Anda di halaman 1dari 5

JFBS –Volume 1 Tahun Halaman

www.akfarbumisiliwangi.ac.id

Kesesuaian Pengadaan Obat Narkotika Dan Psikotropika Berdasarkan Peraturan


BPOM Nomor 4 Tahun 2018 Di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung
(Conformity of Narcotics and Psychotropic Drug Procurement Based on BPOM
Regulation Number 4 of 2018 in One of Bandung Private Hospitals)

Rafika Arif Fianti1, Akhmad Priyadi2


1
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung (Program D3 Farmasi)

ABSTRAK

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan


kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan bertujuan untuk
menetapkan jumlah obat dan jenis obat yang sesuai dengan kebutuhan, agar tidak terjadi
kekosongan obat atau kelebihan obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian
pengadaan obat narkotika dan psikotropika di salah satu Rumah Sakit Swasta kota Bandung
berdasarkan Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor 4 tahun 2018 dan
persentase kesesuaiannya. Metode penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental yang
bersifat deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan observasi menggunakan daftar
checklist. Hasil penelitian menunjukkan pengadaan obat narkotika dan psikotropika cukup
sesuai, dengan rata-rata persentase untuk pengadaan obat narkotika adalah 73,68%. Untuk
pengadaan obat psikotropika 69,31%. Dan hasil persentase semua adalah cukup sesuai.
Kata kunci : Narkotika, Pengadaan, Psikotropika.

Korespondensi :
Rafika Arif Fianti
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung
Jl. Rancabolang No. 48B Margahayu Raya, Bandung Telp. 022-87303936
Email : rafika.fianti@gmail.com
Info artikel : Submit (tanggal), Revisi (tanggal) Diterima (tanggal), Terbit (tanggal)
JFBS –Volume 1 Tahun Halaman

www.akfarbumisiliwangi.ac.id

Pendahuluan Pengadaan bertujuan untuk


Manajemen obat di Rumah Sakit menetapkan jumlah obat dan jenis obat
dilakukan oleh instalasi Farmasi Rumah yang sesuai dengan kebutuhan, agar tidak
Sakit (IFRS). Instalasi farmasi Rumah terjadi kekosongan obat atau kelebihan
Sakit adalah satu-satunya bagian di rumah obat. Apabila pengadaan tidak dilakukan
sakit yang bertanggung jawab penuh atas dengan baik maka akan terjadi kekosongan
pengelolaan obat. Tujuan dari manajemen obat yang akan mempengaruhi pelayanan
obat di rumah sakit yaitu agar obat yang juga pendapatan. Kelebihan obat dapat
diperlukan tersedia setiap saat, dalam menyebabkan kerusakan obat maupun obat
jumlah yang cukup untuk mendukung ED karena obat terlalu lama di simpan
pelayanan serta memberikan manfaat bagi dalam gudang. Narkotika hanya dapat
pasien dan rumah sakit. Pengelolaan obat dipesan melalui Pedagang Besar Farmasi
adalah bagaimana cara mengelola tahap- (PBF) Kimia Farma, pemesanan Narkotika
tahap dari kegiatan tersebut agar dapat harus menggunakan surat pesanan,
berjalan dengan efektif dana efisien agar pembayaran obat dilakukan pada saat
obat yang diperlukan tersedia setiap saat barang datang. Pemesanan obat
dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu Psikotropika dapat melalui telpon kepada
terjamin untuk mendukung pelayanan yang petugas medrep tanpa menggunakan surat
bermutu (Kurniawan, 2017). pesanan, surat pesanan dapat diberikan
Pengelolaan obat yang baik terlebih pada saat obat sampai di Instalasi Farmasi
khusus yaitu pengelolaan jenis obat yang dan untuk pembayaran obat Psikotropika
bersifat sebagai psikoaktif seperti pada menggunakan sistem jatuh tempo
obat-obat golongan narkotika dan (Elyyani, 2016).
psikotropik. Narkotika dan psikotropika Dalam Peraturan Badan
dapat merugikan apabila disalahgunakan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4
atau digunakan tanpa pengendalian dan Tahun 2018 tentang Pengawasan
pengawasan yang ketat, jika digunakan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
secara tidak rasional salah satu efek Psikotropika dan Prekursor Farmasi di
samping dari pemakaian obat ini yaitu Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
dimana seseorang dapat mengalami Pemesanan obat Narkotika dan
ketergantungan berat terhadap obat dan Psikotropika harus disertai Surat Pesanan.
dapat menyebabkan fungsi vital organ Berdasarkan latar belakang tersebut
tubuh bekerja secara tidak normal seperti peneliti tertarik untuk melakukan
jantung, peredaran darah, pernafasan, dan penelitian kesesuaian pengadaan narkotika
terutama pada kerja otak (susunan saraf dan psikotropika di Salah Satu Rumah
pusat). Oleh karena itu pengelolaan obat Sakit Swasta Kota Bandung berdasarkan
narkotika dan psikotropika sangat Peraturan BPOM (Badan Pengawasan
memerlukan penanganan dan perhatian Obat dan Makanan) No 4 Tahun 2018.
lebih (Elyyani, 2016).
JFBS –Volume 1 Tahun Halaman

www.akfarbumisiliwangi.ac.id

Metode Persentase =
Penelitian ini termasuk dalam penelitian Jumlah skor perolehan
x 100%
non eksperimental, yaitu penelitian yang Jumlah skor maksimal
observasinya dilakukan terhadap sejumlah Dimana:
ciri (variable) subjek penelitian menurut Nilai 1 untuk jawaban Sesuai
keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi Nilai 0 untuk jawaban Tidak Sesuai
(intervensi) peneliti (Brotowidjojo, 2009). Menurut Arikunto (2006) kriteria penilaian
Penelitian ini bersifat deskriptif. sebagai berikut:
Pengumpulan data dilakukan dengan 1. Sesuai, skor > 75%
observasi pada pengadaan obat narkotika 2. Cukup Sesuai, skor 60%-75%
dan psikotropika bulan November 2019 3. Kurang Sesuai,skor < 60%
sampai Januari 2020 di Salah Satu Rumah Subjek dalam penelitian ini yaitu obat
Sakit Swasta Kota Bandung. narkotika dan psikotropika yang tersedia di
Instrumen penelitian dalam Salah Satu Instalasi Farmasi Rumah Sakit
penelitian ini adalah menggunakan lembar Swasta Kota Bandung. Objek dalam
observasi berupa daftar checklist, Surat penelitian ini yaitu kesesuaian pengadaan
Pesanan, dan Faktur Pembelian. obat narkotika dan psikotropika
Data yang diperoleh dari hasil observasi berdasarkan Peraturan Badan Pengawasan
diolah menggunakan Microsoft Office Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018
Excel .Data tersebut diolah mengguanakan tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
rumus: Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian.
Hasil

Tabel 1
Persentase Kesesuaian Pengadaan Narkotika dan Psikotropika di Salah Satu Rumah Sakit
Swasta Kota Bandung
Persentase (%) Keterangan
Pengadaan Narkotika 73,68 Cukup Sesuai
Pengadaan Psikotropika 69,31 Cukup Sesuai

Pembahasan pengadaan narkotika bersumber dari


Berdasarkan pada hasil penelitian pedagang besar farmasi yang memiliki izin
yang dipaparkan dalam tabel bahwa hasil khusus untuk penyaluran obat narkotika
dari observasi kesesuaian pengadaan dari Kementrian Kesehatan Republik
narkotika dan psikotropika di salah satu Indonesia yaitu Kimia Farma. Pengadaan
Rumah Sakit Swasta kota Bandung narkotika dilengkapi dengan surat pesanan
hasilnya cukup sesuai yaitu dengan narkotika yang dibuat 4 (empat) rangkap, 3
persentase skor 60-75%. (tiga) rangkap diserahkan kepada PBF
Berdasarkan observasi pengadaan Kimia Farma dan 1 (satu) rangkap terakhir
narkotika pernyataan yang sesuai adalah sebagai arsip rumah sakit. Surat Pesanan
JFBS –Volume 1 Tahun Halaman

www.akfarbumisiliwangi.ac.id

ditandatangani oleh Apoteker Penanggung psikotropika. Surat Pesanan ditandatangani


Jawab dengan dilengkapi nomor Surat Izin oleh Apoteker Penanggung Jawab dengan
Praktik Apoteker (SIPA) dan alamat dilengkapi nomor Surat Izin Praktik
Apoteker Penanggung Jawab. Surat Apoteker (SIPA) atau oleh Tenaga Teknis
Pesanan dicantumkan nama sarana Kefarmasian penanggung jawab
(disertai nomor izin) dan alamat lengkap dilengkapi nomor Surat Izin Praktik
dan stempel sarana juga nama fasilitas Tenaga Teknis Kefarmasian (SIPTTK).
distribusi pemasok beserta alamat lengkap. Surat Pesanan dicantumkan nama sarana
Setiap Surat Pesanan Narkotika hanya (disertai nomor izin) dan alamat lengkap
untuk 1 (satu) item obat narkotik yang dan stempel sarana juga nama fasilitas
tercantum nama obat, bentuk obat, distribusi pemasok beserta alamat lengkap.
kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk Surat Pesanan psikotropika tercantum
angka dan huruf) dan isi kemasan. Surat nama obat, bentuk obat, kekuatan sediaan,
Pesanan diberi nomor urut dan tanggal jumlah (dalam bentuk angka dan huruf)
penulisan yang jelas. Surat Narkotika dan dan isi kemasan. Surat Pesanan diberi
Psikotropika dibuat terpisah. Arsip Surat nomor urut dan tanggal penulisan yang
Pesanan disimpan sekurang-kurangnya jelas. Surat Narkotika dan Psikotropika
selama 5 (lima) tahun. Arsip surat pesanan dibuat terpisah.
bersatu dengan faktur dipisahkan dengan Arsip Surat Pesanan disimpan
arsip surat pesanan lainnya. Pernyataan sekurang-kurangnya selama 5 (lima)
yang tidak sesuai meliputi Surat Pesanan tahun. Arsip surat pesanan Psikotropika
Narkotika tidak diberikan tanda bersatu dengan faktur dipisahkan dengan
pembatalan apabila tidak dapat digunakan arsip surat pesanan lainnya.
karena suatu hal, karena jika melakukan Pengadaan psikotropika yang tidak
pemesanan narkotika surat pesanan sesuai adalah surat pesanan psikotropika
diberikan kepada PBF jika obatnya sudah dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap
di cek ketersediaannya terlebih dahulu diserahkan ke pedagang besar farmasi dan
sehingga jika obat narkotika kosong, PBF 1 (satu) rangkap sebagai arsip rumah sakit.
akan memberitahukan surat edaran kepada Apabila Surat Pesanan psikotropika tidak
rumah sakit bahwa sedang ada kekosongan dapat digunakan karena suatu hal tidak
obat dan tidak ada surat penolakan diberi tanda pembatalan dan tidak
pesanan dari Kimia Farma. Arsip surat dikembalikan ke Rumah Sakit, tapi dari
pesanan disimpan bersatu dengan faktur Pedagang besar farmasi konfirmasi bahwa
pembelian narkotika berdasarkan tanggal Surat Pesanan di batalkan dan dibuat baru
diterima dan kode penginputan di sistem dengan surat pesanan yang benar. Ada
Rumah Sakit. Hasil pesentase rata-rata surat penolakan pesanan dari Pedagang
pengadaan obat narkotika adalah 73,68% besar farmasi apabila surat pesanan tidak
dikategorikan cukup sesuai. dapat dilayani, akan tetapi masih ada
Berdasarkan observasi pengadaan beberapa pedagang besar farmasi yang
Psikotropika pernyataan yang sesuai tidak memberikan surat penolakan
adalah pengadaan psikotropika bersumber pesanan. Arsip surat pesanan disimpan
dari pedagang besar farmasi yang bersatu dengan faktur pembelian
dilengkapi dengan surat pesanan psikotropika berdasarkan tanggal diterima
JFBS –Volume 1 Tahun Halaman

www.akfarbumisiliwangi.ac.id

dan kode penginputan di sistem Rumah 2.Ibu apt. Yenni Puspita Tanjung,
Sakit. Surat penolakan dari pedagang besar M.Farm. selaku Wakil Direktur
farmasi tidak ikut diarsip dengan surat Konflik Kepentingan
pesanan psikotropika dan faktur Penulis menyatakan tidak terdapat
pembelian. Faktor yang menyebabkan potensi konflik kepentingan dengan
ketidaksesuaian adalah Standar Prosedur penelitian, kepenulisan (authorship), dan
Operasional (SPO) tidak diperbaharui atau publikasi artikel ini.
secara berkala. Daftar Pustaka
Simpulan 1. Arikunto, S.2006. Prosedur Suatu
Berdasarkan penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
yang telah dilakukan dapat Cipta.
disimpulkan bahwa pengadaan 2. Azis, S., Herman, M. J., Mun’im, A. 2005.
narkotika dan psikotropika di salah Kemampuan Petugas Menggunakan
satu Rumah Sakit swasta kota Pedoman Evaluasi Pengelolaan dan
Pembiayaan Obat.Majalah Ilmu
Bandung dikategorikan cukup
Kefarmasian, 02 (02), 63-64.
sesuai dengan peraturan badan
3. Elyyani, Farida., 2016, Gambaran
pengawasan obat dan makanan Pengelolaan Obat Narkotika dan
nomor 4 tahun 2018. Psikotropika Di Instalasi Farmasi Rumah
Persentase rata-rata Sakit Umum Daerah BanjarBaru
kesesuaian pengadaan narkotika di Kalimantan Selatan, Skripsi Program
salah satu Rumah Sakit Swasta Sarjana., Universitas Muhammadiyah
kota Bandung adalah 73,68%. Yogyakarta.
Persentase kesesuaian pengadaan 4. Kurniawan,A., Citraningtyas,G., Astuti.
psikotropika di salah satu Rumah 2017. Evaluasi Penyimpanan dan
Sakit Swasta kota Bandung Pendistribusian Obat di Gudang Instalasi
69,31%. Farmasi Rumah Sakit Advent
Ucapan Terima Kasih Manado.Jurnal Ilmiah Farmasi.
Universitas Sani Ratulangi. Manado.
Pada kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati ingin mengucapkan 5. Qiyaam,N., Furqoni, N., Hariati. 2016.
Evaluasi Manajemen Penyimpanan Obat
rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada: Di Gudang Obat Instalasi Farmasi Rumah
1.Bapak apt. Andi Suwandi, S.Si. selaku Sakit Umum Daerah dr. R. Soedjono
Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Selong Lombok Timur. Jurnal Ilmiah Ibnu
Umum Pindad Bandung Sina (61-70).

Anda mungkin juga menyukai