Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM

“Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Filsafat Hukum”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H.

Disusun oleh :

Puspa Dwi Labarina

1111141053

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016

1
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum sebagai sebuah produk dialektika evolusioner masyarakat


niscaya harus terus berkembang dalam lingkungan zaman dan waktu, hukum
yang dulu dianggap sebagai suatu keniscayaan, lambat laun mulai
ditinggalkan dan digantikan perannya oleh hukum yang lebih relavan bagi
zaman dan waktu tertentu. Namun, kajian yang sangat menarik dalam ranah
perkembangan ilmu hukum adalah; dalam perkembangan ikmu hukum dari
masa ke masa tidak terjadi suatu loncatan revolusioner sebagaimana yang
terjadi dalam ilmu eksak, hukum sebagai ilmu berkembang secara kumulatif
dan evolusi dimana perkembangan ilmu hukum tidak dapat di prediksi secara
matematis, namun harus dengan pendekatan filosofis yang juga menyangkut
akan keyakinan (faith) suatu individu/masyarakat terhadap hukum tersebut.
Dalam tulisan sederhana ini penulis akan mencoba mendeskripsikan evolusi
dari paradigma hukum yang marak berkembang dan dipakai sebagai
acuan/patokan bagi masyarakat dunia dalam berhukum.
Dimulai dari paradigm hukum yang bersumber dari kodrat manusia
sebagai makhluk ciptaan-Nya (the nature of law), hukum sebagaimana yang
ditafsirkan sebagai kaidah resmi Negara (positivism/doctrinal), kajian hukum
yang memakai metode penalaran hukum yang menggabungkan ilmu hukum
dengan anasir-anasir kekuasaan dan pranata sosiologis masyarakat (socio
legal/non-doctrinal) dan sampai kepada teori hukum yang lahir pada periode
post-modern dengan gerakan kritik ediologis dan semangat deskontruksi
hukum yang membawa angin perubahan bagi pilar-pilar hukum didunia
(critical legal studies).

2
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Pemikiran hukum ini berkembang dalam bentuk berbagai mahzanb
yang mempunyai ciri dan saling berdialektika dalam memecahkan problem
hukum yang dihadapi pada waktu dan tempat yang berbeda, dalam uraian
selanjutnya akan diuraikan berbagai mahzab atau aliran yang berkembang
dalam filsafat hukum.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas Penulis dapat menyimpulkan, dalam makalah ini
Penulis
akan mengangkat dua rumusan masalah yang akan dibahas yaitu meliputi :
1. Bagaimana Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum?
2. Apa saja Mahzab atau Aliran-Aliran dalam Pemikiran Filsafat Hukum?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui bagaimana pengertian dan kedudukan filsafat hukum;
2. Mengetahui macam-macam mahzab atau aliran-aliran dalam pemikiran
filsafat hukum.

3
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum

Filsafat hukum mengkaji segala hal yang berkaitan dengan hukum


secara universal, radikal dan sistematis. Anatara lain akan dicari jawaban :
apakah arti hukum, apakah hakikat hukum, dari mana asal hukum, bagaimana
metodelogi hukum dalam mencapai kebenaran hukum, apakah tujuan hukum,
bagaimana nilai-nilai yang berlaku dalam hukum, bagaimana kedudukan
manusia dalam hukum dan apakah norma-norma yang belaku bagi pelaku
hukum.1 A. Ahrens pernah membicarakan, bahwa filsafat hukum adalah ilmu
yang mengambil sumber dan menjabarkan asas tertinggi dan/ atau cipta
hukum dari manusia dan kemanusian, untuk selanjutnya dikembangkan
diterapkan pada kehidupan manusia, sedangkan menurut kodratnya factor
manusia dan kemanusian adalah bersifat universal dan terbuka. Sedangkan
nilai luhur kemanusian sudah tertuang dengan jelas dalam sila ke dua dasar
Negara kita yang sekaligus sebagai cita hukum kita, maka sangatlah relevan
apabila kita mempertimbangkan beberapa pokok pikiran berbagai aliran
filsafat hukum dalam relasi dan relevansinya dengan
pembangunan/pembinaan hukum Indonesia, apalagi bila hal ini dikaitkan
hubungannya dengan bahwa hakikat hukum adalah suatu organisme yang
hidup, dimana vitalitas dan eksistensinya lebih lanjut bergantung pada gerak
usaha pembaharuan dan penyempurnaan.2

1
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, SUHUDSentrautama, hlm. 47
2
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran Menuju
Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, Jakarta, Rajawali Pres, 2014, hlm.9

4
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Ada pendapat yang mengatakan bahwa karena filsafat hukum
merupakan bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat
hukum hanya mempelajari hukum secara khusus. Sehingga, hal-hal non
hukum menjadi tidak relevan dalam pengkajian filsafat hukum. Penarikan
kesimpulan seperti ini sebetulnya tidak begitu tepat. Filsafat hukum sebagai
suatu filsafat yang khusus mempelajari hukum hanyalah suatu pembatasan
akademik dan intelektual saja dalam usaha studi dan bukan menunjukan
hakikat dan filsafat hukum itu sendiri.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat
hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan objek
tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang
disebut hakikat.3
Hakikat hukum dapat dijelaskan dengan cara memberikan suatu
definisi tentang hukum. Sampai saat ini menurut Apeldom, sebagaimana
dikutip dari Imanuel khant, para ahli hukum masih mencari tentang apa
definisi hukum. Definisi (batasan) tentang hukum yang dikemukakan para ahli
hukum sangat beragam, tergantung dari sudut mana mereka melihatnya.4
Jadi pengertian dan pokok bahasan filsafat hukum adalah filsafat tentang
hukum. Yaitu kajian yang mendalam, dan sungguh-sungguh secara sitematis
dan metodis tentang hakikat hukum sampai kedasar atau akarnya. Masalah-
masalah dasar yang menjadi perhatian para filosof masa dahulu terbatas pada
masalah tujuan hukum (terutama masalah keadilan), hubungan hukum alam
dan hukum positif, hubungan Negara dan hukum.
Dengan demikian yang membedakan filsafat hukum dengan filsafat
lain, terletak dalam objeknya, filsafat hukum hanya mengkaji masalah-

3
Ibid,hlm.10
4
Ibid,hlm.11

5
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
masalah hukum. Filsafat hukum ialah filsafat yang mengkhususkan objek
kajiannya tentang hukum. Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat.
Karena yang menjadi objek filsafat hukum adalah masalah hukum,
maka persoalan filsafat hukum dapat dirinci sebagai berikut:5
1. Apakah hukum itu? Atau apakah hakikat hukum?
2. Apakah atau dari manakah asal hukum?
3. Apakah atau bagaimana tujuan hukum?
4. Apakah atau bagaimana kedudukan manusia dalam hukum?
5. Apakah norma-norma yang berlaku bagi pemelihara (pengembala)
hukum?.

Berkaitan dengan (sub bagian ke 5) Norma adalah pedoman manusia


dalam bertingkah laku. Dengan demikian, norma hukum hanyalah salah satu
saja dari sekian banyak pedoman tingkah laku itu. Diluar norma hukum
terdapat norma-norma lainnya. Purbacaraka dan soekanto menyebutkan ada
empat norma, yaitu : (1) kepercyaan; (2) kesusilaan, (3) sopan santun; dan (4)
hukum. Tiga norma yang disebutkan dimuka dalam kenyataannya belum
dapat memberikan perlindungan yang memuaskan, sehingga diperlukan
norma keempat, yaitu norma hukum.6

Menurut Aristoteles, kedudukan filsafat hukum dapat dilihat pada :

 Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.


 Filsafat teoretis. Dalam cabang ini mencakup tiga macam ilmu,
yaitu :
1. Fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini.
2. Matematika yang mempesoalkan benda-benda alam dalam
kuantitasnya.

5
Suparman Usman, op.cit. hlm.50
6
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pusaka Utama, 2008, hlm.13

6
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
3. Metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala sesuatu
ilmu metafisika.
 Filsafat praktis. Dalam cabang ini tercakup tiga macam ilmu,
yakni:
1. Etika yang mengatur kesusialaan dan kebahagian dalam hidup
perseorangan.
2. Ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam
keluarga.7
3. Politik yang mengatur kesusilaan dan kemkmuran dalam
Negara.
 Filsafat Poetika
Filsafat poetika biasa disebut dengan filsafat estetika. Filsafat ini
meliputi kesenian dan sebagainya.

Uraian filsafat Aristoteles, menunjukan bahwa filsafat hukum hadir


sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap ketidak mampuan ilmu hukum
dalam membentuk dan menegakkan kaidah dan putusan hukum sebagai suatu
sistem yang logis dan koseptual. Oleh kerena itu, filsafat hukum merupakan
alternative yang dipandang tepat untuk memperoleh solusi yang tepat terhadap
permasalahan hukum.8

Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang


zaman, menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan9 terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan

7
Sukarno Aburaera, dan Muhadar, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Jakarta, Kencana Prenata Media
Grroup, 2013, hlm.45
8
Ibid, hlm.46
9
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, op.cit, hlm.14

7
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut aliran-
aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.

Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan


manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran, karena
memang berbeda sudut pandangnya.

Sekurang-kurangnya ada tiga konsep mengenai hukum, yaitu:

1. Hukum sebagai ide, cita-cita, nilai moral keadilan. Meteri studi


mengenai hal ini termasuk dalam filsafat hukum.
2. Hukum sebagai norma kaidah, peraturan, undang-undang yang berlaku
pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu
kekuasaan Negara tertentu sebagai produk dari suatu kekusaan Negara
tertentu yang berdaulat. Materi studi demikian ini termasuk dalam
pengetahuan hukum positif (studi normatif).
3. Hukum sebagai institusi social yang riil dan fungsional dalam sistem
kehidupan bermasyarakat yang terbentuk dari pola-pola tingkah laku
yang melembaga.

Apabila kita cemati para pemikir-pemikir filsafat hukum tersebut


sebenarnya berkisar dan berputar pada tiga nilai dasar hukum yang diuraikan
oleh Gustav Radbruch yaitu keadilan, kegunaan, dan kemanfaatan hukum.
Masyarakat tidak hanya butuh pertura-peraturan yang menjamin kepastian
hukum dalam hubungan mereka satu sama lain,10 tetapi butuh juga keadilan
disamping hukum dituntut pula melayani kepentingan-kepentingannya
(memberika kemanfaatan).11

2. Aliran-Aliran atau Madzhab dalam Pemikiran Filsafat Hukum


10
Ibid, hlm.15
11
Ibid, hlm.16

8
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat
hukum, dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1)
Alaliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme, (4)
Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran realism
hukum, (7) Aliran antropologis dan (8) Aliran hukum Islam.

A. Aliran Hukum Alam


Aliran ini disebut juga dengan aliran hukum kodrat atau Natural Law
Theory , menurut aliran ini hukum dipandang sebagai suatu keharusan
alamiah (nomos), baik semesta alam, maupun hidup manusia. Hukum itu
berlaku universal dan bersifat abadi. Pemikiran hukum alam
dikembangakan oleh beberapa pakar yang ada pada zaman Yunani dan
Romawi.
Diantara aliran hukum alam ada aliran Stoa yang diwakili oleh Zeno
(320-250 SM), yang mempunyai ajaran sebagai berikut :
1. Alam ini diperintah oleh pikiran yang rasional.
2. Kerasionalan alam dicerminkan oleh seluruh manusia yang dengan
kekuatan penalarannya memungkinkan menciptakan suatu natural
life yang didasarkan pada reasonable living
3. Hukum alam dapat di identikan dengan moralitas tertinggi.
4. Basis hukum adalah aturan Tuhan dan keadaan manusiawi.12
5. Penalaran manusia dimaksudkan agar ia dapat membedakan yang
benar dari yang salah dan hukum didasarkan pada konsep-konsep
manusia tentang hak dan kewajiban.

Hukum alam dibedakan dalam dua golongan :

1. Aliran hukum alam irasional


12
Suparman Usman, op.cit, hlm. 105

9
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
2. Aliran hukum alam rasional

Menurut aliaran hukum alam irasional bahwa hukum itu berlaku


universal dan bersifat abadi dengan mengesampingkan aspek ratio
manusia. Tokoh aliran ini antara lain Thomas Aquinas.

Menurut aliran hukum alam rasional bahwa hukum itu berlaku


universal dan bersifat abadi dengan menekankan terhadap ratio manusia.
Tokoh aliran ini antara lain Hugo Degrot.

Teori hukum alam (hukum kodrat melingkupi pendekatan terhadap


hukum yang melihat bahwa keberadaan hukum yang ada adalah
perwujudan atau merupakan fenomena tatanan hukum yang lebih tinggi
yang seharusnya ditaati. Dengan demikian pendekatan dari teori hukum
kodrat ada yang berpijak dari pandangan teologis dan sekuler.

1. Pandangan teologis (berdasarkan ke-Tuhan-an)


Teori hukum kodrat yang dipenuhi oleh pandangan atau yang ada,
diciptakan dan diatur oleh yang maha kuasa yaitu tuhan yang juga
telah meletakan prinsip-prinsip abadi untuk mengatuur
perjalanannya alam semesta. Kitab suci menjadi sumber dari
pandangan semacam ini. Semua hukum yang diciptakan oleh
manusia karena itu harus sesuai13 dengan hukum Tuhan seperti
yang digariskan dalam kitab suci (mengesampingkan aspek ratio
manusia).
2. Pandangan sekuler (berdasarkan ratio)
Pandangan ini didasari keyakinan bahwa manusia (kemampuan
akal budinya) dan dunianya (masyarakat) menjadi sumber bagi
tatanan moral yang ada. Tatanan moral yang ada menjadi
manifestasi tatanan moral dalam diri dan masyarakat manusia.
13
Ibid, hlm. 106

10
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Keutamaan moral tidak ada dalam sabda Tuhan yang tertulis dalam
kitab suci tetapi dalam hati kehidupan sehari-hari manusia. Hukum
itu berlaku secara universal dan bersifat abadi dengan menekankan
pada aspek ratio manusia. Aliran hukum alam yang rational
disebut pula aliran hukum alam yang modern.

Ada yang mengatakan bahwa hukum alam pada dasarnya bukanlah


sesuatu aturan jenis hukum, melainkan merupakan kumpulan ide atau
gagasan yang keluar dari pendapat para ahli hukum, kemudian diberikan
sebuah label yang bernama hukum alam. Menurut pandangan Satjipto
Rrahardjo, bahwa istilah hukum alam ini didatangkan dalam berbagai arti
oleh berbagai kalangan dan pada masa yang berbeda-beda pula. Dengan
demikian hakikat hukum alam merupakan hukum yang berlaku universal
dan abadi. Sebab menurut Friedmann, sejarah hukum alam adalah sejarah
umat manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang disebut
absolut justice (keadilan yang mutlak) disamping kegagalan manusia
dalam mencari keadilan. Pengertian hukum alam berubah-ubah sesuai
dengan perubahan pola piker masyarakat dan keadaan politik dijaman
itu.14
Penulis tidak mungkin membahas secara khusus keseluruhan
pendapat para tokoh dan pakar hukum dalam makalah ini, olehnya itu
penulis akan mengelompokkan tokoh dan pakar itu menurut zamannya,
dan bagi pembaca yang ingin mendalami persoalan hukum alam ini secara
khusus, dapat mencarinya pada literatur-literatur lain yang membahasnya
secara lebih terinci:15
a. Tokoh-tokoh hukum alam Yunani, antara lain: Socrates, Plato,
Aristoteles.

14
Ibid, hlm. 107
15
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, op.cit, hlm.101

11
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
b. Tokoh-tokoh hukum alam Romawi, antara lain: Cicero, Gaius.
c. Tokoh-tokoh hukum alam abad pertengahan, antara lain:
Augustine, Isidore, Thomas Aquinas, William of Occam.
d. Tokoh-tokoh hukum alam diabad keenam belas hingga
kedelapaan belas antara lain :Jhon Locke, Montesquieu,
Rousseau.
e. Tokoh-tokoh Idealisme Transendental, antara lain: Kant,
Hegel.
f. Tokoh-tokoh kebangkitan kembali hukum alam, antara lain
adalah: Kholer, Stammler, Leon Duguit, Geny, Dabin, Le Fur,
Rommen, Maritain, Renard, Gustaw, Radhbuch, Del Vecchio,
Fuller, Recasens Sinches.

B. Aliran Hukum Positif (Positivisme)


Istilah Positivisme berasal dari kata “ponere” yang berati
meletakan, kemudian menjadi bentuk pasif “pusitus-a-um” yang berate
diletakan. Dengan demikian, positivism menujukan pada sebuah sikap
atau pemikiran yang meletakan pandangan dan pendekatannya pada
sesuatu. Umumnya positivism bersifat empiris.16
Positivime hukum (aliran hukum positif) memandang perlu
memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang
berlaku dan hukum, antara das sein dan das sollen). Dalam kacamata
positivism tiada hukum lain kecuali pemerintah penguasa (law is
command of the lawgivers). Bahkan, bagian dari aliran hukum positif yang
dikenal dengan nama legisme, berpendapat17 lebih tegas, bahwa hukum itu
identik dengan undang-undang.18

16
Suparman Usman, op.cit, hlm. 108
17
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, op.cit, hlm.113
18
Ibid, hlm.114

12
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Positivisme hukum melihat bahwa yang terutama dalam melihat
hukum adalah fakta bahwa hukum diciptakan dan diberlakukan oleh
orang-orang tertentu didalam masyarakat yang mempunyai kewenangan
untuk membuat hukum. Sumber dan validitas atas norma hukum
bersumber pada kewenangan tersebut.
Menurut aliran ini, hukum adalah norma-norma yang diciptakan
atau bersumber dari kewenangan yang formal atau19 informal dari lembaga
yang berwenang untuk itu atau lembaga pemerintahan yang tertinggi
dalam sebuah komunitas.
Aliran ini berpandangan hukum identik dengan undang-undang,
yaitu aturan yang beralaku. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-
undang. Menurut aliran ini hukum itu merupakan perintah penguasa dan
kehendak dari Negara. Sumber pemikirannya adalah logika, yaitu suatu
cara berpikir manusia yang didasarkan pada teori-teori kemungkinan
(kearah kebenaran).20
Dalam aliran hukum positif ini penulis akan memberikan definisi
dari beberapa tokoh yang menganut aliran positif ini, salah satu
diantaranya yaitu :
1. Aliran Hukum Positif Analitis: John Austin (1790-1859)
Hukum adalah perintah dari penguasa Negara. Hakikat hukum
sendiri, menurut Austin, terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum
dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.
Dalam bukunya The Province of Jurisprudence obliges a person
or person… “A law is a commandans are said to proceed from
superiors, and to bind or oblige inferiors.”
Austin pertama-tama membedakan hukum dalam dua jenis : (1)
hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws), dan (2) hukum

19
Suparman Usman, loc.cit, hlm. 108
20
Ibid, hlm.109

13
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
yang dibuat oleh manusia. Mengenai hukum yang dibuat oleh
manusia ini dapat dibedakan lagi dalam: (1) hukum yang
sebenarnya, dan (2) hukum yang tidak sebenarnya. Hukum dalam
arti yang sebenarnya ini (disebut juga hukum positif) meliputi
hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh
manusia secara individu untuk melaksanakan hak-hak yang
diberikan kepadanya. Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum
yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak dibuat oleh
penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum,
seperti ketentuan dari suatu organisasi olahraga. Hukum yang
sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu: (1) perintah
(commandan), (2) sanksi (sanction), (3) kewajiban (duty), dan (4)
kedaulatan (sovereighnty).21

2. Menurut L. A Hart, ada lima pengertian dari hukum positif, yaitu:


1. Bahwa undang-undang adalah perintah-perintah manusia.
2. Bahwa tidak perlu ada hubungan antara hukum dengan moral
atau hukum yang ada dan yang seharusnya ada.
3. Bahwa analisis (atau studi tentang arti) dari konsepsi tentang
hukum: (a) layak dilanjutkan, dan (b) harus dibedakan dari
penelitian historis mengenai sebab atau asal usul undang-
undang dari penelitian sosiologis mengenai hubungan22 hukum
dengan gejala sosial lainnya dan kritik atau penghargaan
hukum mengenai arti moral, tuntutan social, serta fungsi-
fungsinya.
4. Bahwa sistem hukum adalah suatu sistem logis tertutup yang
menghasilkan putusan hukum yang tepat dengan cara-cara

21
Darji Darmodiharjo, op.cit, hlm.114
22
Suparman Usman, loc.cit, hlm.109

14
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
yang logis dari peraturan hukum yang telah ada lebih dahulu
tanpa mengingat tuntutan sosial, kebijaksanaan norma-norma
moral.
5. Bahwa penilaian-penilaian moral tidak dapat diberikan atau
dipertahankan, seperti halnya dengan pertanyaan tentang fakta,
dengan alasan yang rasional, petunjuk, atau bukti
(noncognitivisme dalam etika).

3. Aliran Hukum Murni: Hans Kelsen. Inti ajaran Hans Kelsen


menurut Friedmann (1881-1973) adalah:
1. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan, adalah
untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi
kesatuan;
2. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang
berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya;
3. Hukum adalah ilmu pengetahuan normative, bukan alam;
4. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma hukum
menata, mengubah isi dengan cara yang khusus;
5. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata,
mengubah isi dengan cara yang khusus;
6. Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari
hukum positif ialah hubungan apa yang mungkin dengan
hukum yang nyata.

Aliran ini dibedakan menjadi:

1. Analitical Jurisprudence;

15
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
2. Reine Rechtheer (ajaran hukum murni).23

Analitical Jurisprudence adalah dalam filsafat hukum yang


beranggapan bahwa hukum itu merupakan perintah penguasa semata-
mata. Tokohnya antara lain John Austin.

Aliran Ajaran Hukum Murni adalah aliran yang beranggapan


bahwa hukum itu harus dibersihkan dari seluruh unsur-unsur non yuridis
(maksudnya dibersihkan dari unsur-unsur etis atau moral, sosiologis,
ekonomis dan politis).24

C. Aliran Utilitarianisme
Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri
metafisis dan abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-18.
Aliran ini adalah aliran yang meletakan kemanfaatan disini sebagai tujuan
hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagian (happiness).
Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada
apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.
Jadi menurut penulis demikian juga dengan perundang-undangan, baik
buruknya ditentukan juga oleh ukuran tersebut. Oleh karena itu undang-
undang yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar
masyarakat akan dinilai sebagai undang-undang yang baik.
Jadi tujuan dalam aliran ini yaitu untuk memberikan kemanfaatan
dan kebahagian yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Adapun
tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain Jeremy Bantham (1748-1783),
John Stuart Mill (1806-1873) dan Rudolf von Jhering.
Menurut Bantham keberadaan Negara dan hukum semata-mata
sebagai alat untuk mencapai manfaat yang hakiki, yaitu kebahagiaan
mayoritas masyarakat.
23
Ibid, hlm.110
24
Ibid, hlm.111

16
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Lebih jauh menurut Jeremy Bantham bahwa esensi hukum ini sebagai
berikut :
1. Tujuan hukum dan wujud keadilan menurut Jeremy Bantham
adalah mewujudkan the greatest happiness of the greatest number
(kebahagian yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya
nya orang).
2. Tujuan perundang-undangan menurut Jeremy Bantham adalah
untuk menghasilkan kebahagian bagi masyarakat. Untuk itu
perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan
yaitu :
a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup);
b. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang
berlimpah);
c. To provide security (untuk memberikan perlindungan);
d. To attain equality (untuk mencapai persamaan).

Sedangkan John Stuart Mill mengemukakan bahwa “Actions are


right in proportion as they thend to promote man’s happiness, and wrong
as they tend to promote the reverse of happiness” (tindakan itu hendaknya
ditunjukan terhadap pencapaian kebahagian dan adalah keliru jika ia
menghasilkan sesuatu yang merupakan kabalikan dan kebahagian).

Aliran ini merupakan aliran yang ingin melihat keterkaitan antara


hukum dan masyrakat. Aliran ini muncul sebagai reaksi tidak langsung
dari Aliran Hukum Alam dan Aliran Hukum Positif. Menurut aliran ini
hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama-sama
masyarakat. Aliran ini menolak hukum itu dibuat oleh penguasa atau
pemerintah. Aliran ini lahir karena dua pengaruh, yaitu pengaruh dari

17
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
pemikiran Monstequieu dalam bukunya: L’esprit de Lois,25 yang
mengemukakan tentang adanya hubungan antara jiwa suatu bangsa
dengan hukumnya dan pengaruh adanya paham rasionalisme yang timbul
di abad ke-19.

Tokoh aliran ini antara lain Frederich von Savigny. Menurut


Savigny “Das Rech wird nicht gemach, est ist und wird mitdem Volke”
(Hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat). Hukum itu pencerminan dari jiwa rakyat dan pada akhirnya
ia mati jika bangsa itu kehilangan kebangsaannya. Jadi penganut
historisme menolak pandangan bahwa hukum itu dibuat. Bagi mereka,
hukum itu tidak dibuat melainkan ditemukan dalam masyarakat. Mereka
menghargai dan mengagungkan masa lampau. Terdapat hubungan organis
antara hukum dengan jiwa rakyat. Hukum yang benar-benar hidup
hanyalah hukum kebiasaan. Ciri khas mereka adalah ketidak percayaan
pada pembuat undang-undang, ketidak percayaan pada kodifikasi.
Lebih lanjut Savigny mengatakan : “Di dunia ini terdapat berbagai
bangsa yang pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai suatu volgeist
(jiwa rakyat). Jiwa ini berbeda-beda, baik menurut waktu maupun menurut
tempat. Pencerminan dari adanya jiwa yang berbeda ini tampak pada
kebudayaan dari bangsa tadi yang berbeda-beda. Ekspresi itu tampak pula
pada hukum yang sudah tentu berbeda pula pada setiap waktu dan tempat.
Oleh karena itu, tidak masuk akal jika terdapat hukum yang belaku
universal pada semua waktu. Hukum sangat bergantung atau bersumber
pada jiwa rakyat dan yang menjadi isi dari hukum itu ditentukan oleh
pergaulan hidup manusia dari masa ke masa (sejarah).26

D. Aliran Sociological Jurisprudence


25
Ibid, hlm.112
26
Ibid, hlm.113

18
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Aliran ini termasuk kepada aliran sosiologis yang memandang
hukum sebagai kenyantaan sosial. Kalau aliran positivis melihat “law in
books”, maka aliran sosiologis memandang “law in action”.
Aliran Sociological Jurisprudence antara lain dipelopori oleh Roescoe
Pound. Inti pemikiran aliran ini adalah bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Artinya
hukum itu harus merupakan percerminan nilai-nilai yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat.
Roescoe Pound membedakan antara sosiologi hukum (sociology of
law) dengan sociological jurisprudence. Sosiologi hukum adalah cabang
dari sosiologi yang mempelajari pengaruh-pengaruh masyarakat apada
hukum. Sedangkan sociological jurisprudence adalah cabang ilmu hukum,
yaitu aliran dalam filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik
antara hukum dan masyarakat. Sociological jurisprudence mempunyai
cara pedekatan yang bermula dari hukum kemasyrakat, sedangkan
sosiologi hukum sebaliknya, yaitu pendekatan dari masyarakat ke hukum.
Sumber pemikiran aliran ini adalah logika dan pengalaman.
Aliran ini mempunyai ajaran mengenai pentingnya living law (hukum
yang hidup dalam masyarakat). Menurut aliran ini hanya hukum yang
mampu mengahaadapi ujian akal dapat hidup terus. Yang menjadi unsur
kekal dalam hukum itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan akal yang berdiri
diatas pengalaman. Pengalaman dikembangkan oleh akal dan akal diuji
oleh pengalaman. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan
dikembangkan oleh akal, yang diumumkan dengan wibawa oleh badan-
badan yang membuat undang-undang atau mengesahkan27 undang-undang
dalam masyarakat dan dibantu oleh kekuasaan dalam masyarakat itu.
Syarat-syarat suatu hukum agar menjadi living law adalah :

27
Ibid, hlm.114

19
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
1. Dianut dan dilaksanakannya hukum tersebut, didasarkan kepada
kesadaran hukum masyarakat (tidak ada unsur paksaan);
2. Hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku
dalam masyarakat;
3. Penggunaan hukum itu tidak ada clausul pelanggaran.

Berkaitan dengan uraian sociological jurisprudence dan living law


ada beberapa pandangan Roescoe Pound tentang hukum sebagai berikut :

1. Tugas hukum adalah memajukan kepentingan umum;


2. Hukum berfungsi sebagai alat;
a. Social engineering
b. Social control

3. Hukum harus mengharmoniskan kepentingan umum dan kepentingan


individual, melalui cita-cita keadilan yang hidup dalam hati rakyat.

4. Untuk mewujudkan tugas dan fungsi hukum itu, ide keadilan didukung
oleh paksaan dari Negara.

5. Sumber-sumber hukum menurut Roescoe Pound adalah:

a. Kebiasaan
b. Relige
c. Ide-ide moral dan ide-ide filosofis
d. Putusan pengadilan (“adjudication”)
e. Diskusi ilmiah
f. Undang-undang
6. Tugas dari ilmu hukum yang sosioligis (sociological jurisprudence)
yang merupakan suatu sumber penting dari ide-ide, adalah untuk
membantu menjamin bahwa fakta-fakta28 sosial direkam dan dianalisi
28
Ibid, hlm.115

20
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
didalam formulasi, interprestasi dan penerapan hukum. Untuk itu
dibutuhkan antara lain:
a. Suatu studi tentang efek-efek sosial dari persepsi-persepsi
hukum, doktrin-doktrin hukum dan pranata-pranata hukum.
b. Suatu penyelidikan sosiologis sebagai suatu tahap persiapan
bagi pembuatan undang-undang.
c. Studi tentang metode untuk membuat persepsi-persepsi hukum
efektif dalam penerapannya
d. Suatu studi yang mendalam bagi proses peradilan.
e. Suatu studi sosiologis tentang sejarah hukum.
f. Penghargaan terhadap pentingnya keadilan dan penalaran
putusan-putusan kasus-kasus perseorangan
g. Mengakui bahwa tujuan studi hukum adalah untuk mencapai
tujuan-tujuan hukum29

E. Aliran Realis (Realisme)


Realisme secara etimologis berasal dari bahasa latin “res” yang
artinya benda atau sesuatu. Secara umum realisme dapat diartikan sebagai
upaya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa idealisasi,
spekulasi atau idolisasi. Ia berupaya untuk menerima fakta-fakta apa
adanya, betapapun tidak menyenangkan.
Pandangan aliran realism dalam kontek hukum, melihat bahwa
hukum itu dipandang dan diterima sebagaimana apa adanya, tanpa
identitasi dan spekulasi atas hukum yang bekerja dan berlaku.
Aliran realism hukum merupakan satu sub aliran (pecahan) dari aliran
positivisme hukum yang dipelopori antara lain oleh John Chipman.

29
Ibid, hlm.116

21
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Roescoe Pound melalui pendapatnya bahwa aliran hukum itu merupakan
a tool of social engineering dapat digolongkan kepada aliran ini.
Aliran realisme hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Realisme bukanlah suatu aliran/madzhab. Realisme adalah suatu
gerakan dalam cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum.
2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-
ubah dan sebagai alat untuk mencapai tujuan maupun hasilnya. Hal
ini berarti bahwa keadaan sosial lebih cepat mengalami perubahan
dari pada hukum.
3. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara
sollen dan sein untuk keperluan suatu penyilidikan agar
penyelidikan itu mempunyai tujuan maka hendaknya 30
diperhatikan adanya nilai-nilai dan observasi terhadap nilai-nilai
itu haruslah seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi oleh
kehendak observer da tujuan kesusilaan.
4. Realisme tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisonal karena
realisme bermaksud melakukan apa yang dilakukan sebenarnya
oleh pengadilan dan orang-orangnya. Untuk itu dirumuskan
definisi dalam peraturan yang merupakan ramalan umum tentang
apa yang akan dikerjakan oleh pengadilan. Berdasarkan keyakinan
ini, realisme menciptakan penggolongan perkara dan keadaan
hukum yang lebih kecil jumlahnyan dan jumlah pengglongan yang
ada pada masa lampau.
5. Gerakan realisme menekankan pada perkembangan setiap bagian
hukum haruslah diperhatikan dengan seksama mengenai akibatnya.

Menurut Karl Llwellyn, salah satu seorang tokoh aliran ini, bahwa
hukum harus diterima sebagai suatu yang terus menerus berubah, hukum

30
Ibid,hlm. 117

22
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
bukan suatu yang statis. Tujuan hukum harus senantiasa dikaitkan dengan
tujuan masyarakat dimana hukum itu berada. Masyarakat selalu berproses
yang terus menerus berubah secara kesinambungan. Oleh karena itu
perubahan hukumpun merupakan sesuatu yang esensial dan diperlukan
penekanan pada evaluasi hukum terhadap dampaknya pada masyarakat.

Dalam pandangan lain menurut Oliver Wendell Holmes, salah satu


tokoh aliran ini, hukum adalah apa yang akan diputus oleh pengadilan.
Jadi menurut Holmes hukum adalah perilaku actual para hakim (patterns
of behavior) yang ditentukan oleh tiga factor :

1. Kaidah-kaidah hukum yang konkretkan oleh hakim dengan metode


interpretasi dan kontruksi;
2. Moral hidup pribadi hakim
3. Kepentingan sosial.31

Dalam kajian aliran realisme ada dua pandangan, yaitu pandangan


pakar-pakar realisme Amerika Serikat dan yang kedua pakar- pakar
realisme Skandinadiva. Tokoh-tokoh realisme Amerika Serikat adalah :

1. Oliver Wendell Holmes (1841-1935)


2. Jerome Frank (1889-1957)
3. Benjamin N. Cardoso (1870-1938)
4. Karl Nickerson Llwllyn (1893-1962)

Tokoh-tokoh aliran realisme Skandinvia antara lain: Lundstedt,


Hagerstrom, Ilivecrona, dan Ross.

F. Aliran Antropologis

31
Ibid, hlm.118

23
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Antropologi merupakan kajian atau ilmu yang terpisah dari
hukum. Secara harfiah, antropologi berarti “the study of man” (studi
tentang manusia), muncul sekitar abad ke-19.
Menurut pandangan antropologi, tempat hukum didalam kultur
masyarakat. Pengertian kultur sangat luas mencangkup suatu pandangan
masyarakat tentang kebutuhannya untuk “survinal”. Hukum juga
merupakan aturan yang mengatur produksi dan distribusi kekayaan dan
metode untuk melindungi masyarakat terhadap kekacauan internal dan
musuh dari luar.
Beberapa ajaran yang beraliran antropologi dikemukakan antara
lain oleh Molinowski, Hoebel, Gluckman, Bohannan, dan Pospisil.
Menurut Prof. T.O. Ihromi, objek kajian antropologi tentang hukum ini,
adalah:32
1. Hukum barat;
2. Hukum dalam masyarkat yang belum kompleks;
3. Hukum tidak tertulis;
4. Hukum rakyat/local

Menurut Hoebel ada tiga unsur esensial hukum yang mungkin


digunakan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi yang mana yang
termasuk fenomena-fenomena hukum. Ketiga unsur esensial itu adalah:

1. Keteraturan hidup (regularity);


2. Otoritas pejabat (official authority);
3. Sanksi

Secara yuridis, sanksi ini merupakan aplikasi paksaan secara fisik


yang dilaksanakan secara resmi (officially) maupun “quasi officially”, atas
nama masyarakat secara umum terhadap legitimasinya.

32
Ibid,hlm.119

24
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Pandangan Paul Bohannan terhadap hukum terkenal dengan “a
double legitimacy”. Ia bepandangan bahwa seluruh kaidah hukum berasal
dari kaidah-kaidah non hukum lain yang sudah ada sebelumnya. Tidak ada
kaidah hukum yang langsung lahir sebagai kaidah hukum.
Keseluruhannya melalui proses pelegitimasi-an kembali (double
legitimacy.

Asas timbal balik merupakan dasar kebiasaan, dan berbeda dengan


hukum yang berdasarkan kepada pelegetimasian kembali. Bagi Bohannan,
sanksi adalah seperangkat aturan yang mengatur bagaimana pranata-
pranata hukum mencampuri suatu masalah agar dalam memelihara suatu
sistem sosial sehingga memnungkinkan warga masyarakat hidup dalam
sistem itu secara tenang serta dengan cara-cara yang dapat diperhitungkan.

G. Aliran Hukum Islam


Dalam pandangan Islam, bahwa hukum Islam bersumber dari
ajaran Islam (al-Qur’an dan sunnah). Karena itu menurut pandangan Islam
Law is religion. Dalam kajian hukum islam dikenal “Islamic Law” untuk
penyebutan syariah Islam dan “Islamic Jurisprudence”.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika,
yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum

25
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat
hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai
kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.
Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang zaman,
menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan
melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut
aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.
Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan
manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran,
karena memang berbeda sudut pandangnya.
2. Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,
dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1)
Alaliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme,
(4) Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran
realism hukum, (7) Aliran antropologis dan (8) Aliran hukum Islam.

B. Saran
Dalam makalah yang dibuat oleh penulis ini membahas tentang aliran-
aliran dalam filsafat hukum merupakan inti dari mata kuliah filsafat hukum
yang penulis pelajari. Dengan mengetahui pokok-pokok aliran-aliran tersebut,
sekaligus juga dapat diamati berbagai corak pemikiran tentang hukum.

26
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Dengan demikian, sadarlah kita betapa kompleksnya hukum itu dengan
berbagai sudut padangnya.
Hukum dapat diartikan macam-macam, demikian juga tujuan hukum.
Setiap aliran berangkat dariargumentasinya sendiri. Akhir-nya, pemahaman
terhadap aliran-aliran tersebut akan membuat wawasan kita makin kaya dan
terbuka dalam memandang hukum dan masalah-masalahnya. Dan penulis
berharap semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aburaera, Sukarno dan Muhadar. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakrta:
Kencana Pranata Media Group.2013

27
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.2008
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim. Filsafat, Teori, dan Ilmu
Hukum Pemikian Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2014
Usaman, Suparman. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Serang:
SUHUDSentrautama.2010

BIODATA PENULIS

28
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM
Puspa Dwi Labarina, lahir di Serang, 16
Februari 1996. Mahasiswi Ilmu Hukum di
Fakultas Hukum Sultan Ageng Tirtaysa pada
tahun 2016.

29
ALIRAN-ALIRAN (MADZHAB) DALAM FILSAFAT HUKUM

Anda mungkin juga menyukai