Siapakah Timotius?
Sebelum kita belajar nasehat yang indah tentang bagaimana seorang pemuda harus dapat
menjadi teladan,mari kita mengenal lebih dahulu siapakah Timotius itu. Dia adalah anak yang lahir
dari perkawinan campuran. Ibunya seorang wanita Yahudi dan ayahnya seorang Yunani. (Kisah
16:1,II Tim 1:5).. Dia menjadi Kristen ketika Paulus dalam safari penginjiannya pertama mengunjungi
Listra.. Timotius kemudian menjadi murid dari Paulus.
Dari arti namanya, Timotius artinya orang yang saleh, orang yang menghormati Tuhan.
Timotius memang layak menyandang gelar itu, karena sejak kecil ia sudah mengenal ajaran-ajaran
firman Tuhan. Ibunya Eunike yang adalah seorang Yahudi asli tentu sangat berperan dalam
membentuk kepribadian dan karaketer Timotius sehingga menjadi orang yang memahami kitab suci
dan hidup dalam ketaatan kepada hukum-hukum Tuhan. Selain itu neneknya yang bernama Louis
juga ikut berperan dalam mmbangun jati dirinya sehingga menjadi pribadi yang teguh dalam iman.
Paulus dibesarkan dan tinggal di Listra, suatu daerah di Propinsi Kilikia.
PENUTUP
Stanley Jones, seorang misionari yang melayani di India suatu hari bertemu dengan
Mahatma Gandhi dan dia tahu Gandhi menyimpan selipan “Khotbah Tuhan Yesus di Bukit.” Yang
selalu dibacanya setiap hari.
Jones bertanya, “Mahatma, dapatkah anda memberikan saran bagaimana agar kekristenan bisa
lebih diterima oleh orang India?”
Saudara tahu apa jawab Mahatma Gandhi? Ia mengatakan, “Saya percaya orang India akan
banyak menerima kekristenan hanya dengan simple saja, please you all christians live like Christ.”
Ini adalah sebuah kalimat yang indah luar biasa yang keluar dari mulut seorang non-kristen sekaligus
tamparan telak di wajah kita. Benar, saat ini cukup banyak gereja yang mengajar jemaatnya untuk
mengejar harta dunia dan tidak pernah mengajar untuk mengejar karakter Kristus, sifat-sifat Kristus
dalam hidupnya. Dan secara psikologis hal ini dapat dijelaskan yaitu umumnya tidak ada manusia
yang suka ditegur, dikoreksi tapi manusia senang jika mendengar janji-janji. Martin Luther pernah
mengatakan: “A religion that gives nothing, costs nothing, and suffers nothing, is worth nothing.”
Artinya mengikut Yesus harus siap membayar harga. Tanpa menyangkal diri dan pikul Salib,
kekristenan tidak berarti apa-apa.
Oleh karena itu di akhir renungan ini saya mau mengingatkan kepada kita sekali lagi bahwa
kita harus menjadi teladan, pemakaian kata harus menunjuk kepada suatu tindakan yang tidak boleh
tidak kita lakukan yaitu menjadi teladan baik dalam perkataan,kasih, kesetiaan dan kesucian hidup
dan itu harus terus kita lakukan sekarang dan terus di lakukan. Mari kita berusaha untuk menjadi
teens yang berkarakter Kristus. JADILAH GENERASI TELADAN..SUPAYA NAMA TUHAN
DIPERMULIAKAN TUHAN MEMBERKATI. Tetap Semangat. MENJADI TELADAN. Amin… firman Tuhan
dan Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.