1 SM
1 SM
Ratih Probosiwi1
Abstract
Women are seen as second class citizens. The role of women in development is
often questionable as being unfit and incapable. This paper attempts to analyze the gender
is not only limited to the role and activities of men and women, but also their relationship.
It also examines women in development, the role, position, and also increase its role in
development. This paper emphasizes the empowerment of women in development,
especially the development of social welfare. Enterprises group considered suitable for
women, although potentially reducing the self-power. This paper is literature review
through search of data and information from books, scientific articles, journal, gender-
related laws, and policies that tie. It’s required gender mainstreaming policies and
involved women in development. This policy will ensure that women are able to survive
and carry out its social function properly.
Keywords: Women, Discrimination, Development, and Gender Mainstreaming
Abstrak
Perempuan dipandang sebagai masyarakat kelas dua. Peran perempuan dalam
pembangunan seringkali diragukan karena dianggap tidak layak dan tidak mampu. Tulisan
ini mencoba menganalisis gender tidak hanya sebatas peran dan kegiatan antara laki-laki
dan perempuan, tapi juga hubungan mereka. Selain itu juga mengkaji perempuan dalam
pembangunan, peran, posisi, dan juga peningkatan perannya dalam pembangunan. Tulisan
ini mengedepankan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan, khususnya
pembangunan kesejahteraan sosial. Usaha kelompok dinilai cocok bagi perempuan,
walaupun berpotensi mengurangi daya diri. Tulisan ini merupakan kajian literatur melalui
pencarian data dan informasi dari buku, karangan ilmiah, jurnal, dan peraturan
perundangan terkait gender dan kebijakan yang mengikatnya. Diperlukan kebijakan yang
mengarusutamakan gender dan melibatkan perempuan dalam pembangunan. Kebijakan ini
akan memastikan perempuan mampu bertahan hidup dan menjalankan fungsi sosialnya
dengan baik.
Kata Kunci: Perempuan, Diskriminasi, Pembangunan dan Pengarusutamaan Gender
1
Peneliti, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta,
Kementerian Sosial RI. Email: ratih.probo@depsos.go.id
41
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
42
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
43
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
44
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
45
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
46
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
47
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
48
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
49
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
50
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
pada peringkat 54, 60, dan 63 untuk IPG. sosial ekonomi, keluarga fakir miskin,
Untuk itu diperlukan kebijakan dan KAT, maupun pemberdayaan anak
program yang dapat mengintegrasikan terlantar lebih banyak dipengaruhi faktor
pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan sosial budaya yang berkembang di
permasalahan perempuan dan laki-laki ke masyarakat antara lain nilai dan sikap
dalam perencanaan, pelaksanaan, yang dianut oleh sebagian besar warga
pemantauan, dan evaluasi pada seluruh masyarakat. Laki-laki masih dianggap
kebijakan dan program pembangunan sebagai penopang ekonomi keluarga dan
nasional, di samping meningkatkan pengambil keputusan, sedangkan
kualitas hidup perempuan itu sendiri. perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Padahal jumlah perempuan sebagai kepala
rumah tangga juga menunjukkan angka
Perempuan dan Pembangunan
yang tinggi. Perempuan sebagai pribadi
Kesejahteraan Sosial
memiliki kesempatan yang sama untuk
Dalam berbagai kajian, ditemukan
meningkatkan kapasitas terutama dalam
bahwa masalah kemiskinan tidak saja
peningkatan kesejahteraan sosialnya.
mengenai masalah ketidakadilan sosial
Dalam rangka meminimalisir
ekonomi, tetapi juga masalah kesenjangan
kesenjangan antara laki-laki dan
antara laki-laki dan perempuan. Atas dasar
perempuan serta untuk
itulah, isu kemiskinan kemudian
mengarusutamakan gender dalam
diperluas, tidak sekedar persoalan teknis
pembangunan kesejahteraan sosial,
atau ekonomi. Dalam program
Kementerian Sosial telah merintis
pengentasan kemiskinan, perempuan
berbagai usaha, antara lain:
ditempatkan sebagai subjek sekaligus
1. Mengeluarkan Keputusan Menteri
objek dalam rangka meningkatkan
Sosial RI Nomor 36 tahun 1999
kemampuan, peranan, dan kedudukannya
tentang Pola Pendataan
sebagai penyangga penghidupan dan
Kesejahteraan Sosial terpilah
kehidupan keluarga serta berperan dalam
berdasarkan jenis kelamin
berbagai usaha kesejahteraan sosial.
2. Membentuk focal point yang
Kesenjangan yang terjadi antara
berfungsi memfasilitasi dan
laki-laki dan perempuan juga dipengaruhi
membantu pengarusutamaan
oleh faktor sosial budaya. Kesenjangan
gender dalam sektor dan menjadi
partisipasi menurut jenis kelamin, baik
penanggungjawab bagi
program pemberdayaan perempuan rawan
kepentingan gender di
51
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
52
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
dan akses mereka terhadap sumber dan kelompok ini bila direfleksikan dengan
manfaat. Dengan demikian program yang baik maka dapat membangkitkan
dilakukan belum dinilai sebagai ”proses semangat dari dalam diri kita. Faktanya,
pembangunan perempuan” atau isu perempuan Indonesia dilihat sebagai
pembangunan perempuan. Para ahli justru investasi tenaga pembangunan, sehingga
cenderung menggunakan konsep peran sertanya sangat diharapkan. Dengan
“women’s empowerment” yaitu usaha demikian, perempuan Indonesia menjadi
peningkatan kemampuan perempuan. lebih berat tanggung jawabnya dalam
Women’s empowerment terkadang melaksanakan pembangunan, yang semua
disebut juga sebagai pemberdayaan keputusannya hampir diambil oleh laki-
perempuan. Pemberdayaan perempuan laki.
mengacu pada upaya aktualisasi potensi Pemberdayaan perempuan
yang sudah dimiliki perempuan. merupakan bagian dari pembangunan
Pendekatan pemberdayaan yang berpusat sumber daya manusia, dan ditujukan
pada manusia (people centered untuk meningkatkan status, posisi, dam
development) melandasi wawasan kondisi perempuan agar dapat mencapai
pengelolaan sumber daya lokal yang kemajuan yang setara dengan laki-laki,
menekankan pada teknologi pembelajaran serta membangun generasi yang
sosial dan strategi perumusan program. berkualitas. Pemberdayaan perempuan
Kemampuan perempuan perlu merupakan prioritas pembangunan,
ditingkatkan melalui penguasaan ilmu meliputi kualitas hidup perempuan di
pengetahuan dan teknologi, keterampilan bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi
dan ketahanan mental dan spiritual agar dan politik yang selama ini masih rendah
dapat memanfaatkan kesempatan berperan dan rentan diskriminasi serta eksploitasi.
aktif di segala bidang termasuk dalam Perempuan pedesaan yang dekat dengan
proses pengambilan keputusan serta sumber pangan dan budaya, memegang
mampu menghadapi perubahan di peran yang penting, yaitu potensinya besar
masyarakat dan dunia internasional (Ayu, untuk mendapatkan alternatif, menggali
1997). nilai-nilai budaya yang dapat melestarikan
Pemberdayaan perempuan dimulai alam dan lingkungan hidup. Berbagai
dari kesadaran pribadi perempuan itu kemacetan di dunia modern, memacu
sendiri. Setiap manusia, tidak terkecuali kreativitas manusia untuk mendapatkan
perempuan, diciptakan dengan kekuatan jalan keluar. Upaya dilakukan untuk
pribadi. Kekuatan pribadi dan kekuatan menemukan alternatif dan potensi yang
53
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
selama ini tidak terpikirkan sama sekali. bebas, budaya konsumtif akan masuk juga
Berbagai bentuk eksploitasi kekayaan sampai ke pedesaan, sebagai pembuka
alam, atas nama pembangunan, jalan keberhasilan kepaitalisme.
memberikan berbagai implikasi negatif. Kelompok perempuan pedesaan dapat
Sementara keperempuanan memberikan berperan sebagai tameng, perisai, untuk
kemungkinan untuk eksplorasi, menahan supaya budaya dan alam
pengembangan dari berbagai cara, pedesaan tidak rusak oleh arus konsumtif.
sehingga ideologi pembangunan tidak Peran ini sesuai dengan perempuan pada
kontraproduktif dengan lingkungan alam zaman matriarkhat. Kelompok perempuan
itu sendiri. Kebijakan dalam pelaksanaan pedesaan juga mempunyai tugas
sasaran pembangunan perempuan meliputi menemukan kembali serta memelihara
beberapa hal berikut. budaya yang ada di desa, yang berkaitan
1. Peningkatan kualitas perempuan dengan pangan, obat-obatan serta menilai
sebagai sumber daya kehidupan. Cerita rakyat dan upacara
pembangunan selamatan yang mendorong spiritualitas
2. Peningkatan kualitas dan hidup di masyarakat, perlu digali kembali
perlindungan tenaga kerja dan dipelihara. Hanya melalui kelompok
perempuan dan solidaritas dengan kelompok lain,
3. Peningkatan peran ganda gerakan perempuan untuk melaksanakan
perempuan dalam keluarga dan pembangunan yang berkelanjutan, yang
masyarakat lebih berwawasan lingkungan dan budaya
4. Pengembangan iklim sosial dan dapat terlaksana.
budaya yang mendukung
kemajuan perempuan SIMPULAN
5. Pembinaan kelembagaan dan Untuk mencapai target kesetaraan
organisasi perempuan (Ayu, gender, kebijakan yang diambil harus
1997). berfokus pada mewujudkan persamaan
Konsep pembangunan akses pendidikan yang bermutu dan
berkelanjutan, sangat cocok untuk dapat berwawasan gender bagi semua anak laki-
dikembangkan dan dijalankan oleh laki dan perempuan, pemberian
perempuan. Kaum perempuan dapat kesempatan pendidikan gratis adalah
membuat kelompok untuk mengkaji langkah menurunkan tingkat buta huruf.
informasi dunia yang datangnya sangat Penurunan tingkat buta huruf juga
cepat, khususnya dalam menghadapi pasar meliputi penduduk dewasa terutama
54
Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . .
55
NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015
56