Anda di halaman 1dari 20

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MPC

2021

MENANGKAL TANGGAPAN SALAH MASYARAKAT


TENTANG INDUSTRI PERTAMBANGAN

Disusun oleh:

Wisnu Agung Prayogo 211910901013 2021


Siti Nurkholisah 211910901030 2021

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis : Tata Kelola Lingkungan
2. Sub Tema : Menangkal Tanggapan Salah
Masyarakat terhadap
Industri Pertambangan
3. Ketua
a. Nama Lengkap : Wisnu Agung Prayogo
b. NIM 211910901013
c. Prodi/Fakultas : Teknik Pertambangan
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jember
e. Alamat : Segorogunung, Karanganyar
f. No.Telp/HP 085747791259
g. Email : wisnuap313@gmail.com

4. Nama Anggota

a. Nama Lengkap : Siti Nurkholisah


b. NIM 211910901030
c. Prodi/Fakultas : Teknik Pertambanngan
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jember
e. Alamat : Ramban Kulon,Cermee,Bondowoso
f. No.Telp/HP 081225669500
g. Email : snurkholisah324@gmail.com

Jember, 19 November 2021

Ketua tim

Wisnu Agung Prayogo

NIM. 211910901013
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
KARYA LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
MPC 2021

Judul Karya Tulis : Menangkal Tanggapan Salah Masyarakat terhadap

Industri Pertambangan

Nama Ketua : Wisnu Agung Prayogo

Nama Anggota : Siti Nurkholisah

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis


dengan judul yang tersebut di atas memang benar merupakan karya orisinal yang
dibuat oleh penulis dan belum pernah dipublikasikan dan atau dilombakan di luar
kegiatan “Lomba Karya Tulis Ilmiah MPC 2021” yang diselenggarakan oleh
Komunitas Ilmu Sipil Universitas Jember. Demikian pernyataan ini kami buat
dengan sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka
kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kami.

Jember, 19 November 2021

Ketua tim

Wisnu Agung Prayogo

NIM. 211910901013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
”Menangkal Tanggapan Salah Masyarakat terhadap Industri Pertambangan”
dengan tepat waktu. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
lapisan yang telah mensuport penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini memberikan pengertian tentang tanggapan yang salah


dari masyarakat yang dapat merugikan industry pertambangan diindonesia . Bagi
sebagiabn orang memandang sektor industry pertambangan sebagai sektor yang
merugikan, karena dapat membahayakan lingkungan hidup.hal ini menjadi pokok
permasalahan yang akan dibahas penulis karena sejatinya, dengan tata kelola
lingkungan hidup yang baik hal tersebut dapat diminimalisir bahkan tidak akan
terjadi.

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tanggapan
yang tepat pada industry lingkungan hidup di sektor industry pertambangan.

Jember, 19 November 2021

Ketua tim
TATA KELOLA LINGKUNGAN
MENANGKAL TANGGAPAN SALAH MASYARAKAT
TENTANG INDUSTRI PERTAMBANGAN
Wisnu Agung Prayogo, Siti Nurkholisah*)
Wisnuap313@gmail.com
ABSTRAK

Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka penelitian pengelolaan dan


penguasa pengusaha and mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang. Proses penambangan
dapat merusak bentuk keaslian bentang alam, baik tambang terbuka maupun
underground. Diperlukan pengawasan ketat terhadap kegiatan penambangan
untuk meminimalisir dampak lingkungan. Limbah dari proses penambangan juga
dapat merusak pertumbuhan tanaman di lingkungan sekitar tambang. Dari
berbagai dampak tersebut, banyak masyarakat menolak diadakan industri
pertambangan di suatu daerah. Kurangnya informasi dan pengetahuan terhadap
industri pertambangan membuat mereka takut akan dampak pasca tambang dan
limbah proses pertambangan yang akan merusak lingkungan sekitar. Kegiatan
penelitian ini bertujuan untuk menangkal perspektif buruk masyarakat tentang
industri pertambangan. Dalam hal ini kita melakukan wawancara singkat dengan
masyarakat sekitar daerah tambang tentang penolakan sebelum diadakan industri
pertambangan di daerahnya. Setelah mendapat hasil, barulah kita melakukan kelas
kilas untuk sedikit menjelaskjan tentang kegiatan pasca tambang oleh perusahaan
industri pertambangan. Hasil yang didapat sangat mengejutkan, banyak dari
masyarakat yang belum mengetahui tentang adanya kegiatan pasca tambang.
Mereka mengira bahwa setelah diadakan proses penambangan akan ditinggal
begitu saja. Hasil yang didapat sangat mengejutkan, banyak dari masyarakat yang
belum mengetahui tentang adanya kegiatan pasca tambang. Mereka mengira
bahwa setelah diadakan proses penambangan akan ditinggal begitu saja. Jadi
dapat disimpulkan bahwa, sebelum melakukan proses penambangan atau saat
melakukan study kelayakan suatu daerah yang akan dijadikan tempat industri
pertambangan alangkah baiknya perusahaan tersebut melakukan penjelasan secara
rinci proses penambangan terhadap masyarakat sekitar.
Kata Kunci: Pertambangan, Underground, dan Pasca tambang
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas pertambangan dapat menyebabkan dampak positif maupun


negatif, untuk dampak positifnya, menjadi salah satu sumber pendapatan asli
daerah, dapat membuka lahan pekerjaan maupun lainnya. Sedangkan untuk
dampak negatifnya yaitu kondisi kesehatan yang buruk bagi masyarakat lahan
bekas tambang, kerusakan lahan atau rusaknya lingkungan hidup dan sebagainya
(Mansura, 2016).

Pembangunan hijau telah menjadi kebutuhan penting bagi semua negara


dan negara yang ingin melindungi sumber daya alamnya. Oleh karena itu, sumber
daya alam harus dilindungi dan dilestarikan demi kelangsungan kehidupan
manusia saat ini dan untuk generasi yang akan datang. Manusia merupakan posisi
kunci penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem). Pada jumlah
orang meningkat, dan juga meningkatkan kebutuhan hidup mereka, sehingga
permintaan akan tanah meningkat seperti pertanian dan pertambangan. Oleh
karena itu, seiring dengan berkembangnya kapasitas teknologi pengubah alam,
manusia merupakan faktor yang paling penting dan dominan dalam memulihkan
ekosistem yang rusak.

Salah satu dampak dari proses penambangan adalah lahan bekas tambang.
Lahan bekas tambang sangat menjadi polemic, karena dampaknya terlihat dari
fisik, kimia hingga hidrologis. Dampak fisik mulai dari tanah dangkal, banyak
penghambat pertumbuhan tanaman yakni pasir, kerikil dan penghambat lainnya.
Kemiringan tanah juga akan sangat terlihat Ketika proses penambangan selesai.
Hal ini sangat mempengaruhi suatu perusahaan ketika akan melakukan proses
penambangan.

Kegiatan pasca tambang dilakukan setelah proses penambangan selesai.


Sebelum melakukan peresmian, suatu perusahaan sudah melakukan kontrak
dengan pemerintah tentang kegiatan pasca tambang. Namun sayangnya banyak
dari penduduk setempat, lingkungan sekitar pertambangan belum mengetahui
akan hal ini. Sehingga banyak konflik yang terjadi ketika akan diadakan proses
penambangan. Hal itu tidak salah, karena mereka ingin lingkungan sekitar tetap
lestari dan tidak rusak. Ketidaktahuan akan kegiatan pasca tambang menjadi topik
dalam melakukan penelitian kali ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah:

1. Bagaimana penjelasan yang benar mengenai pengertian pasca tambang


2. Bagaimana kegiatan masyarakat sekitar, apakah bisa menunjang dan
mendukung kegiatan pertambangan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada penelitian kali ini adalah:

1. Masyarakat sekitar tambang mengetahui makna pasca tambang


2. Mengetahui kegiatan masyarakat sekitar, menunjang tidaknya kegiatan
pertambangan

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian adalah dapat melancarkan suatu


perusahaan yang akan membuka suatu tambang perusahaan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian reklamasi

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha


pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Sesuai dengan pasal 1 ayat 1 Peraturan Mentri Energi Dan Sumberdaya
Mineral No 07 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi Dan
Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara.
(Wisnu Suharto)

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berupa tindakan


pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
seperti tercantum dalam UUD 1945. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1982
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
sebagaimana telah diubah dan diperbarui oleh Undang- Undang Nomor 23
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah payung dibidang
pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar penyesuaian terhadap
perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya, serta menjadikannya
sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh didalam suatu sistem.

Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 2, dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan
lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab Negara,
asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa.

Alat strategis untuk memperbaiki kerusakan akibat penambangan sistem


terbuka adalah dengan mengembalikan sisa hasil penambangan kedalam
lubang-lubang tambang, dan menanam kembali vegetasi dengan
memperhatikan sisa galian (tailing) yang mengandung bahan beracun. Pada
lahan pascatambang batubara, reklamasi lahan adalah usaha / upaya
menciptakan agar permukaan tanah dapat stabil, dapat menopang sendiri
secara keberlanjutan (self-sustaining) dan dapat digunakan untuk berproduksi,
dimulai dari hubungan antara tanah dan vegetasi, sebagai titik awal
membangun ekosistem baru( Save am dagun. 2006)

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata


kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,
agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.

1. Menata (Melakukan penataan terkait tata ruang area pertambangan)


2. Memulihkan (Melakukan pemulihan kembali keadan tanah pada daerah
bekas pertambangan, seperti pengurukan dan pengairan. Agar kembali
seperti semula)
3. Memperbaiki kualitas lingkungan (memperbaiki kembali kualitas tanah
dan lingkungan disekitar daerah pertambangan) agar dapat berfungsi
kembali sesuai peruntukannya.

Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk


memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan
lingkungan ekosistem yang baik dan juga diupayakan menjadi lebih baik
dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
bahan galian yang masih tertinggal.

Prinsip lingkungan hidup yang wajib dipenuhi dalam melaksanakan


reklamasi dan pasca tambang menurut Peraturan Pemerinta No. 78 tahun 2010
tentang reklamasi dan pascatambang pasal 4 ayat 1 sebagai berikut
Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)huruf a dan ayat (2) huruf a,
paling sedikit meliputi :

a. perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan
tanah serta udara berdasarkan standar bakumutu atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati
c. penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan
penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur buatan
lainnya
d. pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai denganperuntukannya
e. memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan
f. perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangan.

Kegiatan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan


usaha pertambangan untuk Menata, Memulihkan, Memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi sesuai peruntukanya.Kegiatan
reklamasi meliputi pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan
yang terganggu ekologinya dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang
sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Sasaran akhir
dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar
kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan
kembali.

Kegiatan Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan


berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan
untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi
lokal di seluruh wilayah penambangan. untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan
adapun syarat-syarat Pascatambang sebagai berikut.
1. Terencana: sesuai dengan pasal 16 ayat 1 Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No 07 tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara. Bahwa pemegang IUP wajib Menyusun
rencana pascatambang bedasarkan studi kelayakan dan dokumen
lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dibidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. sebagaimana
dimaksud pada pasal 6 ayat (1) sebagai syarat pengajuan permohonan
IUP Operasi Produksi.
2. Sistematis: pelaksanaan pascatambang harus bersifat sistematis sesuai
dengan ketentuan yang diatur.
3. Berkelanjutan: pelaksanaan pasca tambang harus lah berlanjut setelah
pertambangan ditutup agar perbaikan ekosistem sekitar wilayah
pertambangan dapat berjalan secara baik dan maksimal. Hal tersebut
diatur dalam Pasal 101 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Reklamasi dan Pascatambang;
4. Kewajiban perusahaan
i. Reklamasi wajib dilaksanakan pada lahan terganggu akibat
kegiatan pertambangan.
ii. Pascatambang wajib dilaksanakan untuk memulihkan fungsi
lingkungan menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan.
Prinsip-prinsip:
a. Pemegang IUP atau Pemegang IUPK dalam melaksanakan reklamasi
dan pascatambang wajib memenuhi prinsip-prinsip lingkungan hidup
pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta konservasi
mineral dan batubara.
b. Prinsip-prinsip lingkungan hidup pertambangan meliputi:
1. perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air
laut, dan tanah serta udara;
2. perlindungan keanekaragaman hayati;
3. stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam
tailing, lahan bekas tambang serta struktur buatan (man-made
structure) lainnya;
4. pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan
peruntukannya;
5. menghormati nilai-nilai sosial dan budaya setempat.
c. Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, meliputi: 1.
perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja; dan 2. perlindungan
setiap pekerja dari penyakit akibat kerja
d. Prinsip-prinsip konservasi mineral dan batubara meliputi
1. Penambangan yang optimum dan penggunaan teknologi
pengolahan yang efektif dan efisien
2. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal kualitas
rendah dan mineral kadar rendah serta mineral ikutan
3. Pendataan sumberdaya cadangan mineral dan batubara yang
tidak tertambang (yang tidak mineable) serta sisa pengolahan
atau pemurnian.

1) Tata Laksana Reklamasi Dan Pascatambang


a. Setiap pemegang IUP atau pemegang IUPK wajib menyerahkan
rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat
mengajukan permohonan IUP operasi produksi atau IUPK operasi
produksi.
b. Rencana reklamasi dan rencana pascatambang disusun oleh
pemegang IUP atau pemegang IUPK eksplorasi berdasarkan
Amdal atau UKL dan UPL yang telah disetujui oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Reklamasi dan pascatambang IPR menjadi tanggung jawab
pemerintah kabupaten/kota.
d. Rencana reklamasi dan rencana pascatambang harus
mempertimbangkan: 1) Prinsip-prinsip lingkungan, k3 &
konservasi.
2) Peraturan perundang–undangan yang terkait.
3) Sistem dan metode penambangan.
4) Kondisi spesifik daerah. Rencana Reklamasi
e. Rencana reklamasi, disusun untuk pelaksanaan setiap jangka waktu
5 (lima) tahun dengan rincian tahunan.
f. Dalam hal umur tambang kurang dari 5 (lima) tahun, rencana
reklamasi disusun sesuai dengan umur tambang.
g. Rencana reklamasi meliputi:
1) Tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
2) Rencana pembukaan lahan;
3) Program reklamasi; dan
4) Rencana biaya reklamasi.
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana reklamasi diatur dengan
peraturan menteri. Rencana Pascatambang
i. Rencana pascatambang, disusun dengan meliputi:
1) profil wilayah;
2) deskripsi kegiatan pertambangan;
3) rona lingkungan akhir lahan pascatambang;
4) kriteria keberhasilan;
5) program pascatambang;
6) organisasi; dan
7) rencana biaya pascatambang;
a. Rencana pascatambang adalah merupakan hasil konsultasi
dengan pemangku kepentingan yang telah ditetapkan
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan
rencana pascatambang diatur dengan peraturan Menteri.
BAB 3. METODE PENULISAN

3.1 Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan


melakukan penelusuran Pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari
deskripsi, media elektronik, dan beberapa Pustaka yang relevan. Adapun Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Dilakukan studi pustaka yang menjadi bahan pertimbangan

2. Diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data


tersebut acuan.
BAB 4. PEMBAHASAN

Pemanfaatan lahan bekas tambang seyogianya mengarah kepada


keberlanjutan perekonomian daerah dan masyarakat, tanpa mengabaikan fungsi
lingkungan, diantaranya berupa polikultur perkebunan dengan kehutanan. Sebagai
contoh, PT Inco (Ambodo, 2008) telah membuat plot contoh polikultur coklat dan
tanaman kehutanan lokal yang bernilai ekonomi tinggi. Dalam percobaan ini, 1 ha
cover crop cukup untuk memberi pakan 10 ekor sapi pedaging dari jenis Brahman.
Dalam jangka pendek, dihasilkan daging sapi potong, dan kotoran sapi digunakan
untuk pupuk tanaman coklat. Dalam jangka menengah (3-4 tahun) hasil tanaman
coklat sudah dapat dipetik, dan dalam jangka panjang dapat dipanen kayu-kayu
yang bernilai ekonomi tinggi, yang ditanam di selasela tanaman coklat Selain
untuk tanaman perkebunan, lahan ex tambang berpeluang dimanfaatkan untuk
budidaya tanaman semusim termasuk padi sawah. Salah satu tantangan untuk
mencetak sawah pada areal bekas tambang adalah dalam pembentukan lapisan
tapak bajak, yang merupakan komponen penting dalam sistem pengelolaan air
pada lahan sawah. Keberhasilan akan sulit diperoleh, apabila hanya dilakukan
pelapisan permukaan tanah dengan tanah pucuk. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai manipulasi untuk mempercepat pembentukan lapisan kedap, terutama
jika tekstur tanah didominasi pasir. Usaha yang dapat dilakukan adalah pemadatan
tanah pada lapisan di bawah lapisan olah, perlu juga dicoba untuk menggunakan
bahan perekat seperti semen, atau senyawa organik untuk mempercepat
pembentukan lapisan kedap, namun sebelum teknologi ini diterapkan secara luas,
diperlukan terlebih dahulu pengkajian lebih mendalam, baik aspek teknis maupun
aspek perhitungan ekonominya.

Setelah dilakukan penataan lahan untuk sawah, lahan tidak dapat langsung
digunakan untuk tanaman padi, perlu direhabilitasi dulu dengan menggunakan
tanaman penutup tanah dari jenis kacang-kacangan (legume), sehingga perbaikan
status bahan organik akan berjalan secara insitu. Perbaikan iklim mikro dan
kondisi biologi tanah juga sudah berjalan, saat penanaman padi dilakukan.
Kandungan logam berat dalam tanah maupun air irigasi juga harus diidentifikasi
terlebih dahulu, untuk menghindari pencemaran produk pangan yang dihasilkan.
Hasil analis jaringan tanaman padi yang dihasilkan pada areal bekas tambang
timah di Babel menunjukkan kandungan besi dalam seluruh jaringan tanaman
(akar, batang/daun dan beras) melebihi batas yang ditoleransikan. Kandungan Pb
dalam akar juga berada di atas ambang batas. Oleh karena itu untuk mengurangi
kadar logam berat dalam tanah penting untuk dilakukan penanaman penutup tanah
dalam jangka waktu tertentu tergantung kandungan logam beratnya dan
pemberian sumber bahan organik lainnya.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. tentang reklamasi dan pascatambang pasal 4 ayat 1 sebagai berikut


Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)huruf a
dan ayat (2) huruf a, paling sedikit meliputi:
a) perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut,
dan tanah serta udara berdasarkan standar bakumutu atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
b) perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati
c) penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan
penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur
buatan lainnya.
d) pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai denganperuntukannya
e) memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan
f) perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Sedangkan untuk izin usaha pertambangan yang lokasi
pertambanganya berada pada dua wilayah provinsi yang berbeda dan
dalam skala besar diajukan kepada menteri dan dengan persetujuan
gubenur dan bupati / walikota setempat ini sesuai dengan pasal 48
huruf C Undang – Undang No 23 tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral Dan Batubara sebagai berikut; Menteri apabila lokasi
penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada di dalam wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan
rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.
3. Ada beberapa aspek Yang harus termuat didalam rencana reklamasi
dan pascatambang adalah: Rencana reklamasi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 paling sedikit memuat:
a. tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
b. rencana pembukaan lahan;
c. program reklamasi terhadap lahan terganggu yang
meliputilahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang
yang bersifat sementara atau permanen;
d. kriteria keberhasilan meliputi standar keberhasilan penataan lahan,
revegetasi, pekerjaan sipil, dan penyelesaian akhir; dan
e. rencana biaya reklarnasi terdiri atas biaya langsung dan biaya
tidak langsung

5.2 Saran

Dalam melakukan suatu percobaan hendaklah pelaku atau yang melakukan


praktek mengetahui materi keseluruhan. Ilmi tanah, macam macam logam sampai
dampak lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga


Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN
Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. Yogyakarta: CV.
Andi Offse

Anda mungkin juga menyukai