FULL PAPER - Ekonoi Dan Kebijakan Tambang - Hello Future - Whihelmina Sri Nadakusuma - Pengaruh DMO Bagi Indonesia - REZA DEVI WULANDARI
FULL PAPER - Ekonoi Dan Kebijakan Tambang - Hello Future - Whihelmina Sri Nadakusuma - Pengaruh DMO Bagi Indonesia - REZA DEVI WULANDARI
Disusun oleh:
1. Ketua
a. Nama Lengkap : Whihelmina Sri Nadakusuma
b. NIM : 211910901020
c. Prodi/Fakultas : Teknik Pertambangan/Teknik
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Jember
e. Alamat : : Toyoresmi, Ngasem, Kediri
f. No.Telp/HP : 085755814275
g. Email : whihelminada@gmail.com
Ketua Tim
NIM.211910901020
2
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
2021
NIM.211910901020
3
KATA PENGANTAR
4
Ekonomi dan Kebijakan
ABSTRAK
Negara Indonesia terletak pada jalur yang dilintasi cincin api dunia atau Ring of Fire dapat
berdampak positif dan negatif bagi Indonesia. Dampak negatif yang sering terjadi adalah
rawannya terjadi gempa. Sedangkan dampak positinf dari letak Indonesia ini adalah Negara
Indonesia termasuk dalam Negara dengan tanah subur serta memiliki keberagaman bahan
tambang mineral yang melimpah. Negara Indonesia memiliki banyak tambang mineral, salah
satunya adalah batubara. Sumber daya batubara banyak tersebar di Indonesia khususnya di
Kalimantan dan di Sumatra. Dengan adanya sumber daya tambang ini, membantu menaikkan
perekonomian Indonesia.Adanya kekayaan tambang batubara di Indonesia pemerintah membuat
kebijakan Domestic Market Obligation atau biasa disebut DMO. DMO merupakan kewajiban
bagi Badan Usaha Tetap untuk menyerahkan sebagian hasil produksi batubara bagiannya kepada
Negara. Penyerahan kepada Negara ini dilakukan melalui Badan Pelaksana, dengan tujuan
penyediaan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dari pemaparan tersebut kita
dapat mengetahui apa peran dari kebijakan Domestic Market Obligation bagi perekonomian
Indonesia.Tujuan penulisan ini adalah untuk lebih mengetahui seberapa penting peran Domestik
Market Obligation dalam perekonomian Indonesia. Ketetapan Domestik Market Obligation pada
tahun 2021 ini sebesar 25% diberlakukan Izin Usaha Pertambangan Batubara. Peraturan DMO
ini penting karena dapat digunakan untuk memantau ketersediaan energi nasional tercukupi.
Kebijakan DMO sendiri dimaksudkan untuk mencukupi penyediaan tenaga listrik untu
kepentingan umum di Indonesia. Selain itu DMO juga dimaksudkan untuk pemenuhan bahan
baku industri. Ketetapan DMO telah final dan pemerintah juga telah menyiapkan sanksi bagi
pelanggar ketetapan ini. Namun adanya ketetapan ini juga menjadi kendala tersendiri bagi
produsen batubara. Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa Domestik Market
Obligation memiliki peran penting dalam peningkatan perekonomian di Indonesia namun juga
menjadi kendala bagi produsen batubara itu sendiri.
Kata Kunci. Kebijakan petambangan, perekonomian, DMO
5
BAB I PENDAHUUAN
6
BAB II TINJAUAN PUSATAKA
Mineral dan batu bara merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi pendukung
pertumbuhan suatu negara (Kotijah, 2012). Keberadaan mineral dan batu bara dapat menjadi
salah satu tolok ukur kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. Negara dengan kekayaan mineral
dan batu bara yang tinggi cenderung akan menjadi negara yang maju dan sejahtera (Hayati,
2016; Ika, 2017). Untuk menuju kemajuan tersebut diperlukan pengelolaan yang baik terhadap
penggunaan dan pemanfaatan kekayaan mineral dan batu bara melalui kegiatan pembangunan.
Dalam perspektif ekonomi, kegiatan pembangunan pada hakikatnya adalah kegiatan
manusia dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya dengan tujuan
meningkatkan taraf hidup bangsa (Sudjana, 2018). Menurut Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Arizona, 2014). Untuk mewujudkan amanat dari pasal tersebut, maka pemerintah Indonesia
membuat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (UU Energi).
Tujuan dari UU Energi mengindikasikan bahwa pada dasarnya pemerintah harus
melakukan kebijakan yang dapat menjamin kebutuhan batu bara nasional. Kebutuhan batu bara
nasional tersebut digunakan untuk pembangunan dan peningkatan taraf hidup masyarakat
(Sidik, 2012). Eksploitasi atas pengelolaan pertambangan mineral ini harus berprinsipkan pada
usaha pertambangan yang berwawasan lingkungan serta pembangunan berkelanjutan
(Rosmini, 2010; Fadhilah, 2016).
Mengingat potensi pendapatan negara yang berasal dari sektor pertambangan sangat
besar, maka dibutuhkan pengaturan atau regulasi yang ketat demi perlindungan atas pemanfaatan
barang-barang tambang yang ada di Indonesia (Haryadi, 2018). Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara pada Pasal 5 ayat (1) menjelaskan bahwa
untuk kepentingan nasional pemerintah dapat menetapkan kebijakan pengutamaan mineral
dan/atau batu bara untuk kepentingan dalam negeri. Guna mengendalikan produksi batu bara
nasional dan pemenuhan kebutuhan batu bara dalam negeri, pemerintah menerapkan kebijakan
Domestic Market Obligation (DMO).
Dengan kebijakan DMO para produsen batu bara memiliki kewajiban menjual batu bara
untuk kepentingan dalam negeri. Pemerintah juga menetapkan kebijakan Harga Batu Bara Acuan
terkait harga batu bara dalam negeri guna mengendalikan harga batu bara di bidang
ketenagalistrikan (Sipayung, Siregar, Tambunan, & Sembel, 2012). Sampai saat ini aturan terkait
DMO lebih mengatur kepada pemenuhan kebutuhan batu bara nasional sebesar
25% dari total produksi dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan dengan persentase
pemenuhan 80% untuk ketenagalistrikan dan 20% untuk sektor domestik lainnya.
Diterbitkanya kebijakan DMO batu bara 25% menjadi acuan penting bagi industri yang
menggunakan batu bara agar kebutuhan batu baranya terpenuhi. DMO batu bara sebesar 25%
tersebut pada dasarnya merupakan perhitungan kebutuhan batu bara dalam negeri saat ini yang
disesuaikan dengan total RKAB dari seluruh perusahaan tambang.
Setiap perusahaan tambang pada dasarnya memiliki kewajiban untuk menjual 25%
produksi batu bara dari tambangnya untuk kebutuhan batu bara dalam negeri. Apabila ada
perusahaan yang tidak memenuhi DMO maka akan dikenakan sanksi pemotongan produksi
tahun selanjutnya serta pengurangan kuota ekspor.
Bagi perusahaan yang tidak memenuhi DMO batu bara 25%, pemerintah telah
memberikan kebijakan khusus yaitu Transfer Kuota DMO Batu Bara antar perusahaan tambang
7
berdasarkan pada Surat Menteri ESDM Nomor 2783/32/MEM.B/2018 tanggal 19 April 2018.
Dalam hal perusahaan tambang yang tidak dapat melakukan suplai batu bara kepada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) dapat menggunakan mekanisme transfer kuota untuk memenuhi
DMO-nya. Akan tetapi metode transfer kuota tersebut tidak menjelaskan secara terperinci terkait
mekanisme transfer kuota.
Belum adanya pengaturan tentang harga dan batasan kuota mengakibatkan
permasalahan yaitu kerugian bagi perusahaan yang membutuhkan kuota. Kerugian timbul
karena perusahaan yang kelebihan kuota dapat mematok harga batu bara dengan harga
berapapun atau menggunakan harga pasar, sedangkan perusahaan yang membutuhkan harus
menjual dengan harga khusus batu bara bagi PLTU setelah melakukan pembelian. Selain itu,
adanya penerapan sanksi juga cukup mengkhawatirkan bagi perusahaan yang tidak mampu
memenuhi kuota DMO karena jatah produksi pada tahun selanjutnya akan dipangkas.
8
BAB III METODE PENULISAN
Dalam membuat makalah ini penulis melakukan pencarian data melalui lteratur-literatur
yang relevan dengan tema yang akan penulis angkat dalam makalah ini. Dari beberapa literatur
yang diperoleh oleh penulis kemudian dikumpulkan data dan informasi dari literatur dan jurnal.
data dan informasi yang didapatkan oleh penulis kemudian dikembangkan dan dikaji lagi dalam
bentuk makalah ini.
Literatur yang diguakan oleh penulis salah satunya adalah Keputusan Menteri ESDM
No. 139.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batubara Dalam Negeri. litertur
ini penulis gunakan karena literatur ini sangat relevan dengan tema yang diambil untuk makalah
ini.
9
BAB IV HASIL
Domestic Market Obligation (DMO) batubara mrupakan kewajiban Badan Usaha Tetap
untuk menyerahkan sebagian hasil produksi batubara bagiannya kepada negara melalui Badan
Pelaksana dalam rangka penyediaan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
besarnya diatur didalam kontrak kerja sama.
Peraturan DMO ini sangat penting untuk mengatur besaran penjualan batubara ke dalam
negeri, sehigga pemerintah dapat memastikan ketersediaan energi nasional tercukupi. Tahun ini,
melalui peraturan dalam Keputusan Menteri ESDM No.139.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang
Pemenuhan Kebutuhan Batubara Dalam Negeri, pemerintah menetapkan besaran DMO batubara
sebanyak 25% dari rencana jumlah produksi batubara tahunan dari setiap produsen. Aturan
tersebut ditetapkan oleh Menteri ESDM.
Peraturan tersebut dimaksudkan untuk mencukupi penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum dan kepentingan sendiri serta pemenuhan bahan baku industri, dengan harga
jual batubara untuk DMO ini ditetapkan maksimal diangka US$70 per ton, yang didasarkan atas
spesifikasi acuan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8% (delapan persen), Total
Sulphur 0,8% (nol koma delapan persen), dan Ash 15% (lima belas persen).
Ketetapan DMO 25% ini diberlakukan untuk setiap pemegang Izin Usaha
Peratambangan (IUP), tahap kegiatan Operasi Produksi Batubara, Izin Usaha
Pertambagan Khusus (IUPK) tahap kegiatan Operasi Produksi Batu Bara, Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) tahap Operasi Produksi, dan Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK) sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/ Perjanjian.
Peraturan tersebut telah final dan harus ditaati. Pemerintah pun telah menyiapkan sanksi
bagi pelanggar yang tidak mengikuti aturan baru tersebut, dari mulai pengenaan denda dan
kompensasi, hingga pelarangan penjualan batubara ke luar negeri.
Peraturan ini menjadi satu kendala tersendiri bagi produsen batubara. Pada tahun 2020,
pemerintah telah membebaskan sanksi kewajiban pembayaran kompensasi sejumlah kekurangan
penjualan batubara dalam negeri. Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No.255.K/30/MEM/2020 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batu Bara
Dalam Negeri 2021 yang ditetapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 29 Desember 2020.
Sehingga pada tahun ini, produsen batubara juga mengharapkan keringanan yang sama. Hal
tersebut didasari adanya kendala dalam pemenuhan kualitas batubara yang dibutuhkan domestik.
Salah satunya yaitu masih banyak produsen batubara yang tidak bisa memenuhi syarat serapan
kualitas batubara 4.000 – 5.000 Gar untuk perusahaan kelistrikan nasional.
Peraturan yang ditetapkan sejak Keputusan Menteri ini berlaku, diantaranya:
a. Jumlah produksi batubara sebesar 550.000.000 (lima ratus lima puluh juta) ton
b. Tambahan jumlah produksi batubara sebesar 75.000.000 (tujuh puluh lima juta) ton
untuk penjualan ke luar negeri, sehingga jumlah produksi batubara untuk tahun 2021
sebesar 625.000.000 (enam ratus dua puluh lima juta) ton sebagai dampak pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVE)- 19) yang mengakibatkan penurunan keekonomian
pertambangan secara global, serta tidak dikenakan kewajiban persentase penjualan
batubara untuk kebutuhan dalam negeri;
c. Terhadap sejumlah kekurangan penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri
(domestic market obligation) tahun 2020, kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi Batubara, Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi
Batubara, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara tahap Operasi Produksi
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 261 K/30/MEM/2019 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batubara Dalam Negeri
Tahun 2020, termasuk kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai
10
Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian, diberikan pembebasan kewajiban pembayaran
kompensasi.
11
BAB V PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA MPC 2021
A. Identitas Diri
14
A. Identitas Diri
Kediri, 20-11-2021
Ketua Tim
15