Anda di halaman 1dari 35

OPERASI TEKNIK KIMIA III

Oleh:
Nove K. Erliyanti, S.T., M.T

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Phase Rule dan Equilibrium

✓ Untuk memprediksi konsentrasi solute dalam tiap fase kesetimbangan, data kesetimbangan
secara ekseprimen harus tersedia.

✓ Jika dua fase tidak dalam kesetimbangan, laju perpindahan massa adalah proporsional
dengan driving force

✓ Dalam semua kasus yang menyangkut kesetimbangan, dua fase harus ada, seperti gas-liquid
atau liquid-liquid. Variabel-variabel penting yang mempengaruhi kesetimbangan dari suatu
solute adalah temperatur, tekanan dan konsentrasi.

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Phase Rule dan Equilibrium

✓ Kesetimbangan antara dua fase dalam keadaan tertentu dinyatakan dengan aturan fase:

F=C–P+2
dimana: P = jumlah fase pada kesetimbangan

C = jumlah komponen total dalam fase

F = derajat kebebasan dari system (banyaknya variabel yang

secara bebas dapat ditentukan)

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Phase Rule dan Equilibrium
Contoh:
Kesetimbangan gas-liquid dari sistem campuran SO2/udara/air

Jumlah komponen (C) = 3


Jumlah fase (P) = 2

Maka derajat kebebasannya (F):

F = C – P + 2 = 3 – 2 + 2 = 3 → variabel yang ditentukan 3 (misalnya: Temperatur, tekanan, dan


komposisi) untuk mengidentifikasi variabel-variabel lainnya misalnya entalpi dan volume. Jika
tekanan dan temperatur ditetapkan, hanya tinggal satu variabel yang bisa ditentukan. Jika
fraksi mol xA dari SO2 (A) dalam fase liquid diset, maka fraksi mol yA atau tekanan parsial pA
dalam fase gas bisa ditentukan

Aturan fase tidak memberikan tekanan parsial pA yang berkesetimbangan dengan xA. Harga pA
harus ditentukan secara eksperimen.

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Phase Rule dan Equilibrium
Contoh:

Untuk sistem biner ethanol-air, C = 2, P = 2 (uap dan liquid), maka F = 2 – 2 + 2 = 2. Bila suhu
dan tekanan ditetapkan, maka semua derajat kebebasan telah terpakai, dan komposisi pada
keadaan kesetimbangan telah tertentu pula dari hasil percobaan

Tidak menginformasikan tentang tekanan parsial dalam


persamaan → tekanan parsial diperoleh dari eksperimen
atau dikondisikan ideal

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Phase Rule dan Equilibrium

✓ Banyaknya bahan tidak dikontrol oleh aturan fase, hanya variabel intensif saja yang dikontrol,
yaitu temperatur, tekanan dan fraksi mol komponen dalam liquid dan dalam uap.

✓ Variabel ekstensif seperti banyaknya mol, flow rate, volume yang bergantung dari banyaknya
bahan, tidak termasuk dalam derajat kebebasan. Untuk sistem biner dengan dua derajat
kebebasan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel atau grafik, dengan satu derajat kebebasan
dibuat konstan (biasanya tekanan).

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Konsep Kesetimbangan
(Equilibrium)
• Proses pemisahan berdasarkan konsep equilibrium stage, dimana aliran yang
meninggalkan stage berada dalam kesetimbangan.

• Apa yang dimaksud kesetimbangan?

Uap, P, T, yA dan yB

Liquid, P, T, xA dan xB

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Konsep Kesetimbangan (Equilibrium)

❑ Perhatikan uap dan liquid yang berkontak satu sama lain seperti dalam Gambar.
❑ Molekul-molekul liquid secara kontinyu menguap dan bersamaan dengan itu molekul-molekul uap mengembun.
❑ Bila ada dua komponen, pada umumnya mereka akan menguap dan mengembun dengan rate yang berbeda.
❑ Dalam keadaan kesetimbangan, temperatur, tekanan dan fraksi mol dari kedua fase tidak lagi berubah.
❑ Meskipun molekul-molekul itu secara terus menerus menguap dan mengembun, rate penguapan dari suatu
spesies sama dengan rate pengembunannya
❑ Dilihat dari skala molekular proses berjalan terus, namun dilihat secara skala makro, dimana pada umumnya
proses diobservasi, tidak ada perubahan pada temperatur, tekanan dan komposisi.

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Konsep Kesetimbangan (Equilibrium)

Pada keadaan kesetimbangan,


T liq = T uap → thermal equilibrium
P liq = P uap → mechanical equilibrium
 liq =  uap → phase equilibrium
(tidak ada perubahan komposisi)

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
Hubungan kesetimbangan antara konsentrasi komponen A dalam fase gas dan konsentrasinya dalam
fase liquid dapat ditentukan dengan beberapa cara
1. Dari tabel data (bila ada). Ini bisa dilihat pada handbooks atau buku-buku unit operasi
2. Bila tidak ada tabel data, dapat digunakan hukum Henry, terutama untuk larutan encer
pA = HA . xA

di mana pA = tekanan parsial A dalam fase gas


HA = konstanta Henry
xA = fraksi mol A dalam fase liquid
Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam yA (fraksi mol dalam fase gas) dengan membagi pA dengan
P
dimana yA = HA’ . xA
HA’ = HA/P
HA hanya fungsi temperatur, sedang HA’ merupakan fungsi temperatur dan tekanan total P

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
Hubungan kesetimbangan antara konsentrasi komponen A dalam fase gas dan konsentrasinya dalam
fase liquid dapat ditentukan dengan beberapa cara
Henry’s Law Constants

Henry’s Law is valid at low


concentrations of solute I,
approximately less than 10%

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
3. Untuk larutan ideal, hubungan kesetimbangan dapat ditentukan dengan menggunakan
hukum Raoult. Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan parsial dari suatu komponen
adalah sama dengan tekanan uap murni komponen tersebut dikalikan dengan fraksi mol
komponen cairan ideal dalam campuran.

pA = PAo xA → yA = PAo xA/P

dimana: PA° = tekanan uap murni komponen A pada suhu operasi


pA = tekanan parsial komponen A dalam upa
xA = fraksi mol komponen A dalam liquid
PA° dan pA terjadi pada suhu yang sama

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
4. Data kelarutan
Contoh: Data kelarutan A terhadap B yang diukur pada T = 20 oC, P = 760 mmHg
Misal: BM A = 17 dan BM B = 18

Lbm A/100 10 12,5 17,5 22,5 27,5


lbm B
Tekanan 60 79,6 124 176 237
parsial A,
mmHg

❖ Pembuatan kurva kesetimbangan didasarkan mol fraksi → x dan y diplot

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Hubungan Mol Ratio dan Mol Fraksi
y p x
Y= = X =
1 − y P1 − p 1− x
V L
V ' = V (1 − y ) = L' = L(1 − x) =
1+ Y 1+ X

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
4. Data kelarutan
Contoh: Data kelarutan A terhadap B yang diukur pada T = 20 oC, P = 760 mmHg
Misal: BM A = 17 dan BM B = 18

Lbm A/100 10 12,5 17,5 22,5 27,5


lbm B
Tekanan 60 79,6 124 176 237
parsial A,
mmHg

❖ Pembuatan kurva kesetimbangan didasarkan mol ratio → X dan Y diplot

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
Contoh: Sebuah kolom stripper disajikan sebagai berikut. Persamaan garis kesetimbangan Y = 10 XA, di mana Xo,
XN dalam mol A/mol larutan
Tabelkan antara Xo sampai XN dengan
persamaan garis kesetimbangan Y = 10 XA

XA YA
YA = 10 XA
0 0 0,0003

5 x 10-6 5 x 10-5 0,00025

0,0002
1,0 x 10-5 1,0 x 10-4
0,00015
1,5 x 10-5 1,5 x 10-4
0,0001

2,0 x 10-5 2,0 x 10-4 0,00005

0
2,5 x 10-5 2,5 x 10-4
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025 0,00003

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kesetimbangan antara Fase Gas dan Liquid
Contoh:
500 m3/jam campuran gas yang terdiri dari 6% mol benzene dan sisanya udara dilakukan absorpsi dalam sebuah
kolom absorber yang bekerja pada 803 mmHg dan 20 oC isothermal, di mana rate gas diukur pada kondisi
menara. Dipakai sebagai absorber adalah minyak berat yang mempunyai BM = 260, viskositas = 2cp, dan Sp gr =
0,80. Bila kadar benzene yang meninggalkan Menara tidak boleh lebih dari 0,5% mol. Buatlah kurva
kesetimbangan berdasarkan mol fraksi dan mol rasio!

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kontak Kesetimbangan Single-Stage
V1 V2

L0
L1

Proses single-stage :

✓ 2 fase yang berbeda dikontakkan satu sama lain (L0 + V2)

✓ Selama waktu t, mixing + diffusi komponen-komponen diantara 2 fase

✓ Komponen-komponen dalam kesetimbangan (2 fase) setelah pemisahan (L1+V1)

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Kontak Kesetimbangan Single-Stage
Neraca massa total :

Neraca massa komponen : (A+B+C)

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Sistem Gas-Liquid
Phase gas : Solute A + inert udara B → V
Phase liquid : Solute A + inert air C → L
Asumsi : - udara tidak larut dalam air
- air tidak menguap dalam fase gas
Neraca Komponen A :
Data yang diperlukan:
✓ Hubungan yA1 & xA1 dalam
kesetimbangan
✓ Hk. Henry: yA1 = H’ xA1 (larutan encer)
✓ Plot pA vs xA atau yA vs xA

dimana : L’, mol air C (inert) → constant


V’, mol udara B (inert) → constant

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Sistem Multiple Stage Counter-Current
V1 V2 V3 Vn Vn+1 VN VN+1
L0 1 2 Ln-1 n LN-1 N
L1 L2 Ln LN

Inlet stream : L0, VN+1 L Stream : Komp. C>>


Outlet stream : LN, V1 V Stream : Komp. B >>
Jumlah Stage : N B&C : miscible/immiscible

Neraca Overall, semua stage :

L0 + VN+1= LN + V1 = M

L0, LN, V1 dan VN+1 dalam mole/j

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Sistem Multiple Stage Counter-Current
V1 V2 V3 Vn Vn+1 VN VN+1
L0 1 2 Ln-1 n LN-1 N
L1 L2 Ln LN

✓ Neraca komponen overall : ✓ Neraca total untuk n stage :

L0 + VN+1 = LN + V1
L0 x0+ VN+1 yN+1 = LN xN + V1 y1 = M xM

x dan y, fraksi mol


✓ Neraca komponen untuk n stage :

L0 x0+ VN+1 yN+1 = LN xN + V1 y1

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Sistem Multiple Stage Counter-Current
V1 V2 V3 Vn Vn+1 VN VN+1
L0 1 2 Ln-1 n LN-1 N
L1 L2 Ln LN

✓ Neraca komponen overall : ✓ Neraca total untuk n stage :

L0 + VN+1 = LN + V1
L0 x0+ VN+1 yN+1 = LN xN + V1 y1 = M xM

✓ Neraca komponen untuk n stage :


x dan y, fraksi mol
L0 x0+ VN+1 yN+1 = LN xN + V1 y1

Ln xn V1 y1 − L0 x0
y n+1 = + → operating line
Vn+1 Vn+1
Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT
y1 x0 yN+1
1 Garis operasi
y2 x1
y4
2
y3 x2

3
Garis kesetimbangan
y4 x3
N=4

y5 x4

x4
Immiscible stream :
V stream : A + B (no C)
L stream : A + C (no B)
L & V berubah → slope berubah → garis lengkung
L & V konstan → slope konstan → garis lurus
Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT
Hubungan Mol Ratio dan Mol Fraksi
y p x
Y= = X =
1 − y P1 − p 1− x
V L
V ' = V (1 − y ) = L' = L(1 − x) =
1+ Y 1+ X

Neraca massa dengan mol fraksi

 x0   y N +1   xN   y1 
L'   + V '   = L'   + V '  
 1 − x0   1 − y N +1   1 − xN   1 − y1 

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Soal
1. Diketahui data kesetimbangan Sistem NH3 – Air pada 20 oC. Buatlah kurva
kesetimbangan dengan mol fraksi dan mal ratio!

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Soal
2. Diketahui data kesetimbangan CO2 dan larutan monoethanolamine pada T = 25 o C
dan P = 1,2 atm. Buatlah kurva kesetimbangan dalam mol fraksi dan mol ratio!

Tekanan parsial CO2, 5,6 12,8 29,0 56,0 98,7 155 232
mmHg
Mol CO2/mol larutan 0,050 0,060 0,062 0,064 0,066 0.068 0,07

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Soal
3. Kolom scrubber digunakan untuk mengabsorp suatu komponen A bekerja pada tekanan 2 psig dan
temperatur 24 oC secara isothermal. Jika tekanan uap komponen A pada 24 oC tersebut adalah 346
mmHg. Buatlah kurva kesetimbangannya! Kurva kesetimbangan dikerjakan dalam mol fraksi dan mol
ratio

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Soal
3. Tower scrubber countercurrent digunakan untuk mengabsorp acetone dalam udara (fase gas)
menggunakan pelarut air murni. Proses beroperasi secara isotermal pada 300K dan 101,3 kPa.
Kesetimbangan acetone pada sistem gas-liquid adalah y=2,53 x. Buatlah kurva kesetimbangan dari
system tersebut! Kurva kesetimbangan dikerjakan dalam mol fraksi dan mol ratio. Sistem disajikan pada
gambar di bawah ini.

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Soal
4. Suatu larutan benzene dalam minyak berat (BM minyak = 260, Sg = 0,8) mengandung 10% mol benzene,
masuk kolom stripper dengan rate 1500 kg/jam, minyak bebas benzene. Kolom bekerja pada 1 atm dan
122 oC isothermal. Sebagai bahan stripping digunakan superheated steam (1 atm dan 122 oC). Minyak
keluar kolom stripper mengandung 0,5% mol benzene. Buatlah kurva kesetimbangan berdasarkan mol
fraksi dan mol rasio jika tekanan uap benzene pada 122 oC adalah 2400 mmHg.

Nove K. Erliyanti– Chem. Eng. Dept. UPNVJT


Contoh: data kelarutan A terhadap B yang diukur pada T = 20 o C, P = 760 mmHg
Misal: BM A = 17 dan BM B = 18

MOL FRAKSI
pembuatan kurva kesetimbangan didasarkan MOL FRAKSI 0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
MA MB pA P BM A BM B xA yA
0 0 0 760 17 18 0 0
10 90 60 760 17 18 0,1053 0,0789
12,5 87,5 79,6 760 17 18 0,1314 0,1047
17,5 82,5 124 760 17 18 0,1834 0,1632
22,5 77,5 176 760 17 18 0,2351 0,2316
27,5 72,5 237 760 17 18 0,2865 0,3118
pembuatan kurva kesetimbangan didasarkan MOL RASIO

MA MB pA P BM A BM B XA (PERS.1) YA (PERS.1) xA yA XA (PERS.2) YA (PERS.2)


0 0 0 760 17 18 0 0 0 0 0 0
10 90 60 760 17 18 0,1176 0,0857 0,1053 0,0789 0,1176 0,0857
12,5 87,5 79,6 760 17 18 0,1513 0,1170 0,1314 0,1047 0,1513 0,1170
17,5 82,5 124 760 17 18 0,2246 0,1950 0,1834 0,1632 0,2246 0,1950
22,5 77,5 176 760 17 18 0,3074 0,3014 0,2351 0,2316 0,3074 0,3014
27,5 72,5 237 760 17 18 0,4016 0,4532 0,2865 0,3118 0,4016 0,4532

MOL RASIO
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
Contoh: Sebuah kolom stripper disajikan sebagai berikut. Persamaan garis kesetimbangan Y = 10 XA

Y = 10 XA mol rasio
MOL RASIO
0,0003

0,00025

0,0002

0,00015

0,0001

0,00005

0
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025 0,00003

Tabelkan antara Xo sampai XN dengan persamaan garis kesetimbangan Y = 10 XA

XA YA = 10 XA
0 0
0,000005 0,00005
0,00001 0,0001
0,000015 0,00015
0,00002 0,0002
0,000025 0,00025
dikerjakan dengan mol fraksi
MOL FRAKSI
XA YA = 10 XA xA yA
0,0003
0 0 0 0
0,000005 0,00005 5E-06 5E-05
0,00025
0,00001 0,0001 1E-05 1E-04
0,000015 0,00015 1,5E-05 0,00015 0,0002
0,00002 0,0002 2E-05 0,0002
0,000025 0,00025 2,5E-05 0,00025 0,00015

0,0001

0,00005

0
0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025 0,00003
diketahui: yN+1 = 6% mol = 0,06 MOL FRAKSI
y1 = 0,50% = 0,005
0,07
PA = 803 mmHg
0,06
P = 1 atm
0,05
= 760 mmHg
0,04

menggunakan Persamaan Hukum Raoult 0,03


y diketahui dari yN+1 dan y1 0,02
0,01
dikerjakan menggunakan mol fraksi 0
o
y PA P xA = (P.y)/PA 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
0,06 803 760 0,056787
0,04 803 760 0,037858
0,02 803 760 0,018929
0,01 803 760 0,009465
0,005 803 760 0,004732
0 803 760 0

dikerjakan menggunakan mol rasio MOL RASIO


y x Y X 0,07
0,06 0,056787 0,06383 0,060206
0,06
0,04 0,037858 0,041667 0,039348
0,02 0,018929 0,020408 0,019294 0,05
0,01 0,009465 0,010101 0,009555 0,04
0,005 0,004732 0,005025 0,004755 0,03
0 0 0 0
0,02

0,01

0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07

Anda mungkin juga menyukai