehatan hendaknya terdiri atas:
a. Seorang kepala/ penanggung jawab laboratorium.
b. Laboran/ Petugas teknis laboratorium
c. Penanggung jawab praktikum
d. Petugas administrasi laboratorium (bila diperlukan)

2. Kualifikasi, uraian tugas pokok dan fungsi struktur organisasi di laboratorium pendidikan
kesehatan.
A. Kepala/ penanggung jawab Laboratorium
- Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku bagi
masing-masing jenis laboratorium pendidikan kesehatan yang bersangkutan.
- Memiliki pengalaman bekerja di laboratorium kesehatan sekurang-kurangnya 3 tahun.
- Telah mengikuti pelatihan baik dalam bidang manajemen maupun teknis
laboratorium.
- Memiliki uraian tugas pokok sebagai berikut:
Penyusun program, koordinator, serta penanggung jawab monitoring dan evaluasi seluruh
kegiatan laboratorium meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian
masyarakat.

B. Laboran/ Petugas Teknis Laboratorium


- Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku bagi
masing-masing jenis laboratorium pendidikan kesehatan yang bersangkutan.
- Memiliki pengalaman bekerja di laboratorium kesehatan sekurang-kurangnya 1 tahun.
- Telah mengikuti pelatihan dalam bidang teknis/ laboran di laboratorium pendidikan
kesehatan
- Memiliki uraian tugas pokok sebagai berikut:
Mempersiapkan keperluan praktikum., menginventarisasi alat dan bahan praktikum,
bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan di laborat, menjaga kebersihan dan
kerapihan laboratorium.

C. Penanggung Jawab Praktikum


- Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku bagi
masing-masing jenis praktikum yang akan diselenggarakan di laboratorium pendidikan
kesehatan yang bersangkutan.
- Memiliki pengalaman mengelola pelaksanaan praktikum di laboratorium pendidikan
kesehatan sekurang-kurangnya 1 tahun.
- Memiliki uraian tugas pokok sebagai berikut:
Mengorganisasi kebutuhan praktikum, menyusun rencana kegiatan praktikum, melaporkan
kebutuhan alat/bahan kepada kepala lab, bertanggungjawab terhadap pelaksanaan praktikum.
yang bersangkutan.

D. Petugas administrasi laboratorium (bila diperlukan)


- Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku bagi
masing-masing jenis laboratorium pendidikan kesehatan yang bersangkutan.
- Memiliki pengalaman bekerja di laboratorium kesehatan sekurang-kurangnya 1 tahun.
- Telah mengikuti pelatihan dalam bidang administrasi laboratorium.

D.Konsep Perencanaan Alat dan Bahan Di Laboratorium Pendidkan Kesehatan


1. Kategori alat laboratorium
A. Peralatan kategori 1
adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah, resiko penggunaan rendah,
akurasi/kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja sederhana yang pengoperasiannya
cukup dengan menggunakan panduan (SOP, manual).

B. Peralatan Kategori 2

adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sedang, resiko penggunaan sedang,
akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja yang tidak begitu rumit yang
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu.

C. Peralatan kategori 3

adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit, resiko penggunaan tinggi,
akurasi/kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang pengoperasiannya
memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan bersertifikat.

2. Kategori bahan laboratorium


1) Bahan umum

Bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus.


2) Bahan khusus

Bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus.

3. Perancangan Kegiatan Laboratorium


1) Menyusun program tahunan pengelolaan laboratorium
2) Menyusun kebutuhan peralatan pada kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat
3) Menyusun kebutuhan bahan pada kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
4) Menyusun SOP penggunaan alat dan bahan pada kegiatan pendidikan
5) Menyusun kebutuhan kalibrasi alat

E.Konsep Penggunaan Alat dan Bahan di Laboratorium Pendidkan Kesehatan


Pengoperasian Peralatan dan Penggunaan Bahan
1. Menyiapkan peralatan pada kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat
2. Menyiapkan bahan pada kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
3. Mengumpulkan dan memverifikasi data kebutuhan bahan pada kegiatan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat
4. Mengoperasikan peralatan khusus dengan penggunaan bahan khusus pada kegiatan,
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
5. Menyusun laporan penggunaan peralatan dan bahan dalam rangka pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat

F. Konsep Pemeliharaan Alat dan Bahan di Laboratorium Pendidikan Kesehatan


Pemeliharaan/Perawatan Peralatan dan Bahan
1. Mengelola sisa bahan (material handling)
2. Memilah limbah yang dihasilkan dari proses penggunaan bahan umum
3. Menyusun jadwal pemeliharaan/perawatan peralatan
4. Menyusun jadwal pemeliharaan/perawatan bahan laboratorium
5. Membersihkan, menata, dan menyimpan peralatan
6. Membersihkan sarana penunjang
7. Menata dan menyimpan sarana penunjang
8. Membersihkan, menata, dan menyimpan bahan khusus
9. Membersihkan, menata, dan menyimpan bahan umum
10. Melakukan kalibrasi peralatan kategori 1
REFERENSI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.

Suryadi,E. (2008) Pendidikan Laboratorium Ketrampilan Klinik, Fakultas Kedokteran-Universitas Gajah


Mada.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 298/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman akreditasi laboratorium


kesehatan

Panduan hibah afiliasi akreditasi laboratorium berbasis SNI ISO/IEC 17025-2008. UGM: 2014.

Lampiran Juknis Permendikbud-PLP. Tahun 2012.


PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM PENDIDIKAN TENAGA
KESEHATAN

A. Maanajemen Laboratorium Kesehatan


Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk mengelola laboratorium.
Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf
profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya
manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari.

Manajemen laboratorium dapat didefinisikan sebagai strategi untuk mencapai tujuan laboratorium
melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penggunaan dan pengawasan segenap sumber
daya laboratorium untuk mencapai tujuan laboratorium secara optimal (M. Ali, 2010). Sumber daya
laboratorium berupa instruktur, mahasiswa, laboran/teknisi dan sarana laboratorium (ruang, alat dan
perlengkapan).

A. PERSYARATAN LABORATORIUM
Suatu laboratorium dapat berfungsi dengan efektif dan efisien harus memperhatikan hal- hal terkait
persyaratan minimal sebagai berikut sebagai berikut:

1. Jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai berdasarkan pada kompetensi yang akan
dicapai yang dinyatakan dalam rasio antara alat dengan peserta didik
2. Bentuk/desain laboratorium harus memperhatikan aspek keselamatan atau
keamanan.
3. Laboratorium agar aman dan nyaman bagi peserta didik dan dosen/instruktur :
a. Keadaan ruang harus memungkinkan dosen/instruktur dapat melihat semua peserta didik
yang bekerja di dalam laboratorium itu tanpa terhalang oleh perabot atau benda-benda
lain yang ada di dalam laboratorium tersebut.
b. Peserta didik harus dapat mengamati demonstrasi/simulasi dari jarak maksimal 2 m dari
meja demonstrasi.
c. Lantai laboratorium tidak boleh licin, harus mudah dibersihkan. dan tahan terhadap
tumpahan bahan-bahan kimia.
d. Alat-alat atau benda-benda yang dipasang di dinding tidak boleh menonjol sampai ke
bagian ruang tempat peserta didik berjalan dan sirkulasi alat.
e. Tersedianya buku referensi penunjang praktik.
f. Tersedianya air mengalir (kran).
g. Meja praktikum harus tidak tembus air, tahan asam dan basa (terbuat dari porselin)
h. Tersedia ruang dosen/instruktur
i. Tersedianya kebutuhan listrik seperti stop kontak (mains socket)

4. Adanya Standard Operating Prosedures (SOP) atau instruksi kerja. Prosedur ini
bersifat operasional dan mengikat bagi semua pengguna laboratorium.
5. Adanya sistem pelaporan dan dokumentasi dari setiap kegiatan praktikum di masing- masing
laboratorium, baik persemester maupun pertahun.

B. PENGELOLAAN LABORATORIUM
Pelaksanaan suatu aktifitas laboratorium membutuhkan suatu aturan atau ketentuan agar aktifitas
dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan aktifitas pembelajaran dapat tercapai. Aturan atau
ketentuan operasional perlu disusun dengan jelas. Hal ini karena laboratorium merupakan suatu
sistem yang terdiri atas prasarana dan sarana penunjang kegiatan, baik berupa peralatan laboratorium
maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu, laboratorium perlu diatur sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di masing-masing institusi.

Mengingat banyaknya peralatan dan beban kerja yang ada di suatu laboratorium, maka diperlukan
sistem manajemen yang memadai untuk mengelola prasana dan sarana serta kegiatan yang ada di
laboratorium tersebut. Sistem manajemen ini meliputi struktur organisasi, pembagian kerja, serta
susunan personel yang mengelola laboratorium.

1. Kepala unit laboratorium bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang diselenggarakan
di laboratorium, baik administrasi maupun akademik. Tugas kepala unit laboratorium, antara lain
:
a. Mempertanggungjawabkan semua kegiatan di laboratorium, dengan dibantu oleh semua
anggota laboratorium (administrator/ penanggung jawab laboratorium dan teknisi/ tenaga
bantu laboratorium), agar kelancaran aktifitas laboratorium dapat terjamin.
b. Memimpin, membina, dan mengkoordinir semua aktifitas sistem internal dan mengadakan
kerjasama dengan pihak eksternal, seperti institusi lain, atau pusat- pusat studi yang
berkaitan dengan pengembangan laboratorium. Kerja sama dengan pihak luar sangat penting
karena sebagai wahana untuk saling berkomunikasi semua aktifitas yang diadakan di
laboratorium masing-masing.

Dengan beban kerja seperti tersebut, maka kepala unit laboratorium harus merupakan seorang
yang mempunyai komitmen, kemampuan akademik, dan keterampilan manajemen yang
handal. Oleh karena itu kepala unit laboratorium adalah seorang dosen dengan kualifikasi
pendidikan minimal S2.

2. Penanggung jawab laboratorium membantu secara langsung tugas kepala unit


laboratorium dalam bidang administrasi, sehingga membantu terjaminnya kelancaran sistim
administrasi, maka seorang administrator harus mempunyai kualifikasi pendidikan minimum
Sarjana Sains Terapan (D.IV)/S.1
Tugas dan tanggung jawab dari PenanggungJawab Laboratorium antara lain :

a. Mempertanggung jawabkan semua kegiatan praktikum pada laboratoriumnya secara


terorganisir, terjadwal dan terencana dengan baik dengan bantuan dan kerjasama dengan
tenaga bantu laboratorium
b. Memimpin, membina, dan mengkoordinir semua kegiatan yang terjadi di dalam
laboratoriumnya baik dengan tenaga bantu laboratorium maupun dengan dosen mata
kuliah terkait.
3. Teknisi/tenaga bantu laboratorium adalah seseorang yang bertugas membantu aktifitas
peserta didik dalam melakukan kegiatan praktek laboratorium. Secara khusus seorang tenaga
bantu laboratorium bertanggung jawab dalam menyediakan peralatan yang diperlukan dan
mengembalikan peralatan tersebut setelah digunakan ke tempat semula.
Tenaga bantu laboratorium sangat diperlukan mengingat banyaknya kegiatan praktikum yang
dilaksanakan oleh peserta didik, sehingga kesiapan alat sangat diperlukan. Penempatan
kembali peralatan yang sudah digunakan pada posisi yang tidak seharusnya dapat
mengganggu kelancaran kegiatan berikutnya. Oleh karena itu seorang tenaga bantu
laboratorium yang baik sangat diperlukan. Hal ini bisa tercapai jika seorang tenaga bantu
laboratorium mempunyai keahlian di bidangnya. Misalnya untuk tenaga bantu laboratorium di
laboratorium kesehatan harus benar-benar mempunyai kemampuan dan pemahaman dalam
bidang yang berhubungan dengan
keilmuan kesehatan dan kualifikasi pendidikan minimum seorang tenaga bantu laboratorium
adalah D.III sesuai bidangnya.

Tugas membuat jadwal dapat diserahkan kepada tenaga bantu laboratorium, namun demikian
dosen juga harus terlibat pada penyusunan jadwal. Agar laboratorium dapat berfungsi dengan
sebaik-baiknya, dosen perlu dibantu oleh teknisi laboratorium.

Tugas tenaga bantu laboratorium sebagai berikut:

a. menyiapkan alat-alat untuk percobaan peserta didik dan demonstrasi oleh dosen dan
peserta didik;
b. memelihara alat-alat dan memeriksa jumlah alat-alat dan bahan;
c. menyiapkan bahan-bahan yang habis pakai;
d. membantu dosen di dalam laboratorium; dan
e. memeriksa keadaan alat-alat dan memisahkan alat-alat yang baik dan yang rusak dan
melaporkan keadaan itu kepada penanggung jawab laboratorium.
Kegiatan yang dilaksanakan pengelola di laboratorium

1. Memberikan pelayanan laboratorium bagi pengguna;


2. Mengadakan pertemuan periodik untuk komunikasi antar dosen;
3. Menjadwalkan penggunaan laboratorium;
4. Membuat jadwal pemeliharaan alat laboratorium;
5. Melakukan pemeliharaan keadaan laboratorium secara keseluruhan;
6. Melakukan pemeliharaan preventif alat dan bahan;
7. Melakukan Kalibrasi terhadap peralatan laboratorium sesuai dengan spesifikasi.
8. Melakukan perbaikan alat rusak yang masih dapat diperbaiki di laboratorium;
9. Melakukan inventarisasi alat dan bahan untuk mengetahui jumlah alat yang ada, yang
masih baik, dan yang rusak;
10. Membuat dan mengusulkan rencana anggaran biaya laboratorium/ bengkel kerja;
11. Menerima dan memeriksa alat dan bahan yang diterima;
12. Melakukan langkah-langkah yang diperlukan agar kegiatan- kegiatan di dalam laboratorium
berlangsung aman, terhindar dari kecelakaan;
13. Mencatat (dalam buku harian) kejadian-kejadian yang dianggap penting untuk dicatat,
diantaranya :
a. terjadinya kecelakaan;
b. kejadian : alat gelas pecah, instrumen rusak, atau hilangnya suatu alat; dan
c. penerimaan bahan dan alat baru.
C. PENDANAAN LABORATORIUM
Suatu laboratorium tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, jika tidak memiliki
dana yang cukup, baik untuk operasional maupun untuk pengembangan laboratorium tersebut.
Kegiatan operasional laboratorium bergantung pada ketersediaan bahan dan alat. Semua bahan
yang diperlukan harus disediakan, dan untuk itu diperlukan dana. Diperlukan juga dana untuk
biaya operasional laboratorium lainnya, seperti pemeliharaan rutin, perbaikan terhadap alat yang
rusak, serta pembelian perangkat laboratorium yang tak terduga.

Dana yang digunakan untuk kegiatan di laboratorium dapat bersumber dari pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat atau peserta didik dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Beberapa
kegiatan yang dapat menghasilkan dana bagi laboratorium meliputi penyediaan layanan (jasa)
laboratorium bagi publik, kerjasama dengan institusi lain, serta kegiatan-kegiatan produktif dan
kreatif.

D. PEMELIHARAAN DAN PENYIMPANAN


1. Pemeliharaan
a. Pemeliharaan umum alat dan bahan
Alat dan bahan memerlukan pemeliharaan secara rutin dan berkala. Pemeliharaan alat
dimaksudkan agar alat praktik dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam waktu yang
lama. Pemeliharaan bahan bertujuan agar bahan untuk praktik tetap terjaga dengan baik.

b. Prinsip-prinsip pemeliharaan alat dan bahan sebagai berikut:


1) Menjaga kebersihan alat dan kebersihan tempat menyimpan bahan, dilakukan secara
periodik;
2) Mempertahankan fungsi dari peralatan dan bahan dengan memperhatikan jenis,
bentuk serta bahan dasarnya;
3) Mengemas, menempatkan, menjaga, mengamankan peralatan dan bahan praktik,
serta membersihkan peralatan pada waktu tidak digunakan atau sehabis
dipergunakan untuk praktik;
4) Mengganti secara berkala untuk bagian-bagian peralatan yang sudah habis masa
pakainya
5) Alat-alat yang menggunakan skala ukur perlu dikalibrasi secara berkala sesuai
dengan jenis alat;
6) Penyimpanan alat dan bahan harus diperhatikan sesuai dengan jenisnya.
c. Cara pemeliharaan alat dan bahan laboratorium
Alat-alat yang terbuat dari kaca atau dari bahan yang tidak mudah mengalami korosi :
pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan deterjen. Alat yang terbuat dari Kaca
yang berlemak atau terkena noda yang sulit hilang dengan deterjen dapat dibersihkan
dengan merendamnya di dalam larutan kalium bikromat 10% dalam asam sulfat pekat.
Larutan ini dibuat dibuat dari 100 gr kalium bikromat dilarutkan ke dalam 100 ml asam
sulfat pekat, lalu dimasukkan ke dalam 1 liter air.

1) Alat-alat yang bagian-bagian utamanya terbuat dari logam mudah mengalami korosi
diberi perlindungan dan perlu diperiksa secara periodik. Alat-alat logam akan lebih
aman jika diletakkan (disimpan) di tempat yang kering, tidak lembab, dan bebas dari
uap yang korosif.
2) Untuk alat-alat yang terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja tahan karat
(stainless steel) cukup dijaga dengan menempatkannya di tempat yang tidak terlalu
lembab.
3) Alat-alat yang terbuat dari karet, lateks, plastik dan silikon, ditempatkan pada suhu
kamar terlindung dari debu dan panas.
4) Alat yang terbuat dari kayu dan fiber disimpan pada tempat yang kering.
5) Ruang pemeliharaan / penyimpanan alat seharusnya ber-AC.
6) Tersedia lemari asam untuk laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia
7) Tersedia lemari tempat Alat Pelindung Diri
2. Penyimpanan
Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian
sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan
mengembalikan alat ke tempatnya. Alat yang berat atau bahan yang berbahaya diletakkan di
tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak paling bawah. Peralatan
disimpan di tempat tersendiri yang tidak lembab, tidak panas dan dihindarkan berdekatan
dengan bahan kimia yang bersifat korosi. Penyimpanan alat dan bahan dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan bahaya dari masing-masing alat/bahan kimia.
Kekerapan
pemakaian juga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang
kerap dipakai diletakkan di dalam ruang laboratorium/ bengkel kerja.

Penyimpanan di laboratorium terdiri dari :

a. Bahan Habis Pakai


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan habis pakai adalah sebagai
sebagai berikut :

1) Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan sifat dan bahan penyusunnya


seperti kayu, besi/ logam, kertas, plastik, kain, karet, tanah liat dan sebagainya.
2) Tempat penyimpanan harus aman, dan bebas dari penyebab kerusakan.
3) Cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau jenisnya, misalnya :
peralatan disimpan ditempat yang sesuai, dengan memperhatikan syarat- syarat
penyimpanan.
4) Penyimpanan bahan habis pakai, disesuaikan dengan sifat kimia zat tersebut.
5) Bahan-bahan kimia yang berbahaya, (mudah terbakar, mudah meledak, dan beracun)
harus diberi label peringatan yang tidak mudah lepas.
b. Peralatan Bahan Kimia
1) Peralatan Laboratorium Kimia
Peralatan yang sering digunakan sebaiknya disimpan sedemikian hingga mudah
diambil dan dikembalikan. Alat-alat laboratorium kimia sebagian besar terbuat dari
gelas. Alat-alat seperti ini disimpan berkelompok berdasarkan jenis alat, seperti
tabung reaksi, gelas kimia, labu (seperti Erlenmeyer dan labu didih), corong, buret
dan pipet, termometer, cawan porselein, dan gelas ukur. Klem, pinset yang terbuat
dari logam, dan instrumen yang memiliki komponen-komponen dari logam yang
sangat halus, seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakan arus listrik disimpan
di tempat terpisah, jauh dari zat-zat kimia, terutama zat-zat kimia yang korosif. Alat-
alat seperti ini harus disimpan di tempat yang kering dan bebas dari zat atau uap
korosif serta bebas goncangan. Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi nama
agar mudah mencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret sebaiknya disimpan dalam
keadan berdiri. Oleh karena itu, pipet dan buret perlu diletakkan pada tempat yang
khusus.
2) Bahan Kimia
Penyimpanan bahan kimia harus mendapat perhatian khusus, sebab setiap bahan
kimia dapat menimbulkan bahaya seperti terjadinya kebakaran, keracunan, gangguan
pernapasan, kerusakan kulit atau gangguan kesehatan lainnya. Penyimpanan zat
kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut

a) Penyimpanan bahan kimia diatur berdasarkan tingkat bahayanya dan ditata


secara alfabetis.
b) Zat/bahan kimia disimpan jauh dari sumber panas dan ditempat yang tidak
langsung terkena sinar matahari
c) Pada label botol diberi catatan tentang tanggal zat di dalam botol tersebut
diterima dan tanggal botol tersebut pertama kali dibuka. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tanggal bahan kimia tersebut kadaluarsa.
d) Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS ; Material Safety Data Sheet)
untuk informasi lebih lengkap mengenai bahan kimia tersebut.
e) Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan kimia yang terbuat dari gelas di
lantai .
f) Botol berisi bahan kimia harus diambil dan diangkat dengan cara memegang
badan botol dan bukan pada bagian lehernya.
g) Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat yang terlalu tinggi.
h) Jangan menyimpan bahan kimia secara berlebihan di laboratorium/ bengkel
kerja.
i) Botol yang berisi asam atau basa kuat, terutama asam perklorat, jangan
ditempatkan berdekatan
Penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengelompokkan bahan-bahan tersebut,
seperti berikut ini:

a) Bahan kimia yang mudah terbakar


Bahan kimia yang mudah terbakar seperti aceton, ethanol, ether, dan chloroform
ditempatkan pada rak paling bawah dan terpisah dari bahan kimia yang mudah
teroksidasi.

b) Pelarut yang tidak mudah terbakar


Pelarut yang tidak mudah terbakar seperti karbon tetraklorida dan glikol dapat
ditempatkan dekat dengan bahan kimia lain kecuali bahan kimia yang mudah
teroksidasi
c) Bahan Kimia asam
Bahan kimia asam seperti asam nitrat, asam klorat, asam sulfat ditempatkan dengan
kondisi seperti berikut:

(1) Ditempatkan pada lemari atau rak khusus yang tidak mudah terbakar
(2) Wadah bahan kimia asam yang sudah dibuka disimpan di lemari khusus seperti
lemari asam, bila perlu diberi alas seperti nampan plastik.
(3) Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan
terlebih dahulu pada nampan plastik
(4) Asam pengoksidasi dipisahkan dari asam organik dan dari bahan kimia yang
mudah teroksidasi.
(5) Dipisahkan dari zat-zat yang mudah teroksidasi

d) Bahan kimia kaustik


Bahan-bahan kimia kaustik seperti amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan
kalium hidroksida :

(1) ditempatkan pada daerah yang kering;


(2) dipisahkan dari asam; dan
(3) botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan terlebih
dahulu pada nampan (baki) plastik.
e) Bahan Kimia yang reaktif dengan air
Bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air seperti natrium, kalium, dan litium
ditempatkan di tempat yang dingin dan kering

f) Pelarut yang tidak reaktif dan tidak mudah terbakar


Pelarut yang tidak reaktif dan tidak mudah terbakar seperti natrium klorida, natrium
bikarbonat, dan minyak ditempatkan di dalam lemari atau rak terbuka yang dilengkapi
sisi pengaman

3. Penyimpanan Alat
Azas keselamatan/keamanan pemakai dan alat menempatkan alat sedemikian sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan mengembalikan alat ke
tempatnya. Alat yang berat atau yang mengandung zat berbahaya diletakkan di tempat
penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak bawah lemari, tidak di rak teratas.
Alat yang tidak boleh ditempatkan di tempat yang dapat menyebabkan alat itu rusak, misalnya
karena lembab, panas, berisi zat-zat korosif, letaknya terlalu tinggi bagi alat yang berat. Alat
yang mahal atau yang berbahaya disimpan di tempat yang terkunci. Untuk memudahkan
menemukan atau mengambil adalah alat ditempatkan di tempat tertentu, tidak berpindah-
pindah, dikelompokkan menurut pengelompokan yang logis, alat yang tidak mudah dikenali
dari penampilannya diberi label yang jelas dan diletakkan menurut urutan abjad label yang
digunakan. Alat-alat yang sejenis diletakkan di tempat yang sama atau berdekatan. Pemakaian
alat laboratorium yang sering digunakan diletakkan di dalam ruang laboratorium.

Cara menempatkan atau menyimpan alat dapat didasari pemikiran nalar (logis) tentang hal-hal
berikut

a. Keselamatan/keamanan pemakai dan alat pada waktu alat diambil dari atau
dikembalikan ke tempatnya;
b. Kemudahan menemukan dan mengambil alat;
c. Frekuensi pemakaian alat dan tempat alat-alat yang digunakan.

E. PENGADMINISTRASIAN ALAT DAN BAHAN

Pengadministrasian alat dan bahan maksudnya mencatat jumlah/ banyaknya alat dan bahan yang
ada. Pengadministrasian dapat dilakukan oleh teknisi/asisten laboratorium, dan staf administrasi
sebaiknya mengadministrasikan hanya perabot (meja, kursi, lemari) yang ada di dalam
laboratorium. Hal yang paling penting dicatat adalah nama alat, jumlahnya/ banyaknya, spesifikasi,
dan tanggal pengadaan atau tanggal alat dikeluarkan.

Pencatatan dapat dilakukan dengan cara tradisionil menggunakan buku atau kartu, sebaiknya kartu
disusun menurut urutan abjad berdasarkan nama alat. Lebih baik pencatatan alat dan bahan
dilakukan dengan komputer, menggunakan program yang disebut ”basis data” (data base). Dengan
menggunakan program komputer pencatatan dan pencarian data dengan nama spesifikasi tertentu
menjadi lebih mudah dan cepat.

F. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM


1. Untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium/ bengkel kerja diperlukan
pengetahuan tentang jenis-jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di dalam laboratorium,
serta pengetahuan tentang penyebabnya.
Jenis-jenis kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium/bengkel kerja yaitu:

a. Terluka, disebabkan terkena pecahan kaca dan/atau tertusuk oleh benda-benda tajam.
b. Terbakar, disebabkan tersentuh api atau benda panas, dan oleh bahan kimia.
c. Terkena racun (keracunan). Keracunan ini terjadi karena bekerja menggunakan zat
beracun yang secara tidak sengaja dan/atau kecerobohan masuk ke dalam tubuh. Perlu
diketahui bahwa beberapa jenis zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit.
d. Terkena zat korosif seperti berbagai jenis asam, misalnya asam sulfat pekat, asam format,
atau berbagai jenis basa.
e. Terkena radiasi sinar berbahaya, seperti sinar dari zat radioaktif (sinar X).
f. Terkena kejutan listrik pada waktu menggunakan listrik bertegangan tinggi.
2. Alat keselamatan kerja di laboratorium
a. APD (alat pelindung diri) seperti baju praktik, sarung tangan, masker, alas kaki
b. APAR (Alat pemadam kebakaran) berikut petunjuk penggunaan
c. Perlengkapan P3K
d. Sarana instalasi pengolahan limbah

B. Mendesign Laboratorium Pendidikan Kesehatan

TATA RUANG DI LABORATORIUM

Manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan
terarah, sejak dari perencanaan tata ruang (designing laboratory). Sehingga dapat dimengerti
bahwa tata ruang sebagai pusat aktivitas dari manajemen laboratorium merupakan hal yang penting.
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang
sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan.
1. Jenis Tata ruang
Tata ruang yang baik mempunyai:
A. pintu masuk (in)
B. pintu keluar (out)
C. pintu darurat (emergency-exit)
D. ruang persiapan (preparation-room)
E. ruang peralatan (equipment-room)
F. ruang penyimpanan (storage-room)
G. ruang staf (staff-room)
H. ruang teknisi (technician-room)
I. ruang bekerja (activity-room)
J. ruang toilet
K. lemari praktikan (locker)
L. ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu.

Desain dan penataan ruang yang memenuhi persyaratan keamanan dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 1. Design Penataan Ruang Laboratorium


Penataan dan design ruang laboratorium dapat memenuhi kaidah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan pengguna
b. Memenuhi persyaratan keamanan
c. Memenuhi dari lokasi dan perlengkapan darurat
d. Pembuangan sisa kegiatan praktikum yang telah tersedia dengan prosedur yang benar
e. Memenuhi kriteria kebersihan dan kerapihan

2. Bentuk Ruang
Bentuk ruang laboratorium sebaiknya bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar atau bisa
juga berbentuk persegi panjang. Bentuk bujur sangkar memungkinkan jarak antara dosen dan
peserta didik dapat lebih dekat sehingga memudahkan kontak antara dosen/instruktur dan
peserta didik.
3. Luas Ruang
a. Luas ruang praktik laboratorium harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1) 1 orang peserta didik memerlukan ruang kerja minimal 2,5 m²
2) Disediakan ruang kosong antara tembok dan meja kerja sekitar 1.7 m untuk
memudahkan dan mengamankan sirkulasi alat dan peserta didik di laboratorium.
3) Jarak antara ujung meja yang berdampingan sebaiknya tidak kurang dari 1.5 m,
sehingga peserta didik dapat bergerak leluasa pada waktu bekerja dan pada waktu
pindah atau memindahkan alat (bahan) dari satu tempat ke tempat lain.
4) Luas ruang harus sebanding dengan banyaknya peserta didik dan jenis pendidikan.
b. Luas ruang penyimpanan alat dan bahan disesuaikan dengan jenis alat/bahan yang ada di
setiap jenis pendidikan.

4. Fasilitas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan teknis masing-masing


laboratorium.

CONTOH DESIGN LABORATORIUM


REFERENSI

Djas, Fachri, 1998. Manajemen Laboratorium (Laboratory Management). Penataran Pengelolaan


Laboratorium (Laboratory Management). Fakultas Kedokteran USU, Medan

Gultom, Jamahir, Panel Sitorus dan Kurnia Brahmana, 1995, Manajemen laboratorium (Laboratory
Management). Lokakarya Pelatihan Pemakaian Alat-Alat Laboratorium, Kerjasama USU dengan
WUTC Universitas Andalas, Padang

James L. Gibson dkk. 1997. Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur dan Proses.
Jakarta : Erlangga.

Kementerian Kesehatan RI, 2010. Standar Laboratorium Teknik elektromedik Pendidikan Tenaga
Kesehatan, Badan PPSDM Pusdiklatnakes .
MONITORING DAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM PENDIDIKAN
KESEHATAN

Hakekat Monev

Kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) ditujukan pada suatu program yang sedang atau sudah
berlangsung, diantaranya pembelajaran di laboratorium pendidikan kesehatan. Monitoring merupakan
aktivitas yang dilakukan pimpinan untuk melihat, memantau jalannya organisasi selama kegiatan
berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan, melihat faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan program. Dalam monitoring (pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis. Hasil
analisis diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukan bagi pimpinan untuk mengadakan
perbaikan. Evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan
menganalisis data, menyimpulkan hasil yang telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi
rumusan kebijakan, dan menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan keputusan
berdasarkan pada aspek kebenaran hasil evaluasi.

Terkait dengan evaluasi, Scriven (1967) menyatakan “Evaluation as the assessment of worth and
merit”. Sementara itu, Stuflebeam (1971) mengatakan "Evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing usefull information for decision making". Sedangkan Cronbach
mengatakan bahwa "Evaluation as methods for quality improvement in education".

Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan tersistem. Program terdiri dari komponen-
komponen meliputi: tujuan, sasaran, kriteria keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk
melaksanakan kegiatan, waktu untuk melakukan kegiatan, komponen pendukung seperti fasilitas, alat
dan bahan, serta pengorganisasian. Dari beberapa definisi di atas, evaluasi program merupakan satu
metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program dengan membandingkan kriteria yang
telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam
bentuk informasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan penentuan
kebijakan.

Prinsip-prinsip Monev

Pada pelaksanaannya, monev haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1. Berorientasi pada tujuan.
Monev hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Hasil monev
dipergunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau peningkatan program pada evaluasi formatif dan
membuat justifikasi dan akuntabilitas pada evaluasi sumatif.
2. Mengacu pada kriteria keberhasilan
Monev seharusnya dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penentuan kriteria keberhasilan dilakukan bersamaantara para evaluator, para sponsor,
pelaksana program (pimpinan dan staf), para pemakai lulusan (konsumen), lembaga terkait (dimana
peserta kegiatan bekerja).

3. Mengacu pada asas manfaat


Monev sudah seharusnya dilaksanakan dengan manfaat yang jelas. Manfaat tersebut adalah berupa
saran, masukan atau rekomendasi untuk perbaikan program program yang dimonev atau program
sejenis di masa mendatang.

4. Dilakukan secara obyektif


Monev harus dilaksanakan secara objektif. Petugas monev dari pihak eksternal seharusnya bersifat
independen, yaitu bebas dari pengaruh pihak pelaksana program. Petugas monev internal harus
bertindak objektif, yaitu melaporkan temuannya apa adanya.

Model evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung dari tujuan yang ingin dicapai lembaga,
tahapan program yang akan dievaluasi dan jenis keputusan yang akan diambil.

Pendekatan Monev
Ada dua macam pendekatan yang dapat digunakan dalam monev, yaitu: survei, dan exspost facto.
Paling tidak ada empat tujuan yang dapat dicapai melalui survei, yaitu: deskriptif, eksplanatif,
eksploratif, dan prediktif. Pendekatan survei deskriptif digunakan apabila monev bertujuan untuk
mendeskripsikan keadaan dan kondisi subyek dan atau obyek yang dimonitoring dan evaluasi
(monev).
Pendekatan eksplanatif digunakan bila monitoring dan evaluasi bertujuan untuk menjelaskan
mengapa hal ini terjadi, atau mengapa terjadi perubahan, atau mengapa tidak ada perubahan,
mengapa program tidak berjalan lancar, mengapa dampak program tidak
seperti yang diharapkan, dan lain sebagainya. Jadi pada monev dengan pendekatan eksplanatif pada
dasarnya ingin menjawab pertanyaan mengapa.
Pendekatan exspost facto digunakan bila monev dilakukan untuk mencari dampak suatu program
perbaikan yang telah dilakukan di masa lampau. Dengan demikian, bila monev itu tidak dimaksudkan
untuk mencari dampak akibat perlakuan di masa lampau maka pendekatan ini tidak disebut dengan
exspost facto. Pemilihan pendekatan ini ditentukan dengan memperhatikan tujuan dan waktu atau saat
monev itu dilakukan. Namun, hal yang harus diingat adalah monev itu dapat dilakukan pada saat
program itu berlangsung ataupun program itu sudah berlangsung. Hal ini dapat difahami karena
monev ini terdiri dari dua kegiatan, yakni monitoring dan evaluasi.

Ruang lingkup Monev


Sebagai suatu proses untuk menghasilkan dan menyajikan informasi guna mendukung pengambilan
keputusan, evaluasi program dilakukan sejalan dengan tahapan program yang akan dievaluasi.
Cakupan evaluasi meliputi empat aspek: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) hasil program, dan (4)
dampak. Setiap tahapan menggunakan jenis evaluasi dan pendekatan evaluasi yang berbeda.

Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Monev


Dalam kegiatan monev proses pengumpulan data merupakan suatu hal yang sangat penting.
Pengumpulan data ini merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan keadaan nyata di lapangan
(empiris). Hasil pengumpulan data ini digunakan untuk penyimpulan suatu kegiatan, termasuk di
dalamnya monitoring dan evaluasi (monev). Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis
dan terstandarkan untuk memperoleh data dalam suatu kegiatan. Pada monev metode pengumpulan
data yang digunakan adalah: survai, observasi, dokumentasi, wawancara, dan isian singkat (angket
terbuka).

Perbedaan antara monitoring dan evaluasi adalah monitoring dilakukan pada saat program masih
berjalan sedangkan evaluasi dapat dilakukan baik sewaktu program itu masih berjalan ataupun
program itu sudah selesai. Atau dapat juga bila dilihat dari pelakunya, monitoring biasanya dilakukan
oleh pihak internal sedangkan evaluasi dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal.
Evaluasi merupakan upaya untuk menilai kualitas program dan hasil-hasilnya secara berkala dengan
menggunakan pendekatan yang tepat dari suatu program beserta dampaknya, sedangkan monitoring
adalah kegiatan pemantauan atau pengamatan yang
berlangsung selama kegiatan berjalan untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan
program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Bila dilihat secara keseluruhan, kegiatan
monitoring dan evaluasi ditujukan untuk pembinaan suatu program.

Perencanaan Kegiatan Monitoring Dan Evaluasi Pembelajaran Di Laboratorium

Laboratorium pendidikan adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa
ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis, dengan
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan
pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat. sebagai tempat peserta didik berlatih
dan kontak dengan objek yang dipelajari secara langsung, baik melalui pengamatan maupun
percobaan.

Pada pokok bahasan ini akan diuraikan tentang perencanaan kegiatan monitoring dan evaluasi
pembelajaran laboratorium yang akan berguna bagi pengambil kebijakan di institusi pendidikan
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar mengajar di laboratorium.
Terdapat beberapa model evaluasi program pembelajaran di laboratorium. Suatu model evaluasi
menunjukkan ciri khas baik dari tujuan evaluasi, aspek yang dievaluasi, keluasan cakupan, tahapan
evaluasi, tahapan program yang akan dievaluasi, dan cara pendekatan.

Model Monev

Suatu model evaluasi menunjukkan ciri khas baik dari tujuan evaluasi, aspek yang dievaluasi,
keluasan cakupan, tahapan evaluasi, tahapan program yang akan dievaluasi, dan cara pendekatan.
Kaufman dan Thomas (1998) telah mengemukakan adanya 8 Model monitoring dan Evaluasi
Program. Diantaranya yang dapat diterapkan di laboratorium pendidikan adalah seperti berikut ini.

1. Goal-oriented Evaluation Model (Model Evaluasi berorientasi Tujuan), oleh Tyler (1998).
Model ini memfokuskan pada pencapaian tujuan pendidikan "sejauh mana tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Indikator pencapaian tujuan ditunjukkan
oleh prestasi belajar siswa, kinerja dosen, efektivitas PBM, kualitas layanan prima. Dalam
evaluasi program pendidikan, pengukuran dilakukan terhadap
variable (indikator) pendidikan, hasil pengukuran dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelum program dilaksanakan atau dengan kriteria standar; hasil pengukuran dapat
menggambarkan berhasil atau tidaknya program pendidikan.

2. Goal-free Evaluation Model (Model Evaluasi Bebas Tujuan), oleh Scriven.


Adalah evaluasi yang tidak didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dari program kegiatan.
Evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation) berorientasi pada fihak eksternal, fihak
konsumen, stake holder, dewan pendidikan, masyarakat. Scriven mengatakan bahwa bagi
konsumen, stake holder, atau masyarakat "tujuan suatu program tidak penting".
Yang penting bagi konsumen adalah perilaku bagus yang dapat ditampilkan oleh setiap
personal yang mengikuti program kegiatan atau setiap barang yang dihasilkan. Dalam konteks
evaluasi pendidikan, goal-free bukan berarti bahwa evaluator buta atau tidak mau tau tentang
tujuan program. Namun, evaluator membatasi diri untuk tidak terlalu fokus pada tujuan agar
terhindar dari bias.

1. Formatif-summatif Evaluation Model oleh Scriven.


Evaluasi model ini dikembangkan oleh Michael Scriven, dengan membedakanevaluasi menjadi
dua jenis: evaluasi formatif dan evaluasi summatif.
a. Evaluasi formatif, bersifat internal berfungsi untuk meningkatkan kinerja lembaga,
mengembangkan program/ personal, bertujuan untuk mengetahui perkembangan program
yang sedang berjalan (in-progress). Monitoring dan supervisi, termasuk dalam kategori
evaluasi formatif, dilakukan selama kegiatan program sedang berlangsung, dan akan
menjawab berbagai pertanyaan:
1) Apakah program berjalan sesuai rencana?
2) Apakah semua komponen berfungsi sesuai dengan tugas masing-masing?
3) Jika tidak apakah perlu revisi, modifikasi?

b. Evaluasi sumatif, dilakukan pada akhir program, bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
program yang telah dilaksanakan, memberikan pertanggung-jawaban atas tugasnya,
memberikan rekomendasi untuk melanjutkan atau menghentikan program pada tahun
berikutnya. Evaluasi akan dapat menjawab pertanyaan:
1) Sejauh mana tujuan program tercapai?
2) Perubahan apa yang terjadi setelah program selesai?
3) Apakah program telah dapat menyelesaikan masalah?
4) Perubahan perilaku apa yang dapat ditampilkan, dilihat dan dirasakan setelah selesai
mengikuti pelatihan?.
Mekanisme Pelaksanaan
a. Persiapan
Persiapan dilakukan melalui kegiatan:
i. Penyusunan jadwal monev
ii. Penentuan Tim dan Personil monev
iii. Penyiapan instrumen monev (instrumen terlampir).
iv. Konfirmasi kesediaan waktu dan tempat monev.
v. Penyiapan administrasi lain yang dianggap perlu

b. Pelaksanaan
i. Penyediaan/penyepakatan tempat monev
ii. Wawancara/pemantauan pelaksanaan monev dengan menggunakan instrument
terlampir.
iii. Penyusunan laporan hasil monev

c. Tindak Lanjut
i. Penafsiran hasil monev

Hasil Analisis

Pada umumnya monev menggunakan analisis data yang sederhana. Kebanyakan data monev dianalisis
secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif sederhana. Menghitung rata-rata penilaian responden
terhadap keberhasilan program dan mengkonversi rata-rata tersebut kedalam kategori keberhasilan
program sudah cukup. Menampilkan rata-rata keberhasilan untuk setiap aspek program juga cukup
efektif untuk melihat aspek mana yang lemah dan perlu dikuatkan untuk perbaikan pelaksanaan. Untuk
analisis kualitatifnya, merangkum jawaban responden berdasarkan kategori atau pertanyaan yang ada.
Untuk memperoleh hasil analisis yang diinginkan, program komputer dapat dimanfaatkan.

Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan
evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan
ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan
mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
a. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya. Ada 4
jenis pencatatan, yaitu:
1. Pencatatan kegiatan pelayanan
2. Pencatatan logistik
3. Pencatatan kepegawaian
4. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti audit mutu internal, keamanan laboratorium dan lain-lain
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku sebagai berikut:
1. Buku register perawatan/kerusakan alat.
2. Buku stok alat, reagen.
3. Buku catatan kalibrasi.
4. Buku absensi petugas laboratorium

b. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari:
1. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
2.Laporan khusus (misalnya laporan kecelakaan laboratorium)

c. Penyimpanan dokumen
Prinsip penyimpanan dokumen:
1. Semua dokumen yang disimpan harus asli.
2. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun.

a. Pemusnahan dokumen
Sebelum dimusnahkan, diambil informasi-informasi yang utama terlebih dahulu. Pada pelaksanaan
pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang berlaku, yang berisi:
1. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;
2. Penanggung jawab/otorisasi pemusnahan dokumen.

e. Pengendalian dokumen
1. Maksud dari pengendalian dokumen:
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara prosedur untuk
mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber internal dan eksternal) yang
merupakan bagian dokumentasi mutunya. Salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus
diarsipkan untuk acuan di kemudian hari. Ka unit laboratorium harus menetapkan masa
penyimpanan. Dokumen terkendali ini harus disimpan dalam bentuk tertulis, serta dapat disimpan
dalam bentuk elektronik.
2. Cara pengendalian dokumen:
Harus tersedia prosedur yang memastikan bahwa:
a. Semua dokumen yang diberikan kepada petugas laboratorium sebagai bagian dari sistem
manajemen mutu telah dikaji ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum
diterbitkan (sistem otorisasi dokumen yang berlaku).
b. Setiap saat tersedia daftar terbaru yang mencantumkan semua dokumen yang berlaku,
revisi terbaru yang sah berikut penyebarannya (disebut juga catatan pengendalian
dokumen).
c. Hanya dokumen versi terbaru yang disediakan untuk penggunaan aktif pada tempat di
mana dokumen itu digunakan.
d. Dokumen secara berkala dikaji ulang, direvisi apabila perlu, dan disetujui oleh petugas
berwenang.
e. Pelaporan hasil.
f. Upaya perbaikan dan penanganan keluhan
g. Audit internal.
h. Etika.

3. Penandaan pada dokumen:


Semua dokumen yang terkait dengan sistem manajemen mutu harus diberi identitas secara
unik (tidak ada duanya) yaitu meliputi:
a. Judul;
b. Edisi atau tanggal revisi terbaru, atau nomor revisi, atau ketiganya;
c. Jumlah halaman (bila mungkin);
d. Wewenang untuk menerbitkan; dan
e. Pencantuman sumber.

Sistematika dalam penulisan laporan hasil monitoring dan evaluasi yang tertera di bawah ini:
I. Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Dasar Hukum
c. Tujuan
II. Bab II Pelaksanaan monitoring dan Evaluasi
a. Persiapan Monitoring dan Evaluasi
b. Proses Monitoring dan Evaluasi
III. Bab III Hasil Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
IV. Bab IV Simpulan dan Saran
V. Lampiran
a. Lembar instrument penilaian
b. Lembar permintaan tindakan Koreksi/ Pencegahan
c. Lembar Rekomendasi
d. Lembar umpan balik
e. Jadwal
f. Absensi
Penutup

Kegiatan monitoring dan evaluasi bersifat melekat dalam pelaksanaan tugas organisasi, yang dalam hal
ini menjamin terlaksananya proses pembelajaran di laboratorium. Diperlukan landasan kejujuran,
motivasi dan kesungguhan yang kuat dalam beraktivitas kerja dari para pelaksana pengelola
laboratorium/ instruktur laboratorium dalam melakukan pelaporan. Selain itu, prinsip-prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah obyektif dan profesional,
transparan, partisipatif, akuntabel, tepat waktu, berkesinambungan dan berbasis indikator kerja.
Selanjutnya hasil monev dapat digunakan sebagai rekomendasi dan perbaikan program.
REFERENSI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik

Pedoman Penggunaan Laboratorium Simulasi Keperawatan, Bapelkes Batam, 2012

Standar Laboratorium Analis Kesehatan, Pendidikan Tenaga Kesehatan, Pusdiknakes, badan PPSDMK,
Kementrian Kesehatan RI, 2010

Siregar, C.J.P, Praktik Sistem Manajemen Laboratorium Pengujian yang baik (Good testing,
Laboratory management System Practice), EGC, 2007

Moerdiyanto, Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam rangka memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan manajemen, 2013
LAMPIRAN

EVALUASI DAN MONITORING


PEMBELAJARAN DI
LABORATORIUM

Nama mata kuliah : ...............................


Semester : ...............................
Pemberi kuliah : ...............................

Evaluasi Pemberi kuliah


No Pernyataan SJ J C B SB
1 Datang tepat waktu (toleransi 15
menit)
2 Penampilan pemberi kuliah
menarik/sopan
3 Membuat Satuan Acara
Perkuliahan yang memuat
langkah-langkah pembelajaran
4 Membuat bahan ajar dalam bentuk
makalah/diktat/ transparan dll

5 Menyampaikan tujuan belajar


6 Memilih alat bantu yang
diperlukan
7 Penyampaian materi dalam
proses pembelajaran tepat waktu
a. Penyampaian materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran
b. Melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran
c. Penggunaan metode sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang
tertuang dalam GBPP
d. Penggunaan alat bantu sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang
tertuang dalam GBPP
8 Melakukan evaluasi pada akhir sesi

Keterangan:
SJ = sangat jelek J
= jelek
C = cukup
B = baik
SB = sangat baik
LAMPIRAN

Contoh Pengelolaan alat medis, alkes dan bahan habis pakai di laboratorium pendidikan kesehatan.

Tabel 1
CONTOH KARTU/ BUKU PENCATATAN ALAT/BAHAN

Nama alat :
Spesifikasi :
Nama pabrik/ Perusahaan :
Kode pabrik/ Perusahaan :

Masuk Keluar Sisa Ket.


Tanggal Banyak/jumlah Tanggal Banyak/jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Catatan: Kolom keterangan diisi dengan uraian singkat tentang kondisi


alat/bahan yang bersangkutan

Mengetahui PJ Laboratorium
Ka. Sub unit laboratorium

(.......................................) (................................)
LAMPIRAN

Tabel 2
Formulir Stok of Name Bahan Habis Pakai Laboratorium

Prodi :..................................
Jurusan :..................................
Tahun :..................................

I. Kelompok : ..................................
Nama
No bahan Spesifikasi Kondisi Jumlah Ket
Baik Rusak Expire
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

II. Kelompok : ..................................


Nama
No Spesifikasi Kondisi Jumlah Ket
bahan
Baik Rusak Expire
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PJ Lab/Penunjang lab

(..................................)

Keterangan:
Data stok of name berguna untuk mengetahui BHP lab yang perlu dipesan
(1) Diisi no urut BHP laboratorium dalam kelompok
(2) Diisi nama BHP lab diurut sesuai abjad
(3) Diisi spesifikasi berupa jenis atau satuan kemasan BHP lab
(4) Diisi jumlah BHP lab dengan kondisi baik
(5) Diisi jumlah BHP lab dengan kondisi rusak
(6) Diisi jumlah BHP lab dengan kondisi expire
(7) Diisi sebagai jumlah BHP lab untuk stok awal
(8) Diisi keterangan penanganan BHP yang rusak dan expire
Jumlah tabel tergantung jumlah kelompok BHP laboratorium yang ada di Prodi
LAMPIRAN

Tabel 3
Formulir usulan permintaan BHP laboratorium

Prodi/Jurusan : ...................................
Tahun : ..................................

No Nama BHP lab Spesifikasi Kemasan Jumlah Ket


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sekjur/ Kajur Ka. Sub unit lab

(......................) (..........................)

Keterangan:
(1) Tulis no urut BHP laboratorium
(2) Tulis nama BHP laboratorium
(3) Tulis spesifikasi BHP lab
(4) Tulis satuan dari kemasan
(5) Tulis jumlah pesanan
(6) Tulis informasi yang diperlukan
LAMPIRAN

Tabel 4
Formulir Daftar alat Laboratorium

Prodi :..................................
Jurusan :..................................
Tahun :..................................

Kelompok alat : ..................................


Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
alat
Baik Rusak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kelompok alat : ..................................


Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
alat
Baik Rusak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Ka sub unit laboratorium PJ lab/ Penunjang lab

(...............................) (.................................)

Keterangan:
Pengelompokan alat dibuat berdasarkan kesepakatan PJ laboratorium/ penunjang lab dengan Ka sub unit
laboratorium
Kelompok alat dapat berdasarkan jenis lab yang berada di Jurusan /Prodi
(1) Isi no urut alat laboratorium dalam kelompok
(2) Isi nama alat diurut sesuai abjad
(3) Isi spesifikasi alat seperti merk, tipe atau ukuran jika ada
(4) Tulis jumlah seluruh alat yang rusak dan yang baik
(5) Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
(6) Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak (alat yang rusak masuk ke formulir catatan alat rusak)
(7) Isi keterangan yang diperlukan misal:” perbaikan cito” untuk alat yang perlu segera diperbaiki
LAMPIRAN

Tabel 5
Formulir Pemasukan/Penerimaan alat laboratorium

Prodi : ...................................
Jurusan : ...................................
Tahun : ...................................

No Nama alat Spesifikasi Tanggal Jumlah Keterangan


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PJ lab/ Penunjang lab (.)

Keterangan:
(1) Tulis no urut sesuai tanggal penerimaan alat
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis tanggal penerimaan alat di Prodi/ Jurusan
(5) Tulis nama alat yang diterima Prodi/ Jurusan
(6) Tulis yang dianggap perlu misal kondisi alat ketika diterima

LAMPIRAN

Tabel 6
Formulir Catatan alat laboratorium rusak

Prodi : ...................................
Jurusan : ...................................
Tahun : ...................................

No Nama alat Spesifikasi Jumlah Uraian Keterangan


kerusakan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PJ lab/ Penunjang lab

(.................................)

Keterangan:
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat
(4) Tulis jumlah alat yang rusak
(5) Tulis secara rinci uraian kerusakan alat
(6) Tulis hal yang perlu misalnya sudah berapa lama alat tersebut tidak berfungsi atau perlu diprioritaskan
untuk diperbaiki

LAMPIRAN

Tabel 7
Rekapitulasi alat laboratorium Jurusan ........Tahun ........

Kelompok alat : ..................................


Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
alat
Baik Rusak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kelompok alat : ..................................


Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
alat
Baik Rusak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Sekjur/ Kajur Ka. Sub unit lab

(......................) (..........................)

Keterangan:
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis jumlah semua alat dengan kondisi baik dan rusak
(5) Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
(6) Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
LAMPIRAN

Tabel 8
Formulir Usulan pemeliharaan alat laboratorium Jurusan ...Tahun .....

Prodi : ...................................
Jurusan : ...................................
Tahun : ...................................

No Nama alat Spesifikasi Jumlah Uraian Keterangan


kerusakan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sekjur/ Kajur Ka. Sub unit lab

(......................) (..........................)

Keterangan:
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis jumlah alat yang rusak/ kurang berfungsi dengan baik
(5) Tulis uraian tentang kerusakan alat
(6) Tulis informasi penting seperti usulan rekanan untuk perbaikan/ pemeliharaan alat yang diprioritaskan
untuk pemeliharaan alat .
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
LAMPIRAN

Instrumen Monitoring dan Evaluasi kepatuhan petugas terhadap pelaksanaan tugas sesuai Standar Prosedur
sebagai berikut:

a. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Pemeliharaan Alat Medis dan Alat Kesehatan

NAMA INSTITUSI

CHECKLIST
MONITORING DAN EVALUASI Tgl terbit: ..........
LOGO
PELAKSANAAN TUGAS SESUAI SOP No. Dok : ...........
No. Rev : ...........

Nomor : ................................. Tanggal : .........................

Ruang penilaian :
Auditee :
Nama/ Jabatan :
Atasan :
SOP : Pemeliharaan Alat Medis dan Alkes

Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Melakukan pengecekan kartu
pemeliharaan di laboratorium ....

2 Melakukan pengecekan jumlah dan


keadaan alat

3 Mencatat kondisi terakhir pada saat


pengecekan pada kartu
pemeliharaan masing-masing alat medis
dan alkes

4 Melaporkan tentang keadaan alat medis


dan alkes pada koordinator laboratorium

5 Menyimpan kembali kartu pemeliharaan


pada tempatnya dan digunakan pada
pemeriksaan rutin/ berkala berikutnya

6 Penanggung jawab berkoordinasi dengan


pengelola alkes untuk perbaikan alat

Hasil temuan audit :


Rekomendasi :

Dibuat oleh : Disetujui oleh : Sekjur/


Auditor, Kajur ............

b. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Perbaikan Alat Medis dan Alkes


Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Mengisi formulir permohonan perbaikan
alat medis dan alkes yang dibutuhkan 1 x
24 jam setelah diketahui alat medis dan
alkes membutuhkan perbaikan

2 Menyerahkan formulir permohonan


perbaikan yang sudah diisi kepada
koordinator laboratorium yang
bersangkutan untuk dikoreksi dan
ditandatangani dan diketahui oleh kepala
instalasi laboratorium

3 Menyerahkan formulir permohonan


perbaikan ke Sekretaris
Laboratorium/ Sekjur untuk di proses

c. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Permintaan alat medis ,Alkes dan bahan habis pakai
Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Mengisi formulir permintaan alat medis,
alkes dan bahan habis pakai yang
dibutuhkan

2 Menyerahkan formulir permintaan yang


sudah diisi kepada koordinator
laboratorium bersangkutan untuk
dikoreksi dan ditandatangani dan
diketahui oleh kepala instalasi
laboratorium

3 Menyerahkan formulir permintaan alat


medis, alkes, bahan habis pakai ke
Sekretaris Laboratorium/ Sekjur untuk di
proses
d. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Penyimpanan alat alat medis ,Alkes dan bahan habis pakai
Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Meletakkan dengan rapi dan simpan alat
medis, alkes dan bahan habis di lemari,
rak atau ruang khusus penyimpanan

2 Mengelompokkan alat medis , alkes dan


Bahan habis pakai menurut jenis atau
pembagian lain (labeling) yang telah
ditentukan.

3 Menyusun alat medis, alkes dan bahan


habis pakai

4 Memastikan lemari penyimpanan


selalu dalam kondisi terkunci

e. Standar Operasional Prosedur Laboratorium Peminjaman alat medis dan Alkes


Penilaian
No Uraian Penilaian Sesuai Tidak Ket.
sesuai
1 Mengisi formulir peminjaman alat medis
dan alkes

2 Menyampaikan kepada penanggung


jawab alat medis dan alkes laboratorium
yang dituju perihal peminjaman alat
medis dan alkes

3 Melaporkan kepada koordinator lab yang


dituju perihal peminjaman alat medis dan
alkes

4 Menyiapkan alat medis dan alkes yang


dibutuhkan setelah mendapat persetujuan
dari koordinator lab yang dituju

5 Menyerahkan alat medis dan alkes yang


diperlukan kepada pihak peminjam

6 Menyimpan formulir peminjaman alat


medis dan alkes tersebut untuk
digunakan pada saat pengembalian alat.

Anda mungkin juga menyukai