Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen 10 / BPM / 2021


STANDAR
PROSEDUR No. Revisi 0
OPERASIONAL Leni Shamarotul Laillah, A.Md.Keb Tanggal Terbit 20 Agustus 2021
No. STR : 13 02 5 2 2 21-4101851 Halaman 1/4

Pengertian Suatu intervensi tindakan yang dilakukakan untuk membantu bayi baru
lahir yang tidak bernafas spontan dan teratur.
Tujuan Suatu intervensi tindakan yang dilakukakan untuk membantu bayi baru
lahir yang tidak bernafas spontan dan teratur.
Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal Bagi Dokter Umum, Bidan dan Perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Ru1ukan Untuk
Tenaga Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan resusitasi
1. Informed consent dan komunikasi.
2. Menyusun tim.
3. Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir.
4. Menyiapkan alat dan memastikan berfungsi
5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal)

B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir


1. Penilaian awal (bernafas, menangis, tonus otot) jika salah satu
jawaban tidak maka bayi perlu tindakan resusitasi.
2. Melakukan langkah awal
a. Memastikan bayi tetap hangat (meletakkan bayi baru lahir
dibawah penghangat dengan pemancar panas) dan melakukan
pemasangan plastic dan topi bayi sebagai metode kehangatan.
b. Atur posisi dan bersihkan jalan nafas
c. Membersihkan jalan nafas
d. Mengeringkan, mengganti kain basah.
e. Melakukan stimulasi
f. Reposisi kepala (memposisikan kembali)
3. Melakukan evaluasi (usaha nafas, laju denyut jantung, dan tonus
otot)
4. Membuat keputusann untuk langkah selanjutnya.
5. Melakukan indikasi melakukan Ventilasi tekanan Positif (VTP)
a. Jika bayi baru lahir tidak bernafas / megap-megap atau laju
denyut jantung < 100 x / menit maka lakukan VTP dan pasang
sensor pulseoxymetri di tangan kanan (saturasi oksigen)
b. Jika bayi baru lahir bernafas spontan dan denyut jantung > 100 x
/ menit tetapi ada distress respirasi (takipnea, tarikan dinding
dada, merintih) maka lakukan pemasangan CPAP dan pasang
pulseoxymeter ditangan kanan.
6. Melakukan PTV dengan balon sungkup + katup PEEP
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen 10 / BPM / 2021
STANDAR
PROSEDUR No. Revisi 0
OPERASIONAL Leni Shamarotul Laillah, A.Md.Keb Tanggal Terbit 20 Agustus 2021
No. STR : 13 02 5 2 2 21-4101851 Halaman 1/4

7. Menentukan ukuran sungkup yang sesuai


8. Memastikan jalan nafas terbuka.
9. Melekatkan sungkup dengan benar.
10. Melakukan VTP
11. Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang
12. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 x / 30 detik.
13. Melakukan evaluasi setelah VTP selama 30 detik.
14. Setelah VTP 30 detik, evaluasi usaha nafas, denyut jantung, dan
saturasi oksigen,
15. Membuat keputusan untuk melakukan langkah berikutnya.
a. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x / menit dan tidak ada
tanda-tanda doistres respirasi, lakukan perawatan pasca
resusitasi.
b. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x / menit dan tidak ada
tanda-tanda doistres respirasi, berikan CPAP
c. Bila belum ada nafas spontan, denyut jantung > 60 x /
menitlanjutkan VTP.
d. Bila bayi belum bernafas dan denyut jantung < 60 x / menit
lakukan VTP dan kompresi dada.
e. Jika sudah kompeten lanjutkan ke VTP berkelanjutan dengan t-
piece resuscitator, jika tidak kompeten dalam melakukan
kompresi dada maupun VTP dengan t-piece lakukan rujukan
dengan tetap melakukan VTP sampai ketempat rujukan.
16. Melakukan persiapan alat untuk melakukan VTP lanjutan dengan t-
piece dengan mengatur tekanan positif akhir respirasi (end-
expiratory pressure / PEEP yang diberikan antara 5-8 cm H2O
(umumnya dimulai dengan 7, hingga manometer menunjukkan
PEEP yang diinginkan.
17. Melekatkan sungkup dengan ukuran yang sesuai pada wajah bayi.
18. Melakukan pengamatan saturasi oksigen pada pulse oxymetri
19. Melakukan evaluasi saturasi oksigen.
a. Jika setelah pemberian PEEP, saturasi oksigen masih belum
naik, maka pemberian Fio2 dinaikan bertahap
b. Pada bayi cukup bulan pemberian oksigen dimulai dari
konsentrasi 21 % dan pada bayi kurang bulan pemberian
oksigen dimulai dari konsentrasi 30 %, kemudian bisa
dinaikan bertahap sesuai dengan tabel yang telah ditentukan.
c. Pikirkan pemasangan LMA buila VTP dengan t-piece
resuscitator tidak efektif.
20. Petugas mampi mengetahui indikasi dilakukannya pemasangan
Laringeal Mask Airway (LMA)
21. Melakukan persiapan alat.
22. Kempiskan cuff dan jaga agar tidak terlipat
23. Mengolesi bagian belakang dan samping LMA denga air liur bayi
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen 10 / BPM / 2021
STANDAR
PROSEDUR No. Revisi 0
OPERASIONAL Leni Shamarotul Laillah, A.Md.Keb Tanggal Terbit 20 Agustus 2021
No. STR : 13 02 5 2 2 21-4101851 Halaman 1/4

24. Peganglah LMA seperti memegang pensil dengan bagian sungkup


menghadap ke depan.
25. Melakukan LMA menyusuri bagian tengah langit-langit mulut.
26. Dorong sungkup dengan telunjuk menyusuri langit-langit mulut ke
arah faring sampai terasa ada tahanan.
27. Pegang pipa LMA agar tidak berubah posisi dengan tangan kiri, jari
telunjuk kanan ditarik dari mulut bayi.
28. Kembangkan cuff dengan memasukkan 4 ml udara dengan spuit,
pada waktu tersebut tampak LMA sedikit terdorong ke luar.
29. Hubungkan dengan alat resusitasi ventilasi.
30. Peserta mengetahui indikasi dilakukannya kompresi dada.
31. Kompresi dada dilakukan terkoordinasi dengan VTP satun orang
melakukan kompresi dada dan satu orang melakukan VTP.
32. Posisi penolong dalam melakukan kompresi dada menghadap ke
kepala dengan kedua tangannya dalam posisi yang benar.
33. Tempat melakukan kompresi dada di sepertiga distal sternum tepat
di kaudal line intermamillaria dengan kedalaman penekanan
sepertiga diameter anteroposterior rongga dada.
34. Bisa menggunakan dua teknik yaitu teknik ibu jari dengan
menggunakan ujung ibu jari, jari-jari yang lain melingkari dada, dan
teknik dua jari dengan menggunakan ujung dua jari (jari tengah dan
telunjuk) sedangkan tangan yang satunya menopang di punggung
bayi.
35. Rasio kompresi dada 3 : 1 dengan total 90 kali kompresi dan 30
nafas setiap menitnya.
36. Komsentrasi oksigen dinaikkan 100 %, perhatikan efektifitas
ventilasi.
37. Melakukan kompresi dada dan VTP selama 1 menit dan menjaga
konsistensi
38. Melakukan evaluasi (laju denyut jantung, usaha nafas) setiap 60
detik.
39. Petugas mampu memutuskan dan melakukan:
a. Mengehentikan VTP – kompresi dada jika laju denyut jantung >
100 x / menit bayi bernafas spontan
b. Menghentikan kompresi dada dan melanjutkan VTP jika laju
denyut jantung > 60 x / menit dan bayi belum bernafas spontan.
c. Opsi hanya perlu diketahui; memberikan larutan adrenalin 1 :
10.000 dengan dosis 0,1 0,3 ml/KgBB melalui vena umbilikal,
melanjutkan kompresi dada dan VTP jika laju denyut jantung <
60 x / menit dan bayi belum bernafas spontan:
1). Melakukan pemasangan kateter vena umbilikal.
2). Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume
3). Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
4). Melakukan transportasi pada BBL pasca resusitasi.
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen 10 / BPM / 2021
STANDAR
PROSEDUR No. Revisi 0
OPERASIONAL Leni Shamarotul Laillah, A.Md.Keb Tanggal Terbit 20 Agustus 2021
No. STR : 13 02 5 2 2 21-4101851 Halaman 1/4

40. Mengetahui indikasi dilakukannya kateterisasi umbilikal


41. Petugas melakukan kateterisasi umbilikal
a. persiapan alat
b. cuci tangan dengan antiseptic
c. memakai sarung tangan steril
d. isi lebih dahulu kateter ukuran 3.5 F atau 5 F yang telah
disambung dengan semprit dab stetoskop dengan garam
fisiologis
e. pasang sebuah keran 3 arah (3 way stopper) steril dan semprit
pada kateter 5 FG dan isi dengan saline normal, lalu tutup
keran.
f. Bersihkan umbilicus dan kulit sekelilingnya dengan larutan
antiseptik, lalu ikat longgar dengan benang mengelilingi dasar
umbilicus.
g. potong umbilicus 1-2 cm dari batas kulit dan wharton jelly
dengan pisau steril. Tentukan vena umbilicus (pembuluh darah
yang menganga lebar) dan arteri umbilicus (dua pembuluh
darah berdinding tebal)
h. pegang umbilicus (yang dekat dengan pembuluh vena dengan
forsep steril.
i. Tekan tingan bila ada perdaraha, bersihkan dan asepsis kembali
j. pegang bagian dekat ujung kateter dengan forceps steril dan
memasukkan kateter ke dalam vena (kateter harus dapat
menembus dengan mudah tanpa ada tahanan) sedalam 4-6 cm.
Alur vena akan menuju ke arah jantung. Tarik darah sehingga
mengalir dengan mudah ketika membuka threeway stopcock ke
arah semprit dan menghisap secara perlahan.
k. periksa kateter tidak menekuk dan darah tidak mengalir balik
dengan mudah, bila ada sumbatan tarik pelan-pelan umbilicus,
tarik ke belakang sebagian kateter dan masukkan kembali.
l. kaji jangan sampai ada udara di selang infus dan tutup ujung
set, masukkan obat-obatan atau cairan fisiologis sesuai indikasi.
m. bila sudah didapatkan perbaikan denyut jantung, kateter segera
dilepas
n. asepsis kembali area pemasangan kateter umbilical.
42. Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume
43. Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
44. Melakukan transportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi

Anda mungkin juga menyukai