Kel 2 Zakat Produktif PDF
Kel 2 Zakat Produktif PDF
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh Kontemporer
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Cholidi,M.A
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering dihadapi oleh negaranegara berkembang adalah masalah
ekonomi, termasuk negara Indonesia saat ini. Permasalahan ekonomi sering kali berdampak
negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat seperti, kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan, sampai pada masing-
masing individu (Sanihah, 2014:2). Pemerintah sebetulnya memiliki program-program yang
telah digulirkan dalam rangka menanggulangi bencana ini. Dan salah satu yang menjadi
alternatif program pemerintah sebagai sumber dana untuk mengatasi kemiskinan adalah
dengan penyaluran zakat. Zakat sangatlah mungkin menjadi alternatif program pemerintah
sebagai sumber dana untuk mengatasi kemiskinan. Pembentukan modal tidak semata-mata
dari pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam, akan tetapi berasal dari sumbangan
wajib orang kaya. Zakat juga berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan penyediaan sarana dan prasarana produksi. Zakat merupakan salah satu pilar
(rukun) dari lima pilar yang membentuk Islam. Zakat adalah ibadah maaliah ijtima’iyyah
yang memiliki posisi yang strategis dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat
(Huda, 2015: 5). Sehingga zakat tidak hanya berfungsi sebagai ibadah yang bersifat vertikal
kepada Allah, namun zakat juga berfungsi sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal.
Zakat memiliki manfaat yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran
Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Kewajiban membayar zakat,
secara sosiologis merupakan manifestasi dari solidaritas sosial. Rasa kemanusiaan yang adil
dan bertanggung jawab, kepedulian untuk selalu merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain yang sedang mengalami kesusahan hidup.
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya bergama Islam sebenarnya memiliki
potensi yang strategis dan sangat layak untuk dikembangkan dalam menggerakkan
perekonomian negara. Selain itu, konsep zakat yang ditawarkan Islam menjanjikan dimensi
kemaslahatan dan pengelolaan potensi sumber daya ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Pendekatan transformatif dalam pengembangan ekonomi Islam melalui gerakan zakat
sebagai gerakan ekonomi yang berlandaskan syari’ah Islam, merupakan aktualisasi
operasional ekonomi Islam dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Zakat merupakan
wujud pilar perekonomian Islam dalam menjalankan fungsinya untuk mengelola dan
menyalurkan dana umat kepada orang-orang yang berhak. Hal yang sering dipertimbangkan
di tengah masyarakat kita adalah kepada siapa zakat harus diberikan. Lebih utama disalurkan
langsung oleh muzakki kepada mustahiq, atau sebaliknya melalui amil zakat. Jika disalurkan
kepada mustahiq, memang ada perasaan tenang karena menyaksikan secara langsung
zakatnnya tersebut telah disalurkan kepada mereka yang dianggap berhak menerimanya.
Tapi terkadang penyaluran langsung yang dilakukan oleh muzakki tidak mengenai sasaran
yang tepat. Terkadang orang sudah merasa menyalurkan zakat kepada mustahiq, padahal
ternyata yang menerimanya bukan mustahiq yang sesungguhnya, seperti hanya karena
kedekatan emosi maka ia memberikan zakat kepadanya. Oleh karena itu, untuk menyalurkan
zakat dari muzakki untuk mustahiq diperlukan lembaga penyaluran zakat yang mempunyai
tugas khusus menjadi amil zakat yakni mengalokasikan, mendayagunakan, mengatur
masalah zakat, baik pengambilan maupun pendistribusiannya (Sanihah, 2014: 3).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Zakat Produktif ?
2. Bagaimana Pendistribusian Zakat Produktif?
3. Apa Instrumen-Instrumen Zakat Produktif ?
4. Bagaimana Penerapan Zakat Produktif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja Konsep Zakat Produktif
2. Untuk mengetahui Pendistribusian Zakat Produktif
3. Untuk mengetahui Instrumen-Instrumen Zakat Produktif
4. Untuk mengetahui Penerapan Zakat Produktif
2
BAB II
PEMBAHASAN
• Pengertian Zakat
Secara etimologi, berasal dari kata dasar ﻴﺰﻜﻮ- ﺰﻜﻰyang berarti berkah, tumbuh, bersih
dan baik. Misalnya, dalam kalimat ﺰﻛﺖ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓyang artinya pohon itu tumbuh dan
berkembang, dan ﺰﻛﺍﺮﺠﻞyang artinya seorang itu baik. Harta yang dikeluarkan untuk zakat
dinamakan zakat karena harta tersebut mensucikan diri orang yang berzakat (muzakki) dari
kotoran kikir dan dosa, menyuburkan harta yang tersisa, memperbanyak pahala bagi yang
mengeluarkan, serta menyuburkan dan mensucikan masyarakat secara keseluruhan
Zakat menurut Syariat ada dua makna yang terkadung dalam zakat, pertama, sebab
dikeluarkannya zakat itu karena adanya proses tumbuh kembang pada harta itu sendiri atau
tumbuh kembang pada aspek pahala yang menjadi semakin banyak dan subur disebabkan
mengeluarkan zakat. Atau keterkaitan adanya zakat itu semata-mata karena memiliki Zakat
Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi 1. Kedua, pensucian karena zakat adalah pensucian
atas kerusakan, kebakhilan jiwa, dan kotoran-kotoran lainnya, sekaligus pensucian jiwa
manusia dari dosa-dosanya.
Menurut UU No. 23 tahun 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat merupakan salah satu pilar (rukun)
dari lima pilar yang membentuk Islam. Zakat adalah ibadah maaliah ijtima’iyyah yang
memiliki posisi yang strategis dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat. Zakat
tidak hanya berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah
(hablumminallah), namun zakat juga berfungsi sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal
(hablumminannas).
3
Dalam ranah perekonomian modern pun keberadaan zakat di Indonesia menuntut adanya
regulasi yang menaunginya undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat pada bab 1 pasal 4 disebutkan bahwa:
Zakat mal atau harta adalah Zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan harta apabila harta
tersebut sudah mencapai syarat-syarat wajib zakat adapun zakat fitrah atau zakat nafs terlebih
sering kita kenal dengan nama zakat fitrah merupakan zakat untuk menyucikan diri dimana
dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak pada bulan Ramadan sebelum tanggal satu
Syawal hari raya idul Fitri zakat ini dapat berbentuk bahan pangan atau makanan pokok
sesuai daerah yang ditempati maupun berupa uang yang nilainya sebanding atau sama dengan
harta bahan pangan pokok tersebut. Zakat mal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1
meliputi:2
3. Perniagaan
4. Pertanian
5. Peternakan
• Syarat-syarat zakat3
1 . Milik
Kepemilikan penuh adalah kekayaan itu harus berada di bawah kontrol dan di dalam
kekuasaannya atau seperti yang dinyatakan sebagai ahli fiqih bahwa kekayaan itu harus
4
berada di tangannya tidak tersangkut dalam hak orang lain dapat dipergunakan dan
faedahnya dapat dinikmati.
2. Nisab
Islam tidak mewajibkan zakat atas beberapa saja besar kekayaan yang berkembang
sekalipun kecil sekali tetap memberi kekuatan sendiri yaitu sejumlah tertentu yang di dalam
ilmu fiqih tersebut nisab.
3. Berkembang
Ketentuan tentang kekayaan yang wajib dizakatkan adalah bahwa kekayaan itu
dikembangkan dengan sengaja atau mempunyai potensi untuk berkembang.
4. Lebih dari kebutuhan biasa
Ketika merujuk ulama Hanafi memberikan tafsiran mengenai kebutuhan biasa atau
kebutuhan rutin yaitu suatu yang betul-betul perlu untuk kelestarian hidup seperti belanja4
lebih dari kebutuhan biasa ketika merujuk ulama Hanafi memberikan tafsiran mengenai
kebutuhan biasa atau kebutuhan rutin yaitu suatu yang betul-betul perlu untuk kelestarian
hidup seperti belanja sehari-hari rumah kediaman atau pakaian yang diperlukan untuk
melindungi tubuh dari panas dan dingin atau yang termasuk kebutuhan primer.
5 . Bebas dari hutang
Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus lebih dari
kebutuhan primer harus ada pula cukup senisab yang sudah bebas dari hutang bila pemilik
mempunyai hutang yang menghabiskan atau mengurangi senisab itu zakat tidak wajib.
6.Merdeka
Zakat dikenakan kepada orang-orang yang dapat bertindak bebas menurut kesepakatan
para ulama zakat tidak wajib atas hamba-nya yang tidak mempunyai milik
7. Haul
Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang berada ditangan si pemilik sudah berlalu
masanya 12 bulan qomariyah.
5
• Pengertian Produktif
Kata produktif berasal dari bahasa Inggris "productive" yang berarti banyak
menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang berharga,
yang mempunyai hasil baik "productivity" yang berarti daya produksi4, lebih luas kata
produktif "productive" berarti banyak menghasilkan barang atau karya. Produktif juga
berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil.5
Untuk mencapai produktif, maka perlu adanya pengelolaan. Pengelolaan berasal dari kata
mengelola yang berarti mengendalikan atau menyelenggarakan. Sedangkan tren pengelolaan
berati proses melalukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, atau dapat
juga diartikan proses pemberian pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Zakat Produktif Zakat produktif merupakan model pendistribusian zakat yang dapat
membuat para mustahiq menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang
telah diterima. Zakat produktif adalah harta zakat yang diberikan kepada mustahiq tidak
dihabiskan atau dikonsumsi tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha
mereka, sehingga dengan usaha tersebut mustahiq dapat memenuhi kebutuhan hidup secara
terus menerus (Toriquddin, 2015). Untuk mencapai produktif, maka perlu adanya
pengelolaan. Pengelolaan berasal dari kata mengelola yang berarti mengendalikan atau
menyelenggarakan.
Berdasarkan hal itu dapat dipahami zakat produktif adalah zakat yang dapat membuat
para penerimanya menghasilkan sesuatu itu secara terus menerus dengan harta zakat yang
telah diterimanya zakat produktif merupakan zakat di mana harta atau dana zakat yang
6
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan tetapi untuk dikembangkan dan digunakan
untuk membantu usaha mereka sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara terus menerus dengan kata lain melalui zakat produktif maka akan
menumbuhkembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktivitas mustahik. Untuk
mempunyai tingkat produktif maka perlu adanya pengelolaan menyangkut proses suatu
aktivitas dalam kaitannya dengan zakat proses tersebut meliputi proses dan pengorganisasian
sosialisasi pengumpulan pendistribusian dan pengawasan dalam pelaksanaan zakat sebab itu
diperlukan empat fungsi manajemen seperti Forecasting, perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), dan pengawasan (kontrolling). 6
b. Planning yaitu merumuskan dan merencanakan suatu tindakan tentang apa saja yang
dilaksanakan untuk tercapainya program seperti penentuan orang-orang yang mendapat zakat
produktif menentukan tujuan yang ingin dicapai dan lain-lain.
c. Organizing dan leading yaitu pengumpulkan berbagai elemen yang membawa kesuksesan
program tersebut di dalamnya membuat peraturan yang baku yang harus ditaati.
d. Controlling yaitu pengawasan terhadap jalannya program sehingga jika ada sesuatu yang
tidak beres atau menyimpan dari prosedur segera terdeteksi.
6 ibid
7
manajemen yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan (actuanting), dan pengawasan (controlling).7
Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga
Amil Zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian,
pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja
melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat
7 ibid
8
tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh
pendapatan yang layak dan mandiri.8
2. Dalil Zakat
9
Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya
Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong.” (Qs Al-Hajj: 78)11
يل َلَ تَ ْعبُ ُدو َن إَِلَّ اَّللَ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َساَنً َوِذي الْ ُق ْرَبِ ِ َ َوإِ ْذ أَخ ْذ ََن ِميث
َ اق بَِِن إ ْسَرائ َ َ
َّالزَكاةَ ُُثَّ تَ َولَّْي تُ ْم إَِل
َّ ْالصَلَةَ َوآتُوا
َّ ْيموا ِ ِ ي َوقُولُواْ لِلن ِ ِوالْيَ تَ َامى والْمساك
ُ َّاس ُح ْسناً َوأَق ََ َ َ
ِ ِ ِ
ضو َنُ قَليَلً من ُك ْم َوأَنتُم م ْع ِر
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. Al-baqarh : 83)13
10
َند َرّبِِ ْم َوَل
َ َج ُرُه ْم ِع َّ ْالصَلََة َوآتَ ُوا ِ َّ ْإِ َّن الَّ ِذين آمنواْ وع ِملُوا
ِ اِل
َّ ْات َوأَقَ ُاموا
ْ الزَكا َة ََلُْم أ َ الص َ َ َُ َ
ف َعلَْي ِه ْم َوَلَ ُه ْم ََْيَزنُو َن
ٌ َخ ْو
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-baqarah : 277)14
11
َِّ َول ا
َّلل صلى هللا عليه وسلم ُ ال َر ُس
َ َ ق:الَ َ َع ْن َج ِد ِه ق, َع ْن أَبِ ِيه,ب
ٍ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َعْي
ِ تُؤخ ُذ ص َدقَات اَلْمسلِ ِمي علَى ِمي
ْ َرَواهُ أ. اه ِه ْم
ََحَد َ َ َ ْ ُ ُ َ َْ
Artinya :
Dari Amar Ibnu Syu`aib dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
SAW bersabda: "Zakat kaum muslimin diambil di tempat-tempat sumber air mereka." (HR.
Ahmad)17
Melalui uraian di atas dapat dipahami zakat produktif adalah dana zakat yang
diberikan kepada seseorang atau sekelompok masyarakat untuk digunakan sebagai modal
dalam usahanya dalam al-quran dan al-hadits tidak menyebutkan secara tegas tentang cara
pemberian zakat apakah dengan cara konsumtif atau produktif. Dapat dikatakan tidak adanya
dalil yang mengatur tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada para mustahik sampai-
sampai sebagian besar ulama merujuk pada surat at-taubah ayat 60 kemudian melalui firman
Allah yang lainnya surah attaubah ayat 103.
Dijadikan hukum dalam dalam pendistribusian zakat melalui hal itu maka pemberian
zakat harus terkontrol dan hasilnya bisa bersifat terus-menerus lebih dari itu terdapat pula
hadis nabi Muhammad SAW bersabda: "dari abu Ma'bad Ibn Abbas ridla Allah kepada
keduanya bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda ketika mengurus mu'ad Ra,
ke Yaman. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah maka jika ini telah mereka taati maka beritahulah
kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan bagi mereka salat lima waktu dalam sehari
semalam. Maka jika ini telah mereka taati sampaikanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat
kepada mereka pada harta benda mereka diambil dari orang kaya di antara mereka lalu
dikembalikan kepada yang fakir di antara mereka (HR. Bukhari).
Dalam kajian sejarah ditemukan beberapa indikasi bahwa memang zakat sebaiknya tidak
hanya dikelola secara konstruktif tetapi dapat didayagunakan menjadi produktif adapun
indikator yang kami maksud tersebut adalah:
17 HR. Ahmad
12
1. Rasulullah SAW tidak memberi gaji resmi kepada para pengumpul zakat.
2. Kebijakan abu bakar as Siddiq yang tidak menahan harta negara terlalu lama termasuk
harta zakat yang dikumpulkan.
3. Pada pemerintah gubernur Syria diberlakukannya zakat atas kuda dan budak.
4. Khalifah Umar melakukan zakat atas kebun karet yang ditemukan di semenanjung Yaman
hasil-hasil laut serta madu.
5. Khalifah Usman ibn Affan mendelegasikan kewenangan menaksir harta yang dizakati
kepada para pemiliknya masing-masing.
6. Gubernur kuffah atas izin khalifah Ali bin Abi Tholib memungut zakat atas sayuran segar
yang digunakan sebagai bumbu masakan.
1. Fakir (orang melarat), yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak memiliki harta
dan tidak mempunyai tenaga untuk menutupi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
Orang fakir adalah paling utama untuk mendapat zakat karena kondisi kebutuhan
amat sangat karena tidak memiliki hal-hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Miskin. Orang miskin berbeda dengan orang fakir. Ia tidak melarat, ia mempunyai
penghasilan dan pekerjaan tetap tapi dalam keadaan kekurangan, tidak mencukupi
untuk menutupi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Misalnya, seseorang bekerja
sebagai tukang sampah, tetapi penghasilannya hanya memenuhi setengah dari
kebutuhannya. Orang seperti ini berhak mendapatkan zakat untuk memenuhi
kebutuhannya.
13
3. Amil zakat (panitia zakat). Amil adalah orang yang dipilih oleh pihak berwenang
untuk mengumpulkan dan membagikan zakat kepada golongan yang berhak
menerimanya. Amil zakat adalah mereka ahli dalam mengelola zakat. Mereka harus
memiliki syarat tertentu yaitu muslim, akil dan balig, merdeka, adil (bijaksana),
medengar, melihat, laki-laki dan mengerti tentang hukum agama.
4. Mu’alaf (orang yang baru masuk Islam dan belum mantap imannya). Seorang muallaf
berhak mendapatkan zakat agar mereka yang baru masuk Islam dalam keadaan harta
sedikit dan keimanan lemah harus didekati dengan bantuan zakat.
5. Hamba sahaya, yaitu yang ingin memerdekan dirinya dari majikannya dengan
tebusan uang. Zakat dalam hal ini berfungsi untuk membebaskan seorang muslim
yang ditawan oleh orang orang kafir. Ataupun zakat digunakan juga untuk
membebaskan seorang budak muslim dari majikannya agar merdeka.
6. Gharim (orang yang terlilit utang). Mereka yang memiliki utang meskipun mampu
dapat dibantu dengan zakat.
7. Fii Sabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah tanpa imbalan karena merelakan
dirinya bekerja dan berjuang untuk kepentingan Islam).
8. Musafir yang sedang dalam perjalanan yang bukan bertujuan maksiat di negeri
rantauan, lalu mengalami kesulitan dan kesengsaraan dalam perjalanannya (Shonhaji
2014).
Menurut pendapat yang mu’tabar, seperti yang dikatakan Imam Nawawi, bahkan yang
dimaksud dengan orang yang mempunyai usaha ialah usaha yang sesuai dengan keadaan dan
kehormatannya. Adapun usaha yang tidak layak, maka ia dianggap tidak mempunyai
pekerjaan. Dari seluruh pembahasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa orang sanggup
berusaha yang haram zakat diberikan kepadanya adalah orang yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
14
• Pekerjaan itu sesuai dengan kedudukan dan kehormatannya dalam masyarakat.
• Pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan orang yang
ditanggungnya.19
Pendistribusian zakat dapat berbentuk zakat konsumtif (sembako) atau dalam bentuk
uang tunai. Zakat juga dapat didistribusikan dalam bentuk beasiswa pendidikan, pelatihan
dan pembinaan, program adik asuh, sarana dan prasarana, dan modal usaha produktif. Zakat
yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi
mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif
sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti
mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja,
dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat
mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara menjadikan dana zakat sebagai
modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat
menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut
fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan
usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Dana zakat untuk
kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga Amil Zakat karena LAZ
sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan
pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka
mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar
dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak
dan mandiri.
15
C. Instrumen-Instrumen Zakat Produktif
Aplikasi Mudharabah adalah amil bertindak sebagai pemilik modal (shahibul mal),
sedangkan mustahiq sebagai pengelola (mudharib). Amil menyalurkan beberapa harta zakat
kepada mustahiq untuk digunakan sebagai modal dalam suatu usaha. Jika ada persyaratan
tertentu dalam akad mudharabah, seperti jenis usaha, daerah usaha, obyek usaha, dan
sebagainya maka disebut dengan Mudharabah muqayyadah. Namun jika tidak ada
persyaratan tersebut maka disebut dengan mudharabah Muthlaqah. Sistem ini dikenal dengan
sistem bagi hasil dan bagi rugi (profit and lost sharang). Oleh karena itu, kedua belah pihak
harus memiliki kesepakatan tentang presentase keuntungan usaha, misalany 20% untuk amil
dan 80% untuk mustahiq. Keuntungan tersebut harus dimasukkan dalam kas amil dan dapat
disalurkan kembali kepada mustahiq yang lain. Akan tetapi jika usaha tersebut mengalami
kerugian, maka hal itu ditanggung bersama. Artinya, pihak amil tidak boleh menuntut harta
apapun – termasuk modal – dari mustahiq dan mengalami kerugian dalam usaha.
Dalam sistem ini, pihak ‘amil bertindak sebagai penjual, sedangkan mustahiq bertindak
sebagai pembeli. Pihak amil menjual sebuah produk kepada mustahiq dengan pembayaran
seukuran harga modal ditambah keuntungan yang disanggupi oleh mustahiq berdasarkan
kemampuannya. Misalnya, harga yang disanggupi oleh mustahiq berdasarkan
kemampuannya. Misalnya, harga modal sebuah mesin jahit sebesar Rp. 3.000.000,- dan
mustahiq hanya sanggup memberikan keuntungan sebesar Rp.50.000,- berarti mustahiq
harus membayar sebuah mesin jahit seharga Rp. 3.050.000,- kemudian untuk memudahkan
mustahiq, pembayaran hendaknya dilakukan dengan sistem kredit (angsuran) yang lama
16
waktunya disesuaikan dengan keadaan mustahiq. Misalnya, dari dana yang harus dibayar
tersebut, mustahiq hanya mampu membayar angsuran Rp. 75.000,- per bulan. Berarti
mustahiq dapat menyelesaikan pembayarannya selama 3 tahun 4 bulan. Apabila ‘amil tidak
memiliki aset produk yang dibutuhkan oleh mustahiq pada saat transaksi, maka amil bisa
melakukan sistem murabahah kepada pemesan pembelian (KPP). Hal ini berarti pihak amil
mengadakan barang (produk) semata-mata untuk memenuhi kebutuhan mustahiq yang
memesannya.20
Dalam sistem ini, amil bertindak sebagai pihak yang meminjamkan modal (berpiutang)
dan mustahiq bertindak sebagai pihak peminjam (berhutang). Aplikasinya adalah amil
meminjamkan sejumlah dana kepada mustahiq untuk digunakan sebagai modal usaha dengan
kewajiban mengembalikan pinjaman tersebut tanpa kelebihan apapun dalam jangka waktu
dan kisaran angsuran yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan.
Dalam zakat produktif tidak dibenarkan adanya jaminan dalam bertransaksi karena
harta zakat memang ditujukan untuk membantu orang yang tidak mampu secara ekonomi.
Pada dasarnya, sistem mudharabah atau murabahah juga tidak menggunakan jaminan dalam
beritransaksi. Akan tetapi dalam praktek perbankan, walaupun bank syariah, seseorang yang
ingin mendapatkan modal dengan sistem mudharabah, murabahah atau lainnya harus
menyediakan jaminan dengan alasan keamanan uang nasabah dan agar tidak mengalami
kerugian jika si pengelola modal merugi. Penyediaan jaminan ini juga diwajibkan oleh bank
Indonesia dalam bentuk Undang-Undang. Peraturan yang berlandaskan kemaslahatan ini
20Sofiniyah Ghufron, (Penyunting), Breifcase Book Edukasi Profesional Syariah. Cara Mudah Memahami Akad-Akad
Syariah. (Jakarta: Reinasan, 2005), h. 36
17
memang berdampak positif bagi perbankan. Karena bank tidak perlu bingung jika nasabah
mengalami kerugian dan tidak mampu untuk meneruskan perjanjian kredit.
Zakat produktif dapat menjadi sarana untuk menerapkan produk ekonomi syariah
secara murni. dalam undang-undang RI No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan undang-undang
21
No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pasal 49 huruf I yang dimaksud dengan
“ekonomi syariah” adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip
syariah, antara lain meliputi:
a. Bank Syariah
b. Lembaga keuangan mikro syariah
c. Asuransi syariah
d. Reasuransi syariah
e. Reksa dana syariah
f. Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah
g. Sekuritas syariah
h. Pembiayaan syariah
i. Pegadaian syariah
j. Dana pension lembaga keuangan syariah dan
k. Bisnis Syariah
• Penyaluran Modal
21 Majalah Hukum Varia Peradilan, April 2006. Jakarta: Ikatan Hakim Indonesia IKAHI. Jakarta Pusat
18
zakat dapat mengajukan syarat. Bisakah usaha itu merekrut tenaga kerja yang lai. Bila sudah
berkembang kelak, usaha ini harus tetap bisa memberi kontibusi untuk tetangga-tetangga lain
yang juga miskin. Dengan cara ini, lembaga zakat tengah mendorong agar kegiatan ekonomi
bisa Multipel effect.22
Dalam penyaluran bantuan untuk pengusaha super mikro di akar rumput, lembaga zakat
dapat mengembangkan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS). Sebagai mediator, LKMS
ini punya punya kedudukan yang strategis. Melalui LKMS, lembaga zakat tidak lagi perlu
terjun mengurus langsung pengusaha.
• Pembangunan Industri
Penyaluran dana untuk modal usaha dan investasi, tidak hanya terpaku pada kisaran dana
antara ratusan ribu rupiah hingga beberapa juta rupiah. Saja. Modal dan investasi yang dapat
disalurkan lembaga zakat kini bisa mencapai puluhan dan bahkan jutaan rupiah, sebagian
industri dan kagiatan pemberdayaan ekonomi yang dikembangkan oleh Dompet Dhuafa
Republika. Itu semua merupakan langkah riil pemberdayaan yang ditujukan untuk para
mustahiq. Maka sesungguhnya ada beberpa tujuan dari pengembangan ekonomi, yaitu:
Dengan modal yang diberikan, diharap sektor usaha yang dibantu tetap dapat
mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada. Bahkan diharapkan usaha itu dapat
menambah tenaga kerja yang berasal dari kalangan mustahiq.
b. Peningkatan Usaha
Modal yang diberikan setidaknya dapat mnyelamatkan usaha yang telah berjalan.
Atau denga modal itu usaha dapat dapat dikembangkan lebih besar lagi. Dengan peningkatan
usaha, aktifitas ekonomi dimasyarakat pun bergerak. Ekonomi masyarakat bergerak,
mengindikasikan adany geliat tumbuhnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang baru. Ekonomi
19
hidup, pendapatan masyarakat pun meningkat. Dengan peningkatan ini diharapkan
masyarakat mulai dapat menata hidupnya untuk berangsur-angsur dapat mengatasi persoalan
kemiskinannya.
c. Pelatihan
Secara umum tujuan zakat yakni membersihkan dirinya dan mensucikan hartanya
sehingga pahalanya bertambah dan hartanya diberkahi. Bisa juga dipahami tujuan zakat
adalah untuk mengentaskan kemiskinan. Secara filosofis dapat dikatan bahwa tujuan besar
yang dilaksanakannya zakat yaitu;
a) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat.
20
• Manfaat Zakat Produktif
Zakat merupakan suatu ibadah maliyah yang memiliki manfaat yang sangat besar bagi
muzakki maupun mustahik yang menerimanya, dan zakat yang dilakukan dengan istiqomah,
cara yang benar mendatangkan banyak manfaat diantaranya seperti;
a) sebagai bentuk perwujudan keimanan kepada Allah SWT, selain itu juga merupakan
perwujudan dari rasa syukur kita kepada Allah SWT, memupuk akhlak mulis dengan
menumbuhkan rasa kemanusiaan yang tinggi. menghilangkan sifat rakus, kikir dan matrealis,
membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki, serta memupuk ketenangan hidup,
b) sebagai bentuk ta'awuniyyah terhadap mustahik terutama fakir miskin, untuk membantu
dan membina mereka ke arah kehidupan yang lebih sejahtera sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah dengan tenang serta dapat
terhindar dari kekufuran dan perasaan iri dan dengki terhadap orang orang yang memiliki
kelebihan harta,
c) sebagai pilar amal bersama dan juga sebagai bentuk jaminan sosial bagi para mustahik,
melalui pengelolaan dan pendayagunaan zakat yang optimal, maka kehidupan para mustahik
dapat diperhatikan dengan baik,
d) sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
umat Islam seperti sumber dana untuk pembangunan masjid, madrasah dan lain-lain;
e) sebagai bentuk socialisasi etika bisnis yang benar, bahwa di dalam harta yang kita peroleh
dari kegiatan usaha maupun bisnis didalamnya terkandung bak milik orang lain pula,
Dari situlah dapat dipahami zakat merupakan mengeluarkan sebagian dari nishab
(harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya menjadi milik orang fakir, atau harta
tersebut di serahkan kepada amil zakat.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Zakat Produktif Zakat produktif merupakan model pendistribusian zakat yang dapat
membuat para mustahiq menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta
zakat yang telah diterima. Zakat produktif adalah harta zakat yang diberikan kepada
mustahiq tidak dihabiskan atau dikonsumsi tetapi dikembangkan dan digunakan
untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mustahiq dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.
• Konsepsi zakat sebagai instrumen peningkatan kesejahteraan umat dapat
diimplementasikan dengan penerapan skema pemberian zakat untuk kegiatan
produktif seperti Ketiadaan Jaminan dalam Bertransaksi, Sarana Penerapan Produk
Ekonomi Syariah Secara Murni, Penyaluran Modal, Pembentukan Lembaga
Keuangan, Pembangunan Industri, Penciptaan Lapangan Kerja dan Peningkatan
Usaha serta Pelatihan. Penerapan skema ini dapat dibenarkan menurut syariat Islam
selama kebutuhan dasar bagi para mustahik sudah terpenuhi.
B. Saran
Sebagai negara muslim terbesar, potensi zakat di Indonesia apabila dikelola dengan
baik dan penuh amanah dapat menjadi sumber daya ekonomi untuk usaha-usaha
peningkatan kesejahteraan manuasia. Ini artinya zakat merupakan instrumen bagi
peningkatan kesejahteraan umat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Asnaini. 2008. Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Cet.I; Jakarta: UI Press,
1998
Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Malang Press, cet. I, 2008
Ismail, Zakat Produktif: Sistem Alternatif dalam Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: Tesis –
Pascasarjana UIN Syarif Hidaatullah, 2005