Makalah Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas Oke
Makalah Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas Oke
Sasmita Indriyani
DAFTAR ISI
1
COVER
SURAT PENENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 2
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian. 3
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009)
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh
maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja
perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara
dini.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak,
2009)
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas
ini dengan baik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
perkemihan
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
muskuluskeletal
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
BAB II
4
TINJAUAN TEORI
b. Uterus
5
dan lainya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat
proses bila ibu menyusui bayinya.
Desidua tertinggal di dalam uterus. Uterus pemisahan dan
pengeluaran plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona spongiosa,
basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan
berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang
lambat laun akan manual neorco, suatu lapisan superfisial yang akan
dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan di keluarkan melalui lapisan
dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah miometrium.
Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium basilar
di dalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya
endometrium pada situs plasenta skan memakan waktu kira-kira 6 minggu.
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs
menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs plasenta,
selanjutnya menuju sisa kelenjar endometriummasilar di dalam desidua
basalis. Penumbuhan endometrium ini pada hakikatnya akan merusak
pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang menyebabkannya
mengendap dan di buang bersama dangan caira lokianya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa
sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah
kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah
melahiran beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu
kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi
100 gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah
postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta di lahirkan. Setiap kali bila di timbulkan, fundus uteri berada di atas
umbilikus, maka hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah pengisian
uterus oleh darah atau pembekuan darah saat awal jam postpartum atau
pergeseran letak uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat
setelah kelahiran.
Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi jumlah
otot sel. Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang ukurannya secara
drastis saat sel-sel tersebut membebaskan dirinya dari bahan-bahan seluler
6
yang berlebihan. Bagaimana proses ini dapat terjadi belum di ketahui
sampai sekarang.
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak
di perlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak
mempunyai permukaan yang luas dan besar yang memerlukan banyak
pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian akan menjadi
lenyap dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin. Mereka
dianggap telah di gantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang
lebih kecil.
c. InvolusiUterus
7
Involusi Tinggi Fundus Berat Fundus
Bayi lahir Sepusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
7 hari ( 1 mgg ) Pertengahan pusat – symphisis 500 gr
14 hari ( 2 mgg ) Tak teraba diatas symphibis 350 gr
42 hari ( 6 mgg ) Bertambah kecil 50 gr
56 hari ( 8 mgg ) Normal 30 gr
d. Lochea
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
Lochea Hari Warna Ciri – ciri
Rubra 1-2 hari Merah kehitaman
Sanguinolenta 3-7 hari Merah kuning Berisi darah+ lendir
Serosa 7-14 hari Kuning Cairan tidak berdarah lagi
Alba 2 mgg – selesai putih Cairan putih
e. Vagina
f. Perineum
8
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ
ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-
3 minggu (tergantung elastic tidak atau seberapa sering melahirkan) ,
walaupun tetap lebih kendur di banding sebelum melahirkan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:
a. Nafsu Makan
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
c. Pengosongan Usus
9
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,
dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup;
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid
menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal
yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain :
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
etensi urin.
2. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan
miksi tidak tertahankan
10
Adaptasi sistem muscoluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal
hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.
2. Kulit abdomen
3. Striae
4. Perubahan ligamen
11
Ligamen-ligamen dan difragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum retundum menjadi kendor
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
5. Simpisis pubis
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
Fungsi menjadi orang tua
Respon dan dukungan dari keluarga
Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Fase letting go
Fase Taking In
12
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan
ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu
merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi
fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersi
b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani
saat ibu merasa kesepian
d. Psikososial.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. D masa nifas yang dialami normal, dilihat dari keluarnya
lochea ibu normal tidak terjadi perdarahan sesuai dengan teori pembagian lochea
yaitu :
a. Lokhea Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel
– sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lokhea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3
– 7 pasca persalinan.
c. Lokhea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 8 – 14
pasca persalinan.
d. Lokhea Alba : berwarna cairan putih setelah 2 minggu.
Pada perubahan payudara Ny. D pada masa nifas ini yaitu produksi ASI, ibu
masih sedikit khawatir karena asi nya keluar sedikit tetapi dengan bantuan bidan
yang memberikan konseling tentang ASI Eklslusif ibu sedikit tenang karena seiring
berjalannya waktu dan seringnya bayi menyusu akan membuat ASI lebih banyak
diproduks dan Ny.D bersedia melakukan AS Ekslusif pada bayinya. Kekhawatiran
tersebut normal dikhawatirkan dikarenakan ibu masih dalam fase psikologi fase
taking in.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Adapun
perubahan yang terjadi pada: payudara, Uterus, Vagina, Parineum, Sistem
pencernaan, sistem perkemihan, dan sitem muskuluskeletal
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan
tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-
80)
Anggrani, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama : Yogyakarta
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Fitria, Dina. 2012, 16 Desember. Perubahan Organ Reproduksi Selama Masa Nifas
Di Unduh pada tanggal 10 Januari 2017.
http://difiramidwife.blogspot.com/2012/12/perubahan-organ-reproduksi-selama-
masa.html
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm:
53-57).
Sinta, Janing. 2013, 23 Juli. Perubahan fisiologis masa nifas. Di unduh : 01-08-14.
http://bidanshare.wordpress.com/2013/07/23/perubahan-fisiologis-masa-nifas
16