Anda di halaman 1dari 24

OPTIMASI PENGOLAHAN KEMBANG GULA JELLY

CAMPURAN KULIT DAN DAGING BUAH NAGA SUPER


MERAH (Hylocereus costaricensis) DAN PRAKIRAAN BIAYA
PRODUKSI
Rekna Wahyuni

Abstrak: Tujuan penelitian adalah menentukan jenis dan proporsi bahan


pengenyal pada pembuatan kembang gula jelly, mengetahui persentase kulit buah
naga super merah (Hylocereus costaricensis) yang optimal pada pembuatan
kembang gula jelly kulit buah naga merah untuk meningkatkan kualitas kembang
gula jelly yang dihasilkan dan mengetahui biaya produksi dan kelayakan usaha
pembuatan kembang gula jelly kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis).
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Penelitian tahap I terdiri dari 2 faktor (jenis
dan persentase bahan pengenyal), faktor pertama terdiri dari 2 level (tepung
karaginan dan tepung agar-agar) dan faktor kedua terdiri dari 4 level (2% ; 4% ;
6% ; dan 8% b/b). Analisa dilakukan menggunakan uji Organoleptik hedonic
scale (warna, aroma, rasa dan tekstur) . Penelitian tahap II menggunakan
Rancangan Acak Tunggal, dengan perlakuan persentase menambahkan kulit buah
naga super merah , terdiri dari 6 level (0 % ; 20 % ; 40 % ; 60 % ; 80 % dan 100
%). Data yang didapat dari penelitian tahap I pada masing-masing variabel
dianalisa dengan Uji Friedman. Perlakuan terbaik dianalisa menggunakan metode
indeks efektifitas deGarmo et al., (1984) yang dimodifikasi oleh Susrini (2003).
Penelitian tahap II dianalisa dengan uji F dan jika terdapat perbedaan dianalisa
dengan Uji BNT 5%. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan Indeks
Efektifitas. Selanjutnya perlakuan terbaik yang didapatkan dari uji Indeks
Efektifitas diuji Analisa biaya produksi dan kelayakan usaha dengan
menggunakan Analisa Finansial. Hasil penelitian didapatkan kombinasi perlakuan
persentase kulit 100 % (tanpa penambahan daging buah) dan bahan pengenyal
berupa tepung karaginan 6% b/b merupakan kombinasi yang paling baik dan
memenuhi syarat mutu kembang gula yang ditetapkan dalam SNI 3547.2-2008,
dengan karakteristik sebagai berikut: rerata kadar air 20.602% ; kadar abu 1.267%
; gula reduksi 20.700% ; serat kasar 1.428% ; antioksidan (DPPH) 6.493% serta
rerata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa 3.900 ; warna 4.667 ; aroma 3.533
dan tekstur 4.100. Berdasarkan analisa prakiraan biaya produksi dan finansial
didapatkan pengolahan kembang gula kulit buah naga super merah layak
diproduksi dengan lokasi di wilayah Kabupaten Malang. Perhitungan BEP
dicapai pada volume penjualan 2.131 Kg atau senilai Rp. 83,918,794,00. Nilai
payback period dicapai pada 1 tahun 3 bulan 3 hari. Nilai Net Present Value
(NPV) sebesar Rp. 52.868.819,00. Nilai Profitability Index (PI) sebesar 1.575.
Kata kunci: kulit buah naga super merah, kembang gula jelly, karaginan, serat, antioksidan

1
Kembang gula atau permen sekali tidak memiliki kandungan gizi.
sangat lekat dengan keseharian Padahal kelebihan kalori yang
masyarakat, bukan hanya anak-anak dikonsumsi akan ditumpuk dalam
tetapi juga remaja dan orang dewasa. bentuk cadangan lemak yang
Kembang gula yang beredar di tengah menyebabkan terjadinya kelebihan
masyarakat terdiri dari dua jenis, keras berat badan. Kegemukan berkaitan erat
(hard candy) dan lunak (soft candy). dengan penyakit kencing manis dan
Perbedaan tersebut didasarkan pada gangguan jantung. Jadi sebetulnya
teksturnya. Kembang gula keras kembang gula termasuk golongan junk
adalah kembang gula yang teksturnya food atau “makanan sampah” yang
padat dan dimakan dengan cara miskin akan zat gizi (Anonymous,
menghisap. Kembang gula jenis ini 2008b). Disamping itu flavour serta
larut bersama air liur sementara gelatin yang digunakan dalam
kembang gula lunak ditandai dengan pembuatan kembang gula jelly kerap
teksturnya yang lunak. Jenis kembang diragukan kehalalannya, karena sering
gula ini bukan untuk dihisap digunakan alkohol sebagai pelarut
melainkan dikunyah. flavor, dan gelatin didapatkan dari
Menurut SNI 3547.2-2008 jaringan tubuh binatang yang tidak
kembang gula jelly termasuk dalam halal (Anonymous, 2008a).
kembang gula lunak. Kembang gula Untuk menghilangkan anggapan
lunak dibagi menjadi kembang gula bahwa kembang gula adalah makanan
lunak bukan jelly dan kembang gula yang tidak sehat untuk dikonsumsi
lunak jelly. Kembang gula lunak jelly maka perlu dibuat jenis kembang gula
adalah kembang gula bertekstur lunak , yang mempunyai manfaat bagi
yang diproses dengan penambahan konsumen baik anak-anak, remaja,
komponen hidrokoloid seperti agar, maupun orang dewasa. Bahan yang
gum, pektin, pati, karaginan, gelatin ditambahkan harus mempunyai nilai
dan lain-lain yang digunakan untuk nutrisi yang tinggi.
modifikasi tekstur sehingga Bahan utama yang ditambahkan
menghasilkan produk yang kenyal, dalam penelitian ini adalah karaginan
harus dicetak dan diproses aging dan agar-agar yang berasal dari rumput
terlebih dahulu sebelum dikemas. laut serta buah naga super merah
Proses aging yaitu penyimpanan Hylocereus costaricensis yang kini
produk dalam kondisi dan waktu telah banyak dibudidayakan dan sangat
tertentu untuk mencapai karakter populer serta memiliki peluang besar
produk yang diinginkan. untuk disebarluaskan di Indonesia
Pada dasarnya kandungan kalori (Sutomo, 2007).
dalam satu butir kembang gula cukup Kembang gula jelly yang berasal
rendah, sekitar 20-30 kalori. Selain dari rumput laut mempunyai
kalori, kembang gula sebetulnya sama karakteristik tertentu yaitu kekenyalan,
2
rasa manis yang cukup. Dengan pewarna buatan, sehingga
penambahan flavor dan pewarna seperti keamanannya kurang dapat
buah-buahan akan memiliki aroma dan dipertanggung jawabkan. Penambahan
warna yang menarik. Keunggulan juice buah segar dan pewarna alami
kembang gula jelly rumput laut merupakan alternatif yang sangat baik
(Anonymous, 2009a) adalah: untuk mengatasi permasalahan ini.
 Kaya akan nutrisi bila Salah satu buah yang memenuhi
dibandingkan dengan produk sejenis kriteria ini adalah buah naga jenis super
di pasaran yang mengandung bahan merah (Hylocereus costaricensis)
karena mempunyai rasa yang manis,
kimia.
segar, beraroma dan memiliki warna
yang merah terang tanpa harus diberi
 Bahan/peralatan serta proses
zat pewarna tambahan lain sehingga
pembuatannya cukup sederhana, menghilangkan keraguan akan
sehingga dapat dilakukan dalam berakibat buruk pada kesehatan
skala rumah tangga. (Anonymous, 2007b).
Tanaman buah naga dalam satu
 Memiliki bentuk, aroma serta tahun bisa berbuah tiga kali, dan
warna yang menarik sehingga dapat produksinya bisa terus meningkat,
menarik minat konsumen khususnya asalkan dirawat dengan baik . Tanaman
bagi anak-anak. akan mulai berbuah pada umur 11 - 17
bulan dan dalam sekali tanam usianya
Karaginan dan agar-agar adalah bisa bertahan sampai 30 tahun. Pada
produk olahan dari rumput laut. Bahan tahun pertama, setiap batang pohon
tambahan ini membuat kembang gula bisa menghasilkan 1-2 kg, tahun
jelly menjadi lembut dan kenyal serta kedua, bisa sampai 4 kg, pada tahun ke
mengandung serat yang tinggi tiga bisa mencapai 8 kg, dan seterusnya
(Anonymous, 2008c). Menurut bertambah setiap tahun. Dari lahan
Caturini (2009) pengolahan rumput laut seluas satu hektar bisa ditanami 6.000
menjadi kembang gula jelly aneka rasa pohon (Rahmatillah, 2009).
ini, selain menyehatkan dan murah juga Kota Malang dinilai cocok untuk
menghasilkan keuntungan ekonomi di tanaman buah naga merah karena
pesisir pantai Jawa Timur. berada 400-700 di permukaan laut.
Kembang gula jelly disukai Walaupun memiliki udara yang cukup
karena mempunyai rasa buah-buahan sejuk, namun sinar matahari yang
yang segar dan warna yang cerah, cukup merupakan modal untuk
tetapi selama ini yang banyak pertumbuhan buah naga merah
digunakan oleh produsen adalah berupa (Anonymous, 2009e). Lahan yang
perasa makanan atau flavour dan zat digunakan untuk budidaya buah naga
dapat ditumpang sari dengan tanaman
3
lainnya, yakni padi, semangka dan menurut studi yang dilakukannya
sayur-sayuran (Anonymous, 2009d). terhadap total phenolic konten,
Luas lahan buah naga super aktivitas antioksidan dan kegiatan
merah (Hylocereus costaricensis) di antiproliferative, kulit buah naga merah
Malang menurut Tulus Subagyo dalam adalah lebih kuat inhibitor
Anonymous (2009g) adalah sekitar 10 pertumbuhan sel-sel kanker daripada
hektar tersebar di Malang Raya (kodya dagingnya.
Malang, Kabupaten Malang dan Kota Permasalahan yang timbul adalah
Batu), ditanami sekitar 40.000 batang bagaimana caranya membuat kembang
pohon naga super merah (Hylocereus gula jelly dari kulit buah naga super
costaricensis) dimana setiap batang merah (Hylocereus costaricensis) yang
menghasilkan 2 – 8 kg buah segar. Jadi layak untuk diproduksi serta berapakah
potensi buah naga super merah di kandungan bahan pengenyal dan
Malang Raya sekitar 80 – 320 ton per persentase kulit buah naga super merah
tahun buah segar. Bila 10% saja diolah yang optimal pada pembuatan kembang
menjadi produk makanan atau gula jelly kulit buah naga super merah
minuman maka potensi dari kulitnya sehingga memenuhi syarat mutu
(30 – 35% berat buah) sekitar 2,4 – 9,6 kembang gula yang ditetapkan dalam
ton per tahun. Menurut Ridwan SNI 3547.2-2008.
Rahmatillah (2009) selain di Malang,
buah naga super merah juga METODE PENELITIAN
dikembangkan di Desa Purwodadi Penelitian dilaksanakan pada
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur seluas bulan Maret 2010 sampai bulan Mei
17 hektar sejak tahun 2003 sampai 2010 bertempat di Laboratorium
tahun 2010, Jember, Lumajang, Batam Rekayasa Teknologi Industri Pertanian
dan beberapa kota lain di Indonesia. Universitas Brawijaya Malang dan
Menurut Saati (2009), kulit buah Laboratorium Teknologi Hasil
naga berjumlah 30-35 % dari berat Pertanian Universitas Muhammadiyah
buahnya dan seringkali hanya dibuang Malang.
sebagai sampah saja. Padahal hasil Rancangan penelitian meliputi :
penelitian menunjukkan kulit buah
naga merah (Hylocereus costaricensis) Penelitian Tahap I
mengandung antosianin yang dapat Dengan meneliti pembuatan kembang
merendahkan kadar kolesterol (Kanner gula jelly dengan perlakuan macam dan
et al. 2001). persentase bahan pengenyal. Metode
Menurut Li Chen Wu (2005) penelitian yang digunakan adalah Uji
daging dan kulit buah naga jenis super Friedman dimana terdiri dari 2 faktor,
merah (Hylocereus costaricensis) faktor pertama terdiri dari 2 level dan
sama-sama kaya polyphenol dan faktor kedua terdiri dari 4 level.
sumber antioksidan yang baik . Bahkan
4
 Faktor pertama yaitu : Macam K2 : 20 %
Bahan Pengenyal (B) yang terdiri K3 : 40 %
dari : K4 : 60 %
B1 : Tepung Karaginan K5 : 80 %
B2 : Tepung Agar-agar K6 : 100 %
 Faktor kedua yaitu persentase Masing-masing perlakuan diulang
Bahan Pengenyal (P) yang terdiri sebanyak tiga kali sehingga didapat 18
dari : perlakuan
P1 : 2% b/b
P2 : 4% b/b Analisa Data
P3 : 6% b/b Data yang didapat dari hasil
P4 : 8% b/b pengamatan setelah perlakuan
penelitian tahap I pada masing-masing
 Dari kedua faktor tersebut
variabel dimasukkan dalam tabel untuk
didapat 8 kombinasi perlakuan
dianalisa Uji Friedman. Perlakuan
yaitu:
terbaik dianalisa menggunakan metode
B1P1 : Tepung Karaginan 2% b/b
indeks efektifitas deGarmo et al.,
B1P2 : Tepung Karaginan 4% b/b (1984) yang dimodifikasi oleh Susrini
B1P3 : Tepung Karaginan 6% b/b (2003).
B1P4 : Tepung Karaginan 8% b/b Sedangkan penelitian tahap II
B2P1 : Tepung Agar-agar 2% b/b dianalisa dengan uji F dan jika terdapat
B2P2 : Tepung Agar-agar 4% b/b perbedaan dianalisa dengan Uji BNT
B2P3 : Tepung Agar-agar 6% b/b 5%. Pemilihan perlakuan terbaik
B2P4 : Tepung Agar-agar 8% b/b (penentuan titik optimum)
menggunakan Indeks Efektifitas
Penelitian Tahap II deGarmo et al., (1984) yang
Penelitian tahap kedua dimodifikasi oleh Susrini (2003).
merupakan lanjutan dari hasil Selanjutnya perlakuan terbaik yang
penelitian tahap I, dimana hasil yang didapatkan dari uji Indeks Efektifitas
paling baik pada penelitian tahap diuji Analisa biaya produksi dan
pertama merupakan dasar penelitian kelayakan usaha dengan menggunakan
tahap kedua. Pada penelitian tahap ke II Analisa Finansial.
ini menggunakan Rancangan Acak
Tunggal, yaitu dengan menambahkan Analisa Biaya Produksi dan
kulit buah naga super merah ke dalam Kelayakan Usaha
sari buah naga super merah dengan Analisa biaya produksi dan
persentase yang berbeda yaitu kelayakan usaha dilakukan terhadap
persentase kulit (K) yang terdiri dari : perlakuan macam dan proporsi bahan
K1 : 0 % pengenyal serta persentase kulit buah
naga super merah (Hylocereus
5
costaricensis) yang terpilih. Kriteria- penelitian pendahuluan yang telah
kriteria kelayakan yang akan diukur dilakukan.
meliputi (Husnan dan Suwarsono, Pengamatan pada penelitian
1991) : tahap I meliputi uji organoleptik, rasa,
warna, aroma dan tekstur. Pendekatan
– Net Present Value dengan penilaian organoleptik
– Break Even Point (kg, Rp) dianggap paling praktis lebih murah
– Profitability Indeks (PI) biayanya. Pengujian sensori (uji panel)
– Payback Period (PP) berperan penting dalam pengembangan
Variabel yang diteliti adalah : produk dengan meminimalkan resiko
a. Biaya investasi dalam pengambilan keputusan. Panelis
Parameternya adalah : Harga mesin, dapat mengidentifikasi sifat-sifat
peralatan, harga tanah dan sensori yang akan membantu untuk
bangunan mendeskripsikan produk.
b. Biaya Operasional Uji organoleptik yang digunakan
Parameternya adalah : adalah uji afektif (affective test).
– Harga bahan baku dan gaji Pengujian Afektif adalah menguji
pekerja kesukaan dan/atau penerimaan terhadap
– Biaya penggunaan air, listrik, suatu produk dan membutuhkan jumlah
telepon dan bahan bakar panelis tidak dilatih yang banyak yang
c. Kelayakan Finansial sering dianggap untuk mewakili
Parameternya adalah : kelompok konsumen tertentu
– Harga bahan baku, harga mesin (Anonymous, 2006). Dalam penelitian
dan peralatan ini digunakan panelis tidak dilatih
– Biaya penggunaan air, listrik, sebanyak 30 orang dari berbagai
telepon dan bahan bakar kalangan baik usia tingkat pendidikan,
– Harga tanah dan bangunan serta gender maupun pekerjaan.
gaji pekerja
Rasa
HASIL PENELITIAN Bahan pangan pada umumnya
Penelitian tahap I tidak hanya memilki salah satu rasa
Penelitian tahap I bertujuan melainkan gabungan berbagai macam
untuk menentukan jenis dan proporsi rasa secara terpadu. Rasa lebih banyak
bahan pengenyal yang optimal dalam melibatkan panca indera yaitu lidah,
pembuatan kembang gula jelly. dengan lidah senyawa dapat dikenali
Penelitian ini menggunakan 2 jenis rasanya.
bahan pengenyal yaitu tepung Hasil uji organoleptik
karaginan dan agar-agar serta 4 macam menunjukkan bahwa rerata ranking
proporsi bahan pengenyal yaitu 2% b/b, kesukaan panelis terhadap rasa
4% b/b, 6% b/b, 8% b/b sesuai dengan kembang gula jelly berkisar antara 2,33
6
– 3,73. Semakin tinggi rerata ranking pengaruh nyata terhadap rerata
kesukaan panelis, maka tingkat kesukaan rasa kembang gula jelly.
kesukaan panelis terhadap rasa Kombinasi perlakuan terbaik tingkat
kembang gula jelly semakin besar. kesukaan rasa diperoleh dari
Rerata ranking tingkat kesukaan kembang gula jelly berbahan
panelis terhadap rasa kembang gula pengenyal karaginan dengan
jelly ditunjukkan pada Gambar 1. persentase 6% b/b.
Rerata nilai kesukaan panelis Perbedaan rasa disebabkan
terhadap rasa kembang gula jelly penggunaan bahan pengenyal yang
mempunyai nilai terendah 2,33 berbeda, masing-masing bahan
didapatkan dari bahan pengenyal pengenyal memiliki sifat dan karakter
tepung agar-agar 4% b/b dan 6% b/b, yang berbeda. Karaginan dan agar-agar
sedangkan nilai tertinggi 3,73 berasal dari rumput laut yang tidak
didapatkan dari bahan pengenyal memiliki rasa khas, sehingga rasa
tepung karaginan 6% b/b. manis gula lebih tajam dan menonjol.
Hasil analisis Uji Friedman Warna
menunjukkan bahwa pembuatan Warna merupakan indikator yang
kembang gula jelly dengan dua jenis pertama kali dilihat dan diamati oleh
bahan pengenyal (tepung karaginan konsumen karena warna merupakan
dan tepung agar-agar) serta dengan faktor kenampakan yang langsung
empat variasi persentase (2% b/b, 4% dapat dilihat oleh konsumen (Kartika,
b/b, 6% b/b dan 8% b/b) memberikan 1988). Warna makanan dapat menarik
7
dan mempengaruhi selera konsumen, didapatkan dari bahan pengenyal
sehingga dengan warna dapat tepung karaginan 6% b/b, hal ini
membangkitkan selera makan. Bahkan dikarenakan kembang gula jelly yang
warna juga dapat menjadi petunjuk mempergunakan bahan pengenyal
bagi kualitas dari makanan yang tepung karaginan mempunyai warna
dihasilkan. yang lebih jernih dibandingkan dengan
Hasil uji organoleptik kembang gula jelly yang
menunjukkan bahwa rerata ranking mempergunakan bahan pengenyal
kesukaan panelis terhadap warna tepung agar-agar.
kembang gula jelly berkisar antara 2,63 Hasil analisis Uji Friedman
– 3,67. Semakin tinggi rerata ranking menunjukkan bahwa pembuatan
kesukaan panelis, maka tingkat kembang gula jelly dengan dua jenis
kesukaan panelis terhadap warna bahan pengenyal (tepung karaginan
kembang gula jelly semakin besar. dan tepung agar-agar) serta dengan
Rerata ranking tingkat kesukaan empat variasi persentase (2% b/b, 4%
panelis terhadap warna kembang gula b/b, 6% b/b dan 8% b/b) memberikan
jelly ditunjukkan pada Gambar 2. pengaruh nyata terhadap rerata
Rerata nilai kesukaan panelis kesukaan warna kembang gula jelly.
terhadap warna kembang gula jelly Kombinasi perlakuan terbaik tingkat
mempunyai nilai terendah 2,63 kesukaan warna diperoleh dari
didapatkan dari bahan pengenyal kembang gula jelly berbahan
tepung agar-agar 4% b/b dan 8% b/b, pengenyal karaginan dengan
sedangkan nilai tertinggi 3,67 persentase 6% b/b.
8
Warna merupakan hasil kembang gula jelly semakin besar.
pengamatan dengan penglihatan yang Rerata ranking tingkat kesukaan
dapat membedakan antara satu warna panelis terhadap aroma kembang gula
dengan warna lainnya, cerah, buram, jelly ditunjukkan pada Gambar 3.
bening, dan sebagainya. Salah satu sifat Rerata nilai kesukaan panelis
kembang gula adalah memiliki warna terhadap aroma kembang gula jelly
jernih, semakin jernih suatu produk mempunyai nilai terendah 2,53
kembang gula jelly maka akan didapatkan dari bahan pengenyal
menunjukkan kualitas yang semakin tepung agar-agar 2% b/b dan 4% b/b,
baik, kembang gula jelly berbahan sedangkan nilai tertinggi 3,83
pengenyal karaginan dengan didapatkan dari bahan pengenyal
persentase 6% b/b lebih disukai tepung karaginan 8% b/b, hal ini
panelis karena memiliki tingkat dikarenakan kembang gula jelly dengan
kejernihan yang paling baik. bahan pengental tepung karaginan
mempunyai aroma yang lebih harum
Aroma dari pada tepung agar-agar dan tingkat
Aroma merupakan indikator keharumannya bertambah seiring
yang penting dalam industri pangan dengan bertambahnya prosentase bahan
karena dengan cepat dapat memberikan pengenyal yang digunakan.
hasil penilaian diterima atau tidaknya Hasil analisis Uji Friedman
produk tersebut. Aroma (“odour”) menunjukkan bahwa pembuatan
meliputi berbagai sifat seperti harum, kembang gula jelly dengan dua jenis
amis, apek, busuk, dan sebagainya. bahan pengenyal (tepung karaginan
Aroma atau bau sendiri sukar dan tepung agar-agar) serta dengan
untuk diukur sehingga biasanya empat variasi persentase (2% b/b, 4%
menimbulkan pendapat yang berlainan b/b, 6% b/b dan 8% b/b) memberikan
dalam menilai kualitas aromanya pengaruh nyata terhadap rerata
(Kartika 1988). Perbedaan pendapat kesukaan aroma kembang gula jelly.
disebabkan tiap orang memiliki Kombinasi perlakuan terbaik tingkat
perbedaan penciuman meskipun kesukaan aroma diperoleh dari
mereka dapat membedakan aroma kembang gula jelly berbahan
namun setiap orang mempunyai pengenyal karaginan dengan
kesukaan yang berlainan. persentase 8% b/b. Hal ini
Hasil uji organoleptik disebabkan karena aroma tepung
menunjukkan bahwa rerata ranking karaginan lebih harum dibandingkan
kesukaan panelis terhadap aroma dengan aroma tepung agar-agar
kembang gula jelly berkisar antara 2,53 sehingga mempengeruhi kembang
– 3,83. Semakin tinggi rerata ranking gula jelly yang dihasilkan. Semakin
kesukaan panelis, maka tingkat besar persentase penambahan tepung
kesukaan panelis terhadap aroma
9
karaginan aroma yang dihasilkan konsumen sehingga berpengaruh

semakin harum dan disukai. terhadap penilaian diterima atau


Tekstur tidaknya produk tersebut. Tekstur
Tekstur merupakan sensasi (konsistensi) adalah hasil pengamatan
tekanan yang dapat diamati dengan yang berupa sifat lunak, liat, keras,
melihat dan dirasakan pada waktu halus, kasar, dan sebagainya.
digigit, dikunyah, ditelan ataupun Hasil uji organoleptik
perabaan dengan jari (Kartika, 1988). menunjukkan bahwa rerata ranking
Tekstur secara langsung dapat dilihat kesukaan panelis terhadap tekstur
kenampakannya (dari luar) oleh kembang gula jelly berkisar antara 2,13

10
– 4,13. Semakin tinggi rerata ranking kesukaan tekstur kembang gula jelly.
kesukaan panelis, maka tingkat Kombinasi perlakuan terbaik tingkat
kesukaan panelis terhadap tekstur kesukaan tekstur diperoleh dari
kembang gula jelly semakin besar. kembang gula jelly berbahan
Rerata ranking tingkat kesukaan pengenyal karaginan dengan
panelis terhadap tekstur kembang gula persentase 6% b/b. Hal ini
jelly ditunjukkan pada Gambar 4. disebabkan karena bahan pengenyal
Rerata nilai kesukaan panelis tepung karaginan menghasilkan
terhadap tekstur kembang gula jelly tekstur kembang gula jelly yang lunak
mempunyai nilai terendah 2,13 dan bersifat seperti karet sedangkan
didapatkan dari bahan pengenyal tepung agar-agar menghasilkan

Tabel 1. Penilaian perlakuan terbaik terhadap parameter organoleptik pada


kembang gula jelly perlakuan jenis dan persentase bahan pengenyal.

Kembang gula jelly Nilai Produk

0,478
Tepung Karaginan 2% b/b (B1P1)

0,735
Tepung Karaginan 4% b/b (B1P2)

1,354*
Tepung Karaginan 6% b/b (B1P3)

0,635
Tepung Karaginan 8% b/b (B1P4)

0,048
Tepung Agar-agar 2% b/b (B2P1)
tepung agar-agar 2% b/b, sedangkan tekstur kembang gula jelly yang lunak
nilai tertinggi 4,13 didapatkan dari tetapi rapuh sehingga kurang disukai.
bahan pengenyal tepung karaginan 6% Persentase karaginan 6 % b/b
b/b. dinilai pas oleh sebagian besar
Hasil analisis Uji Friedman panelis karena apabila persentase
menunjukkan bahwa pembuatan ditambah menjadi 8 % b/b
kembang gula jelly dengan dua jenis menghasilkan kembang gula jelly
bahan pengenyal (tepung karaginan yang keras dan terlalu liat, apabila
dan tepung agar-agar) serta dengan dikurangi akan menghasilkan
empat variasi persentase (2% b/b, 4% kembang gula jelly yang terlalu
b/b, 6% b/b dan 8% b/b) memberikan lembek dan berair.
pengaruh nyata terhadap rerata

11
dengan persentase 6% b/b dengan
karakteristik sebagai berikut: rerata
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa
Pemilihan alternatif terbaik 3,73 ; warna 3,67 ; aroma 3,80 dan
tekstur 4,13.
penelitian tahap I Penelitian tahap II
Penentuan perlakuan terbaik Penelitian tahap II bertujuan untuk
kembang gula jelly pada penelitian menentukan persentase penambahan
tahap I dilakukan dengan menggunakan kulit buah naga super merah
metode indeks efektivitas (De Garmo, (Hylocereus costaricensis) yang
Sullivan dan Canada, 1984). Metode ini optimal dalam pembuatan kembang
dilakukan pada parameter organoleptik gula jelly kulit buah naga super merah.
meliputi, rasa, warna, aroma dan Penelitian ini menggunakan enam
tekstur. Bobot parameter tertinggi variasi persentase kulit buah naga super
adalah rasa dengan bobot 0,475 diikuti merah yaitu 0% ; 20% ; 40% ; 60% ;
masing-masing tekstur 0,357 warna 80% dan 100%. Pengamatan pada
0,244 serta aroma 0,181. Penilaian penelitian tahap II meliputi uji kimiawi
perlakuan terbaik disajikan pada Tabel kadar air, kadar abu, gula reduksi,
1. kadar serat kasar serta antioksidan
Hasil perhitungan (Lampiran 8) (DPPH) serta uji organoleptik, rasa,
menunjukkan kombinasi perlakuan warna, aroma dan tekstur.
terbaik pada tahap penelitian I Kadar air

Tabel 2. Rerata Kadar Air (%) pada Berbagai Kombinasi Perlakuan

Rerata
Kombinasi Perlakuan BNT 5%
Kadar Air (%)
c
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 0% 20.94
b
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 20% 20.84
b
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 40% 20.81
0.0712
b
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 60% 20.77
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 80%
pembuatan kembang gula jelly Kadar air merupakan syarat mutu
diperoleh dari kembang gula jelly kembang gula jelly yang tercantum di
berbahan pengenyal tepung karaginan dalam SNI kembang gula No. 3547.2-
12
2008 bahwa kembang gula harus dengan perlakuan penggunaan bahan
memiliki kadar air maksimal 20 % b/b. pengenyal karaginan 6% b/b dengan
Rerata kadar air kembang gula jelly penambahan kulit buah naga super
kulit buah naga super merah pada merah 80 % dan sangat berbeda nyata
berbagai kombinasi perlakuan dengan yang lain.
persentase kulit buah naga super merah Menurut Winarno (1992) dalam
yang dihasilkan berkisar antara 20,60 - bahan makanan, air merupakan
20,94%. komponen yang penting, karena air
Hasil analisis sidik ragam dapat mempengaruhi penampakan,
menunjukkan bahwa adanya pengaruh tekstur, serta cita rasa makanan.
yang sangat nyata antara persentase Disamping itu kandungan air didalam
bahan pengenyal 6% b/b dengan bahan makanan ikut menentukan daya
persentase kulit buah naga super merah tahan bahan tersebut.
(BNT 5%) terhadap kadar air. Rerata Dari hasil pengujian kadar air
nilai kadar air pada berbagai kombinasi pada keenam sampel belum memenuhi
perlakuan ditunjukkan pada Tabel 2. syarat mutu kembang gula jelly yang
tercantum dalam SNI 3547.2-2008
Tabel 2 menunjukkan uji BNT yaitu maksimal 20%, hal ini
5% kombinasi perlakuan terbaik kadar disebabkan karena proses pengeringan
air diperoleh dari bahan pengenyal yang dilakukan kurang maksimal

Tabel 3. Rerata Kadar Abu (%) pada Berbagai Kombinasi Perlakuan

Rerata
Kombinasi Perlakuan BNT 5%
Kadar Abu (%)
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 0% 1.11
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 20% 1.12
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 40% 1.15
0.0704
ab
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 60% 1.15
bc
Karaginan 6%
karaginan 6% b/b
b/bg dengan
dengankulit buah naga 80%
penambahan karena mempergunakan pengeringan
kulit buah naga sebesar 100% (100% dengan sinar matahari. Jika ingin
kulit tanpa penambahan daging buah mendapatkan hasil kadar air yang
naga super merah) yaitu 20,60% optimal maka sebaiknya digunakan
dengan hasil yang tidak berbeda nyata pengering mekanis.
13
Kadar abu kulit buah naga sebesar 0% (tanpa
Abu merupakan zat organik sisa penambahan kulit buah naga super
hasil pembakaran suatu bahan organik. merah) yaitu 1,11% dengan hasil yang
Kadar abu ada hubungannya dengan tidak berbeda nyata dengan perlakuan
mineral suatu bahan. Mineral suatu penggunaan bahan pengenyal karaginan
bahan merupakan garam organik 6% b/b dengan penambahan kulit buah
(garam-garam malat, oksalat, asetat, naga super merah 20 % ; 40% ; 60%
pektat) dan garam anorganik (garam dan sangat berbeda nyata dengan
fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan persentase penambahan kulit 80% dan
nitrat) (Fennema, 1996). 100%.
Rerata kadar abu pada berbagai Abu sendiri adalah hasil reaksi
kombinasi perlakuan persentase unsur logam dengan oksigen, karena
penambahan kulit buah naga super logam masa jenis lebih besar maka
merah berkisar antara 1,11 – 1,27% . oksidanya tertinggal sebagai abu,
Hasil analisis sidik ragam sementara oksida non logam misal CO2
menunjukkan bahwa adanya pengaruh karena ringan maka terbang sebagai
yang sangat nyata antara persentase asap.
bahan pengenyal 6% b/b dengan Dari hasil pengujian kadar abu
persentasse kulit buah naga super pada keenam sampel sudah memenuhi
merah (BNT 5%) terhadap kadar abu. syarat mutu kembang gula jelly yang
Rerata nilai kadar abu pada berbagai tercantum dalam SNI3547.2-2008 yaitu
kombinasi perlakuan ditunjukkan pada maksimal 3%.
Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan uji BNT Gula reduksi
5% kombinasi perlakuan terbaik kadar Perbedaan kandungan gula
abu diperoleh dari bahan pengenyal reduksi dalam variasi perlakuan
karaginan 6% b/b dengan penambahan penelitian ini disebabkan oleh

Tabel 4. Rerata Gula reduksi (%) pada Berbagai Kombinasi Perlakuan

Rerata
Kombinasi Perlakuan BNT 5%
Gula reduksi (%)
c
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 0% 20.72
c
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 20% 20.72
b
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 40% 20.71
0.00499
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 60% 20.71
a 14
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 80%
perbedaan kadar gula pada daging dan efek karamelisasi, menyebabkan warna
kulit buah naga super merah. Dalam menjadi kecoklatan.
daging buah naga super merah Dari hasil pengujian kadar gula
mengandung kadar gula yang cukup reduksi pada keenam sampel sudah
tinggi yaitu mencapai 13-18 briks memenuhi standar mutu kembang gula
(Anonymous.2008h). jelly yang tercantum dalam SNI
Rerata kandungan gula reduksi 3547.2-2008 yaitu maksimal 25%.
pada berbagai kombinasi perlakuan
persentase penambahan kulit buah naga Kadar serat kasar
super merah berkisar antara 20,70% - Kandungan serat buah naga
20,72% . mencapai 0,7-0,9 gram per 100 gram
Hasil analisis sidik ragam daging buah dan sangat baik untuk
menunjukkan bahwa adanya pengaruh menurunkan kadar kolesterol. Di dalam
yang sangat nyata antara persentase saluran pencernaan, serat akan
bahan pengenyal 6% b/b dengan mengikat asam empedu (produk akhir
persentase kulit buah naga super merah kolesterol) yang kemudian dikeluarkan
(BNT 5%) terhadap kandungan gula bersama tinja. Dengan demikian,
reduksi. Rerata nilai gula reduksi pada semakin tinggi konsumsi serat, semakin
berbagai kombinasi perlakuan banyak asam empedu dan lemak yang
ditunjukkan pada Tabel 4. dikeluarkan oleh tubuh.
Tabel 4 menunjukkan uji BNT Rerata kadar serat kasar pada
5% kombinasi perlakuan terbaik gula berbagai kombinasi perlakuan
reduksi diperoleh dari bahan pengenyal persentase penambahan kulit buah naga
karaginan 6% b/b dengan penambahan super merah berkisar antara 1,06% –
kulit buah naga sebesar 100% yaitu 1,43% .
20,70% dengan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan penggunaan
bahan pengenyal karaginan 6% b/b
dengan penambahan kulit buah naga
super merah 80 % dan 60% dan sangat
berbeda nyata dengan persentase
penambahan kulit lainnya.
Pada dasarnya reaksi inversi
sukrosa menjadi gula reduksi adalah
reaksi hidrolisis. Menurut Risvan
Kuswurj (2009) dalam Sugar
Technology and Research, kerugian
dari gula invert antara lain, mudah
menyebabkan produk menjadi basah,
afinitas dalam air tinggi, memberikan
15
Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa adanya pengaruh
yang sangat nyata antara persentase
bahan pengenyal 6% b/b dengan

Tabel 5. Rerata Kadar Serat Kasar (%) pada Berbagai Kombinasi Perlakuan

Rerata
Kombinasi Perlakuan Kadar Serat Kasar BNT 5%
(%)
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 0% 1.06
b
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 20% 1.24
c
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 40% 1.40
0.05783
c
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 60% 1.41
c
persentase
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 80% kulit
buah naga super merah
(BNT 5%) terhadap kadar serat kasar.
Rerata nilai kadar serat kasar pada
berbagai kombinasi perlakuan
ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan uji BNT
5% kombinasi perlakuan terbaik kadar
serat kasar diperoleh dari bahan
pengenyal karaginan 6% b/b dengan
penambahan kulit buah naga sebesar
100% sebesar 1,43% dengan hasil yang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan
penggunaan bahan pengenyal karaginan
6% b/b dengan penambahan kulit buah
naga super merah 80 % dan 60% dan
sangat berbeda nyata dengan persentase
penambahan kulit 20% dan 0%.
Dari hasil pengujian kadar serat
kasar pada keenam sampel diketahui
bahwa kadar serat kasarnya lebih tinggi
dari pada serat yang terkandung dalam
16
daging buah naga super merah segar konsumsi serat pangan yang dianjurkan
yaitu 0,7 -0,9 gram per 100 gram adalah 20-30 gram per orang per hari.
daging buah naga super merah, hal ini Antioksidan
disebabkan adanya penambahan serat Antioksidan merupakan senyawa
kasar dari bahan tambahan lainnya yang akan menghambat atau menunda
yaitu tepung karaginan yang proses oksidasi substrat pada
merupakan sumber serat yang tinggi. konsentrasi yang rendah (Vaya dan
Kadar air bahan juga berpengaruh Aviram, 2001). Secara umum,
terhadap tingginya serat kasar yang antioksidan mengurangi kecepatan
diuji dimana kadar air daging buah reaksi inisiasi pada reaksi berantai
naga super merah segar adalah 82,5 – pembentukan radikal bebas dalam
83,0 gram per 100 gram daging buah konsentrasi yang sangat kecil, yaitu
sedangkan kadar air kembang gula jelly 0,01% atau bahkan kurang (Madhavi et
kulit buah naga super merah adalah al., 1995). Karakter utama senyawa
20,602 - 20,944 gram per 100 gram antioksidan adalah kemampuannya
kembang gula jelly kulit buah naga untuk menangkap radikal bebas
super merah. (Prakash et al., 2001).
Menurut Goldberg (1994) Pengujian aktivitas antioksidan
kandungan serat pada buah naga juga dalam penelitian ini menggunakan
sangat berguna dalam sistem metoda efek penangkapan radikal
pencernaan. Serat pangan (dietary bebas DPPH (Diphenyl Picryl
fiber) mampu memperpendek transit Hydrazil) yang prinsipnya adalah
time, yaitu waktu yang dibutuhkan penangkapan hidrogen dari antioksidan
makanan sejak dari rongga mulut oleh radikal bebas. Dalam hal ini
hingga sisa makanan dikeluarkan DPPH menjadi sumber radikal bebas,
dalam bentuk feses. Di dalam saluran untuk dipertemukan dengan ekstrak
pencernaan serat akan mengikat asam kembang gula jelly kulit buah naga
empedu (produk akhir kolesterol) dan super merah yang menjadi antioksidan.
kemudian dikeluarkan bersama fases. Rerata kadar antioksidan
Dengan demikian, semakin tinggi (DPPH) pada berbagai kombinasi
konsumsi serat, semakin banyak asam perlakuan persentase penambahan kulit
empedu dan lemak yang dikeluarkan buah naga super merah berkisar antara
oleh tubuh. Disebutkan pula bahwa 6,49% – 6,91% .
serat pangan sangat baik untuk Hasil analisis sidik ragam
mencegah penyakit diabetes melitus, menunjukkan bahwa adanya pengaruh
jantung, stroke, kanker, dan penyakit yang sangat nyata antara persentase
kardiovaskular lainnya. Sayangnya, bahan pengenyal 6% b/b dengan
konsumsi serat di Indonesia saat ini persentase kulit buah naga super merah
masih sangat rendah, yaitu sekitar 10 (BNT 5%) terhadap kadar antioksidan.
gram per orang per hari. Padahal, Rerata nilai kadar antioksidan pada
17
Tabel 6. Rerata Kadar Antioksidan (%) pada Berbagai Kombinasi Perlakuan

Kombinasi Perlakuan Rerata Kadar


BNT 5%
Antioksidan (%)
a
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 0% 6.91
b
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 20% 6.85
c
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 40% 6.79
0.0679
d
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 60% 6.68
ed
berbagai
Karaginan 6% b/b g dengan kulit buah naga 80%
kombinasi
perlakuan

ditunjukkan pada Tabel 6. kulit lebih rendah daripada daging


Tabel 6 menunjukkan uji BNT buahnya meskipun perbedaanya sangat
5% kombinasi perlakuan terbaik kadar kecil.
antioksidan diperoleh dari bahan Hasil riset Agricultural Research
pengenyal karaginan 6% b/b dengan Service (ARS), United States
penambahan kulit buah naga sebesar Department of Agriculture (USDA)
0% (tanpa penambahan kulit buah naga dalam Pratomo (2007), buah naga
super merah) sebesar 6,91% dengan berdaging merah mengandung total
hasil yang sangat berbeda nyata dengan fenolat 1.076 /mol gallic acid
perlakuan lainnya equivalents (GAE)/g puree. Aktivitas
Dari hasil penelitian didapatkan antioksidan mencapai 7,59 /mol trolox
bahwa semakin besar persentase equivalents (TE)/g puree. Sedangkan
penambahan kulit buah naga super yang berdaging putih Hylocereus
merah maka aktivitas antioksidannya undatus mengandung total fenolat
semakin menurun, dimana DPPH 523 /mol GAE/g dan aktivitas
tertinggi pada perlakuan tanpa antioksidan 2,96 /mol TE/g.
penambahan kulit dan nilai terendah
pada perlakuan tanpa penambahan
daging buah. Hal ini membuktikan
bahwa kandungan antioksidan pada
18
Tabel 7. Penilaian perlakuan terbaik terhadap parameter kimiawi dan
organoleptik pada kembang gula jelly kulit buah naga super merah
perlakuan persentase penambahan kulit buah naga super merah.

Kembang gula jelly kulit buah naga super merah Nilai Produk

0.458
Persentase Kulit 0%

0.481
Persentase Kulit 20%

0.472
Persentase Kulit 40%

0.386
Persentase Kulit 60%
Pemilihan alternatif terbaik Hasil perhitungan menunjukkan
kombinasi perlakuan terbaik pada
penelitian tahap II penelitian tahap II pembuatan kembang
Penentuan perlakuan terbaik gula jelly kulit buah naga super merah
kembang gula jelly kulit buah naga diperoleh dari kembang gula jelly kulit
super merah pada penelitian tahap II buah naga super merah dengan
dilakukan dengan menggunakan persentase penambahan kulit sebesar
metode indeks efektivitas (De Garmo, 100% dengan karakteristik sebagai
Sullivan dan Canada, 1984). Metode ini berikut: rerata kadar air 20.602% ;
dilakukan pada parameter kimiawi kadar abu 1.267% ; gula reduksi
meliputi uji kadar air, kadar abu, gula 20.700% ; serat kasar 1.428% ;
reduksi, kadar serat kasar serta antioksidan (DPPH) 6.493% serta
antioksidan (DPPH) serta uji rerata tingkat kesukaan panelis
organoleptik, rasa, warna, aroma dan terhadap rasa 3.900 ; warna 4.667 ;
tekstur. Bobot parameter tertinggi aroma 3.533 dan tekstur 4.100.
adalah rasa dengan bobot 0.186 diikuti
masing-masing tekstur 0.171 ; warna Analisis Finansial
0.157 ; antioksidan (DPPH) 0.116 ; Analisis finansial dilakukan
serat kasar 0.094 ; aroma 0.091 ; gula untuk mengetahui tingkat kelayakan
reduksi 0.078 ; kadar air 0.064 dan unit pengolahan pembuatan produk
kadar abu 0.042. Bobot parameter kembang gula jelly kulit buah naga
disajikan pada Gambar 6. super merah. Analisis finansial
meliputi analisis kebutuhan modal,
Sedangkan penilaian perlakuan terbaik biaya operasional, analisis Break Event
kembang gula jelly kulit buah naga Point (BEP), dan analisis kelayakan
super merah disajikan pada Tabel 7. investasi yang meliputi perhitungan
19
Payback Periode, Net Present Value,
dan Profitability Index. Ringkasan hasil Biaya Produksi
analisis finansial solusi optimal dapat Total biaya produksi selama 1 tahun
dilihat pada Tabel 8. kembang gula jelly kulit buah naga super
merah adalah sebesar Rp. 92,105,657,-
dengan perincian biaya tetap (fixed
cost) sebesar Rp. 60,615,120,- dan
biaya tidak tetap (variable cost) sebesar
Rp. 31,490,537,- . Perhitungan biaya
produksi dilakukan dalam periode 1
tahun yang merupakan jumlah
keseluruhan dari biaya tetap dan biaya
tidak tetap dalam 1 tahun yang
melibatkan biaya bahan baku, biaya

Tabel 8. Ringkasan hasil analisis finansial kembang gula jelly kulit buah naga
super merah dengan kapasitas 10 Kg/hari.

No. Komponen Jumlah (Rp)


1 Biaya Tetap selama 1 tahun (FC) 60,615,120
2 Biaya Tidak Tetap selama 1 tahun (VC) 31,490,537
3 Total Biaya Produksi selama 1 tahun (TC) 92,105,657
4 Jumlah Produksi selama 1 tahun (kg) Q 2,880
5 Biaya tidak tetap selama 1 tahun per kg (VC per kg) 10,934
5 HPP (Rp)= TC/Q 31,981
6 Mark Up (53,90%) 7,394
7 Harga Jual (Rp) (P) 40,000
8 BEP (unit) 2,131
9 BEP (Rp) 83,918,794

tenaga kerja dan biaya overhead pabrik


(Husnan dan Sudarsono, 1994).

Harga Pokok Produksi (HPP)


Harga Pokok Produksi (HPP)
sebesar Rp. 31,981,-/Kg. Harga jual
yang dihitung di tingkat produsen ke
pengecer sebesar Rp. 40,000,-/Kg
20
dengan asumsi pengambilan mark up pokok akan dicapai pada volume
sebesar 53,90% dari setiap produk unit penjualan 2.131 Kg atau senilai Rp.
yang terjual. Menurut Fatchi (2004), 83,918,794,-. Apabila perusahaan telah
besarnya mark up di tingkat produsen mencapai angka penjualan tersebut di
langsung ke konsumen sebesar 20%, atas, maka dapat diartikan bahwa
jika melalui agen sampai ke pengecer perusahaan telah mencapai titik dimana
besarnya mark up 50%, dan bila perusahaan tidak mengalami kerugian
pengecer menjual produk ke konsumen maupun memperoleh keuntungan.
akhir mark up yang ditentukan sebesar
70%. Sehingga diperkirakan pengecer Payback Period (PP)
menjual produk ke konsumen akhir Payback Period merupakan
dengan mark up 70%, maka metode yang digunakan untuk
diperkirakan harga produk sampai ke mengukur kecepatan pengembalian
konsumen sebesar Rp 55,000,- /Kg. modal investasi yang dinyatakan dalam
Harga jual di tingkat konsumen ini jika tahun. Hasil perhitungan pada
dibandingkan dengan produk sebanding menunjukkan bahwa nilai payback
yang ada di pasaran, maka harga period dicapai pada 1 tahun 3 bulan 21
produk kembang gula kulit buah naga hari. Hal ini menunjukkan bahwa
super merah hasil penelitian relatif dalam jangka waktu tersebut nilai
lebih murah dimana harga produk investasi usaha sebesar Rp.
sejenis yang dijual curah di pasaran 91,873,996,- telah kembali. Lama
mempunyai harga Rp. 77,000,-/Kg. payback period lebih pendek daripada
umur proyek yang direncanakan yaitu
selama 5 tahun, sehingga dapat
dikatakan proyek ini layak untuk
Break Event Point (BEP) dilaksanakan.
Break Event Point (BEP) Net Present Value (NPV)
merupakan titik impas, dimana nilai Nilai Net Present Value (NPV)
penjualan atau pendapatan sama bernilai positif atau lebih besar dari nol,
dengan total biaya. Analisis BEP yaitu sebesar Rp. 52.868.819,-, dengan
tersebut merupakan cara untuk demikian unit usaha industri kembang
mengetahui volume penjualan minimal gula kulit buah naga super merah layak
agar suatu usaha tidak mengalami dilaksanakan.
kerugian tetapi juga belum memperoleh
laba (laba sama atau dengan 0). BEP Profitability Index (PI)
sangat sensitif terhadap perubahan fixed Nilai Profitability Index (PI)
operating cost, variable operating cost bernilai positif atau lebih besar dari nol,
per unit dan harga jual per unit hasil yaitu sebesar 1.575, dengan demikian
produksi perusahaan. Hasil perhitungan unit usaha industri kembang gula kulit
BEP menunjukkan bahwa titik balik
21
buah naga super merah layak gula jelly kulit buah naga super merah
dilaksanakan. layak dilaksanakan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Saran
Kombinasi perlakuan terbaik Perlu dikaji penelitian lebih
berdasarkan indeks efektifitas pada lanjut tentang pembuatan sirup kulit
penelitian tahap I diperoleh dari buah naga super merah (Hylocereus
kombinasi perlakuan B1P3 yaitu costaricensis) sehingga kontinuitas
kembang gula jelly dengan bahan bahan baku dapat terjaga dan kapasitas
pengenyal tepung karaginan dengan produksi dapat ditingkatkan sepanjang
persentase 6 % b/b dengan nilai tahun mengingat buah naga super
produk 1,354 yang memiliki merah termasuk dalam buah musiman.
karakteristik sebagai berikut: rerata
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa
DAFTAR RUJUKAN
3,73 ; warna 3,67 ; aroma 3,80 dan
tekstur 4,13. Anonymous. 2002. Genetic resource
Pada tahap II, berdasarkan indeks and conservation. Durio-
efektifitas kombinasi perlakuan bahan A.Bibiographic Review. http://
pengenyal tepung karaginan 6% b/b www.ipgri.cgiar.org.region/expo/
dengan campuran kulit buah naga super publication/durio.htm. 4
merah tanpa tambahan daging buahnya Agustus, 2009.
(kulit 100%) merupakan perlakuan
terbaik dengan nilai produk 0.542 yang __________. 2004. Manfaat Rumput
memiliki karakteristik sebagai berikut: Laut dan Algae. Artikel
rerata kadar air 20.602% ; kadar abu Seaweed.
1.267% ; gula reduksi 20.700% ; serat http://rumputlaut.org/datalama/ar
kasar 1.428% ; antioksidan (DPPH) tikel/Manfaat%20Rumput
6.493% serta rerata tingkat kesukaan %20Laut%20dan%20Algae.pdf.
panelis terhadap rasa 3.900 ; warna Akses 12 Desember 2009.
4.667 ; aroma 3.533 dan tekstur 4.100. __________. 2007a. Permen Jelly.
Perhitungan BEP dicapai pada Teknologi Pangan dan
volume penjualan 2.131 Kg atau senilai Agroindustri. Vol. 1. Nomor 10.
Rp. 83,918,794,-. Nilai payback period Jurusan Teknologi Pangan dan
dicapai pada 1 tahun 3 bulan 21 hari. Gizi IPB. Bogor.
Nilai Net Present Value (NPV) sebesar
Rp. 52.868.819,-. Nilai Profitability __________. 2007b. Hylocereus
Index (PI) sebesar 1.575 dengan polyrhizus Buah Naga. Jabatan
demikian unit usaha industri kembang Pertanian Sabah. Unit
Perkhidmatan Pengembangan
22
Pertanian .Pejabat Pertanian Diabetes.
Tawau. http://askara09.wordpress.com.
Akses 14 Oktober 2009.
Afrianto, E dan E, Liviawati, 1989.
Budidaya Rumput Laut dan Djadmika, Eko. 1988. Pembuatan
Cara Pengolahannya. Bhatara. Minuman Berkarbon Sari
Jakarta. Lidah Buaya (Aloe Vera).
Institut Pertanian Bogor.
Angkasa, Wisman Indra, Heri Purwoto,
Jana Anggadiredja. 2008. Teknik DKP. 2008. Dorong Rumput Laut
Budidaya Rumput Laut. Sebagai Sumber Pangan Dan
http://kenshuseidesu.tripod.com. Energi. Siaran Pers No.
Akses 10 Desember 2009. 66/PDSI/X/2008
http://www.dkp.go.id Akses 23
AOAC, 1990. Association of Official Juli 2009
Analytical Chemist Official
Methods of Analysis food Doty MS. 1985. Eucheuma alvarezii
composition. 15th edition. Vol II. sp.nov (Gigartinales,
Agricultural chemical; Rhodophyta) from Malaysia.
Contaminants; Drugs. Di dalam: Abbot IA, Norris JN
(editors). Taxonomy of Economic
Apriadji, W.H. 2002a. Makanan juga Seaweeds. California Sea Grant
bisa berfungsi sebagai obat. College Program. p 37 – 45.
Sedap Sekejap Edisi 7/II: 72
Escribano, J., Pedreño, M.A., Garcia-
Apriadji, W.H.2002b. Manfaat sehat Carmona, F. & Muñoz, R. 1998.
food combining. Sedap Sekejap Characterization of the
Edisi7/III:70 Antiradical Activity of
A/S Kobenhvs Pektifabrik, 1978. Betalains from Beta Vulgaris
Carrageenan. Lilleskensved. L. Roots. Phytochemical
Denmark Analysis 9: 124-127.

Aslan, L.M 1991. Seri Budi Daya Evy Syariefa. 2009. Merah super.
Rumput laut. Trubus Majalah Pertanian
Kanisius.Yogyakarta Indonesia : Gao-Xi, A. and Wan,
R. 2004. Study in producing
Aslan, L.M 1998. Seri Budi Daya piytaya ice cream. China-Dairy
Rumput laut. industry 32 (10): 9-11.
Kanisius.Yogyakarta
Glicksman M. 1983.. Gum Technology
Astawan, Made. 2007a. Agar-agar in the Food Industry. New
Pencegah Hipertensi dan
23
York: Academic Press. p 214- Methods. London:Cambridge
224. University Press. p 54-66.
Goldberg, I. 1994. Functional Foods. Hidayat Nur, Ken Ikaristiana, 2006.
Chapman & Hall. London, Membuat Permen Jelly. Trubus
Englan duiseley and Renn, 1977 Agrisarana. Surabaya.
Halimah Abdullah Sani, Asmazila .B, Kumalaningsih, Sri, 2006,
Muhammad Azam. A & Isma Antioksidan Alami Penangkal
Illyani. I. 2009. Keberkesanan Radikal Bebas. Trubus
Ekstrak Hylocereus polyrhizus Agrisarana. Surabaya.
Keterangan Merendahkan Lipid Serum
Keterangan: dan Aras MDA-TBAR Hati Langseth, Lilian. 1995. Oxidant,
:
A Tikus Teraruh Antioxidant, and Disease
A == Prevention. International Life
Te Hiperkolesterolemia
pu
Te ( Effectiveness of Hylocereus Science Institute press. Belgium.
polyrhizus Extract in Li Chen Wu, Hsiu-Wen Hsu, Yun-
Decreasing Serum Lipids and Chen Chen, Chih-Chung Chiu,
Liver MDA-TBAR Level in Yu-In Lin and Annie Ho . 2005.
Hypercholesterolemic Rats). Antioxidant And
Sains Malaysiana 38(2)(2009): Antiproliferative Activities Of
271–279. Red Pitaya . Department of
Hambali,Erliza 2004. Membuat Aneka Applied Chemistry, National
Olahan Rumput Laut. Penebar Chi-Nan University, Nomor 1
Swadaya . Jakarta. University Road, Puli, Nantou,
545 Taiwan
Hellebust JA, Cragie JS. 1978.
Handbook of Phycological

24

Anda mungkin juga menyukai