Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Formulasi Nutrasetikal Sediaan Gummy


Candy Puree Labu Kuning (Curcuma
moschata) dengan Variasi Kadar Gelatin
dan Evaluasi Sediaan

Lia Agustina1*, Welan Irnandini2, Briandini Dwi Astuti3


1
S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
*
lia.agustina@iik.ac.id
Kata Kunci Abstrak
Nutrasetikal, Penggunaan puree labu kuning (Curcuma moschata) sebagai produk
Gummy Candy, nutrasetikal yang mengandung vitamin A dan C masih relatif jarang.
Gelatin Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan gummy candy yang
dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara praktis dan menarik. Gummy
candy dibuat dalam 3 formulasi berdasarkan variasi kadar gelatin sebagai
pengikat dengan kadar 7%, 12% dan 17%. Pembuatan puree labu kuning
dilakukan dengan mengupas kulit dan memotong labu kuning kemudian
dikukus dan diblender. Pengujian sifat fisik gummy candy meliputi uji
organoleptik, uji keseragaman bobot dan uji tingkat kesukaan (uji hedonik)
oleh responden dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan persyaratan
dalam literatur. Puree labu kuning dapat diformulasikan menjadi produk
nutrasetikal yang baik dalam sediaan berupa gummy candy. Formulasi
gummy candy puree labu kuning yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan sifat fisik gummy candy yang baik. Berdasarkan hasil uji
organoleptik, dapat disimpulkan bahwa formula 3 memiliki tekstur terbaik.
Uji keseragaman bobot diperoleh dengan koefisien variasi formula 1, 2, dan
3, yaitu 2,90%, 3,42%, dan 3,01%. Hasil pengujian berdasarkan tingkat
kesukaan, diketahui bahwa formula 3 paling disukai oleh responden.

A. PENDAHULUAN

Istilah "nutraceutical" diciptakan termasuk pencegahan dan/atau


dari "nutrisi" dan "farmasi" pada tahun pengobatan penyakit (Banker, 1986).
1989 oleh Stephen DeFelice, MD, Potensi pasar di bidang
pendiri dan ketua Yayasan untuk nutraceutical cukuplah besar. Dilihat
Inovasi dalam Kedokteran (FIM), dari sisi pertumbuhan pasarpun sangat
Cranford, NJ. Menurut DeFelice, baik, obat-obat nutraceutical cukup
nutraceutical dapat didefinisikan pesat, yaitu lebih dari 20 % per tahun.
sebagai, "makanan (atau bagian dari Nutraceutical dibuat dari bahan
makanan) yang menyediakan organik tanpa tambahan zat kimia yang
tunjangan kesehatan atau kesehatan, berbahaya yang diambil untuk

Pg. 32
Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

memenuhi kebutuhan gizi harian membantu memadatkan tulang


(Kalra, 2003). (Hidayah, 2011).
Candy (permen ataupun kembang Gelatin merupakan sejenis protein
gula) dapat diklasifikasikan ke dalam yang dapat diekstraksi dari tulang
empat jenis, yaitu permen keras (Hard hewan. Gelatin memiliki sifat fisik
Candy), permen lunak (Soft Candy), lebih kenyal dan reversible (bila
permen karet (Chewing Gum), dan dipanaskan akan terbentuk cairan dan
permen nirgula (Non - Sugar Candy). sewaktu didinginkan akan terbentuk
Permen jelly atau Gummy Candies gel lagi), dapat meleleh di mulut dan
termasuk permen lunak yang memiliki kemampuan untuk membentuk gel
tekstur kenyal atau elastik. Permen thermoreversible sifat-sifat seperti itu-
jelly memiliki karakteristik umum lah yang membuat gelatin lebih unggul
chewy yang bervariasi, dari agak dan disukai jika dibandingkan dengan
lembut hingga agak keras (Faridah, agar-agar maupun karagenan.
2008). Penambahan gelatin dalam pembuatan
Gummy Candies atau permen jelly permen jelly sebagai pembentuk gel
merupakan permen yang dibuat dari air yang mengubah cairan menjadi
atau sari buah dan bahan pembentuk padatan yang elastis, pengental,
gel, yang berpenampilan jernih penjernih, dan pengikat air (Malik,
transparan serta mempunyai tekstur 2010). Selanjutnya menurut Koswara
dengan kekenyalan tertentu. Bahan (2009) menyatakan bahwa kumlah
pembentuk gel yang biasa digunakan gelatin yang diperlukan untuk
antara lain gelatin, karagenan dan agar. menghasilkan gel yang memuaskan
Permen jelly tergolong dalam semi berkisar antara 5 – 12 % tergantung
basah, oleh karena itu produk ini cepat dari kekerasan akhir produk yang
rusak bila tidak dikemas secara baik. diinginkan.
Penambahan bahan pengawet Berdasarkan penjelasan diatas,
diperlukan untuk memperpanjang melatarbelakangi peneliti melakukan
waktu simpannya (Malik, 2010). penelitian tentang pembuatan sediaan
Labu kuning atau waluh merupakan gummy candy dari puree labu kuning
bahan pangan yang kaya provitamin A dengan variasi kadar gelatin yang
dan C, serat, mineral, serta karbohidrat. berbeda. Penambahan puree labu
Daging buahnya pun mengandung kuning sebagai bahan dalam
pembuatan gummy candy bertujuan
antioksidan sebagai penangkal
untuk meningkatkan karakteristik
berbagai jenis kanker. Labu kuning
gummy candy terutama kandungan
juga mengandung asam alfa hidroksi provitamin A dan C. Bentuk sediaan ini
yang sangat baik untuk kulit. Tidak relative memiliki banyak keuntungan
hanya itu, kandungan beta karoten dibanding bentuk sediaan lain. Gummy
dalam labu kuning mampu mencegah candies lebih disukai anak-anak karena
penuaan dini dan kanker. Mineral zink mempunyai warna, bau, rasa, bentuk
dalam labu kuning dapat meningkatkan serta tekstur yang menarik.
sistem imun tubuh dan mencegah Pembentukkan tekstur kenyal gummy
osteoporosis karena mineral tersebut candy dipengaruhi gelatin sebagai
pembentuk gel. Oleh karena itu perlu

Pg. 33
Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

dilakukan optimasi jumlah candy yang memenuhi persyaratan


penambahan gelatin yang terbaik kualitas serta disukai oleh konsumen.
sehingga dapat menghasilkan gummy

B. METODE PENELITIAN blender sampai halus kemudian


Alat ditimbang sesuai perlakuan (Damayati,
2007).
Neraca analitik, seperangkat alat gelas,
kompor, panci, thermometer, Pembuatan Gummy Candy
pengaduk kaca, cetakan permen,
cawan porselin, dan loyang. Proses pembuatan Gummy Candies ini
Bahan diawali dengan mencampurkan basis
gummy, yaitu manitol dan sirup jagung,
Puree labu kuning, manitol (Asian kemudian dipanaskan dalam waterbath
Farmasi), corn syrup (Daesang
yang telah diisi aquadest dengan suhu
Corporation), gelatin, Aquadest, gom
80°C.Kemudian ditambahkan minyak
arab (Elnasr for food Industries),
minyak jagung (MOI Foods Malaysia jagung. Penambahan minyak ini harus
SDN), sukrosa (Gulaku), dan essens dalam keadaan panas, yaitu dengan
makanan. suhu 80°C atau lebih untuk
Determinasi mendapatkan hasil akhir tablet yang
kenyal dan mudah dikunyah. Jika
Determinasi dari suatu tanaman penambahan di bawah suhu tersebut
bertujuan untuk mengetahui kebenaran
maka akan didapatkan hasil akhir tablet
identitas tanaman. Tanaman labu
dengan rasa yang tebal dari minyak
kuning (Curcuma moschata) yang
digunakan untuk penelitian ini di seperti berlemak saat dikunyah dan
determinasi di UPT Laboratorium tidak kenyal. Larutkan gom arab di
Herbal Materia Medica Batu. Hasil dalam 0,75 ml aquadest panas pada
determinasi tanaman (Curcuma gelas beaker yang terpisah. Di tempat
moschata) adalah sebagai berikut : 1b- lain aktifkan gelatin dengan cara
2a-27a-28b-29b-30b-31b-1b-4b-5b-6. ditambahkan 7,25 ml aquadest panas.
Pembuatan Puree Labu Kuning Larutkan gom arab di dalam 0,75 ml
aquadest panas pada gelas beaker
Proses pembuatan puree labu kuning
terpisah. Di tempat lain aktifkan
dilakukan dengan cara labu kuning
gelatin dengan cara ditambahkan 7,25
dicuci dengan air bersih dan mengalir
ml aquadest panas.Larutkan gom arab
kemudian dikupas kulitnya, lalu daging
di dalam 0,75 ml aquadest panas pada
buahnya dipotong dengan ukuran ±2
gelas beaker yang terpisah. Di tempat
cm. Potongan daging buah labu kuning
lain aktifkan gelatin dengan cara
dikukus pada suhu ±75℃ selama ±15
ditambahkan 7,25 ml aquadest panas
menit, lalu daging buah labu kuning di
(Firdaus, 2015).

Pg. 34
Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Tabel 1. Formula gummy candy puree labu kuning (Curcuma moschata)


Bahan-bahan Jumlah Bahan (mg)
F1 F2 F3
Puree labu kuning 160 160 160
Manitol 65 65 65
Corn Syrup 195 195 195
Gelatin 63 126 189
Aquadest 130 130 130
Gom arab 10 10 10
Essence qs qs qs
Minyak Jagung 45 45 45
Sukrosa 170 170 170
Keterangan : F1 = Formula konsentrasi gelatin 7%
F2 = Formula konsentrasi gelatin 12%
F3 = Formula konsentrasi gelatin 17%

anak-anak. Formula ketiga memiliki


tingkat kekenyalan yang paling tinggi
C. HASIL PENELITIAN dari kedua formula lainnya dan
Organoleptis merupakan salah memiliki warna semakin keruh
satu faktor yang harus dibanding dengan dua formula lainnya.
dipertimbangkan dalam Adanya perubahan warna pada kadar
pengembangan produk, karena panelis gelatin yang meningkat disebabkan
akan menilai suatu produk pangan baru karena kandungan proteinnya.
pertama dan penampakan secara visual Kandungan asam-asam amino dalam
(Winarno, 2004). Sediaan gummy protein dapat bereaksi dengan gugus
candy yang dihasilkan dievaluasi keton dan aldehid pada gula pereduksi
organoleptisnya yang meliputi bentuk, yang menyebabkan terjadinya reaksi
warna, bau, rasa, dan tekstur. Hasil mailard (Kusnandar, 2011). Tekstur
pengujian organoleptis dari ketiga yang berbeda dari ketiga formula
formula dapat dilihat pada tabel 2. disebabkan karena kandungan
Gumy candy yang dihasilkan dari gelatinnya, semakin tinggi kandungan
ketiga formula sesuai dengan cetakan gelatin, maka tekstur yang dihasilkan
dengan tekstur kenyal dan warna akan semakin keras dan kaku (Rahmi,
kuning. Bentuk sediaan dipilih untuk dkk, 2012).
meningkatkan rasa penerimaan pada

Pg. 35
Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Tabel 2. Uji Organoleptis Gummy Candy


No. Pemeriksaan Hasil
organoleptis F1 F2 F3
1. Bentuk Sesuai cetakan Sesuai cetakan Sesuai cetakan
2. Warna Kuning bening Kuning Kuning tidak
bening
3. Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
4. Rasa Manis Manis Manis
5. Tekstur Kenyal lembek Kenyal Kenyal keras
Gambar 1. Gummy Candy Formula 1, Formula 2, dan Formula 3
F1 F2 F3

Karakteristik organoleptis dari sementara pada konsentrasi tinggi


sediaan yang dihasilkan selanjutnya dapat membentuk sediaan yang keras
dilakukan uji statistik untuk melihat atau kaku (Rahmi, 2012).
adanya pengaruh perbendaan Evaluasi tingkat kesukaan panelis
konsentrasi gelatin pada organoleptis terhadap formula dilakukan dengan
sediaan. Uji Kruskal-wallis memberikan formula kepada 20
menunjukkan bahwa perbedaan kadar
panelis terpilih. Panelis diminta
gelatin tidak mempengaruhi bentuk
dan bau dari ketiga formula, namun tanggapannya dengan mengisi
mempengaruhi warna, tekstur dan rasa kuisioner dan dianalisa menggunakan
dari ketiga formula yang dihasilkan. metode Kruskal-wallis karena bersifat
Gelatin merupakan salah satu non-parametrik (Spiegel M. and L.
bahan yang banyak digunakan dalam Stephens, 2004). Hasil evaluasi
industri makanan dan obat-obatan. kesukaan menunjukkan bahwa formula
Gelatin banyak digunakan sebagai
ketiga dengan kadar gelatin 17%
bahan pembuat permen karena karakter
“melt in mouth” atau meleleh di mulut merupakan formula yang paling
yang mempengaruhi tingkat kesukaan. disukai. Hasil analisa statistik yang
Kadar gelatin yang rendah dilakukan menunjukkan bahwa kadar
menghasilkan formula yang lembek gelatin mempengaruhi warna, rasa dan
dan cepat meleleh saat dikunyah. tekstur sediaan, tetapi tidak
Kadar gelatin yang rendah menjadikan mempengaruhi bentuk dan bau sediaan
gummy candy memiliki tekstur yang
lunak atau tidak membentuk gel,
.

Pg. 36
Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Hasil Tingkat Kesukaan Gummy Candy


Kriteria Formula
Formula 1 Formula 2 Formula 3
Bentuk 2,5 2,55 2,7
Warna 2,3 2,3 2,7
Bau 2,3 2,35 2,45
Rasa 1,9 2,35 2,8
Tekstur 1,2 2 2,95
Keterangan : 1= tidak suka
2= suka
3= sangat suka

Homogenitas bobot dari (Firdaus, 2015). Syarat keseragaman


pembuatan dievaluasi melalui uji bobot menurut Depkes RI (1979)
keseragaman bobot. Bobot yang tidak adalah tidak lebih dari dua sediaan
seragam menandakan jumlah bahan yang menyimpang lebih besar dari
aktif yang tidak seragam yang terdapat kolom A (5%) dan tidak satupun
dari masing-masing sediaan. Pada sediaan yang menyimpang lebih besar
pembuatan gummy candy, dari kolom B (10%). Hasil
ketidakseragaman bobot dapat keseragaman bobot menunjukkan
disebabkan karena alat cetak yang sulit bahwa sediaan memiliki bobot
dikalibrasi, kestabilan panas yang seragam karena tidak ditemukan satu
diberikan pada proses pembuatan, dan sediaanpun yang memiliki bobot
kecepatan penuangan ke dalam cetakan menyimpang lebih dari 5% (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil Uji Keseragaman bobot


Formula Bobot rata- CV Penyimpangan yang diperbolehkan
rata (g)
(%) Kolom syarat A (5%) Kolom syarat B (10%)
1 0,997 2,90 0,997 ± 0,049 0,997 ± 0,099
2 1,108 3,42 1,108 ± 0,055 1,108 ± 0,110
3 1,126 3,01 1,126 ± 0,056 1,126 ± 0,112

candy yang paling disukai adalah pada


konsentrasi 17%.
D. SIMPULAN, SARAN, DAN
REKOMENDASI
Labu kuning (Cucurbita moschata) E. DAFTAR PUSTAKA
dapat menjadi zat aktif dalam sediaan Ayustaningwarno, Fitriyono (2014)
gummy candy. Kadar gelatin dalam Teknologi Pangan; Teori Praktis
sediaan dapat mempengaruhi mutu dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha
fisik sediaan. Konsentrasi gelatin Ilmu
optimal untuk menghasilkan gummy

Pg. 37
Prosiding Seminar Nasional Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Banker, G.S et al (1986) The Theory Penelitian Universitas Jambi Seri


and Practice of Industrial Sains, 14(1):37-44.
Pharmacy. Philadelphia USA: Lea
& Febiger 600 Washington Spiegel, M. R., and L. J. Stephens
Square. (2004) Statistik Edisi ke-3,
Diterjemahkan oleh W. Kastawan
Depkes RI (1979) Farmakope dan I. Harmein. Jakarta: Erlangga
Indonesia Edisi ke-3. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Winarno, F. G. (2004) Kimia Pangan
Indonesia. dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Faridah, A. (2008) Patiseri Jilid 3.
Buku Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Firdaus, Feris et al. (2015) Variasi


Kadar Gelatin Sebagai Bahan
Pengikat Pada Formulasi
Nutraseutikal Sediaan Gummy
Candies Sari Buah Belimbing
Manis (Avverhoa Carambola L)
Teknoin. Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia. 22(2).

Hidayah, Nurul (2011) Sumber Gizi


Pelangi Makanan. Karanganom:
Cempaka Putih

Kalra, Ekta K. (2005) Nutraceutical–


Definition and Introduction. AAPS
PharmSci 2003. 5(3). India:
Maharashtra.

Koswara (2009) Jurnal Teknologi


Pembuatan Permen.
Ebookpangan.com. [Diakses
tanggal 11 November 2018, Pukul
16.00].

Kusnandar, F. (2011) Kimia Pangan,


Komponen Makro. Jakarta: Dian
Rakyat

Rahmi, S.L., Tafzi F dan Anggraini S.


(2012) Pengaruh Penambahan
Gelatin Terhadap Pembuatan
Permen Jelly dari Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa Linn). Jurnal

Pg. 38

Anda mungkin juga menyukai