Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh :
Adham Rahmat Putra (10221030)
Ahmad Salamudin (10221097)
Daffa Gustaviano (10221474)
Eni Winarni (10221640)
Nacellia Firda Ayunika (11221404)
Sihat Abilowo (11221935)
Siti Syifa Zahra (11221966)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kata Pengantar

Segala puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah - Nya ,sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul“ AKHLAK’’ ini.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua,
yang berjasa telah  besar dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam memenuhi segala
kebutuhan ananda, sehingga penulis sekses dalam menuntut ilmu untuk kehidupan masa depan
yang lebih baik.
          
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika
pembahasannya. Penulis juga mengharpkan masukan atau kritikan maupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
           
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini Mudah-mudahan
dengan adanya karya tulsis ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua,
dan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Akhlak..................................................................................................................4
2.2 Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli Dalam Islam.............................................................4
2.3 Ciri-ciri Akhlak yang di Islami..............................................................................................5
2.4 Ciri-ciri Umum Akhlak Mulia...............................................................................................6
2.5 Ciri-ciri Khusus Akhlak Mulia.............................................................................................9
2.6 Macam-macam Akhlak..........................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada
itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang,
atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan
hubungan silaturahmi.

Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang
terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai
makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai
idola kita, karena sesungguhanya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian akhlak Menurut Para Ahli Dalam Islam


2. Ciri-ciri akhlak yang islami
3. Macam-macam akhlak yang yang di sertai hadits sebagai dalil atau penguatnya.

1.3 Tujuan Penulisan

Secara umum Diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan
menerapkan perihal Akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga baik penyusun maupun
pembaca dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungannya. Selain itu juga sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Agama, agar telaksana tujuan pendidikan yang diharapkan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak

Kata Akhlak berasal dari khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan
makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi
pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau baik, seperti
amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong,
dendam, dengki, hianat dll. dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’
kata khuluqun yang mengandung arti:

 Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa
kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
 Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni
berdasarkan keinginan.
 Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at  dan hal yang diupayakan
sehingga menjadi adat kebiasaan.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

2.2 Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli Dalam Islam

1. Menurut Ibnu Maskawaih


yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Menurut Abu Hamid Al Ghazali


Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan
yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya
renungan terlebih dahulu.

3. Menurut Ahmad bin Mushthafa


Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana
keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir
, marah dan syahwat atau nafsu.
4. Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia
yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan
direnungkan.

2.3 Ciri-ciri Akhlak yang di Islami

Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’n dan Al-
Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia.
Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang
semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat
diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.

Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang
berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya
yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.

Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan,
maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan demikian,
dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan
sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:

َ ‫ ما َ تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬V‫َضلُّوْ ا‬


ِ‫َاب هللا‬ ُ ‫ تَ َر ْك‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ‫م اَ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬Vْ ‫ت فِ ْي ُك‬ َ ‫ك قَا َل النَّبُّى‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن ماَل‬
ِ ‫ع َْن اَن‬
‫َو ُسنَّةَ َو َرسُوْ لِ ِه‬

Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua
perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab
Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan/tidakan manusia apapun
bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahgiaan (saadah), dan hal ini
adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan saadah menurut system moral/akhlak
yang agamis (islam), dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjahui
segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam
pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam
berkisar pada:

1. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai
keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang
akan datang.
2. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa
konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap akhlak seorang
muslim. Ia memberi sangsi terhadap akhlak dalam kecintaan dan kekuatannya kepada
Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
3. Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan
berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
4. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan
dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya,
dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati
nurani , yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.

2.4 CIRI-CIRI UMUM AKHLAK MULIA

Akhlak merupakan perbuatan yang ‘baik’, bersifat ikhtiari (kebaikannya itu sebagai hasil
usaha dirinya), patut dipuji, dan lebih dari itu – sebagaimana ibadah pada umumnya – akhlak
haruslah dilakukan secara benar (sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya) dan ikhlas tanpa
ada pamrih dunia (seperti ingin dipuji, ingin terpakai, dan lain-lain tujuan duniawi) maupun
pamrih akhirat (ingin dapat pahala, ingin masuk surga, atau takut masuk neraka).

1. Akhlak merupakan suatu tindakan yang ‘baik’. Mungkin yang menjadi pertanyaan
adalah: apa dasar dan ukurannya suatu tindakan disebut ‘baik’. Kaum Muslimin,
khususnya para Ulama, akan sepakat bahwa segala tindakan yang didasarkan atas
perintah dan larangan agama adalah baik. Malah lebih jauhnya, sebagian besar - (kalau
tidak mau disebut) hampir seluruh - perintah dan larangan syara` Islam akan dipandang
baik juga oleh agama-agama besar dunia. Tindakan-tindakan seperti berikut ini:
bertindak adil, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada karib-kerabat,
bersahabat dengan tetangga, menolong orang yang kesusahan, rendah hati, sabar,
pemaap, menghindari ma-lima (5M, yakni: madat [minum khamar dan minuman yang
memabukkan], main[berjudi], madon[berzina], maling[mencuri dan korupsi], dan
mateni[membunuh]), melestarikan alam, tidak merusak lingkungan, dan banyak lagi
yang lainnya, yang merupakan ajaran syar`i, juga dipandang tindakan-tindakan yang
baik oleh agama-agama besar dunia. Ajaran-ajaran syara` demikian merupakan
perbuatan moral, etika, dan karakter universal.
2. Akhlak merupakan suatu tindakan ‘ikhtiari’ yang patut dipuji. Tindakan ikhtiari,
suatu tindakan yang digerakan oleh usaha (keras) harus dibedakan dari tindakan alami,
yakni suatu tindakan yang digerakan oleh impuls dan refleks. Tindakan-tindakan
seperti: memperlakukan anak yatim dengan penuh kasih-sayang, mengeluarkan infaq di
kala sempit (kekurangan) - dan terlebih-lebih di kala lapang (berkecukupan), menahan
amarah dan memaafkan kesalahan orang lain (yang bersifat pribadi), menghindari suap
dan KKN ketika ada peluang dan kesempatan, dan tindakan lainnya yang serupa
merupakan tindakan-tindakan baik dan bersifat ikhtiariserta patut dipuji.
Tetapi tindakan berikut ini: seorang ibu menyusukan bayinya, seorang suami/ayah
menafkahi istri dan anak-anaknya, seorang muzakki membayarkan zakat, seorang
dosen memberikan kuliah kepada mahasiswanya, dan tindakan lainnya yang serupa -
walaupun merupakan perbuatan yang baik dan tentunya layak memperoleh pahala dari
Allah Swt - sangat sulit untuk disebut perbuatan akhlaki, karena lebih merupakan
tindakan alami. Tindakan menyusukan bayi tidak hanya terjadi pada manusia, tapi
binatang pun melakukannya. Kita pun tidak pernah mendengar pujian pada tindakan
demikian. Kita tidak pernah mendengar pujian berikut: Ibu A hebat, dia menyusui
bayinya! Bapak B hebat, dia memberi nafkah kepada istri dan anaknya! Bapak C yang
kaya itu hebat, dia membayar zakat. Mengapa tidak dipuji? Jawabnya, karena tindakan-
tindakan alami demikian lebih merupakan suatu kewajiban. Adalah kewajiban bagi
seorang ibu untuk menyusukan bayinya; adalah kewajiban bagi seorang suami/ayah
untuk menafkahi istri dan anaknya; dan adalah kewajiban bagi seorang muzakki untuk
membayarkan zakat!
Berbeda dengan seseorang yang dalam keadaan sempit tapi membantu meringankan
kesempitan orang lain, dia layak mendapat pujian.
3. Akhlak merupakan buah dari keimanan.Perumpamaan iman dengan akhlak dapat
diibaratkan pohon dengan buahnya. Jadi, tidak mungkin ada buah kalau tidak ada
pohonnya. Tidak mungkin muncul tindakan akhlaki kalau tidak ada keimanan. Hadits-
hadits yang dimulai dengan ungkapan “La yu-minu ahadu kum hatta .....” (Seseorang
tidak beriman hingga orang itu .....) cukup banyak. Misalnya: “Seseorang tidak beriman
hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (La yu`minu
ahadukum hatta yuhibbu li akhihi ma yuhibbu li nafsihi), “Tidak beriman orang yang
tidur nyenyak sementara tetangganya gelisah kelaparan.”
4. Akhlak bersifat fithri.Akhlak - sebagai salah satu komponen ajaran Islam -
sebagaimana keimanan terpatri dalam hati setiap manusia. Ayat Fa aqim wajhaka
liddini hanifa. fithratallahi lati fatharan nasa ‘alaiha. (Maka hadapkanlah wajahmu
kepada agama yang lurus. Fithrah Allah yang telah mencintakan manusia atas dasar
fithrah itu). Juga hadits Kullu mauludin yuladu ‘alal fithrah fa abawahu yuhawwidanihi
au yunashshiranihi au yumajjisanihi (Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah.
Maka orangtuanyalah yang meyahudikannya, menasranikannya, atau
memajusikannya), menunjukkan bahwa dasar-dasar agama Islam - dasar-dasar
keimanan, dasar-dasar peribadatan, dan dasar-dasar akhlak mulia - telah terpatri pada
hati manusia. Dengan demikian, orang yang berakhlak pastilah didasari oleh
keimanannya. Untuk apa orang berakhlak mulia kalau tidak ada iman!
5. Akhlak bersifat ‘ta’abbudi’. Misi utama kenabian adalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Sabda Nabi Saw: Innama bu’itstu li utammima makarimal akhlaqi.
Jadi, apa karena didorong oleh kesadaran akan keimanannya yang tinggi atau oleh
fithrahnya yang kuat, seseorang melakukan tindakan-tindakan akhlaki. Untuk apa
seseorang melakukan tindakan akhlaki - padahal sangat berat - kalau bukan untuk
menyembah Allah Yang Maha Esa?! Bisa saja karena riya. Tapi tindakan berpura-pura
biasanya temporer dan kasuistik. Kita tidak boleh men-generalisasi-kan bahwa segala
tindakan akhlaki yang tidak bersandar pada kesadaran keimanan adalah tindakan riya!
6. Akhlak merupakan moralitas atau etika universal.Ajaran Islam - termasuk tentunya
akhlak - merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia karena memang sesuai dengan
fithrah al-insani (Hudan lin-nas). Seluruh ajaran akhlak Islam - khususnya yang
menyangkut prinsip-prinsipnya, bukannya yang bersifat teknis - terbukti diterima di
mana pun dan kapan pun. Kalau pun ada yang berbeda biasanya bersifat teknis.
Misalnya, berbakti kepada ibu-bapak. Di kebanyakan peradaban, menampar ayah
merupakan tindakan tercela. Tapi pada pada Suku Amish, seorang anak laki-laki
berumur 10 tahun yang berani menampar pipi ayahnya mendapat pujian. Kenapa?
Karena Suku Amish adalah suku-perang. Kalau seorang anak sudah berani menampar
ayahnya, terlebih-lebih ia akan berani memukul-telak musuhnya. Tapi - karena tidak
sesuai dengan fithrah - dewasa ini tidak ada anak Suku Amish yang melakukan
tindakan demikian.
7. Pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk masyarakat.Tindakan-tindakan anti-
akhlaki, terutama yang berhubungan dengan kemasyarakatan atau bersentuhan dengan
orang lain, akan dikutuk oleh masyarakat. Misalnya: ucapan kasar terhadap orangtua,
perkataan buruk terhadap tetangga, tidak memberikan pertolongan terhadap orang yang
terkena musibah, membuat kegaduhan di saat orang sedang tidur nyenyak di malam
hari, kikir, sombong, dan banyak lagi tindakan anti-akhlaki lainnya akan dikutuk oleh
masyarakat.
8. Pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk hati-nurani. seorang hakim yang
menerima suap atau seorang pejabat yang korupsi di satu sisi dapat membahagiakan
istri dan anak-anaknya. Dengan uang (haram) yang diraihnya, istri dan anak-anak
mereka dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya. Dari luar, keluarga hakim
dan pejabat tersebut mungkin tampak bahagia. Tapi, hati-nurani sang hakim dan sang
pejabat (jika istri dan anak-anaknya tidak mengetahuinya) akan mengutuk habis-
habisan tindakan suap dan korupnya itu. Pertanyaan mungkin muncul: mengapa para
hakim penerima suap dan para pejabat yang korup tidak segera bertaubat, tapi malah
lebih gila lagi menerima suap dan berkorupsi-ria? Jawabnya, nafsu-serakah itulah yang
mendominasi kepribadiannya. Seorang Fir’aun dan Qarun saja pada akhir hayatnya
menyesali segala perbuatan anti-akhlakinya. Hanya, sayang sekali taubat mereka
terlambat. Malah sebenarnya kebanyakan orang ‘merasa’ beriman padahal imannya
tidak sejalan dengan Kehendak Allah sebagaimana diajarkan oleh RasulNya.

2.5 CIRI-CIRI KHUSUS AKHLAK MULIA

1. Sikap dan perilaku akhlak-nya harus benar


Dalam Islam, segala sikap dan perilaku haruslah didasarkan atas perintah Allah dan RasulNya.
Jadi, maksud sikap dan perilaku akhlaqi-nya harus benar adalah bahwa sikap dan perilaku
akhlaqi-nya itu didasarkan atas perintah Allah dan RasulNya, bukan atas dorongan nafsu dan
syahwat.
2. Sikap dan perilaku akhlaqi harus dilakukan secara ikhlas
Jadi, selain perbuatan akhlaqi itu harus dilakukan secara benar (yakni dilakukan atas dasar
perintah Allah dan RasulNya, bukan atas dasar selera nafsu dan syahwat) juga harus dilakukan
secara ikhlas.

2.6 Macam-macam Akhlak

 Ada 2 macam akhlak dalam Islam, yang pertama yaitu ada akhlakul karimah (akhlak terpuji)
dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Adapun defenisinya sebagai berikut:
Akhlakul Karimah
Akhlakul Karimah atau disebut dengan akhlak yang terpuji merupakan salah satu golongan
macam akhlak yang harus dimiliki setiap umat muslim. Adapun contoh macam akhlak tersebut
diantarannya sikap rela berkorban, jujur, sopan, santun, tawakal, adil, sabar dan lain sebagainya.
Sebagai umat muslim sudah seharusnya kita selalu menjaga akhlakuk karimah dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Dan berikut ini beberapa contoh dari akhlak karimah:
 Jujur, adalah tingkah laku yang mendorong keinginan atau niat baik dengan tujuan tidak
mendatangkan kerugian bagi dirinya atau orang lain.
 Berperilaku baik, adalah reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya dengan cara
terpuji.
 Malu, adalah perangai seseorang untuk meninggalkan perbuatan buruk dan tercela
sehingga mampu menghalangi seseorang untuk berbuat dosa dan maksiat serta dapat
mencegah orang untuk melalaikan orang lain.
 Rendah hati, sifat seseorang yang dapat menempatkan dirinya sederajat dengan orang lain
dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.
 Sabar, menahan segala sesuatu yang menimpa diri (hawa nafsu).

Manfaat Akhlakul Karimah

Setiap muslim dianjurkan untuk memiliki akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji. Bagi
seseorang yang memiliki sikap tersebut maka dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan
sehari-hari maupun di akhirat nanti. Dan berikut ini beberapa manfaat dari macam akhlak terpuji:

1. Dicintai Nabi Muhammad SAW : Keutamaan memiliki akhlakul karimah yang pertama
ialah dicintai Rasulullah SAW. Disebutkan dalam sebuah hadis, seorang muslim yang memiliki
sifat terpuji maka menjadi orang yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana
dalam hadis berikut ini, Rasulullah SAW bersabda:

"Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah
mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya
paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina
dan sombong." (HR. Tirmizi).

2. Berat Timbangannya di Hari Kiamat : Seorang muslim yang memiliki sikap akhlakul
karimah di hari akhir kelak akan diselamatkan oleh Allah SWT. Selain itu, setiap muslim yang
memiliki akhlakul karimah juga dapat mencapai derajat seperti seseorang yang berpuasa dan
sholat. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:"Tidak ada sesuatu
amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya
orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat."
(HR. Tirmidzi).

3. Dekat Dengan Pertolongan Allah SWT : Manfaat memiliki akhlaqul karimah yang
pertama adalah Allah SWT menjanjikan pertolongan bagi mereka yang memiliki akhlak
yang baik. Ada hubungan timbal balik yang diberikan oleh Allah SWT berdasarkan
perilaku seseorang. Orang yang memiliki budi pekerti yang luhur akan menjadi orang
yang luhur pula di mata orang banyak, begitu juga sebaliknya.

Akhlakul Mazmumah
Akhlak Mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu tindakan buruk yang harus
dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi karena akhlakul mazmumah dapat mendatangkan
mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh dari macam akhlak akhlakul mazmumah
yaitu sombong, iri, dengki, takabur, aniaya, ghibah dan lain sebagainya. Sebagai orang muslim
sudah seharusnya kita menghindari akhlakuk mazmumah atau akhlak tercela. Kemudian ada pula
macam akhlak mazmumah yang juga menjadi salah satu macam akhlak dalam Islam. Berikut
beberapa macam akhlak mazmumah tersebut:

 Riya, beramal atau melakukan sesuatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang
atau mendapatkan pujian orang. Dengan kata lain, Riya yaitu pamer.
 Sum'ah, melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan
maksud agar namanya dikenal.
 Takabur, membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya paling hebat dibandingkan
dengan orang lain.
 Tamak, serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki.
 Malas, enggan melakukan sesuatu.
 Fitnah, mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya.
 Bakhil, tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki dengan orang lain
(pelit).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang
paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling
baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan
Muslim).

3.2 Saran

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca
semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2008

Dhia Amira. 2021. Macam Akhlak dalam Islam Beserta Pengertian, Contoh dan Manfaat
https://plus.kapanlagi.com/macam-akhlak-dalam-islam-beserta-pengertian-contoh-dan-
manfaatnya-6ee756.html (di akses 14 November).

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195801281986121-
MUNAWAR_RAHMAT/BUKU/%5BFILS%20AKHLAK%5D%20BAB%20II-A%20CIRI-
CIRI%20UMUM%20%26%20KHUSUS%20AKHLAK.docx.

Anda mungkin juga menyukai