Anda di halaman 1dari 3

Regulasi Perlindungan Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)

Regulasi perlindungan Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) berpedoman pada Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (“UU
Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya”). Berdasarkan UU Koservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya,
Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. [2] Menurut Pasal 4 UU
Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat.

A. Beberapa Larangan yang Diatur dalam UU Koservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya antara lain


sebagai berikut:

1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
keutuhan kawasan suaka alam.[3] Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam
sebagaimana dimaksud meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan
suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. [4]

2. Lebih tegasnya lagi, setiap orang dilarang untuk: [5]

a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut,


dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam
keadaan hidup atau mati;
b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup
atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia.

3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
keutuhan zona inti taman nasional.[6] Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman
nasional meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional,
serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. [7]

Yang dimaksud dengan zona inti adalah bagian kawasan taman nasional yang mutlak
dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apa pun oleh aktivitas manusia. [8]
4. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
[9]

Yang dimaksud dengan zona pemanfaatan adalah bagian dari kawasan taman nasional yang
dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Yang dimaksud dengan zona lain adalah
zona di luar kedua zona tersebut karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona
tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan traditional zona rehabilitasi, dan
sebagainya.[10]

B. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa


Tumbuhan dan satwa digolongkan dalam jenis: [11]

a. tumbuhan dan satwa yang dilindungi; dan

b. tumbuhan dan satwa yang tidak dilindungi.

Untuk jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi sebagaimana dimaksud di atas selanjutnya
digolongkan dalam ke dalam:[12]

a. tumbuhan dan satwa dalam bahaya kepunahan; dan

b. tumbuhan dan satwa yang populasinya jarang.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan


dan Satwa (“PP 7/1999”) sebagaimana telah dicabut sebagian dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tahun 2018
tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi (“Permenlhk P.20/2018”) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi (“Permenlhk P.92/2018”), suatu jenis tumbuhan dan
satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila telah memenuhi kriteria: [13]

a. mempunyai populasi yang kecil;

b. adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam;


c. daerah penyebaran yang terbatas (endemik).

Bunga Edelweis (Anaphalis Javanica) masuk dalam kategori jenis tumbuhan yang
dilindungi sebagaimana tercantum dalam daftar Nomor 798 Lampiran Permenlhk P.92/2018. 
Maka perbuatan memetik/mengambil jenis tumbuhan yang dilindungi seperti Bunga Edelweis
dari habitat aslinya, yang secara sengaja untuk membawa keluar atau berpindah ke tempat lain,
dapat diancam sanksi pidana berdasarkan Pasal 40 ayat (2) UU Konservasi SDA Hayati dan
Ekosistemnya, yaitu: “Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

Anda mungkin juga menyukai