Makalah Demokrasi Parlementer
Makalah Demokrasi Parlementer
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno
yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang
berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang
pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga
jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi
parlemeter yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959.
Melihat demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di
Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal
bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan demokrasi kita.
Dalam paper ini terutama akan dijabarkan pelaksanaan pasa masa pasca revolusi
kemerdekaan (1945-1959) atau demokrasi parlementer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer?
2. Bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer?
4. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang politik di Indonesia?
5. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang ekonomi di Indonesia?
6. Bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang
politik di Indonesia
5. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang
ekonomi di Indonesia
6. Untuk mengetahui bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN DAN ISI
A. Pengertian
1. Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari
istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi
sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak
negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-
sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Jadi Demokrasi adalah
bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.
a. Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis
a) Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan
ciri-ciri tambahan:
1) Konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan
kepentingan rakyat diatur dan ditetapkan dalam konstitusi
2) Perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada
beberapa orang
3) Pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota
parlemen
4) Kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam
praktik pelaksanaan demokrasi
b) Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/ pemisahan
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Adanya tanggung jawab dari
pelaksana kegiatan pemerintahan.
3
b. Macam-macam demokrasi
Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state) pada zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu, seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan
pandangannya secara langsung. Dengan demikian, pemerintah dapat
mengetahui – secara langsung pula – aspirasi dan persoalan-persoalan yang
sebenarnya dihadapi masyarakat. Tetapi dalam zaman modern, demokrasi
langsung sulit dilaksanakan karena:
1) Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat sekaligus
dalam membicarakan suatu urusan
2) Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang semakin
rumit dan kompleks
3) Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan keputusan
yang baik
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam
menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk
dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakil mereka
dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan menurut konstitusi
negara masing-masing.
2. Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer (liberal) adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala
pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-
menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi
parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi liberal dikenal pula
sebagai demokrasi parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem pemerintahan
parlementer
B. Pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer
Demokrasi sistem parlementer semula lahir di Inggris pada abad XVIII dan
dipergunakan pula di negara-negara Belanda, Belgia, Prancis, dan Indonesia (pada masa
UUDS 1950) dengan pelaksanaan yang bervariasi, sesuai dengan konstitusi negara
4
masing-masing. Negara-negara Barat banyak menggunakan demokrasi parlementer sesuai
dengan masyarakatnya yang cenderung liberal. Ciri khas demokrasi ini adalah adanya
hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan badan perwakilan rakyat atau legislatif.
Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atas usul suara terbanyak
dalam sidang parlemen.
Mereka wajib menjalankan tugas penyelenggaraan negara sesuai dengan pedoman
atau program kerja yang telah disetujui oleh parlemen. Selama penyelenggaraan negara
oleh eksekutif disetujui dan didukung oleh parlemen, maka kedudukan eksekutif akan
stabil. Penyimpangan oleh seorang menteri pun dapat menyebabkan parlemen mengajukan
mosi tidak percaya yang menggoyahkan kedudukan eksekutif. Demokrasi parlementer
lebih cocok diterapkan di negara-negara yang menganut sistem dwipartai partai mayoritas
akan menjadi partai pendukung pemerintah dan partai minoritas menjadi oposisi.
Dalam demokrasi parlementer, terdapat pembagian kekuasaan (distribution of
powers) antara badan eksekutif dengan badan legislatif dan kerja sama di antara keduanya.
Sedangkan badan yudikatif menjalankan kekuasaan peradilan secara bebas, tanpa campur
tangan dari badan eksekutif maupun legislatif. Demokrasi formal menjunjung tinggi
persamaan dalam bidang politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan rakyat dalam bidang ekonomi.
Dalam sistem demokrasi yang demikian, semua orang dianggap memiliki derajat
dan hak yang sama. Namun karena kesamaan itu, penerapan azas free fight competition
(persaingan bebas) dalam bidang ekonomi menyebabkan kesenjangan antara golongan
kaya dan golongan miskin kian lebar. Kepentingan umum pun diabaikan. Demokrasi
formal/ liberal sering pula disebut demokrasi Barat karena pada umumnya dipraktikkan
oleh negara-negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya demokrasi kapitalis
karena dalam pelaksanaannya kaum kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang
(money politics) yang menguasai opini masyarakat (public opinion).
a) Berikut adalah beberapa ciri dari demokrasi parlementer :
1. Kedudukan DPR lebih kuat atau lebih tinggi daripada pemerintah
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri dibawah pimpinan
Perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
3. Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dipegang Perdana
Menteri.
4. Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen
5
5. Kedudukan kepala negara terpisah dari kepala pemerintahan, biasanya hanya
berfungsi sebagai simbol negara
6. Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR dapat meminta mosi
tidak percaya kepada parlemen untuk membubarkan pemerintah
7. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas
9
4. Negara Jawa Timur
5. Negara Madura
6. Negara Sumatera Timur
7. Negara Sumatera Selatan
b) Wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:
1. Jawa Tengah
2. Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3. Dayak Besar
4. Daerah Banjar
5. Kalimantan Tenggara
6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
7. Bangka
8. Belitung
9. Riau
Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan yang liberalistis atau
pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer. Mukaddimah konstitusi RIS
telah menghapuskan semangat jiwa, maupun isi pembukaan UUD proklamasi.
Sebenarnya dari awal tidak seluruh rakyat setuju terhadap pemberlakuan sistem
pemerintahan parlementer yang menggunakan konstitusi RIS, namun keadaanlah
yang memaksa demikian. Banyak aturan di dalam konstitusi tersebut yang
menyimpang dari isi jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, dasar
pembentukannya juga sangat lemah dan tidak didukung oleh suatu ideologi yang kuat
dan satu tujuan kenegaraan yang jelas Olehkarenatidak mendapatkan dukungan rakyat
terhadap sistem pemerintahan ini, akhirnya dalam waktu singkat RIS mulai goyah.
Sistem federal seperti apapun juga telah dianggap rakyat sebagai alat Belanda untuk
memecah belah bangsa Indonesia agar Belanda dapat berkuasa di Indonesia, sehingga
tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan kembali ke Negara Kesatuan
dengan UUDS 1950.
10
Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur
dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan berdasarkan UUD Sementara
1950.
Menurut UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer. Dalam kabinet parlementar, para menteri bertanggung
jawab kepada parlemen. Oleh karena itu, jatuh bangunyakabinet sangat tergantung pada
parlemen.. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik, terbukti dengan adanya
perpecahan daerah, pertentangan antar partai, bahkan pemberontakan di daerah-daerah
seperti pemberontakan DI/TII di berbagai kota, pemberontakan APRA, pemberontakan
RMS, pemberontakan PPRI dan Permesta yang tidak dapat dielakkan lagi. Masalah
sering terjadinya pergantian kabinet pun tak urung menjadi salah satu penyebab
kekacauan yang ada. Dalam sejarahnya saja sudah tercatat dalam kurun waktu sekitar 9
tahun Indonesia telah berganti kabinet sebanyak 7 kali. Kabinet-kabinet tersebut
diantaranya :
1. Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir
(Masyumi) sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang
dipimpin Masyumi.
a) Program kerja :
1) Menggaitkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3) Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante
4) Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta
membentuk peralatan negara yang kuat dan daulat
5) Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas
anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat
6) Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya
7) Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar
bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat
8) Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha
meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat
b) Hasil
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya
mengenai masalah Irian Barat.
11
c) Kendala yang dihadapi
1) Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan
buntu (kegagalan).
2) Timbul masalah keamanan dalam negeri, yaitu terjadi pemberontakan hampir
di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, dan Gerakan RMS.
d) Berakhirnya kabinet
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan
pemerintah No. 39 tahun 1950 mengenai DPRD yang terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
2. Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)
Setelah Natsir mengembalikan mandatnya kepada presiden, Presiden Soekarno
menunjuk Sartono, ketua PNI, untuk menjadi formatur. Hampir selama satu bulan
Sartono membuat kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi, tetapi gagal. Akhirnya
Sartono mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas selama 23 hari
(28 Maret 1951 – 18 April 1951). Kemudian presiden menunjuk Sukiman
Wirosandjojo dari Masyumi dan menunjuk Djojosukarto sebagai formatur, mereka
berhasil membentuk kabinet koalisi antara Masyumi, PNI, dan sejumlah partai kecil.
a) Program kerja :
1) Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat
kekuasaan negara
2) Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka
pendek untuk mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan
mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan
3) Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan
menyelenggarakan pemilu itu dalam waktu singkat serta mempercepat
terlaksananya otonomi daerah
4) Menyampaikan Undang-Undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja
sama, penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh
5) Menyelenggarakan politik luar negeri bebas aktif
12
6) Memasukkan Irian Barat ke wilayah RI secepatnya
b) Hasil
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Natsir, hanya saja
terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya
program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
c) Kendala yang dihadapi
1) Adanya pertukaran Nota Keuangan antara Menteri Luar Negeri Indonesia
Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran, mengenai
pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika Serikat
kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dalam MSA
ini terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI. Hal ini dikarenakan
RI menjadi diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan
Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia
yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat, bahkan dinilai telah
memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
2) Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi
pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran terhadap barang-barang
mewah.
3) Masalah Irian barat belum juga teratasi.
4) Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang
tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Sulawesi Selatan.
d) Berakhirnya kabinet
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat
Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya.Dipimpin oleh Mr. Wilopo.
a) Program kerja :
1) Mempersiapkan pemilu
2) Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI
13
3) Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
4) Perbaharui bidang pendidikan dan pengajaran
5) Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif
b) Kendala yang dihadapi
1) Masalah Angkatan Darat yang dikenal dengan Peristiwa 17 Oktober 1952.
masalah ini dilatarbelakangi oleh: (1) masalah ekonomi (perkembangan
ekonomi dunia kurang menguntungkan hasil ekspor Indonesia), dan (2)
reorganisasi (profesionalisasi tentara) yang menimbulkan kericuhan di
kalangan militer yang akhirnya menjurus ke arah perpecahan. Peristiwa 17
Oktober 1952 merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai
alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab
dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan
munculnya masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan
kebijakan KSAD A.H. Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang
Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada
menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga
menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik semakin diperparah dengan
adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam
memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan. Keadaan ini menyebabkan
muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya parlemen.
Sementara itu, TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan
menyarankan agar parlemen dibubarkan, tetapi saran tersebut ditolak.
Akhirnya muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan
reorganisasi angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD. Inti peristiwa
ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Soekarno
agar membubarkan kabinet.
2) Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan
di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB, pemerintah
mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-
tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan
pemiliknya selama masa penjajahan Jepang telah digarap oleh para petani di
Sumatera Utara dan dianggap sebagai miliknya. Sehingga pada tanggal 16
Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar
Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para
14
petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi
bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh. Intinya dari peristiwa
Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian
dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera
Timur (Deli).
3) Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak
terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya
besar untuk mengimport beras.
4) Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam
keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat
alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
5) Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga
barang-barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
c) Berakhirnya kabinet
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat
Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Selain itu, peristiwa tersebut dijadikan
sarana oleh kelompok yang antikabinet dan pihak oposisi lainnya untuk mencela
pemerintah sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin oleh Mr. Ali
Sastroamijoyo.
a) Program kerja :
1) Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
2) Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
3) Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
4) Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan
Pemilu.
5) Pembebasan Irian Barat secepatnya.
6) Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
7) Penyelesaian Pertikaian politik
b) Hasil
1) Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955.
2) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
15
c) Kendala yang dihadapi
1) Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat
terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
2) Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menuntut Aceh sebagai Propinsi.
Daud Beurueh (pimpinan PUSA) menilai bahwa tuntutan itu diabaikan dan
menyatakan Aceh sebagian dari NII.
3) Terjadi peristiwa 27 Juni 1955, suatu peristiwa yang menunjukkan adanya
kemelut dalam tubuh TNI-AD. Peristiwa ini adalah masalah TNI-AD yang
merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Setelah peristiwa 17
Oktober, Nasution mengundurkan diri sebagai KSAD dan digantikan oleh
Bambang Sugeng. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan
permohonan berhenti karena tugasnya dirasakan sangat berat dan permohonan
tersebut disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya menteri pertahanan menunjuk
Kolonel Bambang Utoyo, tetapi Angkatan Darat di bawah KSAD Zulkifli
Lubis menolak menolak pemimpin baru tersebut karena proses
pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di
lingkungan TNI-AD. Ketika Bambang Utoyo dilantik pada tanggal 27 Juni
1955, TNI AD memboikot pengangkatan itu karena Bambang Utoyo adalah
KSAD yang tidak pernah berkantor di Markas Besar Angkatan Darat
(MBAD). Tidak ada seorangpun panglima tinggi yang hadir dalam upacara
tersebut meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD pun menolak
melakukan serah terima dengan KSAD baru.
4) Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi
yang menunjukkan gejala membahayakan.
5) Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
6) Munculnya konflik antara PNI dan NU. Hal ini menyebabkkan NU
memutuskan untuk menarik kembali menteri-menterinya pada tanggal 20 Juli
1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
d) Berakhirnya Kabinet
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam
kabinet inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden.
16
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Dalam kabinet ini Burhanudin Harahap berasal dari Masyumi, sedangkan PNI
membentuk partai oposisi.
a) Program kerja :
1) Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan
Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah
2) Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru
3) Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4) Perjuangan pengembalian Irian Barat
5) Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif
b) Hasil
1) Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955
(memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih Konstituante).
Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos
seleksi. Hasil seleksi ini menghasilkan empat partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2) Perjuangan diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran
Uni Indonesia-Belanda.
3) Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan
oleh polisi militer.
4) Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
5) Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel
A.H. Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada tanggal 28 Oktober
1955
c) Kendala yang dihadapi
Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan
ketidaktenangan.
d) Berakhirnya kabinet
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin pun dianggap
selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet
sehingga kabinet pun jatuh. Sehingga dibentuk kabinet baru yang harus
bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula. Tanggal 3 Maret 1956, Kabinet
17
Burhanudin mengembalikan mandatnya kepada presiden. Kabinet ini merupakan
kabinet peralihan dari DPR. Sementara ke DPR hasil Pemilu.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan koalisi antara tiga partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo.
a) Program kerjanya disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun, yaitu :
1) Menyelesaikan pembatalan KMB
2) Pembentukan provinsi Irian Barat
3) Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
4) Perjuangan pengembalian Irian Barat
5) Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota
anggota DPRD.
6) Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
7) Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
8) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.
9) Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan
politik luar negeri bebas aktif
10) Melaksanakan keputusan KAA.
b) Hasil
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari
periode planning and investment, hasilnya adalah pembatalan seluruh perjanjian
KMB.
c) Kendala yang dihadapi
1) Berkobarnya semangat anti-Cina di masyarakat.
2) Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah
pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer, seperti Dewan
Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda
di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan
Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
3) Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap
mengabaikan pembangunan di daerahnya.
4) Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha
18
Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina karena memang
merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat
melindungi pengusaha nasional.
5) Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar
Ali Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah,
sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti
meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
d) Berakhirnya kabinet
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini
jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Demokrasi awal yang diberlakukan di Indonesia adalah demokrasi parlementer
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan parlemen. Demokrasi ini berlaku sejak kurun
waktu 1945-1959 (yakni bermula dari pasca kemerdekaan Indonesia sampai dengan
munculnya dekrit presiden 5 Juli 1959).
Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami pergantian kabinet selama 7 kali.
Hal itu disebabkan karena ketidakmampuan konstituante untuk membentuk undang-
undang serta adanya konflik antar parpol. Selain itu, pada masa demokrasi ini pernah
menerapkan UUD 1945, UU RIS, dan juga UUDS 1950. Mulanya demokrasi ini disetujui
oleh bangsa Indonesia karena merujuk ke demokrasi liberal dimana kebebasan rakyat
lebih diakui, terbukti dengan sistem multipartai dan menjamurnya parpol yang ikut andil
dalam kursi pemilu tahun 1955. Namun, ternyata dalam perjalanannya demokrasi ini tidak
cocok diterapkan di Indonesia karena menimbulkan banyak penyimpangan, pergolakan,
perpecahan, bahkan pemberontakan yang terjadi dimana-mana. Akhirnya muncullah dekrit
presiden dari Soekarno yang menyatakan bahwa Indonesia kembali ke konstitusi UUD
1945 dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem
pemerintahan presidensiil.
B. Saran
Sejarah merupakan acuan yang menjadi pijakan untuk menuju ke masa depan yang lebih
gemilang. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya kita harus berupaya untuk
mengisi kemerdekaan bangsa dengan cara mempertahankannya. Salah satu caranya adalah
dengan mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi Indonesia. Hal ini menjadi penting
manakala dijadikan referensi untuk membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik
melalui hikmah dan pelajaran yang didapatkan dari sejarah itu sendiri.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://onespiritz.wordpress.com/2010/12/11/masa-demokrasi-parlementer-1950-1959/
http://brantar.blogspot.co.id/2014/05/ppt-indonesia-pada-masa-demokrasi.html
https://www.google.com/search?q=Demokrasi+Parlementer+ppt&ie=utf-8&oe=utf-
8#q=Demokrasi+Parlementer++pada+masa+di+indonesia+ppt
https://www.academia.edu/People/Demokrasi_Parlementer
https://www.academia.edu/Documents/in/Sejarah_Pelaksanaan_Demokrasi_Parlementer
https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie=utf-
8&oe=utf-8#q=Demokrasi+parlementer+academia
https://www.academia.edu/8638920/PEMAHAMAN_DAN_PENERAPAN_DEMOKRASI_
DI_INDONESIA
https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie=utf-
8&oe=utf-8
http://karw21anto.wordpress.com/tugas-2/semester-1/penyebab-jatuhnya-7-kabinet-di-
indonesia/
http://amru-milicevic.blogspot.com/2011/10/kabinet-kabinet-yang-memerintah-selama.html
http://www.scribd.com/doc/99701659/Kabinet-Indonesia-Masa-Demokrasi-Liberal
26
MAKALAH IPS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
27
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan judul “ Masa Demokrasi
Parlementer” dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam kami tujukan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah
menuntun umatnya kearah keselamatan hidup serta membawa petunjuk bagi semua umat
muslim.
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak, dukungan yang
telah diberikan pada penulis, dengan terselesaikannya makalah ini. Kami ucapkan terima
kasih kepada:
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kita semua
dalam kegiatan belajar maupun pembelajaran.
Tak ada gading yang tak retak, kami selaku penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah yang kami buat agar dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kami. Amin
Penyusun
28