Anda di halaman 1dari 5

SOAL DAN JAWABAN TUGAS 1 PKNI4317

NAMA : ARINA LAILATUL MAGHFIROH

NIM : 858794538

MATA KULIAH : HAK ASASI MANUSIA (PKNI4317)

TUGAS 1 PKNI4317

1. Coba Anda jelaskan, sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM)!


2. Sebutkan 2 tokoh hak asasi manusia beserta teorinya!
3. Coba Anda jelaskan mengenai kekuasaan politik secara singkat dan jelas !
4. Jelaskan hak-hak sipil dan politik dalam Kovenan Internasional Hak-Hak SipiL dan
Politik dengan singkat !
5. Berikan berikan beberapa contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia dan upaya
penegakan HAM dan berikan komentarnya. (cari di berbagai media dan jangan lupa kutip
sumbernya)

JAWABAN

1. Sejarah perkembangan HAM


A. HAM di Yunani
Socrates dan Plato meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya
hak-hak asasi manusia. Aristoteles mengajarkan pemerintah harus mendasarkan pada
kemauan dan kehendak warga negaranya.
B. HAM di Inggris
Perjuangan HAM di Inggris tampak dengan adanya berbagai dokumen
kenegaraan, di antaranya :
1. MAGNA CHARTA
Pada awal abad XII Raja Richad yang dikenal adil diganti oleh Raja John
Lackland yang bertindak sewenang-wenang. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa tidak
puas dari bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat
Perjanjian Magna Charta / PiagamAgung. Isi magna Charta yaitu:
- Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan hak dan
kebebasan gereja inggris
- Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak
2. PETITION OF RIGHTS
Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun
1628, yang isinya :
- Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
- Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya
- Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
3. HOBEAS CORPUS ACT
Adalah Undang-undang yang mengatur tentang penahanan seseorang damai di
buat pada tahun 1679 yang isinya :
- Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan
- Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum
4. BILL OF RIGHTS
Merupakan Undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima parlemen Inggris,
yang isinya:
- Kebebasan dalam memilih anggota parlemen
- Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
- Pajak Undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen
- Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing
- Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja
C. HAM DI AMERIKA SERIKAT
Pemikiran John Locke yang merumuskan hak alam, seperti hak atas hidup,
kebebasan dan milik (life, liberty, property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan
rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776.
Independence of the united states
Amanat Presiden Franklin D. Roosvelt tentang 4 kebebasan yang diucapkan di
depan kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni:
1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (fredom of speech and
expression)
2. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan (freedom
religion)
3. Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear)
4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom of want)
D. HAM di PRANCIS
Perjuangan HAM di Prancis dirumuskan dalam naskah pada awal Revolusi
Prancis, naskah tersebut dikenal dengan Declaration Des De L’homme Et Du Citoyen
yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara yang mencanangkan hak
atas kebebasan, kesamaan dan persaudaraan atau kesetiakawanan
(liberte,egalite,fraternite). Revolusi ini dikuasai oleh : JJ Rousseau, Voltaire,
Montesquieu
Berbagai instrumen HAM yang dimiliki negara Indonesia, yakni:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR /1998 tentang HAM
3. UU nomor 39 Th 1999 tentang HAM

2. a. Petition of Rights
Yang secara garis besar berisi hak-hak sebagai berikut : (1) Pajak dan pungutan
istimewa harus disertai persetujuan. (2) Warga negara tidak boleh dipaksakan
menerim tentara dirumahnya. (3) Tentara tidak boeh menggunakn hukum perang
dalam keadaan damai.

b. Hobeas Corpus Act

Adapun isinya adalah : (1) Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu
2 hari setelah penahanan. (2) Alasan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.

3. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi


tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu
menjadi sesuai dengan keinginan dan tuuan dari orang lain yang mempunyai kekuasaan
itu.
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum
(pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan
pemegang kekuasaan sendiri.
Pada dasarnya kekuasaan politik adalah kemampuan individu atau kelompok untuk
memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor kekuasannya dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
Sumber-sumber tersebut bisa berupa media massa, media umum, mahasiswa, elit politik,
tokoh masyarakat ataupun militer.
Jenis-jenis kekuasaan yang kita ketahui pada umumnya sekiranya dapat dibagi beberapa
jenis kekuasaan sebagai berikut.
 Kekuasaan eksekutif, yaitu yang dikenal dengan kekuasaan pemerintahan dimana
mereka secara teknis menjalankan roda pemerintahan
 Kekuasaan legislatif, yaitu sesuatu yang berwenang membuat, dan mengesahkan
perundang-undangan sekaligus mengawasi roda pemerintahan.
 Kekuasaan yudikatif, yaitu sesuatu kekuasaan penyelesaian hukum, yan didukung
oleh kekuasaan kepolisian, demi menjamin law enforcement/pelaksanaan hukum.

Unsur-unsur kekuasaan, ada tiga komponen dalm rangkaian kekuasaan yang akan
mempengaruhi penguasa atau pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya.

4. Kovenan Internasional Tentang Hak Sipil dan Politik atau International Covenant On
Civil And Political Rights (ICCPR) merupakan ketentuan internasional utama yang
menjamin Hak Asasi Manusia di bidang sipil dan politik. Kovenan Hak Sipil dan
Politik mengikat secara hukum bagi negara yang meratifikasinya.
Kovenan ini terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal yang mencakup 6 Bab dan 53
Pasal. Indonesia telah meratifikasi Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik pada 28
Oktober 2005 melalui UU 12/2005 tentang Pengesahan International Covenant On Civil
And Political Rights (Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik).
Kovenan ini tidak memberikan pengertian secara definitif apa itu hak sipil dan politik.
Namun dapat disimpulkan bahwa hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber
dari martabat dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati
keberadaannya oleh negara, yang pemenuhannya merupakan tanggung jawab negara.
Hak-Hak Sipil dan Politik sebagaimana diatur dalam Kovenan meliputi:
1. Hak hidup
2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi
3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa
4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi
5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah
6. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum
7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama
8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi
9. Hak untuk berkumpul dan berserikat
10. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan

Perbedaan Hak Sipil Dan Politik

a. Hak sipil adalah hak kebebasan fundamental yang diperoleh sebagai hakikat dari
keberadaan seorang manusia
b. Hak politik ialah hak dasar dan bersifat mutlak yang melekat di dalam setiap
warga Negara yang harus dijunjung tinggi dan di hormati oleh Negara dalam
keadaan apapun
5. 1. Kasus Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah aktifis HAM yang pernah
menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, 8 Desember 1965.
Munir pernah menangani kasus pelanggaran HAM di Indonesia seperti kasus
pembunuhan Marsinah, kasus Timor-Timur dan masih banyak lagi. Munir meninggal
pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang
melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan,
banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh,
serangan jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir
meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di makanan atau minumannya saat di
dalam pesawat.

2. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah


Marsinah merupakan salah satu buruh yang bekerja di PT. Catur Putra Surya
(CPS) yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah muncul ketika Marsinah
bersama dengan teman-teman sesama buruh dari PT. CPS menggelar unjuk rasa, mereka
menuntut untuk menaikkan upah buruh pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Dia aktif dalam
aksi unjuk rasa buruh. Masalah memuncak ketika Marsinah menghilang dan tidak
diketahui oleh rekannya, dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1993 Marsinah
ditemukan meninggal dunia.

3. Penculikan Aktivis 1997/1998

Salah satu kasus penculikan aktivis 1997/1998. Kasus penculikan dan penghilangan
secara paksa para aktivis pro-demokrasi, sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik.

4. Penembakan Mahasiswa Trisakti

Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan salah satu kasus penembakan


kepada para mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi oleh para anggota polisi dan
militer.

5. Pembantaian Santa Cruz/Insiden Dili

Yaitu pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI dengan menembak
warga sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12 November
1991.

6. Peristiwa Tanjung Priok

Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta Utara melakukan demonstrasi
beserta kerusuhan yang mengakibatkan bentrok antara warga dengan kepolisian dan
anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka.

7. Pembantaiaan Rawagede

Peristiwa berupa penembakan beserta pembunuhan terhadap penduduk kampung


Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara
Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 diringi dengan dilakukannya Agresi Militer
Belanda I. Puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh
tanpa alasan yang jelas.

Upaya-upaya Penegakan HAM

Pasal 28 UUD NKRI 1945 menjamin adanya hak berserikat, menyatakan pikiran baik secara
lisan maupun tulisan. Pasal ini merupakan salah satu dasar utama adanya kehidupan
kenegaraan yang berdinamika di mana setiap orang bebas mendirikan organisasi dan bebas
pula menyatakan pendapat. Dari penjelasan tersebut mencerminkan bangsa Indonesia
menjamin pelaksanaan HAM, dimana dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan dari
semua pihak seperti tokoh masyarakat, LSM, POLRI, TNI dan kalangan profesi hukum,
ekonomi, politik, serta political will pemerintah Indonesia. Perjalanan bangsa Indonesia
menuju masyarakat yang demokratis tanpa melupakan budaya bangsa yang sudah berakar
beratus-ratus tahun lampau tetap harus berlandaskan pada prinsip supremasi hukum,
transparansi, akuntabilitas, profesionalisme serta prinsip musyawarah dan mufakat. Adapun
langkah-langkah pembentukan sistem hukum yang ditempuh bangsa Indonesia dalam upaya
penegakan HAM adalah sebagai berikut:

a. Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka, artinya DPR dan
Presiden dalam membuat UU harus terbuka menerima masukan dari masyarakat.

b. Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan kedududkan didepan hukum
dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.

c. Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan hukum keikutsertaan


dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum yang releVan harus diutamakan sehingga
diharapkan dapat melahirkan perundang-undangan yang berkualitas.

d. Internalisasi nilai-nilai HAM; yaitu wujud nyata dari pengakuan rakyat dan pemerintah
terhadap hak-hak asasi manusia sehingga diharapkan memberikan karakteristik tersendiri
terhadap setiap produk hukum dan perundang-undangan.
Selanjutnya langkah-langkah hukum yang ditempuh pemerintah Indonesia telah diatur
dalam beberapa peraturan perundang-undangan yakni :

1. UUD NKRI 1945

2. UU No. 5 Thn 1998 tentang pengesahan konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia

3. UU No. 9 Thn 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum

4. UU No. 39 Thn 1999 tentang HAM

5. UU No. 26 Thn 2000 tentang pengadilan HAM

6. UU No. 23 Thn 2004 tentang PKDRT

7. UU No. 12 Thn 2006 tentang UU kewarganegaraan

8. UU No. 23 Thn 2002 tentang perlindungan anak.


Dari beberapa kasus di atas yang terjadi jelas bahwa penganiayaan, penyiksaan dan
pembunuhan sudah menjadi kasus yang sering terdengar , belum lagi masih banyak kasus-
kasus lain diluar sana. Terjadinya kasus tersebut sudah jelas melanggar hak yang bahkan
sudah diatur dalam Pasal 28 A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi
"Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya".
Dengan adanya aturan yang sudah sangat jelas ditegaskan pun nyatanya masih banyak orang
yang masih berani melanggarnya tanpa berpikir panjang. Walaupun banyak alasan yang
dikemukakan pelaku atas penganiayaan dan pembunuhan tersebut, alasan apapun itu tidak
dapat diterima. Penganiayaan dan pembunuhan sudah menjadi kasus pelanggaran yang
sangat berat. Menurut saya agar seseorang tidak melanggar HAM terutama kasus
pembunuhan yang sedang kami bicarakan ini tidak bisa hanya dengan ditegakkannya aturan
dengan sanksi yang berat, tapi harus dimulai dengan kesadaran diri masing-masing bahwa
setiap individu pun memiliki hak yang sama dan tidak boleh dilanggar. Maka dari itu pada
zaman darurat pelanggaran HAM ini, perlulah lagi setiap orang disadarkan atas hak-haknya
dan hak-hak orang lain agar kedepannya kasus-kasus seperti ini setidaknya dapat ditekan
atau mungkin tidak akan ada lagi.

Anda mungkin juga menyukai