Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT EDARAN
NOMOR SE-22/BC/2020

TENTANG

PEDOMAN PENENTUAN OBJEK AUDIT, PENELITIAN ULANG, DAN ANALISIS TUJUAN


TERTENTU

Yth. : 1. Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai


2. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
3. Para Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai

A. UMUM
Dalam rangka meningkatkan efektivitas penentuan objek audit, penelitian ulang, dan
analisis tujuan tertentu sebagai bagian dari pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 200/PMK.04/2011 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
258/PMK.04/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
200/PMK.04/2011 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai dan Peraturan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-23/BC/2019 tentang Tatalaksana Perencanaan Audit
Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang, dan Analisis Tujuan Tertentu, maka dipandang
perlu untuk memberikan pedoman terkait pelaksanaan penentuan objek audit, penelitian
ulang, dan analisis tujuan tertentu.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Surat Edaran ini mempunyai maksud dan tujuan untuk:
1. Memberikan pedoman untuk keseragaman langkah dalam rangka pelaksanaan
kegiatan penentuan objek audit, penelitian ulang, dan analisis tujuan tertentu oleh
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, dan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai;
2. Mewujudkan tata kelola dan tertib administrasi yang lebih baik;
3. Meningkatkan transparansi penentuan objek audit, penelitian ulang dan analisis tujuan
tertentu berbasis risiko;
4. Meningkatkan kualitas pemilihan objek audit, penelitian ulang dan analisis tujuan
tertentu; dan
5. Mendukung optimalisasi penerimaan Bea Masuk, Bea Keluar, Cukai dan Pajak Dalam
Rangka Impor.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi ketentuan mengenai:
1. Definisi;
2. Proses bisnis penentuan objek audit, penelitian ulang, dan analisis tujuan tertentu; dan
3. Teknik analisis penentuan objek audit, penelitian ulang, dan analisis tujuan tertentu.

D. DASAR
1. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 200/PMK.04/2011 tentang
Audit Kepabeanan dan Audit Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 258/PMK.04/2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011 tentang Audit
Kepabeanan dan Audit Cukai.
2. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-23/BC/2019 tentang
Tatalaksana Perencanaan Audit Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang, dan
Analisis Tujuan Tertentu.

E. POKOK PENGATURAN
1. Definisi
a. Analisis adalah kegiatan penelitian data dan informasi terkait kepabeanan,
cukai, serta data pendukung lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan audit,
penelitian ulang, dan tujuan tertentu.
b. Objek Analisis adalah objek analisis audit, analisis penelitian ulang, dan analisis
tujuan tertentu.
c. Daftar Nominasi Objek Analisis yang selanjutnya disingkat DNOA adalah daftar
objek analisis yang disusun secara periodik yang berisi entitas, dan/atau
komoditas yang akan dilakukan analisis.

2. Penentuan Tema
a. Penentuan tema Objek Analisis dilakukan oleh:
1) Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai melalui Kepala Subdirektorat yang
melaksanakan fungsi perencanaan audit dan penelitian ulang, atau
2) Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama melalui
Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
b. Penentuan tema Objek Analisis dilakukan melalui:
1) Analisis data yang objektif dan terukur serta informasi yang diperoleh dari
analyzing tools berdasarkan manajemen risiko; dan/atau
2) Rekomendasi atau usulan dari unit satuan kerja atau instansi lainnya
dengan terlebih dahulu dilakukan analisis pendahuluan, dengan
mempertimbangkan hal-hal antara lain:
a) Nilai devisa impor/ekspor/nilai cukai;
b) Riwayat pembayaran dapat meliputi Bea Masuk, Bea Keluar, Cukai,
dan Pajak Dalam Rangka Impor;
c) Komoditas dominan;
d) Fasilitas kepabeanan atau cukai; dan
e) Riwayat audit.
c. Analyzing tools sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1), dijelaskan lebih
lanjut dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
d. Dalam hal penentuan tema Objek Analisis dilakukan pada Kantor Wilayah atau
Kantor Pelayanan Utama, selain mempertimbangkan hal-hal sebagaimana
dimaksud pada huruf b., juga mempertimbangkan hal-hal antara lain:
1) Lokasi kantor pusat, cabang, gudang, dan pabrik;
2) NPWP perusahaan; dan
3) Kantor pemasukan atau pengawasan pabean dan cukai.
e. Dalam menetapkan nominasi Objek Analisis, dilakukan rapat pembahasan oleh:
1) Pejabat pada Subdirektorat yang melaksanakan fungsi perencanaan audit
dan penelitian ulang, dan/atau bersama dengan Pejabat Fungsional pada
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai, atau
2) Pejabat yang ditunjuk pada Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama,
dan/atau bersama dengan Pejabat Fungsional pada Kantor Wilayah atau
Kantor Pelayanan Utama.
f. Hasil rapat pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf e., dituangkan
dalam DNOA sesuai contoh format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini, serta berita
acara sesuai contoh format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III yang
ditandatangani oleh Pejabat Bea dan Cukai yang hadir.

3. Penyediaan Data
a. Penyediaan data dilakukan oleh penyedia data dan penyaji data pada Direktorat
Audit Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama.
b. Penyedia Data merupakan Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk
melakukan kegiatan penentuan kebutuhan data, identifikasi sumber data dan
pengumpulan data pada Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai, Kantor
Wilayah, atau Kantor Pelayanan Utama dalam rangka kegiatan analisis audit,
analisis penelitian ulang dan analisis tujuan tertentu.
c. Tugas Penyedia Data yaitu sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan penentuan kebutuhan data, antara lain:
a) Menentukan tema / tujuan data yang akan disediakan untuk analisis;
b) Menjabarkan data apa saja yang dibutuhkan untuk analisis; dan
c) Menyusun model dan kriteria bentuk data yang akan disajikan dalam
rangka analisis,
2) Melakukan kegiatan identifikasi sumber data, antara lain:
a) Mendapatkan informasi terkait ketersediaan data dari sumber data;
b) Melakukan koordinasi dengan unit pengelola sumber data; dan
c) Menentukan jenis dan struktur data yang dibutuhkan,
3) Melakukan kegiatan pengumpulan data, antara lain:
a) Melakukan administrasi terkait data yang sudah diperoleh;
b) Melakukan monitoring terhadap ketersediaan, kelengkapan dan
pemutakhiran (updating) data; dan
c) Melakukan konversi data ke tipe file yang dibutuhkan untuk
dilakukan pengolahan data lebih lanjut.
d. Penyaji Data merupakan Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk melakukan
kegiatan penyajian, pelaporan, evaluasi, dan pengelolaan data pada Direktorat
Audit Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah, atau Kantor Pelayanan Utama
dalam rangka kegiatan analisis audit, analisis penelitian ulang dan analisis
tujuan tertentu.
e. Tugas Penyaji Data yaitu sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan penyajian dan pelaporan data, antara lain:
a) Melakukan proses perekayaan data (data engineering) berupa
verifikasi data, cleansing duplikasi data, klasifikasi data, merging dan
sorting data;
b) Melakukan pengembangan data melalui dashboard; dan
c) Melakukan pengiriman hasil pengolahan data kepada Analis 1,
2) Melakukan kegiatan evaluasi dan pengelolaan data, antara lain:
a) Melakukan pengelolaan data dengan menyimpan data pada hard
drive yang ter-password;
b) Melakukan kegiatan rutin back-up data dalam rangka pengamanan
data;
c) Melakukan kegiatan evaluasi data untuk mengidentifikasi kondisi
data yang error, usang (obsolete); dan
d) Menerima feedback dari Analis terkait kualitas data dan
menyampaikan kepada unit yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan data.
f. Data yang dibutuhkan dalam rangka Analisis, diperoleh dari unit internal atau
eksternal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
g. Jenis data yang dibutuhkan dalam rangka penentuan Objek Analisis antara lain:
1) Data Nomor Induk Berusaha;
2) Data Fasilitas Kepabenan dan Cukai;
3) Referensi Klasifikasi dan Tarif;
4) Riwayat Nilai Pabean;
5) Riwayat Summary dan detil Pemberitahuan Pabean;
6) Riwayat Pemberitahuan Cukai;
7) Riwayat pelanggaran dan Penetapan;
8) Riwayat Summary dan detil data Perpajakan; dan
9) Feedback data dari data eksternal (misal: Bank Indonesia, BPS).
h. Untuk mendukung penentuan Objek Analisis, Kepala Subdirektorat yang
melaksanakan fungsi perencanaan audit dan penelitian ulang atau Pejabat yang
ditunjuk pada Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama, dapat
menugaskan Pejabat Bea dan Cukai melakukan observasi lapangan untuk
mendapatkan data dan informasi tambahan yang dibutuhkan.
i. Observasi lapangan sebagaimana dimaksud pada huruf h., disusun berdasarkan
DNOA dan paling kurang meliputi:
1) Tujuan lokasi observasi lapangan (Direktorat Audit Kepabeanan dan
Cukai, Kantor Wilayah, Kantor Pelayanan Utama, KPPBC atau unit
eksternal lainnya);
2) Pelaksana tugas observasi lapangan;
3) Indikasi pelanggaran; dan
4) Data yang dibutuhkan.
j. Hasil observasi lapangan disampaikan kepada Kepala Subdirektorat yang
melaksanakan fungsi perencanaan audit dan penelitian ulang atau Pejabat yang
ditunjuk pada Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak berakhirnya penugasan.
k. Hasil observasi lapangan sebagaimana dimaksud pada huruf j., digunakan oleh
Penyedia Data sebagai penambah data dan informasi.

4. Analisis
a. Analisis dilakukan oleh Tim Analis pada Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai,
Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama.
b. Tim Analis merupakan Tim yang ditetapkan oleh Direkur Audit Kepabeanan dan
Cukai, Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor Pelayanan Utama untuk
melakukan analisis dalam rangka perencanaan audit, penelitian ulang, dan
analisis tujuan tertentu.
c. Tim Analis terdiri dari beberapa Pejabat Fungsional dengan susunan
keanggotaan sebagai berikut:
1) Penyaji Data, dengan pelaksana tugas yaitu PBC Pelaksana Terampil,
PBC Pelaksana Lanjutan / Mahir, atau PBC Penyelia;
2) Analis 1, dengan pelaksana tugas yaitu PBC Pertama / Ahli Pertama;
3) Analis 2, dengan pelaksana tugas yaitu PBC Muda / Ahli Muda; dan
4) Analis 3, dengan pelaksana tugas yaitu PBC Madya / Ahli Madya.
d. Dalam hal tidak terdapat Pejabat Fungsional, Tim Analis dapat terdiri dari
Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
e. Uraian jabatan Tim Analis sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
f. Dalam hal dibutuhkan, kegiatan Analisis dapat dilaksanakan bersama dengan
unit lain di internal atau eksternal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
g. Kegiatan analisis dilakukan berdasarkan Program Analisis Perencanaan (PAP)
berupa tahapan atau langkah analisis berdasarkan tema tertentu serta peraturan
perundang-undangan mengenai kepabeanan, cukai, dan/atau peraturan
perundang-undangan terkait lainnya, sebagaimana contoh dalam Lampiran V
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
h. Kegiatan analisis sebagaimana dimaksud pada huruf g. dituangkan dalam
formulir sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
i. Analisis dilaksanakan dalam periode tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk analisis objek audit dan analisis tujuan tertentu:
a) Ditetapkan selama 2 (dua) tahun sampai dengan akhir bulan
sebelum tanggal penetapan DNOA; atau
b) Dalam hal diperlukan, dapat disesuaikan dengan ruang lingkup
tujuan analisis.
2) Untuk analisis penelitian ulang, memperhatikan batas waktu berakhirnya
kewenangan Direktur Jenderal dalam melakukan penetapan kembali atas
dokumen.
j. Hasil analisis dituangkan dalam bentuk:
1) Laporan Analisis Objek Audit (LAOA), dalam hal hasil analisis berupa
Objek Audit;
2) Risalah Hasil Analisis (RHA), dalam hal hasil analisis berupa Objek
Penelitian Ulang; atau
3) Laporan Analisis Tujuan Tertentu (LATT), dalam hal hasil analisis berupa
Analisis Tujuan Tertentu.
k. Format hasil analisis sebagaimana dimaksud pada huruf j., sesuai ketentuan
yang mengatur mengenai tatalaksana perencanaan audit, penelitian ulang dan
analisis tujuan tertentu.

5. Quality Assurance
a. Terhadap hasil analisis sebagaimana dimaksud dalam angka 4. huruf j.,
dilakukan Quality Assurance.
b. Quality Assurance dilaksanakan untuk memastikan kesesuaian hasil analisis
dengan kriteria dan parameter.
c. Quality Assurance dilakukan oleh Pejabat Fungsional pada Direktorat Audit
Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah, atau Kantor Pelayanan Utama.
d. Dalam hal tidak terdapat Pejabat Fungsional, Quality Assurance dilakukan oleh
Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk.
e. Hal-hal yang dibahas dalam Quality Assurance, antara lain:
1) Informasi yang tertuang dalam hasil analisis, yaitu profil entitas, profil
komoditas dan data transaksi;
2) Memastikan validitas profil entitas yang meliputi kesesuaian nama dan
alamat perusahaan, fasilitas kepabeanan dan cukai, keaktifan transaksi
impor dan ekspor serta status audit (termasuk dalam periode audit);
3) Kelengkapan kertas kerja objek analisis yang sesuai dengan Program
Analisis Perencanaan (PAP);
4) Hambatan atau kendala dalam pelaksanaan kegiatan analisis;
5) Potensi penerimaan Bea Masuk, Cukai, dan PDRI; dan
6) Kesesuaian simpulan dan rekomendasi dengan usulan tema dan/atau
permasalahan.
f. Hasil dari Quality Assurance dituangkan dalam berita acara sesuai contoh
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

6. Rapat Pembahasan
a. Rapat pembahasan dilakukan oleh:
1) Pejabat pada Subdirektorat yang melaksanakan fungsi perencanaan audit
dan penelitian ulang, dan/atau bersama dengan Pejabat Fungsional pada
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai, atas hasil analisis yang telah
dilakukan Quality Assurance dan usulan dari Kantor Wilayah atau Kantor
Pelayanan Utama; atau
2) Pejabat yang ditunjuk pada Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama,
dan/atau bersama dengan Pejabat Fungsional pada Kantor Wilayah atau
Kantor Pelayanan Utama, atas hasil analisis yang telah dilakukan Quality
Assurance.
b. Rapat pembahasan paling sedikit meliputi pembahasan mengenai:
1) Nota Dinas permintaan Nomor Penugasan Audit (NPA) dari Subdirektorat
yang melaksanakan fungsi pelaksanaan audit;
2) Nota Dinas permintaan NPA, Nomor Penugasan Penelitian Ulang (NPP),
atau Tindak Lanjut atas Analisis Tujuan Tertentu dari Kepala Kantor
Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama;
3) Kesesuaian tema analisis;
4) Potensi penerimaan Bea Masuk, Cukai, dan PDRI;
5) Cost of Collection;
6) Lokasi dan kegiatan kepabeanan dan cukai;
7) Risiko atau probabilitas keberatan dan banding;
8) Batas waktu LAOA yang dapat diterbitkan NPA paling lama 6 bulan; dan
9) Periode audit.
c. Hasil pelaksanaan rapat pembahasan dituangkan dalam berita acara sesuai
contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
d. Berdasarkan hasil rapat pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf c.:
1) Subdirektorat yang melaksanakan fungsi perencanaan audit dan penelitian
ulang, mengajukan permohonan NPA, NPP, atau Tindak Lanjut atas
Analisis Tujuan Tertentu kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai;
2) Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama,
mengirimkan LAOA dan RHA untuk mendapatkan NPA dan NPP kepada
Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai; atau
3) Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama,
mengirimkan Tindak Lanjut atas Analisis Tujuan Tertentu kepada pihak
terkait.

F. PENUTUP
1. Pada saat Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini berlaku, Surat Edaran
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-06/BC/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penentuan Obyek Audit, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Surat Edaran ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di
pada tanggal 23 Desember 2020
Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik


Heru Pambudi

Anda mungkin juga menyukai