Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. ABSTRAK

Hemangioma merupakan tumor lidah jinak vaskuler yang sering

dijumpai pada masa kanak-kanak dan sekitar 30% timbul didaerah kepala

dan leher. Lesi ini terutama sangat sering ditemukan pada bibir, lidah, dan

mukosa bukal. Penatalaksanaan dengan bedah diindikasikan pada kasus

hemangioma dengan pertumbuhan menuju ke arah gangguan fungsi atau

gangguan perkembangan atau yang menimbulkan komplikasi. Dilaporkan

suatu kasus hemangioma kapilare pada anak laki-laki usia 4 tahun, datang

dengan keluhan adanya benjolan berwarna kemerahan pada sisi lidah kiri

yang mengganggu fungsi bicara dan pengunyahan. Kemudian dilakukan

tindakan esktripasi bedah dengan anestesi umum untuk mengangkat massa

hemangioma. Evaluasi selama tiga bulan tidak ditemukan adanya

rekurensi dan fungsi bicara serta pengunyahan kembali normal disertai

dengan adanya perbaikan berat badan anak.

1.2. TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk

mengetahui asuhan keperawatan pada neonatus dengan masalah

Hemangioma

1
1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian Hemangioma

b. Mengetahui etiologi/penyebab bayi Hemangioma

c. Mengetahui tanda dan gejala seorang bayi menderita

Hemangioma

d. Mengetahui Patofisiolagi pada bayi hemangioma

e. Mampu menjelaskan Klasifikasi Hemangioma

f. Dapat melakukan pemeriksaan Laboratorium pada masalah

Hemangioma

g. Dapat mendeksi terjadinya komplikasi pada Hemangioma

h. Mampu mengetahui dan melakukan Penatalaksanaan bila

menemukan masalah Hemangioma.

i. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan jika pada prakteknya

nanti menemukan masalah Hemangioma

1.3. BATASAN MASALAH

Pada makalah ini masalah kami batasi pada asuhan keperawatan

pada Klien dengan masalah Hemangioma

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN HEMANGIOMA

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak / tumor vaskuler

jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah

yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.

Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia

kurang dari 1 tahun (5-10%). Biasanya, hemangioma sudah tampak sejak

bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah

kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan

tubuh seperti kepala, leher, muka, kaki atau dada.

Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi

dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang

tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang

biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada kulit orang tua. Umumnya

hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus

hemangioma dapat hilang dengan sendirinya beberapa bulan kemudian

3
setelah kelahiran. Harus diwaspadai bila hemangioma terletak di bagian

tubuh yang vital, seperti pada mata atau mulut. Hal ini dikarenakan, bila

menutupi sebagian besar tempat tersebut akan mengganggu proses makan

dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ dalam tubuh

(usus, organ pernafasan, otak) dapat mengganggu proses kerja organ

tersebut. Hemangioma lebih mengganggu bagi para orang tua ketika

hemangioma tumbuh pada muka atau kepala bayi.

2.2. ETIOLOGI

Hingga saat ini apa yang menjadi penyebab hemangioma masih

belum diketahui, namun diperkirakan berhubungan dengan mekanisme

dari kontrol pertumbuhan pembuluh darah. Angiogenesis sepertinya

memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti

Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth

Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.

Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan

kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis

factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi

terjadinya hemangioma.

4
2.3. TANDA DAN GEJALA

A. Hemangioma kapiler

Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa:

 Bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. “Salmon

patch” berwarna lebih muda sedang “Port wine stain” lebih

gelap kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk benjolan di

atas permukaan kulit.

B. Hemangioma kavernosum

 Tampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan

“compressible” (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas

dalam beberapa waktu membesar kembali).

5
C. Hemangioma Campuran.

 Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada

yang disertai fistula arterio-venous (bawaan).

Gejala klinis

Tergantung macamnya :

1) Hemangioma kapiler, “Port wine stain” tidak ada benjolan

kulit.

2) “Strawberry mark”, menonjol seperti buah murbai.

3) Hemangioma kavernosum, teraba hangat dan

“compressible”.

Pemeriksaan dan diagnosis

1) Mudah nampak secara klinis, sebagai tumor yang menonjol

atau tidak menonjol dengan warna kemerah-merahan

2) Tumor bersifat “compressible”

3) Kalau perlu dengan pemeriksaan angiografi.

6
2.4. PATOFISIOLOGI

Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari

pertumbuhan dan involusi hemangioma tidak begitu dimengerti,

pengetahuan mengenai pertumbuhan dari pembuluh darah yang normal

dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis

menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan

pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan

dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem

vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan

dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis,

termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic

fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase,

dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi.

Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan

cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti

dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan

fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara spontan.

Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma

kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase

involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat.

Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan

bekas

7
Pathway

↓ gama interferon & transforming growth B



↑ vascular endotel growth factor (mutasi sel)

Hemangioma

Angiogenesis

↑ sel endotel pembentuk vascular



↑ vol/jumlah Penekanan daerah
↑ ukuran tumor
vaskularisasi & saraf

Penekanan jaringan
penipisan dinding vaskuler Nyeri

mata
rupture spontan vaskuler

Astigmatisme & ambiopia perdarahan
nekrosis

Gg. Sensori visual sikatris
↑ keb. Nutrisi u/perbaikan jar.
& kebutuhan O2 serta nutrisi u/
Rupture ulangan
Kurang pengetahuan Pertumbuhan tumor

ulkus
anxietas Malnutrisi (suplai inadekuat)
↓ gg. integritas kulit
Keusakan jaringan
Sekitar tumor
masif

Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh trombositopenia

↓ vol. cairan

8
2.5. KLASIFIKASI
1. Hemangioma Kapiler (Superficial Hemangioma)

Terjadi pada kulit bagian atas. Hemangioma kapiler disebut

juga strawberry hemangioma (hemangioma simplek), terjadi pada

waktu lahir atau beberapa hari setelah lahir. Sering terjadi pada bayi

prematur dan biasanya akan menghilang beberapa hari atau beberapa

minggu kemudian. Gejalanya antara lain tampak bercak merah yang

lama-kelamaan makin besar. Lama-kelamaan warnanya menjadi merah

menyala, berbatas tegas, keras pada perabaan tegang dan berbentuk

lobular. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna didaerah

sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.

Selain strawberry hemangioma (hemangioma simplek), bentuk

lain hemangioma kapiler (superficial hemangioma) adalah granuloma

piogenik. Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi

sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun

sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi

pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal

tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul

eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat

mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah.

9
2. Hemangioma Kavernosum

Terjadi pada kulit yang lebih dalam yaitu di bagian dermis dan

subkutis (lapisan pada kulit). Hemangioma kavernosum biasanya tidak

memiliki batas tegas berupa benjolan yaitu makula eritematosa atau

nodus yang berwarna merah keunguan. Bila ditekan mengempis dan

menggembung kembali bila dilepas. Kelainan ini terdiri dari elemen

vaskular (pembuluh darah) yang matang. Hemangioma kavernosum

kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot

atau organ dalam. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi

spontan. Berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat.

Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai,

mudah berdarah.

3. Hemangioma Campuran

Pada beberapa kasus, kedua jenis hemangioma diatas dapat

terjadi bersamaan dan dinamakan hemangioma campuran. Gambaran

klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis hemangioma tersebut.

Banyak ditemukan pada ekstremitas inferior (alat gerak tubuh bagian

bawah, misalnya; kaki, paha, dll), unilateral (satu sisi bagian tubuh,

misalnya; paha kiri/kanan), soliter (tunggal) dan terjadi sejak lahir atau

pada masa anak-anak. Ciri-cirinya antara lain tonjolan bersifat lunak

dan berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya

dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa. Lokasi hemangioma

campuran pada lapisan kulit superfisial (permukaan) dan dalam, atau

di organ dalam.

10
2.6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika

gambaran lesinya khas, tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma

dapat menjadi susah untuk ditegakkan, terutama pada hemangioma yang

letaknya lebih dalam.

Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik

pencitraan membantu dalam membedakan kelainan pembuluh darah dari

beberapa proses neoplasma yang agresif. Ultrasonografi dengan Doppler

merupakan cara yang efektif, karena tidak bersifat invasif dan dapat

menunjukkan gambaran aliran darah yang tinggi antara hemangioma

dengan tumor solid.

Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang

digunakan karena tidak dapat menggambarkan masa yang lunak,

sedangkan pada hemangioma kavernosum biasanya dapat terlihat karena

terdapat area kalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi karena pembekuan pada

cavitas cavernosum (phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler

dapat menunjukkan peningkatan konsistensi dengan peningkatan suplai

darah, tapi cara ini jarang digunakan. Angiografi menunjukkan baik

tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui pembesaran hemangioma

karena neo-vaskularisasi.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan karakteristik

internal dari suatu hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot

yang ada di sekitarnya.

11
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada

kasus hemangioma dalam atau campuran, CT Scan atau MRI dapat

dikerjakan untuk memastikan bahwa struktur yang dalam tidak terlibat.

2.7. PENCEGAHAN

Tidak ada cara untuk mencegah hemangioma, baik yang dilakukan

sebelum maupun selama kehamilan.

2.8. KOMPLIKASI

A. Perdarahan

Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi

lainnya. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan

dinding pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan

hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh.

B. Ulkus

Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi,

perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus

dapat juga terjadi akibat ruptur. Hemangioma kavernosa yang besar

dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder.

C. Trombositopenia

Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar.

Dahulu dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang

hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma

terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi.

12
D. Gangguan Penglihatan

Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan

penglihatan dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat

merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis).

Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang

disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor

ke ruang retrobulbar. Hemangioma pada kelopak mata bisa

mengganggu perkembangan penglihatan normal dan harus diterapi

pada beberapa bulan pertama kehidupan.

2.9. PENATALAKSANAAN

A. MEDIS

Penatalaksanaan hemangioma secara umum ada 2 cara, yaitu :

1) Cara Konservatif

Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami

pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai

pembesaran maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar

umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.

Hemangioma superfisial atau hemangioma kapiler atau hemangioma

strawberry sering tidak diterapi karena hemangioma jenis ini bila

dibiarkan akan hilang dengan sendirinya dan kulit terlihat normal.

2) Cara Aktif

Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah

hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga,

dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan;

13
hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami

infeksi;hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan

menimbulkan deformitas (kelainan) jaringan. Penatalaksanaan

hemangioma secara aktif, antara lain :

B. PEMBEDAHAN

Indikasi :

1) Terdapat tanda-tanda pertumbuhan hemangioma yang terlalu cepat

2) Minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.

3) Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.

4) Tidak ada regresi spontan-spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan

hemangioma sesudah 6-7 tahun.

5) Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh

cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya.

C. RADIASI

Pengobatan radiasi sudah tidak dilakukan lagi karena :

1) Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan

tulangnya masih sangat aktif.

2) Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.

3) Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan

menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.

4) Kebanyakan hemangioma kapiler akan beregresi.

5) Kortikosteroid

Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah :

 Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.

14
 Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.

 Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.

 Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa

trombositopenia.

 Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.

Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison

yang mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk

bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral

20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan

diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan.

Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-

kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat.

Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata

dan mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid

injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga

perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa

atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan

secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma.

Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama

dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes,

iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat.

15
D. OBAT SKLEROTIK

Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya

dengan namor hocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan

NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri

dan menimbulkan sikatrik.

E. ELEKTROKOAGULASI

Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral

arterinya, juga untuk Hemangioma senilis dan granuloma piogenik.

F. PEMBEKUAN

Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair.

G. ANTIBIOTIK

Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi.

Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril.

16
BAB 3

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “HEMANGIOMA”

3.1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien (Nursalam, 2001)

 Data subyektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2001)

 Data objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2001)

3.1.1. Pengumpulan data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data sebagai

informasi tentatang pasien. Data yang dibutuhkan tersebut

mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual atau data yang

berhubungan dengan masalah pasien serta data tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah pasien (Hidayat, A. Aziz

Alimul, 2006)

A. Identitas pasien meliputi nama pasien, tempat dan tanggal

lahir, suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan,

17
tanggal dan waktu datang ke Rumah sakit (Hidayat, A. Aziz

Alimul, 2006 )

B. Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, hubungan dengan klien.

3.1.2. Riwayat keperawatan

A. Riwayat keperawatan sekarang

Riwayat keperawatan sekarang adalah faktor-faktor yang

melatarbelakangi atau hal-hal mempengaruhi atau mendahului

keluhan.

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan

penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas,

batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan

suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari

pengobatan.

B. Keluhan utama

Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat atau

gejala yang pertama timbul saat pasien datang ke Rumah sakit

yaitu keluhan mengenai adanya gangguan pada sistem

pernafasan.

C. Lama keluhan

Lama keluhan, seberapa lama pasien merasakan keluhan.

18
D. Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit saat ini, merupakan penyakit yang

dirasakan pasien pada saat dikaji (Hidayat, A. Aziz Alimul,

2006).

E. Riwayat keperawatan sebelumnya

Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat atau

pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang

pernah di alami (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).

F. Riwayat keperawatan keluarga

Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan

atau keperawatan yang dimiliki oleh salah satu anggota

keluarga, apakah ada yang menderita penyakit yang seperti

dialami pasien (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).

Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai

kesulitan yang sama (penyakit yang sama). Mencari diantara

anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita

penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.

G. Riwayat lingkungan

Apakah keadaan lingkungan keluarga / klien sudah

memenuhi syarat kesehatan.

19
3.1.3. Pola-pola fungsi kesehatan (Doegoes, 2000)

A. Aktivitas /Istirahat

1. Kelemahan otot, nyeri dan kaku.

B. Integritas Ego :

1. Faktor stress : baru/lama.

2. Perasaan butuh pertolongan

3. Cemas.

C. Makanan/Cairan :

1. Edema jaringan umum.

D. Nyaman/nyeri :

1. Memegang area yang sakit.

E. Pernapasan :

1. Terpajan lama

F. Kemanan/Keselamatan :

1. Adanya destruksi jaringan

G. Interaksi Sosial :

Perasaan terisolasi/ditolak.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

3.2.1 Nyeri b/d penekanan daerah vaskularisasi dan syaraf

3.2.2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat

3.2.3 Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan

3.2.4 Kerusakan integritas kulit b/d ulkus

3.2.5 Anxietas b/d kurang pengetahuan tentang pnyakit

20
3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

3.3.1 Nyeri b/d penekanan daerah vaskularisasi dan syaraf

Tujuan : Setelah diberikan perawatan nyeri dapat berkurang

dan akhirnya hilang.

Kriteria :

a. klien tidak mengeluh sakit

b. tidak nampak meringis

c. skala nyeri berkurang

Intervensi:

a. Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri

R/ Hasil kajian dapat membantu penentuan perawatan dan

terapi pengobatan.

b. Pantau TTV

R/ Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh nyeri terhadap

sistemm tubuuh lain.

c. Anjurkan klien untuk mengatur posisi tubuhnya agar daerah

luka tidak tertekan.

R/ Untuk melancarkan vaskularisasi

d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksimpada klien dan

keluarga.

R/ Tehnik napas dalam dapat meminimalisir nyeri yang

dirasakan dengan terpenuhinya kebutuhan O2 jaringan.

e. Anjurkan dan dukung untuk menciptakan suasana yang

nyaman.

21
R/ keadaan lingkungak berpengaruh pada sensitifitas sensasi

seseorang.

f. Kolaborsi pemberian obat penghilangnyeri dan antibiotik untuk

mencegah penyebab luka lebih lanjut.

3.3.2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi, ditandai dengan

Kriteria Hasil:

a. Berat badan klien bertahan/bertambah dari keadaan sebelumya

b. Klien menyatakan keinginan mengikuti diet.

c. Klien menunjukkan toleransi terhadap diet yang dinajurkan

d. Nilai laboratoorium (misalnya: transferin, albumin, dan

elektrolit) dalam rentang normal.

e. Klien nampak segar dan tidak lemas.

Intervensi:

a. Kaji status nutrisi

R/ Mengetahui kodnsisi pasti status nutrisi

b. Kaji/catat pola dan pemasukan diet

R/ Kebiasaan makan klien sangat perlu untuk diketahui dalam

rangka penyesuaian dalam pemberian diet.

c. Motvasi klien untuk mengubah kebiasaan makan

R/ Dengan motivasi, diharapkan klie terpacu untuk

meningkatkan asupan makannya.

d. Berikan makanan sedikit tapi sering

R/ Sebagai antisipasi mual muntah yang dialami klien.

22
e. Berikan makanan dalam kondisi hangat

R/ Makanan yang hangat meningkatkan nadsu makan melalui

rangsangat indra penciuman dan pengecapan.

f. Berikan makanan sesuai kesukaan, kecuali jika kontra indikasi.

R/ Membantu meningkatka asupan makanan.

g. Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar mulut.

R/ Kebersihan mulut akan meningkatkan kenyamanan dan

mengguggah naffsu makan.

h. Timbang berat berat badan klien setiap hari.

R/ Sebagai monitor perkembangan status nutrisi dan efek

terapi yang telah diberikan.

i. Kolaborasi pemberian jenis diet dengan team gizi

R/ Masing-masing kondisi penyakit mempunnyai jenis

kebutuhan akan nutrisi yang berbeda-beda.

j. Kolaborasi pemberian terapi tambahan nutrici dan cairan

R/ Meningkatkan asupan kebutuhan cairan.

k. Kolaborasi pemantauan hasil biokimia status gizi dengan team

laboratoorium

R/ Mengetahui perkembangan kebutuha gizi dari segi biokimia.

l. Kolaborasi pemberikan obat sesuai indikasi : sediaan besi;

Kalsium; Vitamin D dan B kompleks; Antiemetik

R/ Penanganan penyebab gangguan nutrisi bermanfaat untuk

mengatasi/membatasi masalah yang muncul akibat kekurangan

asupan nutrisi.

23
3.3.3 Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan

Tujuan: Defisit volume cairan akan dicegah, ditandai dengan

Kriteria Hasil:

a. Status nutrisi adekuat:asupan makanan dan cairan antara

intake dan output

b. Keseimbangan elektrolit dan asam-basa

c. Nadi perifer teraba

d. TTV dalam batas normal

Intervensi:

a. Observasi TTV

R/ sebagai gambaran keadaan umum klien

b. Ukur intake dan output cairan, hitung IWL yang akurat

R/ Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan

hipovolemia.

c. Berikan cairan sesuai indikasi

R/ Kelebihan atau kekurang cairan, serta kesalahan

pemilihan jenis cairan akan memperberat kondidi klien.

d. Awasi tekanan darah, perubahan frekuensi jantung,

perhatikan tanda-tanda dehidrasi

R/ Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya

takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat

berhubungan dengan dehidrasi.

24
e. Control asupan makanan tinggi natrium & suhu lingkungan

R/ Peningkatan suhu lingkungan akan meningkatkan

kehilangan cairan, sehingga akan memperparah kekurangan

cairan yang terjadi. Peningkatan jumlah Na+ akan

meningkatkan retensi cairan sehingga memperparah

terjadinya edema.

f. Monitor hasil lab.

R/ Mengetahui perubahan yang terjadi dan efek terapi.

g. Kolaborasi pemberian terapi cairan penggati jika diperlukan

R/ Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

3.3.4 Kerusakan integritas kulit b/d ulkus

Tujuan : luka membaik dan integritas kulit membaik.

Kriteria :

a. Klien tidak lagi mengeluh kulitnya gatal-gatal

b. Luka membaik

Itervensi :

a. kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

R/ Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses

penyembuhan akan membantu dalam menentukan

tindakan selanjutnya.

b. Rawat luka dengan baik dan benar dengan membeersihkan

luka secara aseptik menggunakan larutan yang tidak

iritatif, angkat sisa balutan yangn menenpel pada luka dan

nekrotomi jasringan yang mati.

25
R/ Perawatan luka dengan tehnik aseptik dapat menjaga

kontaminasi luka dan sisa balutan jaringan nekrotik

dapatmenghambat granulasi luka.

3.3.5 Anxietas b/d kurang pengetahuan tentang pnyakit

Tujuan : kecemasan klien berkurang bahkan hilang

Kriteria :

a. Klien tidur nyenyak

b. Klien mengerti apa yang dijelaskan dengan feed back baik

c. Klien nampak santai

Intervensi:

a. Kaji jecemasan yangn dirasakan klien

R/ Untuk membantu menentukan tindakan perawatan yang

diberikan.

b. Beri penjelasan tentang penyebab terjadinya luka dan cara

penyembuhannya.

R/ Penjelasan mengenai penyakit dan luka yang timbul

dapat memberikan gambaran yang terarah pada pasien

sehingga akan mengurangi cemas dan meningkatkan

partisipasi klien dalam proses pengobatan.

c. Lakukan pendekatan tiap melakukan tindakan.

R/ Pendekatan yang diberikan tiap melakukan tindakan

bertujuan agar klien lebih yakin atas tindakan yang

diberikan perawat.

d. Anjurkan dan dukung keluarga untuk menciptkan suasana

26
dan lingkungan yang nyaman

R/ Lingkungan yangn nyaman dapat berpengaruh pada

psikis klien.

e. Observasi rasa cemas klien sesudah diberikan tindakan.

R/ Bertuuan untuk mengetahui apakah penjelasan dan

tindakan yang dibutuhkan mampu mengurangi cemas.

f. Lakukan tehnik relaksasi dan distraksi

R/ Tehnik relaksasi dan distraksi dapat membuat klien

merasa lebih rileks dan santai.

3.4. IMPLEMENTASI

Implementasi dilakaukan sesuai dengan intervensi tiap-tiap

masalah, dengan memperhatikan respon hasil serta waktu yang ditetapkan.

3.5. EVALUASI

Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan

keperawatan berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah

keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada

masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.

27
BAB 4

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hemangioma kapiler adalah suatu tumor yang berasal dari

pembuluh darah bersifat kongenital dan terdiri kapiler dan kavernosa.

Hemangioma terutama timbul pada anak-anak, terkadang pada saat baru

lahir dengan jenis yang paling sering adalah tipe kapilare. Etiologi

terjadinya hemangioma masih belum jelas, dan pertumbuhan hemangioma

ini dapat menggangu fungsi, kosmetik dan menyebabkan komplikasi yang

serius pada organ lain.

Pada kasus ini dilaporkan, kasus hemangioma kapilare pada

seorang anak yang menyebabkan gangguan fungsi bicara dan menelan,

karena usia penderita, posisi dan ukuran lesi maka dilakukan ekstirpasi

bedah dengan anestesi umum. Setelah pengontrolan selama tiga bulan

tidak ditemukan adanya gejala rekurensi dan terdapat perbaikan berat

badan anak.

3.2. Saran

Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain

harus mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan persepsi yang

berbeda dari seharusnya. Begitu juga dalam penulisan Asuhan

keperawatan harus dapat dimengerti dan menjelaskan secara lengkap

apalagi menyangkut penyakit yang berbahaya.

28
Tulisan yang baik harus didasari atas kemampuan intelektual dan

jiwa seni dalam menulis sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud

dan tujuan. Semoga tulisan ini bermanffat bagi kita semua.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Robbins, S.L. et.all. Robbins Basic Pathologyc of

Diseases.4th.ed.Philadelphia: W.B Sauders Co.1995

2. Sasaki GH. Hemangioma, Arteriovenous Malformation, and

Lymphangiomas. in: Jurkiewicz MJ, et al. Plastic Surgery principles and

practice. 1st Ed.St.Louis: CV.Mosby Co.1990.

3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari

Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

4. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari

Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

5. Wilkinson, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

6. Santosa, Budi. 2005. Panduan Dignosa Keperawatan Nanda 2005-2006.

Prima Medika : Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai