Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

Nangka
Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman tropis yang
tumbuh di Indonesia.

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus
Jika dirawat dengan baik dan tidak ada musim kemarau yang panjang,
tanaman nangka dapat berbuah sepanjang tahun. Pemanfaatan nangka kebanyakan
masih terbatas dan hanya memakan daging buah segar. Olahan dari nangka biasanya
sebatas manisan dan dibuat sayur. Nangka yang masih muda dibuat menjadi berbagai
macam sayur contohnya lodeh. Sedangkan nangka matang biasanya dibuat menjadi
beberapa olahan seperti sirup, dodol, keripik nangka, manisan buah dan pudding. Dari
pemanfaatan buah nangka terserbut, biji nangka yang melimpah tidak banyak
digunakan atau dibuang tanpa pengolahan lebih lanjut. Selain rasanya yang enak,
nangka kaya akan manfaat salah satunya yaitu dapat menurunkan tekanan darah.
Buah nangka mengandung kalium. kalium tersebut berperan penting dalam menjaga
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit sehingga bermanfaat positif terhadap
pengaturan tekanan darah, yang pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan
jantung dan stroke.
Biji Nangka
Biji nangka merupakan sisa dari buah nangka yang tidak terpakai. banyak
yang menganggap bahwa hanya buah nangka yang dapat diolah menjadi makanan,
padahal biji buah nangka juga bisa dimanfaatkan menjadi beberapa olahan, contohnya
tepung dari biji nangka. Kandungan pati biji nangka sebesar 77,6% (db). Dengan
demikian, biji nangka bisa diolah menjadi bahan yang lebih bermanfaat dengan nilai
ekonomis yang lebih tinggi, misalnya melalui proses pembuatan pati. Karbohidrat,
protein dan energi yang terkandung dalam biji nangka tidak kalah dengan buahnya.
Begitu pula dengan kandungan mineral, seperti kalsium dan fosfor. Karbohidrat
adalah cadangan makanan utama sebagian besar biji-bijian. Bentuk paling umum dari
karbohidrat yang disimpan adalah pati. Biji nangka sangat mengandung banyak pati.
Biji nangka memiliki banyak kandungan yang bermanfaat, antara lain mineral dan
vitamin. Kandungan vitamin A, vitamin C, dan vitamin B1. Dibandingkan dengan
sumber karbohidrat lainnya, biji nangka memiliki kandungan vitamin B1 paling
tinggi. Dibandingkan dengan jenis tanaman lain penghasil karbohidrat, biji nangka
memiliki kandungan nutrisi lebih unggul, seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, zat besi, fosfor, dan kadar air.Dalam industri makanan, pati dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan roti, kembang gula, kaleng buah dan jus, sirup
glukosa, gula cair, dekstrin dan alkohol. Kemajuan teknologi pangan mendorong
masyarakat untuk memanfaatkan biji nangka dengan sebaik-baiknya dengan
membuat menjadi tepung biji nangka. Karena tepung biji nangka mengandung zat
gizi yang potensial, diharapkan penggunaannya dalam pembuatan makanan olahan
dapat membantu meningkatkan konsumsi zat gizi yang lebih beragam di masyarakat
luas dan mengurangi ketergantungan pada tepung terigu.
Osteoprosis
Osteoporosis atau tulang keropos merupakan salah satu penyakit yang paling
sering terjadi di Indonesia. Osteoporosis sering disebut sebagai "silent thief " yang
mencuri massa tulang. Ketika kepadatan tulang turun lebih dari 30%, gejala "silent
disease " juga akan muncul, biasanya berupa patah tulang. Jumlah ahli penyakit
tulang terbatas, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tulang
menjadi kendala yang sulit diatasi.Terdapat 2 jenis Osteoporosis, yaitu osteoporosis
primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 yaitu
Osteoporosis tipe 1 (wanita pasca menopause) dan osteoporosis tipe 2 (osteoporosis
senilis) yang dapat terjadi pada pria maupun wanita diatas 75 tahun. Osteoporosis
tipe 1 ini erat kaitannya dengan hormon estrogen dan biasa terjadi pada usia 51 -75
tahun. Osteoporosis tipe 2 banyak terjadi pada pria maupun wanita di atas 70 tahun.
Penurunan kadar estrogen akan mempengaruhi penyerapan kalsium oleh usus
reabsorpsi kalsium oleh ginjal yang keduanya akan menurun. Hal ini menyebabkan
rendahnya kadar kalsium dalam darah, atau yang kita sebut hipokalsemia.
Hipokalsemia akan merangsang pelepasan hormon paratiroid, yang dapat
meningkatkan penyerapan tulang, sehingga meningkatkan kandungan kalsium dalam
darah. Seiring waktu, proses ini dapat menyebabkan osteoporosis pada wanita
pascamenopause.Beberapa faktor yang menyebabkan antara lain adalah usia, jenis
kelamin, aktivitas fisik, berat badan, faktor penyakit lain, riwayat keluarga, kebiasaan
merokok, kebiasaan mengonsumsi alkohol, kebiasaan mengonsumsi kafein, asupan
makanan dan penggunaan obat-obatan.
Pancake
Pancake adalah kue berbentuk bulat, tipis, dan pipih yang terbuat dari tepung
terigu, telur, gula, susu dan air hingga membentuk adonan kental yang dimasak di
atas wajan panas. Pancake adalah kue jajanan yang menggunakan pengembang
seperti baking powder, dan ada juga yang menggunakan ragi.
Pancake dengan standar kualitas yang baik adalah pancake dengan daya
kembang yang sempurna. Adonan harus dibuat segar setiap hari untuk menjaga
kualitasnya. Saus atau selai yang terbuat dari buah-buahan bisa menjadi sumber
antioksidan bagi tubuh. Selain sebagai camilan yang enak, pancake juga sangat
rendah kalori, jika menggunakan mentega setengah porsi dan susu kedelai digunakan
sebagai pengganti susu, serat dalam tepung terigu akan menjadi nilai tambah produk
pancake.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, D. D., Amanto, B. S., & Muhammad, D. R. A. (2012). Pengaruh
perlakuan pendahuluan dan suhu pengeringan terhadap sifat fisik, kimia, dan sensori
tepung biji nangka (Artocarpus heterophyllus). Jurnal Teknosains Pangan, 1(1).
Putri, S. (2010). Substitusi Tepung Biji Nangka Pada Pembuatan Kue Bolu Kukus
Ditinjau dari Kadar Kalsium, Tingkat Pengembangan dan Daya Terima (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Rizal, S., Surmarlan, S. H., & Yulianingsih, R. (2013). Pengaruh konsentrasi natrium
bisulfit dan suhu pengeringan terhadap sifat fisik-kimia tepung biji nangka
(Artocarpus heterophyllus). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 1(2), 1-10.
Amalia, R. (2011). Kajian Karakteristik Fisiko Kimia dan Organoleptik Snack Bars
dengan Bahan Dasar Tepung Tempe dan Buah Nangka Kering sebagai Alternatif
Pangan Cfgf (Casein Free Gluten Free).
Nusa, M. I., Fuadi, M., & Fatimah, S. (2015). Studi pengolahan biji buah nangka
dalam pembuatan minuman instan. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 19(1).
Azizah, N., Pramono, Y. B., & Abduh, S. B. M. (2013). Sifat fisik, organoleptik, dan
kesukaan yogurt drink dengan penambahan ekstrak buah nangka. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan, 2(3).
Sari, M., & Realize, R. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Osteoporosis
pada Lansia Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Jurnal Ilmiah
Informatika, 7(01), 24-30.
Ramadani, M. (2010). Faktor-faktor resiko osteoporosis dan upaya pencegahannya.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 4(2), 111-115.
Suarni, L. (2017). Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit osteoporosis pada
lansia di upt pelayanan sosial lanjut usia di wilayah Binjai tahun 2017. Jurnal Riset
Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 2(1), 60-65.

Anda mungkin juga menyukai