Anda di halaman 1dari 27

PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN SURVEILANS
PEMBELAJARAN TATAP
MUKA TERBATAS (PTM)
[Document subtitle]KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN
2. TUJUAN
3. KESIAPAN PROTOKOL KESEHATAN DI SATUAN PENDIDIKAN DALAM
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA
4. SURVEILANS FAKTOR RISIKO/PEMANTAUAN PERILAKU
5. SURVEILANS KASUS
A. PENEMUAN KASUS PASIF (PASSIVE CASE FINDING)
B. PENEMUAN KASUS AKTIF (ACTIVE CASE FINDING)
a. PELACAKAN KONTAK
b. SURVEI BERKALA
6. KLASTER SATUAN PENDIDIKAN
7. PENCATATAN DAN PELAPORAN
8. KESIMPULAN HASIL SURVEILANS PEMBELAJARAN TATAP MUKA
9. KOMUNIKASI RISIKO
10. TEKNOLOGI DIGITAL UNTUK SKRINING SATUAN PENDIDIKAN

1
TIM PENYUSUN
1. DR. dr. Andani Eka Putra, MSc
2. dr. Prima Yosephine, MKM
3. dr. Erna Mulati, MSc, CMFM
4. DR. dr. Vivi Setiawaty, M. Biomed
5. drg. Widyawati, MKM
6. dr. Niken Wastu Palupi, MKM
7. dr. Endang Budi Hastuti
8. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes
9. dr. Mayang Sari, MARS
10. drg. Wara Pertiwi O, MA
11. Aji Muhawarman, ST, MKM
12. dr. Chita Septiawati, MKM
13. dr. Triya Novita Dinihari
14. dr. Wisnu Trianggono, MPH
15. Ribka Ivana Sebayang, SKM, MKM,
16. dr. Listiana Azizah, Sp.KP
17. Eka Muhiriyah, S.Pd, MKM
18. Ari Wijayanti, SKM, M.Epid
19. Maya Raiyan, S.Psi, M.Psi
20. Maylan Wulandari, SST, MKM
21. Sito Rukmi, SKM, MPH
22. dr. Amirul Khoiriyah Tejawati
23. Dhefi Ratnawati, S.Gz, MKM
24. dr. Rizki Ekananda, MKM
25. Prastiwi Handayani, SKM, MKM
26. Ariyani Noviantari, SSi., MBiomed
27. Apt. Luh Komang Mela Dewi, M.Sc
28. Haris Apriyanto, MPH
29. Paulus Wisnu Aditya Basworo, S.Psi

2
DAFTAR SINGKATAN
BA Bustanul Athfal
BLC Bersama Lawan COVID-19
BUMN Badan Usaha Milik Negara
COVID-19 Corona Virus Disease 2019
DAPODIK Data Pokok Pendidikan
EMIS Education Management Information System (Platform Sistem
Pengelolaan Data Pokok Pendidikan yang dikelola oleh
Kemenag)
ILM Iklan Layanan Masyarakat
KB Kelompok Bermain
KK Kasus Konfirmasi
KPCPEN Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional
MA Madrasah Aliyah
MI Madrasah Ibtidaiah
MTs Madrasah Tsanawiyah
NAR New All Records (aplikasi pencatatan hasil pemeriksaan
laboratorium COVID-19)
NGO Non Government Organization
PAUD Pendidikan Anak Usia Dini
PKBM Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
PTK Pendidik dan Tenaga Pendidik
PTM Terbatas Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
RA Raudatul Atfal
RDT Antigen Rapid Diagnostic Test Antigen
RT-PCR Real-time Polymerase Chain Reaction
Satpen Satuan Pendidikan
SES Social Economy Status
SILACAK Sistem Informasi Pelacakan Kontak
SD Sekolah Dasar
SKB Sanggar Kegiatan Belajar
SLB Sekolah Luar Biasa
SMA Sekolah Menegah Atas
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SMP Sekolah Menegah Pertama
SPS Satuan PAUD Sejenis
TK Taman Kanak-kanak
TLI Tes, Lacak, Isolasi
TPA Taman Pendidikan Al Quran
VTM Viral Transport Media (media pembawa spesimen)

3
1. PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia berada pada situasi pandemi COVID-19 level 3 dengan Transmisi
Komunitas Tingkat 1, Kapasitas Respon Sedang, dan Vaksinasi Terbatas. Banyak
daerah di Indonesia berada pada situasi pandemi COVID-19 level 2, bahkan ada yang
sudah berada pada level 1. Situasi ini memungkinkan beberapa aktivitas dapat mulai
dilaksanakan, di antaranya di sektor pendidikan, dimana Pembelajaran Tatap Muka
(PTM) Terbatas dapat dimulai secara bertahap.
Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,
Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 03/KB/2021, Nomor 384 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/4242/2021,
dan Nomor 440-717 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) mengamanatkan bahwa
kesehatan dan keselamatan semua warga satuan pendidikan merupakan prioritas
utama yang wajib dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan pembelajaran pada
masa pandemi COVID-19. Upaya mewujudkan PTM Terbatas yang efektif dan aman
dari risiko penularan COVID-19 perlu dilakukan baik dari aspek input, proses, output,
maupun outcome.
Dari aspek input, satuan pendidikan yang akan memulai PTM Terbatas harus
melakukan serangkaian persiapan terutama dalam hal kesiapan penerapan protokol
kesehatan di lingkungan satuan pendidikan. Hal ini dilakukan antara lain dengan
membentuk dan mengaktifkan satuan tugas penanganan COVID-19 pada satuan
pendidikan, memastikan ketersediaan sarana prasarana dan peralatan/perlengkapan
kebersihan/sanitasi dan kesehatan, serta mendorong percepatan vaksinasi bagi
warga satuan pendidikan sesuai ketentuan.
Dari aspek proses, upaya mengamankan PTM Terbatas diwujudkan antara lain
dengan memperkuat surveilans faktor risiko/pengamatan perilaku warga satuan
pendidikan dalam kepatuhan penerapan protokol kesehatan, baik yang dilakukan oleh
internal satuan pendidikan maupun oleh pihak eksternal seperti Puskesmas, dinas
pendidikan, kantor Kementerian Agama, satuan tugas penanganan COVID-19
wilayah.
Upaya mengamankan PTM Terbatas dari aspek output dilakukan antara lain melalui
pemanfaatan teknologi digital yang memungkinkan dilakukannya skrining dan
kategorisasi warga satuan pendidikan menurut status keterpaparan terhadap COVID-
19 (kasus konfirmasi atau kontak erat) dan status vaksinasi COVID-19. Dengan
demikian dapat dilakukan upaya agar warga satuan pendidikan yang terdeteksi
sedang terpapar COVID-19 dapat dicegah berinteraksi dengan warga lain di satuan
pendidikan tersebut, sekaligus memastikan yang bersangkutan mendapat
penanganan yang memadai.
Pada aspek outcome, upaya mengamankan PTM Terbatas perlu dilakukan melalui
surveilans epidemiologi/pemantauan kasus secara terus-menerus, baik yang bersifat
kasuistik maupun rutin/berkala. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah penularan
kasus, mendeteksi dan mengamankan jika ditemukan kasus suspek, kontak erat,

4
maupun kasus konfirmasi, serta mencegah terjadinya klaster penularan selama PTM
Terbatas.
Guna memastikan upaya mengamankan PTM Terbatas dapat dilakukan secara
terstandar di seluruh Indonesia, diperlukan petunjuk teknis yang mengatur dan
menjadi acuan dalam pelaksanaan surveilans PTM Terbatas, pemanfaatan teknologi
digital dalam pemantauan PTM Terbatas, serta aspek komunikasi risiko hasil
surveilans PTM Terbatas.

2. TUJUAN
Tujuan Umum: Mewujudkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas yang efektif dan
tetap aman dari risiko penularan COVID-19
Tujuan Khusus:
1. Memantau kesiapan protokol kesehatan satuan pendidikan sebelum memulai
PTM Terbatas
2. Memantau pelaksanaan protokol kesehatan yang dilakukan oleh satuan
pendidikan selama PTM Terbatas
3. Memantau penularan COVID-19 di satuan pendidikan selama PTM Terbatas
4. Menyediakan rekomendasi keberlangsungan PTM Terbatas

3. KESIAPAN PROTOKOL KESEHATAN DI SATUAN PENDIDIKAN DALAM


PELAKSANAAN PTM TERBATAS
Sebelum memulai PTM Terbatas, Kepala Satuan Pendidikan bertanggung jawab
untuk:
a. Membentuk satuan tugas penanganan COVID-19 di satuan pendidikan dan dapat
melibatkan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
b. Mengisi daftar periksa kesiapan PTM Terbatas satuan pendidikan melalui laman
DAPODIK bagi TK, BA, KB, TPA, SPS, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, SKB, dan
PKBM atau laman EMIS bagi RA, MI, MTs, MA. Daftar periksa kesiapan satuan
pendidikan meliputi:

NO ASPEK PENILAIAN
1 Ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan
1.1. toilet bersih dan layak
1.2. sarana CTPS dengan air mengalir atau cairan pembersih tangan
(hand sanitizer)
1.3. disinfektan
2 Ketersediaan akses fasilitas kesehatan
2.1. mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan lainnya
2.2. menerapkan area wajib masker atau masker tembus pandang bagi
yang memiliki peserta didik disabilitas rungu
2.3. thermogun (pengukur suhu tubuh tembak)

5
3 Pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan
kegiatan di satuan pendidikan
3.1. Data warga satuan pendidikan yang memiliki kondisi medis
comorbid yang tidak terkontrol
3.2. Data warga satuan pendidikan yang tidak memiliki akses
transportasi yang memungkinkan penerapan jaga jarak
3.3. Data warga satuan pendidikan yang memiliki riwayat perjalanan
dari luar daerah dengan tingkat risiko penyebaran COVID-19 yang
tinggi dan belum menyelesaikan isolasi mandiri sesuai ketentuan
yang berlaku dan/atau rekomendasi satuan tugas penanganan
COVID-19
3.4. Data warga satuan pendidikan yang memiliki riwayat kontak
dengan orang terkonfirmasi COVID-19 dan belum menyelesaikan
isolasi mandiri sesuai ketentuan yang berlaku dan/atau
rekomendasi satuan tugas penanganan COVID-19

Selanjutnya, Kepala Dinas Pendidikan provinsi atau kabupaten/kota, Kepala Kantor


Wilayah Kementerian Agama provinsi, dan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya bertanggung jawab untuk:
a. memastikan kesiapan satuan pendidikan untuk melaksanakan PTM Terbatas
dengan aman;
b. melakukan verifikasi dan evaluasi terhadap kesiapan satuan pendidikan dalam
melaksanakan PTM Terbatas berdasarkan pengisian daftar periksa di DAPODIK
atau EMIS;
c. melaporkan kesiapan satuan pendidikan yang memenuhi daftar periksa kepada
Kepala Daerah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan
Menteri Agama.

4. SURVEILANS FAKTOR RISIKO/PEMANTAUAN PERILAKU


Selama penyelenggaraan PTM Terbatas, dilakukan juga surveilans/pemantauan
perilaku warga satuan pendidikan dalam kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
Surveilans/pemantauan perilaku dilakukan secara internal oleh satuan tugas
penanganan COVID-19 satuan pendidikan, maupun secara eksternal oleh
Puskesmas dan/atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

a. Surveilans/Pemantauan Perilaku Internal oleh Satgas COVID19 Satuan


Pendidikan

ASPEK PEMANTAUAN INTERNAL

Pelaksana Satgas COVID19 Satuan Pendidikan

Waktu/Frekuensi 1x seminggu

6
Objek • Satuan pendidikan yang dipantau adalah setiap satuan
pemantauan pendidikan yang telah menyelenggarakan PTM
Terbatas
• Aspek pemantauan: 1) kepatuhan individu, 2)
kepatuhan institusi
• Titik pemantauan: 15 titik fasilitas di satuan pendidikan
(pintu gerbang, pintu masuk kelas, ruang kelas/belajar,
ruang guru, kantin, lapangan, mushola/masjid, tempat
ibadah lainnya, perpustakaan, ruang olahraga, taman,
aula, laboratorium, kamar asrama, dapur umum,
lainnya)

Instrumen Daftar tilik pemantauan kepatuhan protokol kesehatan dan


surveilans pelaporan kasus di satuan pendidikan melalui aplikasi
Bersama Lawan COVID-19 (BLC)

Tindak Lanjut • Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran prokes di


satuan pendidikan
• Pemenuhan standar protokol kesehatan sesuai daftar
tilik

b. Surveilans/Pemantauan Perilaku Eksternal oleh Puskesmas*

ASPEK PEMANTAUAN EKSTERNAL

Pelaksana Puskesmas

Waktu/Frekuensi 1x/bulan, bersamaan dengan pelaksanaan survei


pemantauan PTM Terbatas

Objek • Satuan pendidikan yang dipantau sama dengan


pemantauan satuan pendidikan yang terpilih sebagai sampling
survei pemantauan PTM Terbatas pada bulan tersebut
• Aspek pemantauan: kepatuhan individu dalam 1)
pemakaian masker dengan benar, 2) cuci tangan
pakai sabun/hand sanitizer, dan 3) jaga jarak minimal
1,5 meter
• Titik pemantauan: 1) area ruang kelas/belajar, 2) area
pintu gerbang atau area kantin/tempat istirahat (pilih
salah satu)
• Jumlah individu dipantau: 10 orang di tiap titik
pemantauan

Instrumen Daftar tilik surveilans perilaku kepatuhan protokol


surveilans kesehatan di satuan pendidikan

7
Tindak Lanjut • Gambaran dan tren kepatuhan & pelanggaran protokol
kesehatan di satuan pendidikan
• Satuan pendidikan dengan kategori penerapan
protokol kesehatan:
➢ baik: apresiasi dan pembinaan rutin
➢ buruk: asesmen kembali kesiapan satuan
pendidikan dalam penerapan protokol kesehatan
dan penyelenggaraan PTM Terbatas

*) Ket: selain Puskesmas, pihak yang diharapkan dapat juga melakukan pemantauan eksternal meliputi Dinas
Pendidikan, Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, Satuan Tugas Penanganan
COVID-19 wilayah setempat, dll.

Instrumen daftar tilik surveilans perilaku kepatuhan protokol kesehatan di satuan


pendidikan oleh Puskesmas adalah sebagai berikut:

NO STANDAR PERILAKU JUMLAH BOBOT SKOR


(Jml x
A AREA RUANG KELAS/BELAJAR (1 – 10)
Bobot)
Dari 10 orang yang dipantau:
Jumlah orang yang menggunakan masker
1 dengan benar (masker menutup hidung, mulut, 10 3 30
dagu)
Jumlah orang yang menerapkan jaga jarak
2 10 1 10
minimal 1,5 meter
AREA PINTU GERBANG ATAU
B KANTIN/TEMPAT ISTIRAHAT (PILIH SALAH
SATU)
Dari 10 orang yang dipantau:
Jumlah orang yang menggunakan masker
1 dengan benar (masker menutup hidung, mulut, 10 3 30
dagu)
Jumlah orang yang menerapkan jaga jarak
2 10 1 10
minimal 1,5 meter
Jumlah orang yang mencuci tangan pakai sabun
3 10 2 20
dan air mengalir atau pakai hand sanitizer
TOTAL SKOR 100

Langkah-langkah pelaksanaan surveilans/pemantauan perilaku:


1. Lakukan pengamatan terhadap 10 orang warga satuan pendidikan (peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan) di setiap area/titik pemantauan
2. Tuliskan jumlah orang yang memenuhi kriteria pemantauan. Dokumentasikan hasil
pemantauan (foto, video). Dokumentasi tidak untuk disebarluaskan ke publik dan
hanya digunakan untuk kepentingan surveilans pencegahan dan pengendalian
COVID-19.

8
3. Lakukan penghitungan skor dengan mengalikan antara Jumlah dengan Bobot,
kemudian jumlahkan total skor.
4. Kategorikan total skor dan tindaklanjuti sesuai rekomendasi berikut ini.

TOTAL
KATEGORI REKOMENDASI
SKOR
Penerapan protokol
>80 Apresiasi, pembinaan rutin
kesehatan baik
Asesmen kembali kesiapan satuan
Penerapan protokol pendidikan dalam penerapan protokol
<80
kesehatan buruk kesehatan dan penyelenggaraan PTM
Terbatas

5. SURVEILANS KASUS
Surveilans ini dilakukan untuk memantau kejadian kasus COVID-19 di lingkungan
satuan pendidikan selama pelaksanaan PTM Terbatas, dan menemukan kasus
tambahan jika terdeteksi adanya kasus terkonfirmasi di satuan pendidikan. Bentuk
kegiatan ini dapat dilakukan melalui penemuan kasus pasif dan penemuan kasus aktif.
Penemuan kasus pasif dilakukan melalui pemeriksaan diagnostik pada orang yang
bergejala sedangkan penemuan kasus aktif dilakukan melalui pelacakan kontak dan
survei.
A. PENEMUAN KASUS PASIF
Penemuan kasus pasif dilakukan untuk menemukan kasus COVID-19 dari siswa
dan PTK yang menunjukkan gejala COVID-19 di satuan pendidikan. Penemuan
bisa didapatkan pada siswa dan PTK melalui skrining sebelum maupun saat
berada di satuan pendidikan. Satuan pendidikan menginformasikan warganya
yang menunjukkan gejala saat skrining sebelum maupun saat berada di satuan
pendidikan kepada Puskesmas pembina. Puskesmas pembina melakukan
pengambilan swab terhadap warga satuan Pendidikan tersebut.
B. PENEMUAN KASUS AKTIF
a. PELACAKAN KONTAK
Pelacakan kontak merupakan upaya penemuan kasus tambahan dan dilakukan
terhadap setiap kasus terkonfirmasi. Kasus terkonfirmasi dapat berasal dari
penemuan kasus pasif, notifikasi puskesmas atau keluarga warga satuan
pendidikan, dan dari hasil survei berkala. Pelacakan kontak erat dilakukan oleh
tracer dan dilaporkan ke dalam aplikasi NAR dan SILACAK.
• PELACAKAN KONTAK DARI PENEMUAN KASUS PASIF
- Jika warga satuan pendidikan yang bergejala COVID-19 hasil
pemeriksaan swabnya menunjukkan hasil terkonfirmasi, maka
Puskesmas pembina akan menginformasikan hasil pemeriksaan
tersebut kepada Kepala Satuan Pendidikan, untuk selanjutnya dilakukan
pelacakan kontak erat.

9
- Puskesmas melakukan pelacakan kontak erat terhadap siswa dan PTK
yang melakukan aktivitas bersama kasus terkonfirmasi, yaitu yang
berada dalam satu kelas dengan kasus terkonfirmasi, atau melakukan
aktivitas bersama lainnya yang memenuhi kriteria kontak erat sesuai
dengan ketentuan. Puskesmas juga melakukan pelacakan kontak erat
di komunitas (lingkungan tempat tinggal siswa dan PTK)
- Jika kontak erat berdomisili diluar wilayah kerja Puskesmas pembina,
maka Puskesmas pembina akan menghubungi Puskesmas domisili dari
kontak erat untuk melakukan pelacakan lebih lanjut.
• PELACAKAN KONTAK DARI NOTIFIKASI
- Kepala Satuan Pendidikan mendapatkan informasi tentang adanya
kasus terkonfirmasi di satuan pendidikannya dari:
▪ hasil pemindaian aplikasi PeduliLindungi oleh pengunjung atau
tamu satuan pendidikan;
▪ notifikasi melalui WhatsApp dari Kementerian Kesehatan kepada
satuan tugas penanganan COVID-19 satuan pendidikan;
▪ informasi dari dashboard https://sekolahaman.kemkes.go.id/ dan
https://madrasahaman.kemkes.go.id/;
▪ laporan dari orang tua/wali peserta didik atau yang bersangkutan,
pendidik, dan tenaga kependidikan; dan/atau
▪ laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan.
- Kepala Satuan Pendidikan menyampaikan informasi ini kepada
Puskesmas pembina
- Puskesmas melakukan pelacakan kontak erat terhadap siswa dan PTK
yang melakukan aktivitas bersama kasus terkonfirmasi, yaitu yang
berada dalam satu kelas dengan kasus terkonfirmasi, atau melakukan
aktivitas bersama lainnya yang memenuhi kriteria kontak erat sesuai
dengan ketentuan. Puskesmas juga melakukan pelacakan kontak erat
di komunitas (lingkungan tempat tinggal siswa dan PTK)
- Jika kontak erat berdomisili diluar wilayah kerja Puskesmas pembina,
maka Puskesmas pembina akan menghubungi Puskesmas domisili dari
kontak erat untuk melakukan pelacakan lebih lanjut.
• PELACAKAN KONTAK DARI SURVEI BERKALA
- Puskesmas pembina menginformasikan hasil survei berkala kepada
Kepala Satuan Pendidikan.
- Puskesmas melakukan pelacakan kontak erat terhadap siswa dan PTK
yang melakukan aktivitas bersama kasus terkonfirmasi, yaitu yang
berada dalam satu kelas dengan kasus terkonfirmasi, atau melakukan
aktivitas bersama lainnya yang memenuhi kriteria kontak erat sesuai
dengan ketentuan. Puskesmas juga melakukan pelacakan kontak erat
di komunitas (lingkungan tempat tinggal siswa dan PTK)

10
- Jika kontak erat berdomisili diluar wilayah kerja Puskesmas pembina,
maka Puskesmas pembina akan menghubungi Puskesmas domisili dari
kontak erat untuk melakukan pelacakan lebih lanjut.

Alur Pelacakan Kontak

b. PENEMUAN KASUS AKTIF DARI SURVEI BERKALA


• Sasaran:
- 10% dari satuan pendidikan yang melaksanakan PTM Terbatas
- Sampel di tiap satuan pendidikan:
▪ 30 orang siswa dan 3 PTK, untuk satuan pendidikan dengan
jumlah siswa dan PTK yang mengikuti PTM Terbatas ≤ 300 orang
ATAU
▪ 10% siswa dan PTK dari satuan pendidikan, untuk satuan
pendidikan dengan jumlah siswa dan PTK yang mengikuti PTM
Terbatas > 300 orang
- Sampling ditentukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi, dan Kantor Kementerian

11
Agama Kabupaten/Kota bersama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
- Contoh perhitungan sasaran di suatu kecamatan
▪ Hasil perhitungan di Jakarta Timur terdapat 260 satuan
pendidikan, maka sampel target di Jakarta Timur adalah 10% dari
260 satuan pendidikan = 26 satuan pendidikan
▪ Proporsi satuan pendidikan di Kecamatan Duren Sawit adalah
16% dari total satuan pendidikan di Jakarta Timur. Maka jumlah
satuan pendidikan yang terpilih di Kecamatan Duren Sawit
adalah 16% dari 26 satuan pendidikan = 4 satuan pendidikan.
▪ Siswa dan PTK yang akan diperiksa di Kecamatan Duren Sawit
adalah 33 siswa dan PTK x 4 satuan pendidikan = 132 orang
• Frekuensi:
- 1 bulan sekali
- Satuan pendidikan yang sudah pernah terpilih sebagai sampling tidak
diikutsertakan lagi pada sampling bulan berikutnya, kecuali satuan
pendidikan dengan positive rate >5%
• Metode pemeriksaan:
- Menggunakan RT-PCR
- RDT Antigen dapat digunakan untuk daerah yang memiliki keterbatasan
akses PCR, berdasarkan waktu pengiriman sampel dan waktu tunggu
keluarnya hasil pemeriksaan, sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4794/2021 tentang Perubahan
Kedua atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/446/2021 tentang Penggunaan Rapid Diagnostic
Test Antigen dalam Pemeriksaan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19)
• Pengambilan sampel:
- Dilakukan oleh swabber Puskesmas
- Dapat dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu 1 bulan tergantung
pada jumlah sampel, kapasitas swabber dan laboratorium pemeriksa.
• Laboratorium pemeriksa disepakati bersama oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan laboratorium pembina wilayah berdasarkan Daftar
Laboratorium Pemeriksa sesuai area/wilayah kerja
• Pencatatan dan pelaporan menggunakan NAR
• Tindak Lanjut
- Hasil pemeriksaan disampaikan oleh laboratorium kepada puskesmas
untuk ditindaklanjuti dengan pelacakan kontak.
- Puskesmas menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kantor

12
Wilayah Kementerian Agama Provinsi, dan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan.
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menentukan apakah terjadi klaster
satuan pendidikan atau tidak, sebagai rekomendasi keberlanjutan
pelaksanaan PTM Terbatas di satuan pendidikan tersebut.
• Pembagian Peran
SEKTOR PERAN DAN TUGAS
Disdik dan 1. Sosialisasi dan koordinasi dengan dinkes,
Kantor/Kanwil sekolah ttg pelaksanaan surveilans
Kemenag Kab/Kota 2. Penyediaan data SatPen dan warga SatPen
& Provinsi
3. Penentuan dan penyampaian nama SatPen
sbg sampling
4. Sosialisasi internal dan permintaan izin
orangtua (khusus anak <18 tahun)
5. Analisis laporan hasil uji spesimen dan
penutupan sementara PTM sesuai ketentuan
6. Melakukan komunikasi risiko
Dinkes Kab/Kota 1. Sosialisasi dan koordinasi dengan disdik,
(dgn melibatkan Puskesmas ttg pelaksanaan surveilens
Dinkes Prov) 2. Penghitungan sampling satpen dan warga
satpen
3. Penghitungan kebutuhan dan melakukan
distribusi VTM
4. Identifikasi dan penugasan Puskesmas wilayah
kerja SatPen sbg swabber dan PJ TLI
5. Distribusi VTM
6. Analisis laporan hasil uji spesimen. Jika ada
KK: instruksi ke Puskesmas utk TLI
7. Penentuan klaster penularan COVID-19 di
satpen dan memberikan rekomendasi
penutupan sementara PTM Terbatas
8. Melakukan komunikasi risiko
Lab Pemeriksa/ 1. Penghitungan kebutuhan reagen dan logistik
Penguji Spesimen lab
2. Pemeriksaan specimen dan input hasil ke
dalam NAR
3. Penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
kepada Puskesmas
Puskesmas 1. Sosialisasi dan koordinasi dengan sekolah di
wilker ttg pelaksanaan surveilens

13
2. Penyiapan swabber, VTM, logistik, jadwal, dan
melakukan pengambilan specimen
3. Rekap data, input ke dalam NAR, dan
pengiriman specimen
4. Persiapan dan pelaksanaan TLI jika ada KK
5. Input hasil contact tracing ke SILACAK
6. Penyampaian hasil pemeriksaan survei
berkala kepada satuan pendidikan
Satuan Pendidikan 1. Sosialisasi pelaksanaan surveilens terutama
pada orang tua
2. Penyiapan pernyataan kesediaan orang tua
siswa dan PTK
3. Penentuan sasaran sampel baik peserta didik
dan PTK
4. Penyiapan lokasi
5. Fasilitasi pelaksanaan TLI

Alur dan Pembagian Peran Pelaksanaan Survei Berkala Warga Satuan


Pendidikan

*) Data:
• Jumlah total satuan pendidikan per kecamatan per jenjang
• Jumlah total satuan pendidikan penyelenggara PTM Terbatas per kecamatan per jenjang
• Jumlah total warga (PTK, peserta didik) di satuan pendidikan penyelenggara PTM Terbatas per
kecamatan per jenjang

6. KLASTER SATUAN PENDIDIKAN


Klaster satuan pendidikan adalah jika ditemukan minimal 2 kasus konfirmasi yang
merupakan kontak erat dari 1 kasus indeks dalam kelompok tertentu, seperti ruang
kelas atau kegiatan ekstrakurikuler, yang secara fisik hadir bersama selama kegiatan
kelompok dalam 14 hari sebelum muncul gejala atau hasil tes positif.

14
Puskesmas wajib segera melakukan dan menyelesaikan pelacakan kontak dalam
2x24 jam dengan menggunakan form pelacakan sesuai standar (termasuk
kesimpulan klaster satuan pendidikan atau bukan klaster satuan pendidikan). Hasil
penyelidikan epidemiologi segera dilaporkan oleh Puskesmas kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Penentuan klaster satuan pendidikan dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas laporan Penyelidikan Epidemiologi yang telah
dilakukan Puskesmas. Selanjutnya dinas kesehatan memberikan informasi dan
rekomendasi kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi, Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, dan/atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
sesuai kewenangannya terkait keberlanjutan PTM Terbatas di satuan pendidikan
yang terpapar COVID-19.

7. PENCATATAN DAN PELAPORAN


- Hasil pemeriksaan laboratorium harus dilaporkan oleh laboratorium pemeriksa
secara real time ke dalam NAR (≤ 1 x 24 jam).
- Hasil pelacakan kontak dilaporkan ke dalam aplikasi SILACAK
- Hasil pelaksanaan surveilans kasus PTM Terbatas diinput ke dalam google
spreadsheet melalui link: https://link.kemkes.go.id/SurveilansPTM2021
- Hasil pelaksanaan surveilans PTM Terbatas dilaporkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
dan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi, serta kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi, dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
sesuai kewenangannya.

8. KESIMPULAN HASIL SURVEILANS


A. HASIL SURVEILANS PERILAKU
- Skor ≥ 80 disimpulkan bahwa penerapan protokol kesehatan di satuan
pendidikan tersebut baik. Satuan pendidikan diberikan apresiasi dan pembinaan
rutin untuk mempertahankan.
- Skor < 80 disimpulkan bahwa penerapan protokol kesehatan di satuan
pendidikan tersebut buruk dan belum siap dalam penerapan protokol kesehatan
dan penyelenggaraan PTM Terbatas. Kegiatan PTM Terbatas dihentikan
sementara untuk asesmen Kembali (re-assessment) terhadap kesiapan satuan
pendidikan dalam penerapan protokol kesehatan dan penyelenggaraan PTM
Terbatas.

15
B. HASIL SURVEILANS KASUS

PENEMUAN KASUS PASIF DAN PENEMUAN KASUS AKTIF


- Kasus terkonfirmasi melakukan isolasi mandiri/terpusat
- Dilakukan pelacakan kontak erat di satuan pendidikan dan lingkungan tempat
tinggal
- Kontak erat melakukan karantina mandiri dan entry-exit test
- PTM Terbatas untuk siswa dan PTK yang satu kelas dan melakukan kegiatan
bersama dengan kasus terkonfirmasi dihentikan sementara
SURVEI BERKALA

% hasil positif dari


< 5% ≥ 5%
survei berkala*
Tindak Lanjut - Kasus terkonfirmasi melakukan isolasi mandiri/terpusat
Kasus - Dilakukan pelacakan kontak erat di satuan pendidikan dan
terkonfirmasi dan lingkungan tempat tinggal
Kontak Erat - Kontak erat melakukan karantina mandiri dan entry-exit test
Intervensi PTM - PTM Terbatas untuk siswa PTM Terbatas satuan pendidikan
dan PTK yang satu tersebut dihentikan sementara
rombongan belajar selama paling singkat 5x24 jam
dihentikan sementara paling
singkat 5x24 jam
- PTM untuk siswa dan PTK
yang tidak satu rombongan
belajar tetap berjalan
- Jika terdapat klaster satuan
pendidikan maka PTM
Terbatas satuan pendidikan
tersebut dihentikan selama
paling singkat 5x24 jam

*Positive rate dari hasil survei berkala:


- Jika sampel yang diperiksa berasal dari random sampling, maka nominator adalah
seluruh jumlah positif dari sampel yang diperiksa (mulai dari kegiatan survei
berkala sampai pemeriksaan kontak eratnya). Denominator adalah seluruh jumlah
sampel (hasil positif dan negatif) yang diperiksa (mulai dari kegiatan survei berkala
sampai pemeriksaan kontak eratnya)
- Jika sampel yang diperiksa berasal dari seluruh siswa dan PTK dari satuan
pendidikan yang melaksanakan PTM Terbatas (total sampling), maka nominator
adalah seluruh jumlah positif dari sampel yang diperiksa dari kegiatan survei

16
berkala. Denominator adalah seluruh jumlah sampel (hasil positif dan negatif) yang
diperiksa dari kegiatan survei berkala.
Contoh perhitungan positive rate:
Sekolah A melakukan survei berkala dengan jumlah sampel 10% dari seluruh siswa
dan PTK yang melakukan PTM Terbatas, dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang.
Dari hasil survei didapatkan 6 hasil positif. Kemudian dilakukan pelacakan kontak.
Sementara Sekolah B melakukan survei berkala dengan melakukan tes terhadap
semua siswa dan PTK yang mengikuti PTM Terbatas. Hasil survei berkala sebagai
berikut:

SATUAN SURVEI BERKALA TRACING 1 TRACING 2


PENDIDIKAN SAMPEL POSITIF SAMPEL POSITIF SAMPEL POSITIF
Sekolah A 50 6 70 5 40 0
Sekolah B 500 15 - - - -

Maka positive ratenya:


- Sekolah A: nominator = 6+5+0 = 11
Denominator = 50+70+40 = 160
Positive rate = 11/160 x 100% = 6,8%
- Sekolah B: Nominator = 15
Denominator = 500
Positive rate = 15/500 x 100% = 3%

9. KOMUNIKASI RISIKO PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS


PENGERTIAN, TUJUAN DAN FUNGSI
Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi, nasihat, dan pendapat mengenai
risiko serta faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko secara real-time antara para
ahli, tokoh masyarakat atau pejabat, dan orang-orang yang berisiko.
Tujuan utama dari komunikasi risiko:
a. membantu orang membuat keputusan yang tepat tentang cara menghindari atau
mengelola risiko.
b. membantu melakukan perencanaan tindakan yang berdasarkan fakta dan data
ilmiah.
Dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat di
dalam dan luar institusi pendidikan mengenai risiko dan meminimalkan risiko
penularan COVID-9, melalui:
a. Penyampaian prinsip dasar komunikasi risiko penanggulangan COVID-19, sebagai
landasan umum pengambilan keputusan dan penetapan kegiatan kesiapsiagaan,
pencegahan, kewaspadaan dini, dan respon pemberian informasi protokol
kesehatan pembelajaran tatap muka terbatas.
b. Pemberian informasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang dapat dilakukan atau
tidak boleh dilakukan untuk melindungi mereka selama pembelajaran tatap muka
terbatas.

17
c. Pengembangan pesan-pesan komunikasi risiko penanggulangan COVID-19 terkait
kesiapsiagaan, pencegahan, kewaspadaan dini, dan respon.
d. Penyampaian informasi dan edukasi melalui berbagai kanal di media massa dan
media sosial dan media lainnya sesuai dengan audiens yang dituju.
e. Penggalangan kemitraan dan peningkatan peran serta masyarakat dan stakeholder
(kementerian dan lembaga, LSM, lembaga internasional, media massa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dunia usaha) untuk memahami kesiapsiagaan,
kewaspadaan dini, dan respon dalam penanggulangan COVID-19.
Dalam konteks surveilans PTM terbatas, komunikasi risiko dilakukan untuk
mengantisipasi/memitigasi terjadinya risiko yang bisa muncul dalam proses
surveilans PTM terbatas tersebut, agar masyarakat sasaran mendapatkan informasi
yang benar dan dapat bertindak dengan tepat.

PENYIAPAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI RISIKO


a. Memastikan agar khalayak sasaran memahami kebijakan dan arahan yang
dikomunikasikan, serta mau melakukan perubahan perilaku untuk menghindari
atau mengendalikan risiko krisis kesehatan yang dihadapi.
b. Yang Perlu dilakukan :
- Pembentukan tim komunikasi;
- Rencana Aksi
c. Analisis situasi komunikasi risiko bisa dilakukan baik situasi internal maupun
eksternal. Sumbernya bisa dari beragam cara/materi seperti, antara lain hasil
media monitoring (media massa dan media sosial), survei, observasi, comment di
media sosial, dan pengaduan masyarakat.

KOORDINASI LINTAS SEKTOR/LINTAS PROGRAM

Pempus-
Pemda

Dalam kolaborasi pentahelix, perlu


Akademisi/
Media
Pakar
berkoordinasi erat dengan berbagai pihak,
Kolaborasi seperti pemerintah pusat koordinasi
Pentahelix dengan pemerintah daerah,
akademisi/pakar, komunitas/tokoh, media
dan pihak swasta.
Komunitas/
Swasta
Tokoh

18
KOMUNIKASI PUBLIK MELALUI KEHUMASAN
Komunikasi publik merupakan pertukaran pesan antara lembaga/organisasi dan
publiknya, baik internal maupun eksternal. Dalam hal ini antara pihak-pihak yang
terlibat dalam surveilans PTM terbatas seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan
dengan publik di dalam dan luar institusi pendidikan yang terkait.
Tugas Komunikasi Publik yaitu:
a. Memantau dan memahami persepsi, kekhawatiran, dan ketakutan publik;
b. Mengembangkan pesan-pesan;
c. Mengidentifikasi dan menyebarkan lewat saluran yang tepat;
d. Mendengarkan dan menanggapi keprihatinan publik dan memadamkan rumor;
e. Menunjuk, melatih, dan mendukung juru bicara yang kredibel dan efektif.
A. Penentuan Audiens
a. Dapat dikelompokkan berdasarkan: faktor kepentingan dan kekuatan;
b. Dengan kriteria berdasarkan: Geografis dan demografis: gender, usia,
pendidikan, profesi, Social Economy Status (SES), dsb.
TARGET
DETIL SASARAN MEDIA
AUDIENS
Primer - Menjadi fokus Semua anggota - Media
utama dalam masyarakat yang konvensional
pelaksanaan PTM berisiko tertular (TV, Radio,
Terbatas, sebagai penyakit seperti koran, majalah,
kelompok dengan pelajar, tenaga banner, leaflet,
daftar prioritas pendidik, karyawan dsb)
penduduk di lingkungan satuan - Media berbasis
Indonesia yang pendidikan, teknologi
tersebar di termasuk para orang informasi (ILM
berbagai daerah; tua pelajar, keluarga di TV/radio,
- Merupakan pelajar dan infografis, video
individu, kelompok dan sebagainya; pendek, audio,
atau masyarakat masyarakat umum dan media
yang diharapkan di sekitar institusi cetak edukasi
akan berubah pendidikan yang
perilakunya ditempatkan di
lokasi strategis
Sekunder - Merupakan - Juru Bicara - Melibatkan tokoh
individu, kelompok Pemerintah lintas berpengaruh di
atau organisasi sektoral media
yang - Tokoh agama dan konvensional
mempengaruhi tokoh masyarakat/ maupun media
perubahan informal leaders berbasis
perilaku sasaran - Tokoh teknologi
primer; berpengaruh di informasi (media
- Merupakan media/influencer sosial).
kelompok yang - Keterlibatan

19
akan menjadi - Pemerhati keluarga penggunaan
panutan, (Parenting) selebriti dan
penggerak untuk - Tenaga dan influencer
mengedukasi serta relawan kesehatan melalui saluran
sosialisasi masyarakat media sosial.
mengenai - Media - Melibatkan tokoh
pelaksanaan PTM berpengaruh
Terbatas di melalui
berbagai lapisan. komunikasi
massa maupun
komunikasi
internpersonal,
tatap muka
langsung melalui
berbagai forum.
Tersier - Merupakan - Organisasi Mitra Melibatkan tokoh
individu, kelompok (Organisasi Profesi, berpengaruh
atau organisasi Keagamaan, melalui komunikasi
yang memiliki Akademisi, massa maupun
kewenangan untuk NGO/LSM dan komunikasi
membuat Lembaga interpersonal, tatap
kebijakan dan Internasional) muka langsung
keputusan dalam - Pemerintah lintas melalui berbagai
pelaksanaan PTM sektor pusat dan forum.
Terbatas daerah
- Kelompok tersier - Satgas
berperan penting Penanganan
dalam komunikasi COVID-19 (Pusat
pelaksanaan PTM dan daerah) /
Terbatas, sebagai KPCPEN
pengawas serta - Swasta/BUMN
pengamat jalannya
pelaksanaan PTM
Terbatas yang
sesuai dengan
protokol
kesehatan.

B. Penyiapan Pesan dan Pengembangan Pesan Kunci


- Pesan adalah apa yang ingin dan perlu dikomunikasikan dengan khalayak
sasaran sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai;
- Pesan kunci ialah pesan-pesan utama yang disampaikan oleh pemberi pesan
untuk diingat dan dilaksanakan oleh khalayak sasaran;
- Biasanya ada satu pesan utama, dan diikuti beberapa pesan pendukung.
- Contoh Adaptasi Pesan Kunci Nasional di Tingkat Daerah/Lokal

20
NASIONAL KABUPATEN/KOTA TERTENTU
#Menggunakanmaskerdenganbenar #Ojolalinganggomasker
#Menerapkanetikabatukdanbersin #Menengndekomahwae
#Mencucitanganpakaisabun #Jagajaraksatulengan
#Menjagajarak
#AntarJemputAnak

C. Penggunaan Berbagai Saluran Komunikasi


- Berbagai produk komunikasi dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan
informasi terkini;
- Produk komunikasi tersebut berupa rilis berita, infografis/videografis, konten di
media sosial, talk show, advertorial, berita di Siaran Radio Kesehatan, konten
narasi antihoaks, majalah elektronik, talking points dan frequently asked
questions (FAQ);
- Dalam membuat produk komunikasi, sangat penting untuk menentukan sasaran
dan pemanfaatan kanal di media massa dan media sosial, sehingga narasi yang
dibuat tepat sasaran;
- Pelayanan Informasi dan Pengaduan Masyarakat
- Membuka saluran komunikasi dua arah untuk layanan informasi dan pengaduan
masyarakat melalui hotline/call center dan media digital resmi pemerintah
sebagai sumber informasi terpercaya

SALURAN KOMUNIKASI/MEDIA
EARNED SHARED BELOW THE
PAID MEDIA OWNED MEDIA
MEDIA MEDIA LINE
Membayar slot Peliputan Informasi Informasi melalui Kegiatan yang
media terpilih. media karena disebarluaskan saluran diselenggarakan
Contoh: talkshow aktifitas melalui media komunikasi yang untuk berinteraksi
di TV/Radio, kehumasan sosial dikelola oleh langsung dengan
advertorial di yang institusi/pribadi masyarakat guna
media cetak direncanakan. mempromosikan
nasional/daerah. program/
kebijakan yang
ada

D. Bermitra dengan Media/Jurnalis


Dalam komunikasi risiko, media massa dan media sosial memegang peranan yang
sangat penting sebagai medium penyebaran informasi. Kegiatan yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Diseminasi informasi ke media massa
Bentuk diseminasi informasi di antaranya dalam bentuk siaran pers, foto
kegiatan, video kegiatan, video wawancara singkat, serta rekaman suara
kegiatan, sesuai kebutuhan media cetak, elektronik, maupun online

21
b. Koordinasi dengan juru bicara/komunikator/narasumber/influencer
Juru bicara sebagai pintu utama komunikasi resmi di provinsi, kabupaten/kota
perlu mendapat dukungan berupa talking point, standby statement untuk isu
tertentu.
c. Penyelenggaraan Temu Media/Konferensi Pers
Untuk mendalami kebijakan/program terkait PTM Terbatas. Seluruh Unit
organisasi memiliki kesempatan untuk memberikan penjelasan mengenai
topik/program terkait perkembangan kegiatan PTM Terbatas yang sedang
menjadi hot issue.
d. Pemanfaatan Media/Kanal Digital
Penguatan strategi media digital menjadi pilihan dengan memanfaatkan
berbagai kanal yang ada. Mulai dari website milik pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, dinas kesehatan, akun media sosial resmi, bekerja sama
dengan influencer, platform media digital dan talkshow melalui TV/Radio
nasional/daerah.

MENGENALI DAN MENGATASI RUMOR DAN HOAKS


- Rumor: pembicaraan atau opini yang didistribusikan secara luas tanpa sumber
yang dapat dipercaya;
- Hoaks: informasi bohong yang sengaja disebarluaskan.
- Mengatasi rumor dan hoaks dilakukan dengan:
▪ Melakukan kegiatan untuk mengatasi ketidakpastian, persepsi, dan
manajemen informasi yang salah dari respon bagi pemerintah pusat dan
provinsi/kabupaten/kota;
▪ Melakukan klarifikasi dengan melakukan pemantauan berita dan isu/rumors
yang beredar di media dan masyarakat, melaporkan hasil pemantauan dan
menjalankan rekomendasinya;
▪ Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengenali, menghentikan dan
mengadukan hoaks terkait pelaksanaan PTM Terbatas;
▪ Membuka saluran komunikasi dua arah untuk layanan informasi dan
pengaduan masyarakat melalui hotline/call center dan media digital resmi
pemerintah sebagai sumber informasi terpercaya;
▪ Mengajak tokoh publik dan komunitas masyarakat untuk membangun jejaring
sebagai kelompok antihoaks untuk melawan hoaks dan menyebarkan berita
baik/benar terkait pelaksanaan PTM Terbatas.
PELIBATAN MASYARAKAT
Pelibatan masyarakat dalam pencegahan penularan COVID-19 pada PTM Terbatas
adalah segala upaya yang dilakukan oleh komponen masyarakat melalui fasilitasi atau
pendampingan untuk menggali potensi yang dimiliki masyarakat agar berdaya dan
mampu berperan serta mencegah dan mengurangi kasus COVID-19 pada PTM
Terbatas.

22
Secara garis besar, pelibatan masyarakat dalam pencegahan COVID19 klaster PTM
Terbatas sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan pelibatan masyarakat dari respon daerah
(provinsi/kabupaten/kota) dengan satu atau lebih kasus yang telah diidentifikasi.
b. Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat tentang protokol kesehatan 5M
(memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menjaga
jarak, mengurang mobilitas dan menghindari kerumunan) dalam berbagai bentuk
media dan saluran dan menyediakan saluran komunikasi untuk layanan informasi
dan pengaduan masyarakat yang mudah diakses publik selama 24 jam.
c. Melakukan gerakan bersama para tokoh publik, tenaga kesehatan, tenaga
pendidik dan jejaring komunitas atau organisasi massa untuk mengedukasi
langsung masyarakat.
d. Melibatkan perangkat desa/kelurahan serta tokoh masyarakat/agama dalam
menyampaikan pesan-pesan kunci lewat saluran dan sarana yang dimiliki dengan
memperhatikan anjuran kesehatan terkait COVID-19.
Tahapan pelibatan masyarakat dalam pencegahan COVID-19
a. Mendata kesehatan warga sekolah yang berisiko tinggi, warga yang keluar dan
masuk wilayah atau orang asing atau warga di sekitar institusi pendidikan.
b. Mencari kemungkinan faktor penyebab penularan COVID-19 dan potensi wilayah,
faktor perilaku non perilaku dan mendata potensi sumber daya.
c. Melakukan musyawarah masyarakat RT/RW/Desa dalam bentuk sosialisasi hasil
pendataan dan kemungkinan faktor penyebab penularan, dan untuk mendapatkan
kesepakatan solusi dari masalah yang ada di masyarakat dengan menggunakan
sumber daya yang ada dalam pencegahan COVID-19
d. Menyusun rencana kegiatan di masyarakat tentang COVID-19, yaitu
penyebarluasan informasi dasar (penyebab, penularan dan pencegahan),
Edukasi tentang Protokol Kesehatan 5M. Selanjutnya pemilihan saluran dan
sarana edukasi serta jadwal kegiatan
e. Melaksanakan kegiatan yang dicatat dan dilaporkan.
f. Keberlangsungan kegiatan (termasuk pemantauan dan evaluasi) dilakukan oleh
masyarakat bersama dengan pengurus RT/RW/Desa dan pendamping teknis
(puskesmas). Ketua RT/RW/Kepala Desa/lurah, tokoh agama/tokoh masyarakat,
Babinsa/Bhabinkamtibmas sebagai sistem keamanan lokal, kader kesehatan,
warga, Puskesmas dan Posyandu merupakan para pelaku pelibatan masyarakat.

CONTOH PENANGANAN KASUS


Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga menemukan 61 siswa SMPN 3 Mrebet
positif COVID-19 melalui tes antigen. Sebelumnya, sebanyak 90 orang dari SMPN 4
Mrebet juga dinyatakan terpapar COVID-19 yang memicu penghentian PTM Terbatas.
Tim Satgas COVID-19 Kabupaten Purbalingga sedang melakukan respons cepat
untuk menangani kejadian tersebut.
Bupati Purbalinga menghentikan proses PTM terbatas di daerahnya karena
ditemukan 151 siswa SMP positif COVID-19. Bupati menyampaikan dari hasil

23
pemeriksaan tes antigen terhadap 391 siswa di SMPN 4 Mrebet awalnya ditemukan
90 siswa positif COVID-19. Kemudian ditemukan positif COVID-19 tambahan di
SMPN 3 Mrebet sebanyak 61 kasus sehingga total siswa positif COVID-19 di
Purbalingga menjadi 151 anak.
Apabila ditemukan kasus seperti diatas, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Analisis Situasi
Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu mengumpulkan data-data terkait seperti
jumlah siswa yang dinyatakan terpapar COVID-19 dan sebagainya. Pengenalan
masalah juga harus dilakukan dengan memantau perkembangan berita di media
massa dan percakapan di media sosial.
Diikuti analisis terhadap situasi yang memengaruhi strategi komunikasi risiko yang
akan dilakukan.;
2) Identifikasi khalayak sasaran.
Ditentukan dengan target pesan yang akan disampaikan, siapa saja yang menjadi
sasaran perimer, sekunder dan tersier.
Dalam contoh kasus tersebut, maka pemerintah daerah perlu menyasar para
siswa yang terpapar dan keluarganya sebagai target utama. Bagaimana
penanganan terhadap mereka dan bagaimana agar penybaran virus dapat
dihentikan.
3) Penyusunan pesan kunci
Dapat dilakukan dengan memperhatikan permasalahan yang berhasil
diidentifikasi pada analisis situasi atau bergantung pada persoalan yang muncul,
seperti terjadinya klaster di satuan pendidikan atau di rumah atau terjadinya
penolakan dalam proses pelacakan dan pemeriksaan sampel kasus.
Pesan yang dikembangkan saat terjadi kasus yang muncul dapat disampaikan
oleh Bupati secara langsung atau melalui jubir yang ditunjuk. Intinya ingin
memberikan ketenangan kepada masyarakat, menyampaikan upaya yang sudah
dilakukan dan bagaimana mencegah penyebaran lebih luas.
4) Strategi Pendekatan Komunikasi Risiko
- Komunikasi Publik melalui kehumasan
Komunikasi massa → press conference tentang perkembangan kasus COVID-
19 klaster PTM Terbatas; Edukasi kepada masyarakat melalui konten atau
infografis yang disebarluaskan melalui media sosial; Publikasi dan edukasi
terkait PTM Terbatas melalui talk show di radio/televisi,
Komunikasi interpersonal → edukasi dan sosialisasi tentang PTM Terbatas
melalui kader kesehatan, tenaga kesehatan, forum kesehatan dengan para
guru dan orang tua murid.
- Pelibatan masyarakat kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan panutan
lainnya dalam meyampaikan pesan edukasi
5) Dalam situasi krisis, dapat menggunakan rumus 3R (regret, reason, remedy).
- Regret

24
Menyampaikan simpati/empati atau keprihatinan terhadap kejadian kasus
tersebut. Apabila diperlukan dapat menyampaikan permohonan maaf kepada
orang tua atau menyampaikan bingkisan/bantuan kepada keluarga yang
sedang melakukan isolasi atau dalam perawatan.
- Reason
Menyampaikan kronologi kejadian, data dan informasi kasus, kondisi
siswa/orang tua yang dalam penanganan, upaya yang sedang dilakukan
pemerintah/dinas terkait dalam penanganan kasus, dan sebagainya.
- Remedy
Apa yang dilakukan agar kasus serupa tidak terjadi, antara lain dengan
melakukan penghentian sementara PTM Terbatas yang ditemukan kasus,
dilakukan disinfeksi, pengetatan protokol kesehatan, vaksinasi bagi warga
sekolah, dll.
6) Monitoring dan evaluasi
Memantau perkembangan isu dan berita di media selanjutnya dari hasil
komunikasi yang telah dilakukan.

10. TEKNOLOGI DIGITAL UNTUK SKRINING SATUAN PENDIDIKAN


Untuk menciptakan situasi PTM Terbatas yang aman, Kementerian Kesehatan
mengembangkan aplikasi PeduliLindungi sebagai sarana untuk melakukan skrining
warga satuan pendidikan dan membantu proses surveilans PTM Terbatas. Dalam
pengembangannya, karena kendala lapangan dimana warga satuan pendidikan
banyak yang tidak memiliki gawai/smartphone, Kementerian Kesehatan membuat
metode baru penggunaan PeduliLindungi yang khusus diterapkan untuk warga satuan
pendidikan, yaitu dengan menggunakan notifikasi Whatsapp.
Ketika ada NIK warga satuan pendidikan yang tercatat positif di NAR dan/atau tercatat
sebagai kontak erat di aplikasi SILACAK, Kementerian Kesehatan akan mengirimkan
notifikasi ke Satgas Covid-19 di satuan pendidikan yang berisi data warga satuan
pendidikan yang memiliki status PeduliLindungi hitam (tercatat positif covid-19 atau
terdata sebagai kontak erat). Notifikasi akan langsung dikirimkan ke pihak Satgas
Covid-19 di satuan pendidikan pada saat ada perubahan status warga satuan
pendidikan. Ketika mendapatkan notifikasi ini, pihak satuan pendidikan wajib
menginformasikan kepada Puskesmas pembina untuk kemudian ditindak lanjuti.

25
Selain metode notifikasi Whatsapp, metode skrining dengan menggunakan aplikasi
PeduliLindungi untuk scan QR Code ini masih tetap dipergunakan di satuan
pendidikan. Tetapi metode ini hanya diberlakukan kepada
pengunjung/tamu/orangtua murid yang ingin masuk ke area satuan pendidikan.

26

Anda mungkin juga menyukai