Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR PENGESAHAN

Naskah Karya Tulis ini


Judul : Dampak tambang konvensional bagi perekonomian Bangka belitung
Penulis : akmalludin
Jabatan : Siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Jebus Kec.Jebus Kab.Bangka Barat

Benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi.Apabila di


kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan plagiasi,maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jebus,27 Februari 2022


Menyetujui dan Mengesahkan
Guru Pembimbing, Penulis,

Puji Utami,S.Pd akmalludin


NIP.198301182009032003 NISN.0035810961
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat tuhan yg maha esa yang melimpahkan rahmat,taufik
dan hidayahnya kepadakita semua sehingga karya ini bias selesai sesuai dengan
syarat yang telah di tentukan
Sebagai rasa syukur atas keberhasilan menulis karya ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yg sebanyak-banyaknya kepada pihak pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu membuat karya tulis ini:
1.ibu kusmiati S.pd MM selaku kepala SMA Negeri 1Jebus.
2.ibu puji utami,S Pd selaku guru pembimbing.
3.dewan guru dan pegawai yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
4.orang tua dan keluarganya terima kasih atas dukungan dan doa nya.
5.teman-temanku terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna,untuk itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat di butuhkan penulis demi kemajuan
penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih,semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Karya tulis ilmiah
Dampak tambang konvensional bagi perekonomian Bangka Belitung

Disusun Oleh:
Nama : Akmalludin
Kelas: XII IPA 2

SMA NEGERI 1 JEBUS


TAHUN 2021/2022
Daftar isi

Halamn judul 1
Lembar pengesahan 2
Kata pengantar 3
Daftar isi 4
Bab i 5
1.1 latar belakang masalah…………………………………………………………………………………..........6
1.2 rumusan masalah……………………………………………………………………………………….............7
1.3 tujuan penelitian……………………………………………………………………………………………………8
1.4 manfaat…………………………………………………………………………………………………………………9
bab ii……………………………………………………………………………………………………………………………..10
landasan teori…………………………………………………………………………………………………………….11
bab iii ……………………………………………………………………………………………………………………………12
pembahasan……………………………………………………………………………………………………………....13

bab iv……………………………………………………………………………………………………………………………..14

simpulan dan saran…………………………………………………………………………………………………….15

Bab I

Pendahuluan

1.1 latar belakang masalah

Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (bahasa
Latin: Stannium) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan,
dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan
karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk
mencegah karat3. Timah juga merupakan bahan tambang utama yang berada di Bangka.
Timah ini sudah dieksploitasi sejak ratusan tahun silam oleh bangsa kolonial Belanda.
Dan sekarang ini dikelola oleh pemerintah Indonesia melalui dua anak perusahaan
swasta yakni PT Timah tbk dan PT Kobatin. Dalam pemanfaatannya, bijih timah telah
banyak mengalami peningkatan, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasar nasional
maupun dunia. Penambangan timah di Pulau Bangka merupakan kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam yang sampai saat ini merupakan penyumbang devisa negara dan
pendapatan daerah terbesar di Pulau Bangka. Akan tetapi, aktivitas penambangan timah
yang besar-besaran dan tidak terkontrol baik oleh penduduk ataupun perusahaan
tambang timah di Pulau Bangka menimbulkan permasalahan pengrusakan lingkungan
yang semakin parah dan memprihatinkan antara lain, terbentuknya kolong (lubang
bekas penggalian tambang yang mengandung logam-logam terlarut berbahaya yang
tidak dapat dimanfaatkan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Saat ini, di Pulau
Bangka terdapat lebih dari seribu kolong akibat penambangan timah yang tidak adanya
pengendalian tambang timah inkonvensional. Akibat penambangan timah yang tidak
terkendali dan lambannya tindakan reklamasi terhadap lingkungan yang sekarang ini
berada diambang kehancuran. Ada hal yang menarik yang perlu diperhatikan sampai
sekarang adalah ribuan Tambang Inkonvensional (TI) yang beroperasi di daerah
tambang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan pencemaran limbah galian timah.
Dalam jangka panjang, hal ini sangat membahayakan dan memperparah kondisi
lingkungan di Pulau Bangka. Sektor pertambangan timah masih cukup besar peranannya
bagi perekonomian daerah. Namun sebagaimana yang kita ketahui, timah sebagai
bahan galian tambang yang tidak dapat diperbaharui pada suatu saat akan habis. Oleh
karena itu, prioritas pembangunan “Pasca Timah” perlu secepatnya di antisipasi. Dalam
mengambil antisipasi ini, maka aparatur pembangunan wilayah harus memiliki otoritas
dan kewenangan yang besar dalam perencanaan dan pembangunan daerah yang
mengacu kepada kondisi objektif dan peluang yang dapat diraih oleh daerah tersebut.
Kini hasil Perdagangan Timah sudah menebus Pasar Internasional baik Dalam Negeri
maupun Luar Negeri, adapun negara tujuan ekspor terutama negara-negara di Asia dan
Eropa. Untuk mempertahankan keberadaan komunitas ekspor timah di pasaran
internasional, khususnya pasar Asia dan Eropa. Maka dibutuhkan politik perdangangan
internasional. Politik perdagangan internasional yaitu strategi apa yang dilakukan
industri untuk memasuki dan meningkatkan komunitas ekspor hasil industri yang digali
dari bumi serta mengembangkan perdagangan internasionalnya. Untuk itu, strategi
keterbukaan dengan selalu memperbaiki iklim usaha secara sehat dan dinamis
merupakan kondisi yang perlu diciptakan dan dijaga terus menerus. Secara eksplisit
perbedaan sifat Sumber Daya Alam harus diperhitungkan. Sumber Daya Alam yang tidak
dapat diperbarui seperti bahan tambang memiliki manfaat yang dibatasi waktu dan
volumenya akan mengalami deplesi (pengurasan) dalam proses penggaliannya. Sebesar-
besarnya hasil tambang yang dikandung di daerahnya suatu saat akan habis tergali.
Contohnya adalah Timah di Pulau Bangka, akan terkuras habis dalam 25 tahun. Deplesi
harus diperhitungkan agar pembangunan Bangka bisa berlanjut. Laju deplesi bahan
timah itu harus dikenai depletion rent sebagai modal substitusi tambang timah yang
habis untuk di investasikan dalam kegiatan berbasis Sumber Daya Alam yang
diperbaharui seperti pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, dan pengembangan
sumber daya manusia. Ketika penambangan timah berakhir, maka ekonomi Bangka bisa
berlanjut karena terbangun motor-motor ekonomi baru yang bertumpu pada sumber
daya alam yang diperbaharui. Semua sumber daya alam diperlakukan sama sehingga
penipisan sumber daya alam tambang tidak diperhitungkan atau tanpa pola
keberlanjutan. Jika kemudian timah Bangka habis pada tahun 2025. Maka yang tersisa
adalah kota yang tidak berpotensi, dalam arti kota hantu. Keterlibatan masyarakat
sangat essensial dalam pembangunan berkelanjutan, tetapi saat ini masih terbatas dan
belum menjadi suatu gerakan. Untuk mendorong partisipasi masyarakat. Dibutuhkan
suatu wahana untuk menyebarkan informasi mengenai pembangunan berkelanjutan
dan isu lingkungan global. Selain itu, diperlukan penguatan jaringan masyarakat untuk
dapat berperan dalam pembangunan berkelanjutan. Di tingkat daerah, maraknya
Tambang Inkonvensional (TI) dipicu oleh terbitnya Surat Keputusan (Skep) Bupati
Bangka No 540.K/271/Tamben/2001 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan
untuk Pengolahan dan Penjualan (ekspor). Keputusan Menperindag Nomor
294/MPP/Kep/10/2001 yang tidak memuat tata niaga komoditas timah sebagai barang
yang diatur. Misalnya, ditafsirkan bahwa timah adalah barang bebas yang
perdagangannya tidak diawasi ataupun dilarang. UU No 22/1999 tentang Pemerintah
Daerah juga hanya dipahami sebagai kebebasan daerah untuk mengelola mineral yang
ada di wilayahnya. Contoh tumpang tindih kebijakan lainnya adalah aturan Kep.men-
Perindag No 443/MPP/ Kep/5/2002 tentang larangan ekspor timah berbentuk bijih
(pasir) dengan Skep Bupati Bangka No 540.K/271/Tamben/2001 tentang Pemberian Izin
Usaha Pertambangan untuk Pengolahan dan Penjualan (ekspor)

1.2 rumusan masalah

berdasarkan uraian di atas,maka rumusan masalah yang akan di bahas adalah;


1.apa dampak tambang konvensional bagi perekonomian Bangka Belitung
2.upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi dampak tambang konvensional bgi
perekonomian Bangka Belitung .
1.3 tujuan penelitian
Penulisan ini di lakukan dengan tujuan sebagai berikut;
1.untuk antisipasi agar tidak merusak lingkungan dan
2.meneliti perekonomian Bangka Belitung
1.4 manfaat penulis
Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi seluruh siswa di SMA Negeri 1 Jebus
Bab ii
A.tambang timah
1.pengertian tambang timah
Pertambangan, menurut UndangUndang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (UU No. 4/2009) adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan, diakses 3 November 2019). Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan menambang adalah menggali (mengambil)
barang tambang dari dalam tanah.26 Kemudian, Abrar Saleng menyatakan bahwa usaha
pertambangan pada hakikatnya ialah usaha pengambilan bahan galian dari dalam bumi. Dari
pengertian-pengertian pertambangan di atas, dapat diketahui bahwa pertambangan adalah
suatu usaha mengambil dan memanfaatkan bahan-bahan galian,. Hakikatnya pembangunan
sektor pertambangan dan energi mengupayakan suatu proses pengembangan sumber daya
mineral dan energi yang potensial untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. (http://eprints.umm.ac.id/35899/3/jiptummpp -gdl-
donasonata-47497-3-babii.pdf) Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah
mengacu pada konsep pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan,
yang meliputi: 1. Penyelidikan Umum (Prospecting) 2. Eksplorasi: eksplorasi pendahuluan,
eksplorasi rinci 3. Studi kelayakan: teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal) 4.
Persiapan produksi (Development, Construction) 5. Penambangan (Pembongkaran,
Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan) 6. Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan 7.
Pengolahan (Mineral Dressing) 8. Pemurnian / metalurgi ekstraksi 9. Pemasaran (Marketing)
10. Corporate Social Responsibility (CSR) 11. Pengakhiran Tambang (Mine Closure) Ilmu
Pertambangan: ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktik hal-hal yang berkaitan
dengan industripertambangan berdasarkan prinsip praktik pertambangan yang baik dan
benar (good mining practice) (https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan, diakses 3
November 2019) Pertambangan Di Indonesia Menurut UU No. 4/2009, Usaha
pertambangan dikelompokkan atas pertambangan mineral, dan pertambangan batubara.
Pertambangan mineral digolongkan atas: 57 1. pertambangan mineral radioaktif 2.
pertambangan mineral logam 3. pertambangan mineral bukan logam dan 4. pertambangan
batuan. Pengaturan mengenai penggolongan bahan galian pada UU No. 4/2009 dijelaskan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Pasal 2 ayat 2: Pertambangan
mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan
komoditas tambang: 1. Mineral radioaktif meliputi: radium, thorium, uranium, monasit, dan
bahan galian radioaktif lainnya 2. Mineral logam meliputi: litium, berilium, magnesium,
kalium, kalsium, emas,tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina,
bismuth,molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium,
kromit,antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi,galena,
alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium,dysprosium, thorium,
cesium, lanthanum, niobium,neodymium, hafnium,scandium, aluminium, palladium,
rhodium, osmium, ruthenium, iridium,selenium, telluride, stronium, germanium, dan
zenotin. 3. Mineral bukan logam meliputi: intan, korundum, grafit, arsen, pasir
kuarsa,fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk,
mika,magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,
bentonit,gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas,
batukuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen 4. Batuan meliputi:
pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome,tanah serap (fullers earth),
slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah
urug, batu apung, opal, kalsedon, chert,kristal kuarsa, jasper, krisoprase kayu terkersikan,
gamet, giok, agat, diorit, topas,batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil
sungai, batu kali, kerikilsungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir
alami (sirtu),bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah
(laterit),batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral
logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau darisegi ekonomi
pertambangan 5. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pertamban gan). Mengenal Timah Timah adalah sebuah unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor
atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak
mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak alat, dan
digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama
dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida. Jumlah kecil timah dalam makanan
kaleng tidak berbahaya bagi manusia. Senyawa timah trialkil dan triaril berbahaya bagi
makhluk hidup dan harus ditangani secara hati-hati. timah juga digunakan dalam
pembuatan grenjeng rokok (timah putih), pada longsongan peluru (timah hitam). Timah
adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3
g/cm3 , serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan
normal (13–1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk
sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan
metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai
endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera
mata, dan lain-lain. Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung,
Pulau Singkep, dan Pulau Karimun. Timah ada 2 macam Timah Hitam dan Timah putih.
Sejarah dan Proses Penambangan Timah di Bangka Belitung Timah merupakan sumber daya
alam utama pulau Bangka Belitung sejak lama. Besarnya kandungan biji timah di daerah ini
merupakan yang terbesar dari beberapa daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk di dunia,
produksi timah asal Indonesia sangat mempengaruhi harga pasar dunia. Di dalam sejarah
penambangan timah, telah banyak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Proses
penambangan timah pun kian efektif dan efesien berkat kemajuan teknologi pertambangan.
Sejak dulu telah tercatat berbagai teknik penambangan timah yang terjadi di Bangka
Belitung. Proses penambangan timah terdiri dari beberapa tahapan yang dilakukan secara
menyeluruh, hal ini oleh PT. TIMAH di sebut dengan Penambangan Timah Terpadu. a.
Penambangan Timah Lepas Pantai Perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk
operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai
kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk
dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut
dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal
keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu
bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun. b. Penambangan Darat
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan
dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali
perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat
mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar
berkapasitas 100 m3/jam. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa
semprot (gravel pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan
penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan
memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan
dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur
pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra
usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian
Kerja Sama. Pengolahan Timah Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang
berkadar rendah, bijih timah tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing
Plant). Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 -
30% Sn menjadi 72% Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar
bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk
mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi
dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai