Antimalaria Cempedak
Antimalaria Cempedak
ABSTRACT
This study was aimed to monitor Flavonoid Compound activity and mechanism as antimalaria that isolated from A. Champeden. Two new
named after artocarpones A and B respectively, have been isolated from the stembark of Artocarpus champeden, together with six known
were all tested for their antimalarial activity against the growth of Plasmodium falciparum 3D7 in vitro and the results indicated that
hemolysis inhibitory assay revealed that artoindonesianin R, artocarpone A and artoindonesianin A-2 showed hemolysis inhibition over
this A. champeden exhibited potent antimalarial activity through either inhibition of the parasite inducing new permeation pathway
Key words:
hemolysis assay
Aty Widyawaruyanti, dkk.: Mekanisme dan Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid 69
Isolat yang diperoleh dari hasil pemisahan ini Setelah dilakukan pencucian dua kali dengan larutan NaCl
(150 nM)-HEPES (20 nM) (pH 7,4; 304 mosM), kemudian
spektrometri FTIR, RMI, HRFAB-MS dan polarimeter. disuspensikan ke dalam larutan yang sama sampai diperoleh
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktifitas hematokrit 50%.
masing-masing kandungan lendir cempedak sebagai anti Bahan uji sebanyak 1 mg dilarutkan di dalam 100
malaria.
Prosedur Uji Aktivitas Antimalaria In Vitro pengenceran dengan larutan bufer HEPES-sorbitol sehingga
Karbon
(CDCl3) (CDCl3)
2 - 162.71
3 - 121.85
4 - 183.54
4a - 105.80
5 - 159.75
6 6.16 (d, J = 2.2) 94.98
7 - 165.37
8 6.24 (d, J = 2.2) 99.48
8a - 163.17
9 3.08 (2H, d,J = 6.8) 24.83
10 5.100 (m) 122.76
Struktur molekul senyawa 1,2,3,5,6,7,9 hasil isolasi dari kulit batang cempedak (A. Champeden 11 - 132.62
12 1.59 (s) 25.94
13 1.38 (s) 17.70
14 - -
15 - -
16 - -
17 - -
18 - -
19 - -
20 - -
21 - -
22 - -
23 -
- 112.85
- 149.75
6.51 (s) 101.34
- 151.59
- 140.29
6.67 (s) 117.01
OMe 3.87 56.31
OH - -
Berdasarkan hasil analisis spektroskopi ini, maka
struktur senyawa 4 dapat disarankan seperti pada gambar
berikut.
HO
3'
OCH3
2'
4'
8
HO
7 O 2 5'
OH
6'
6 10
3
5
OH O 13
9
4 12
Berdasarkan spektrum HR-FABMS mempunyai rumus Dari hasil penelusuran pustaka, dapat dinyatakan
molekul C21H20O7. Data spektroskopi IR menunjukkan bahwa senyawa 4 merupakan senyawa baru dengan nama
adanya pita gelombang pada 3400 and 1650 cm –1 yang artokarpon A (Widyawaruyanti, dkk., 2007a). Korelasi
berturut-turut menandakan adanya gugus hidroksil jarak jauh 1H-13C dari senyawa 4 dapat dilihat pada gambar
(–OH) dan karbonil (–C=O). di bawah ini.
Aty Widyawaruyanti, dkk.: Mekanisme dan Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid 71
HO OCH3 analisis spektroskopi tersebut di atas dapat disarankan
bahwa senyawa 8 merupakan senyawa baru artokarpon
HO O
OH B (Widyawaruyanti, 2007a), dengan struktur senyawa
dan gambaran korelasi jarak jauh 1H-13C (HMBC) sebagai
berikut:
OH O
17 18
16
3'
15 HO OH
Spektrum RMI- 1H 8 menunjukkan adanya sinyal 14
2' 4'
isoprenil.
Spektra HMBC juga menunjukkan adanya hubungan
OH O
antara proton metilen pada 2.33 and 3.14 (H-9) dan
karbon metin pada 48.1 (C-10) dan empat buah karbon
kuarteneri pada
(C-3), 162.0 (C-2). Data spektra 13C-RMI dari senyawa
8. Observasi korelasi jarak jauh dilakukan terhadap proton
metana pada 3.34 (H-10) dengan karbon metil pada
22.9 (C-12) dan 28.5 (C-13) dan karbon kuarteneri pada
adanya substitusi isoprenil pada posisi C-3 yang bergabung
mirip dengan senyawa yang sudah dikenal, artoindonesianin
P (Hakim, dkk.,1999).
Spektra NMR-1H juga menunjukkan adanya sinyal
untuk gugus isoprenil ( 1.65 dan 1.78, masing-masing
singlet, (3H, H-18 dan H-17); 5.23, m, (1H, H-15) dan 48.7,
m, (2H, H-14). Analisa data korelasi HMBC menunjukkan Menurut Fidock, et al. (2004) suatu senyawa dianggap
bahwa gugus isoprenil ini terdapat pada posisi C-8. efektif sebagai antimalaria jika memiliki IC50 M.
Penentuan struktur dari 8 ini diperoleh dari data
spektrum RMI- 1H dan 13C dibantu juga dengan data isolasi ekstrak diklorometana kulit batang A. champeden
HMQC and HMBC yang selanjutnya dipastikan dengan mempunyai aktivitas antimalaria, kecuali artoindonesianin
membandingkan data spektra tersebut dengan senyawa E (IC50 = 75,76 µM). Senyawa yang memiliki aktivitas
yang pernah dilaporkan sebelumnya yaitu artoindonesianin tertinggi adalah heteroflavanon C (IC 50 = 0,001 µM).
P, artonin J, dan artobilosanton (Aida, dkk., 1993; Hakim, Dilaporkan bahwa obat antimalaria standar klorokuin
dkk., 1999; Syah, dkk., 2002). memiliki IC50 = 0,006 µM (Nuri, 2006). Dengan demikian
Berdasarkan analisa spektrofotometri masa HR-
FABMS menggunakan alat spektrometer JEOL JMS-700T klorokuin, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan
dengan matriks gliserol diketahui bahwa 8 merupakan sebagai obat antimalaria pengganti klorokuin yang saat
senyawa dengan rumus molekul C 25H 25O7. Dari hasil ini sudah tidak efektif lagi. Aktivitas antimalaria dari
IC 50 IC50
Bahan Uji
dengan obat-obat antimalaria yang ada saat ini, misalnya
Artoidonesianin E (1) 26,2350 75,76 alkaloid, seskuiterpen lakton dan golongan sulfa. Obat-
0,0006 0,001 obat dengan struktur kimia yang berbeda, sangat mungkin
Artoindonesianin R (3) 0,5246 1,32 memiliki mekanisme kerja yang berbeda.
Artokarpon A (4) 0,0066 0,12
0,0156 0,53 (IC50 = 0,02 µM). Dari hasil penelitian yang dilakukan
Artoindonesiani A-2(6) 0,4999 1,31 Gunawan, dkk. (2006), diperoleh informasi bahwa
0,083 0,02 senyawa ini mampu menghambat perkembangan stadium
Artokarpon B (8) 0,0800 0,18 parasit malaria P. falciparum dari stadium cincin menjadi
Artonin A (9) 0,2800 0,55 stadium trofozoit dan menyebabkan stadium skizon tumbuh
heteroflavanon C dan senyawa flavonoid kulit batang mampu menghambat proses degradasi globin di dalam
A.champeden yang diperoleh pada penelitian ini baru vakuola makanan parasit malaria (Widyawaruyanti, dkk.,
pertama kali dilaporkan. 2007b).
Aty Widyawaruyanti, dkk.: Mekanisme dan Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid 73
Hasil Uji Hambatan Hemolisis eritrosit terinfeksi senyawa dalam pelarut non polar/polar yang secara
parasit yang diinduksi sorbitol logaritma berhubungan dengan energi bebas (Siswandono,
Uji hambatan hemolisis eritrosit terinfeksi parasit dan Sukardjo, 1998). Dilihat dari nilai log P, maka ketiga
yang diinduksi oleh sorbitol dari senyawa artoindonesianin senyawa ini dapat dikatakan lebih polar dibandingkan
R, artokarpon A, artoindonesian A-2, sikloheterofillin, senyawa lainnya (sikloheterofillin, artokarpon B, dan
artokarpon B dan artonin A memberikan hasil seperti artonin A). Karena bersifat lebih polar, maka senyawa
tersebut pada berikut ini. artoindonesianin R, artokarpon A dan artoindonesianin
Tabel 4. Hasil pengujian hambatan hemolisis eritrosit eritrosit menghalangi saluran permeasi baru pada membran
terinfeksi parasit eritrosit. Hal ini menyebabkan sorbitol tidak dapat masuk
ke dalam eritrosit dan tidak menyebabkan lisis eritrosit.
Hemolisis Aktivitas hambatan transport membran dari
Senyawa Rata-rata Log P
(%) artoindonesianin A-2 diperkuat oleh hasil penelitian
28,78 (Parenti, et al., 1998) yang meneliti efek hambatan
Artoindonesianin R 38,25 ± 13,39 3,11
47,72
14,62 terisoprenilasi yang juga diisolasi dari A. champeden.
Artokarpon A 17,07 ± 3,47 2,85
19,53 Senyawa ini memiliki kerangka struktur mirip dengan
Artoindonesian 21,35 artoindonesianin A-2. Dilaporkan bahwa siklochampedol
20,44 ± 1,29 2,43
A-2 19,53 dapat menghambat transportasi asam amino leusin melalui
61,95 membran usus ulat sutera Bombyx mori. Dengan demikian
64,73 ± 3,93 4,77
67,51
dari A. champeden ini dapat menghambat jalur permeasi baru
38,78
Artokarpon B 47,31 ± 12,06 3,33 dari membran eritrosit yang terinfeksi parasit malaria.
55,84
56,38 A, walaupun memiliki aktivitas antimalaria yang efektif,
Artonin A 55,35 ± 1,46 4,34
54,32 tetapi tidak menghambat hemolisis eritrosit terinfeksi
Keterangan: (*)
Nilai Log P diperoleh dari program Chem-draw parasit. Senyawa ini mempunyai mekanisme dan target
ultra 8.0 obat yang berbeda dengan senyawa artoindonesianin R,
Menurut Go, et al. (2004), suatu senyawa dapat dikatakan artokarpon A dan artoindonesianin A-2. Di lihat dari nilai
sebagai “good inhibitor” terhadap jalur permeasi baru
eritrosit terinfeksi parasit, bila tingkat hemolisis senyawa artonin A merupakan senyawa yang bersifat lebih non
tersebut < 40% dapat menekan dibandingkan dengan kontrol polar dibandingkan artoindonesianin R, artokarpon A dan
negatif (tanpa pemberian obat). Berdasarkan ketentuan artoindonesianin A-2. Karena itu ke tiga senyawa tersebut
tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa pada konsentrasi
50 µg/ml hanya senyawa artoindonesianin R, artokarpon A,
dan Artoindonesianin A-2 yang dapat menghambat hemolisis dan memiliki mekanisme aksi serta target obat di dalam sel.
eritrosit terinfeksi parasit, sedangkan sikloheterofillin, Dari penelitian Gunawan, dkk. (2006), diperoleh informasi
artokarpon B, dan Artonin A tidak menghambat
Hasil uji hambatan hemolisis menunjukkan bahwa kultur parasit menunjukkan adanya penumpukkan pita
berdasarkan ketentuan dari Go, et al. (2004), dari enam globin pada SDS-PAGE. Hal ini menandakan adanya
senyawa aktif antimalaria yang diujikan hanya tiga senyawa kemungkinan hambatan hidrolisis globin di dalam vakuola
yang menunjukkan hambatan hemolisis yang cukup bermakna
dibandingkan dengan kontrol negatif, yaitu senyawa menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap
artoindonesianin R, artokarpon A dan artoindonesianin A-2. mekanisme senyawa ini.
Pengujian hambatan hemolisis pada penelitian ini
untuk menentukan hubungan kuantitatif struktur aktivitas memberikan hasil yang sejalan dengan penelitian Go, et al.
suatu senyawa adalah logaritma koefesien partisi (log (2004). Menurut Go, et al. senyawa-senyawa yang dapat
menghambat hemolisis eritrosit terinfeksi parasit, pasti
Aty Widyawaruyanti, dkk.: Mekanisme dan Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid 75
Fidock DA, Rosenthal PJ, Croft SL, Brun R, Nwaka Kutner SW, Breuer V, Ginsburg H, Cabantchik, 1987.
S, 2004. Antimalarial Drug Discovery: Efficacy On the mode of action of phlorizin as an antimalarial
Models for Compound Screening, Review, Nature agent in in vitro cultures of Plasmodium falciparum.
3(Juni): 509520. Biochem Pharmacol. 36(1): 123129.
Go ML, Liu M, Wilairat P, Rosenthal PJ, Saliba JS, Lu CM, Lin CN, 1994. Flavonoids and 9-Hydroxytridecyl
Kirk K, 2004. Antiplasmodial Chalchones Inhibit docosanoate from Artocarpus heterophyllus,
Sorbitol-Induced Hemolysis of Plasmodium Phytochem. 35: 781783.
falciparum Infected Erythrocytes. Antimicro Agent Nuri, 2006, Aktivitas Atimalaria Isolat yang Berasal dari
Chemother 48(9): 32413245. Ekstrak Diklorometana Kulit Batang Artocarpus
Gunawan A, Nuri, Arwati H, Widyawaruyanti A, champeden Spreng secara in vitro, Tesis, Program
Sjafruddin, Dahlan YP, Zaini NC, 2006. Hambatan Magister, Program Pascasarjana Unair, Surabaya.
perkembangan stadium Plasmodium falciparum Parenti P, Pizzigoni A, Hanozet G, Hakim EH,
Makmur L, Achmad SA, Giordana B, 1998. A
batang Artocarpus champeden Spreng, Maj Ked Trop New Prenylated Flavone from Artocarpus champeden
Indo 17(3): 7380. inhibits the K+-dependent amino acid transport in
Hakim EH, 1998. Artokarpin dan heteroflavanon-A, Bombyx mori Midgut, Biochem and byophis research
dua senyawa flavonoid bioaktif dari Artocarpus communic. 244: 445448.
champeden, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Saxena S, Pant N, Jain DC, Bhakuni RS, 2003.
ITB, Bandung. Antimalarial agents from plant sources. Curr Sci
Hakim EH, Achmad SA, Juliawaty LD, Makmur L, 84(9): 13141329.
Syah YM, Aimi N, Kitajima M., Takayama H., Sherman IW, 1998. Malaria, Parasite Biology, Pathogenesis,
Ghisalberi EH and Protection, Washington, D.C: ASM Press.
related compounds of the Indonesian Artocarpus Silfen J, Yanai P, Cabantchik ZI
(Moraceae). J Nat Med. 60: 161184. effects on in vitro cultures of Plasmodium falciparum.
Hakim EH, Fahriyati A, Kau MS, Achmad SA, Inhibition of permeation pathways induced in the
Makmur L, Ghisalberti EL, Nomura T, 1999. host cell membrane by the intraerythrocytic parasite.
Artoindonesianins A and B, Two Prenylated Flavones
Biochem Pharmacol 37: 42694267.
from the Root of Artocarpus Champeden, J Nat Pro.
Siswandono, Soekarjo B, 1998. Prinsip-prinsip rancangan
62: 613615.
obat, Airlangga University Press, Surabaya, hlm.184
Heyne K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II.
192.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Sjafruddin D, Siregar JE, Asih PBS, 2004. Antimalarial
Departemen Kehutanan. Jakarta: Yayasan Sarana
Drug resistance in Indonesia: A Molecular Analysis.
Wana Jaya, hlm. 669670.
Symposium of malaria Control in Indonesia,
Iwasaki T, Ogata Y, 1995. Medicinal Herbs Index in
Proceeding. TDC.
Indonesia, 2nd ed. Indonesia: PT. Eisai.
Syah YM, Ahmad SA, Ghisalberti EL, Hakim EH,
Kanaani J, Ginsburg H, 1992. Effect of Cinnamic
Makmur L, Mujahidin D, 2002. Artoindonesianin
Acid Derivates on In Vitro Growth of Plasmodium
Q-T, four isoprenylated Flavones from Artocarpus
falciparum and on the Permeability of the Membrane
champeden Spreng. (Moraceae). J Phytochem 61:
of Malaria-Infected Erythrocytes. J Antimicrobiol
949953.
Agents Chemother. 36(5): 11021108.
Syah YM, Ahmad SA, Ghisalberti EL, Hakim EH,
Kirk K, 2001. Membran transport in the malaria infected
Makmur L, Mujahidin D, 2004. Two new cytotoxic
erythrocyte. Physol. Review. 81(2): 495537.
isoprenylated Flavones, artoindosianin U ang V
Kirk K, 2004. Channels and transporters as drug targets
from the heartwood of Artocarpus champeden.
in the Plasmodium-infected erythrocyte. J Acta Trop
J Fitoterapia 75(2): 134140.
89: 285298.
Aty Widyawaruyanti, dkk.: Mekanisme dan Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid 77