Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb.


Segala Puji dan Syukur Kami panjatkan kepada Allah swt. Yang telah
memberikan Rahmat, Taufik, hidayah dan maunah- Nya kepada kita sekalian.
Semoga kita senantiasa mendapatkan lindungan dan ridho-Nya di mana dan
kapanpun kita hidup baik di dunia mapun di akherat
Penulis telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas”, walaupun Penulis sadar masih banyak terdapat
kekurangan, maka Penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang
sifatnya membangun dari pihak manapun demi lebih baiknya penyempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya Penulis mengucapkan terimakasih atas segala attensinya terkait
dengan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga dimasa-masa mendatang dapat Karya Tulis
Ilmiah ini dengan lebih baik lagi.
Wassalamu ‘Alaikum Wr.Wb.
Blora, 10 Januari 2017
Penulis

Sasmita Indriyani

DAFTAR ISI

1
COVER
SURAT PENENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 2
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian. 3

BAB II. TINJAUAN TEORI

A. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Reproduksi 5


B. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Pencernaan 6
C. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Perkemihan
7
D. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Muskuluskeletal 12

BAB III. PEMBAHASAN

A. Masalah Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Reproduksi 13


B. Masalah Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Pencernaan 13
C. Masalah Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Perkemihan 13
D. Masalah Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Muskuluskeletal 13

BAB IV. PENUTP

A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009)
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh
maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja
perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara
dini.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak,
2009)
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas
ini dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, rumusan


masalah yang hendak di kaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi ?
2. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan ?
3. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem perkemihan ?
4. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem muskuluskeletal ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan karya tulis ilmiah sebagai berikut:

3
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
perkemihan
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
muskuluskeletal

D. Kegunaan/Manfaat Penelitian

1. Diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan


dibidang kebidanan.
2. Untuk menambah khasanah keilmuan dan wawasan bagi penulis khususnya,
serta Poltekkes Blora pada umumnya.
3. Berguna bagi Bidan sebagai acuan pertimbangan dalam usahanya untuk
menerapkan keilmuan terkait dengan kebidanan.

BAB II

4
TINJAUAN TEORI

A. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem reproduksi


a. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai
berikut:
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin
(hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin
pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.
Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu
yang cukup lama (Saleha, 2009).

b. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi


posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan
simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan
kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus
melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan
situs plasenta, sebagaimana di perlihatkan dalam pengurangan dalam ukuran
dan berat serta warna dan banyaknya lokia. Banyaknya lokia dan kecepatan
involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin

5
dan lainya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat
proses bila ibu menyusui bayinya.
Desidua tertinggal di dalam uterus. Uterus pemisahan dan
pengeluaran plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona spongiosa,
basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan
berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang
lambat laun akan manual neorco, suatu lapisan superfisial yang akan
dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan di keluarkan melalui lapisan
dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah miometrium.
Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium basilar
di dalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya
endometrium pada situs plasenta skan memakan waktu kira-kira 6 minggu.
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs
menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs plasenta,
selanjutnya menuju sisa kelenjar endometriummasilar di dalam desidua
basalis. Penumbuhan endometrium ini pada hakikatnya akan merusak
pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang menyebabkannya
mengendap dan di buang bersama dangan caira lokianya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa
sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah
kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah
melahiran beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu
kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi
100 gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah
postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta di lahirkan. Setiap kali bila di timbulkan, fundus uteri berada di atas
umbilikus, maka hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah pengisian
uterus oleh darah atau pembekuan darah saat awal jam postpartum atau
pergeseran letak uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat
setelah kelahiran.
Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi jumlah
otot sel. Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang ukurannya secara
drastis saat sel-sel tersebut membebaskan dirinya dari bahan-bahan seluler

6
yang berlebihan. Bagaimana proses ini dapat terjadi belum di ketahui
sampai sekarang.
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak
di perlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak
mempunyai permukaan yang luas dan besar yang memerlukan banyak
pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian akan menjadi
lenyap dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin. Mereka
dianggap telah di gantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang
lebih kecil.

c. InvolusiUterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus


kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus
(Ambarwati, 2010). Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
Atrofijaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu
untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat


dilihat di bawah ini:

7
Involusi Tinggi Fundus Berat Fundus
Bayi lahir Sepusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
7 hari ( 1 mgg ) Pertengahan pusat – symphisis 500 gr
14 hari ( 2 mgg ) Tak teraba diatas symphibis 350 gr
42 hari ( 6 mgg ) Bertambah kecil 50 gr
56 hari ( 8 mgg ) Normal 30 gr

Rustam Mochtar, 1998 : 115

d. Lochea

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs


plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia. Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium (Varney, 2007; 960).

Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
Lochea Hari Warna Ciri – ciri
Rubra 1-2 hari Merah kehitaman
Sanguinolenta 3-7 hari Merah kuning Berisi darah+ lendir
Serosa 7-14 hari Kuning Cairan tidak berdarah lagi
Alba 2 mgg – selesai putih Cairan putih

e. Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae


kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan. Rugae
akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4. Esterogen setelah
melahirkan sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan
pembentukan rugae kembali (Maryunani, 2009; 14).

f. Perineum

8
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ
ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-
3 minggu (tergantung elastic tidak atau seberapa sering melahirkan) ,
walaupun tetap lebih kendur di banding sebelum melahirkan.

B. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-
otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:

a. Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan


untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4
hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari.

b. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.

c. Pengosongan Usus

9
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,
dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup;
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.

C. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid
menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal
yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain :
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
etensi urin.
2. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan
miksi tidak tertahankan

D. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Muskuluskeletal

10
Adaptasi sistem muscoluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal
hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.

1. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena di regang begitu


lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
Hari pertama abdomen menonjol masih seperti mengandung, 2
minggu menjadi rilek, 6 minggu kembali seperti sebelum hamil.
Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot otot rectus
abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri
dari peritoneum, vascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau
bediri atau mengejan.
Bila kekuatan otot dinding perut tidak di capai kembali maka tidak
ada kekuatan otot yang menyokong kehamilan berikutnya.
Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini,
secara alami dengan menurunya progesterone.

2. Kulit abdomen

Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar


dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang di
namakan strie. Melalui latihan postnatal,otot otot dari dinding abdomen
seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.

3. Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat mengilang sempurna melainkan


membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis
sehingga terjadi pemisahan muskulus rectus abdominalis tersebut dapat di lihat
dari pengkajian keadaan umum,aktivitas,paritas, jarak kehamilan yang dapat
menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.

4. Perubahan ligamen

11
Ligamen-ligamen dan difragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum retundum menjadi kendor
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.

5. Simpisis pubis

Meskipun relatif jarang , tetapi simpisis pubis yang terpisah ini


merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab
ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan
signifikan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur
atau saat saat bejalan.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS


Masa nifas adalah masa 2 jam setelah placenta lahir sampai dengan 6
minggu. Jadi perubahan psikologi masa nifas adalah proses perubahan secara
psikologi atau jiwa seorang ibu setelah melahirkan. Akan tetapi, proses
adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita
dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
Fungsi menjadi orang tua
Respon dan dukungan dari keluarga
Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Fase letting go

Fase Taking In

12
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan
ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu
merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi
fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersi
b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani
saat ibu merasa kesepian
d. Psikososial.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. D masa nifas yang dialami normal, dilihat dari keluarnya
lochea ibu normal tidak terjadi perdarahan sesuai dengan teori pembagian lochea
yaitu :

a. Lokhea Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel
– sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lokhea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3
– 7 pasca persalinan.
c. Lokhea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 8 – 14
pasca persalinan.
d. Lokhea Alba : berwarna cairan putih setelah 2 minggu.

Perubahan psikologi Ny. D dapat dikategorika Fase Taking Hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan
ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

Pada perubahan payudara Ny. D pada masa nifas ini yaitu produksi ASI, ibu
masih sedikit khawatir karena asi nya keluar sedikit tetapi dengan bantuan bidan
yang memberikan konseling tentang ASI Eklslusif ibu sedikit tenang karena seiring
berjalannya waktu dan seringnya bayi menyusu akan membuat ASI lebih banyak
diproduks dan Ny.D bersedia melakukan AS Ekslusif pada bayinya. Kekhawatiran
tersebut normal dikhawatirkan dikarenakan ibu masih dalam fase psikologi fase
taking in.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Adapun
perubahan yang terjadi pada: payudara, Uterus, Vagina, Parineum, Sistem
pencernaan, sistem perkemihan, dan sitem muskuluskeletal
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan
tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.

B. Saran

1. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan


keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam
masa nifas ini dengan baik.
2. Dan semoga makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya agar makalah ini
selalu dapat digunakan. Bagi mahasiswa dapat membaca makalah ini sebagai
referensi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dan juga sebagai referensi
terhadap perubahan organ reproduksi selama masa nifas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-
80)
Anggrani, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama : Yogyakarta
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Fitria, Dina. 2012, 16 Desember. Perubahan Organ Reproduksi Selama Masa Nifas
Di Unduh pada tanggal 10 Januari 2017.
http://difiramidwife.blogspot.com/2012/12/perubahan-organ-reproduksi-selama-
masa.html

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm:
53-57).

Sinta, Janing. 2013, 23 Juli. Perubahan fisiologis masa nifas. Di unduh : 01-08-14.

http://bidanshare.wordpress.com/2013/07/23/perubahan-fisiologis-masa-nifas

16

Anda mungkin juga menyukai