Makalah Kebudayaan Muna Rezki Ardhana
Makalah Kebudayaan Muna Rezki Ardhana
Oleh:
Nim: P00324020087
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang KEBUDAYAAN
SUKU MUNA ini dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan didalam makalah ini.
Dan juga saya berterima kasih kepada Ibu Sitti Aisa, AM.Keb, M.Pd, selaku dosen pengampu
mata kuliah ANTROPOLOGI KESEHATAN
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita terhadap standar profesi bidan didunia kesehatan. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun
guna memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa mendatang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami mohon
maaf sebesar-besarnya jika ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang sempurna
di dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta.
REZKI ARDHANA
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Masa Remaja dan Kesehatan Reproduksi Masa Remaja..................................
B. Persiapan Suku Muna Pada Saat Menikah..........................................................
C. Adat Istiadat Suku Muna Pada Saat Menikah ................................................
D. Ritual yang dilakukan orang muna sasat hamil.........................................
E. kebiasaan yang di lakukan suku muna pada saat melahirka ...............................
F. Kebudayaan Suku Muna pada saat merawat Ibu Masa Nifas............................
G. Kebiasaan yang dilakukan Suku Muna pada saat Ibu Mulai
Menyusui Bayinya .............................................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses adat yang dilakukan Suku Muna pada saat memasuki Masa
Remaja, dan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja?
2. Apa saja yang dilakukan Suku Muna pada saat Persiapan Menikah?
3. Bagaimana Adat Istiadat Suku Muna Pada Saat Menikah?
4. Apa saja Ritual yang dilakukan Suku Muna Pada Saat Hamil dan tujuannya
untuk kesehatan Ibu Hamil?
5. Bagaimana kebiasaan yang di lakukan suku muna pada saat melahirkan
6. Bagaimana Kebudayaan Suku Muna pada saat merawat Ibu Masa Nifas?
7. Kebiasaan Apa yang dilakukan Suku Muna pada saat Ibu Mulai Menyusui
Bayinya?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui bagaimana proses adat yang dilakukan Suku Muna pada saat
memasuki Masa Remaja, dan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja.
2. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan Suku Muna pada saat Persiapan
Menikah.
3. Untuk mengetahui bagaimana Adat Istiadat Suku Muna Pada Saat Menikah.
4. Untuk mengetahui apa saja Ritual yang dilakukan Suku Muna Pada Saat Hamil
dan tujuannya untuk kesehatan Ibu Hamil.
5. Untuk mengetahui kebiasaan yang di lakukan suku muna pada saat melahirkan
6. Untuk mengetahui bagaimana Kebudayaan Suku Muna pada saat merawat Ibu
Masa Nifas
7. Untuk mengetahui Kebiasaan yang dilakukan Suku Muna pada saat Ibu Mulai
Menyusui Bayinya
BAB II PEMBAHASAN
3. Karia
Ritual karia adalah upacara yang dilaksanakan bagi anak perempuan
menjelang kedewasaan (perkawinan). Anak perempuan yang menjalani upacara
ini biasanya berusia sekitar 15 atau 16 tahun. Ritual ini juga biasanya
dirangkaikan dengan upacara lain, yaitu katoba (khitan) (Coevreur, 2001: 162).
Perempuan dalam masyarakat Muna dianggap sebagai tonggak penting sebuah
rumah tangga. Konsep perempuan ideal digambarkan sebagai perempuan yang
senantiasa berbakti, berkata-kata halus dan ramah (Sabora, 1984: 43). Disamping
itu, perempuan ideal menurut masuyarakat Muna adalah perempuan yang pandai
menjaga kecantikan lahir batin (tindalano), mampu menunaikan kewajiban
sebagai seorang istri (jaganilambu), penyabar dan berlapang dada (malulalo),
dapat dipercaya (tiparesea), dan sebagainya. Segala gambaran ideal tentang
stereotip perempuan tersebut diajarkan dan dilatihkan dalam ritual karia pada
anak perempuan dengan harapan bahwa anak perempuan yang dikaria tersebut
kelak ketika berumah tangga akan dapat menjalankan kewajibanya sebagai
seorang istri dan ibu dan dapat menciptakan keluarga yang damai dan bahagia
bersama suami dan anak-anaknya.
Anak perempuan yang dikaria menjalani proses pemingitan selama
empat hari empat malam. Dahulu waktu pemingitan ini bahkan lebih lama lagi,
yaitu selama 40 hari 40 malam. Modernisasi telah merubah durasi waktu
pelaksanaan ritual ini dengan pertimbangan praktis; efisien dan efektif dengan
tidak mengurangi substansi adat karia itu sendiri. Jumlah empat puluh hari empat
puluh malam disamping secara historis adalah lama waktu yang dipakai putri
Kamomono Kamba (cikal bakal kerajaan Muna) ketika akan menikah, juga
menunjukan masa tumbuhnya embrio manusia dalam rahim ibunya. Nominal
tersebut juga menunjukan waktu yang cukup lama bagi seorang perempuan
diajarkan tentang kehidupan, khususnya kehidupan berumah tangga. Dalam
perkembagan selanjutnya, lama waktu 40 hari 40 malam dipersingkat menjadi 4
hari 4 malam dengan alasan utama adalah bahwa 4 hari 4 malam merupakan
simbol empat unsur kehidupan (air, angin, tanah, dan api).
Dalam pingitan selama menjalani ritual karia, anak perempuan
ditempatkan dalam satu ruang gelap dengan minim cahaya sebagai simbol
suasana kegelapan dan ketenangan dalam kandungan ibu. Dalam ruang tertutup
ini, anak perempuan diajarkan berbagai petuah dan ajaran kehidupan sebagai
anak, anggota masyarakat, dan sebagai calon istri dan ibu. Setelah menjalani
upacara karia, anak perempuan akan dianggap sebagai kertas putih yang telah
mengalami proses pembersihan diri dan memiliki bekal kebajikan hidup yang
diperolehnya selama menjalani upacara karia. Karia dalam masyarakat Muna
adalah semacam medium drilling/latihan, baik fisik maupun mental sebelum
memasuki kehidupan dan statusnya yang baru. Proses Pelaksanaan Ritual Karia
Dengan tidak menghilangkan substansi makna, ritual karia telah mengalami
berbagai macam pergeseran bentuk sebagai salah satu konsekwensi dari
dinamika masyarakat yang senantiasa bergerak dan berubah.
2. Katowesi
G. Kebiasaan yang dilakukan Suku Muna pada saat Ibu Mulai Menyusui Bayinya
Pada saat menyusui suku Muna percaya degan adanya KADIU ROONO
KALEI atau mandi daun air pisang. Kebudayaan ini dilakukan dengan
memandikan ibu menyusui dengan air rebusan daun pisang kering, menurut
kebudayaan dipercaya akan menyehatkan badan ibu menyusui. Kebudayaan ini
masih berkaitan dibidang kesehatan sebab daun pisang kering bisa digunakan
untuk peradangan kulit.
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Proses adat yang dilakukan Suku Muna pada saat memasuki Masa Remaja,
dan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja. Kangkilo dalam bahasa muna yang artinya
sunatan merupakan adat masyarakat muna yang masih dilestarikan sampai saat ini.
Ritual yang dilakukan suku muna pada saat hamil yaitu adat kasambu. adat
Kasambu merupakan salah satu tradisi daur hidup (life cycle) yang dilaksanakan oleh
masyarakat Kabupaten Muna. Secara etimologi istilah Kasambu berasal dari bahasa
Muna, yang terdiri dari kata “sambu” yang berarti suap, mendapat imbuhan “ka”
yang membentuk kata kerja sehingga diartikan sebagai kegiatan menyuapi atau
memberi makan (Kasambu) kepada pasangan suami istri pada kehamilan pertama.
Pada saat menyusui suku Muna percaya degan adanya KADIU ROONO
KALEI atau mandi daun air pisang. Kebudayaan ini dilakukan dengan
memandikan ibu menyusui dengan air rebusan daun pisang kering, menurut
kebudayaan dipercaya akan menyehatkan badan ibu menyusui. Kebudayaan ini
masih berkaitan dibidang kesehatan sebab daun pisang kering bisa digunakan
untuk peradangan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
https://formuna.wordpress.com/2018/05/26/proses-pernikahan-orang-muna/
https://formuna.wordpress.com/2020/05/10/langku-langku-tata-cara-prosesi adat-
perkawinan-suku-muna/
http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/article/download/8769/pdf
https://media.neliti.com/media/publications/123946-ID-tradisi-katoba-sebagai-
media-komunikasi.pdf
https://gpswisataindonesia.info/mengenal-tradisi-kariaa-muna-sulawesi-tenggara/
https://tugaskampusqu.blogspot.com/2013/11/prosesi-adat-kangkilo-dan-kampua-
suku.html
https://www.slideshare.net/septianbarakati/kangkilo-dalam-adat-muna-53636557