Anda di halaman 1dari 8

Nama: Silvia Nindi Fitri

Npm: 2010070170025

Prodi: Kep. Anestesiologi

No.absen: 34

Tugas ke 11 Contoh artikel ilmiah

1 . Artikel ilmiah konseptual

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

ABSTRAK

Peningkatan prestasi belajar dipengaruhi oleh minat baca dan motivasi belajar. Minatbaca adalah
ketertarikan kepada kegiatan membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakansuatu dorongan untuk
melakukan suatu kegiatan belajar. Salah satu faktor yang menentukankesuksesan akademik anak adalah
kelancaran membaca. Membaca merupakan kegiatan yangdalam pelaksanaannya tidak menguras
banyak tenaga, namun sangat bermanfaat.Ketidaklancaran dalam membaca baru dianggap masalah
ketika anak duduk di kelas 3 atau 4. Kemampuan membaca harus dimiliki oleh semua anak, agar mereka
bisa belajarberbagai bidang ilmu. Motivasi yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang
baik.Motivasi belajar pada anak memiliki fungsi: (1) mendorong manusia untuk berbuat, (2)menentukan
arah perbuatan, dan (3) menyeleksi perbuatan. Motivasi berprestasi seseorangdibagi menjadi 2 tipe,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan harapan dalam diri
seseorang (internal) untuk berhasil sedangkan motivasiekstrinsik yang dipengaruhi oleh hukuman atau
penghargaan dari luar (eksternal). Berbagaiupaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar
membaca siswa. Seperti: (1)membangun atau memperbaiki perpustakaan sekolah. (2) menggerakkan
penulisan buku-bukuoleh penulis daerah sendiri. (3) memberikan penghargaan dan celaan. (4) memberi
tugas. Dan(5) membuat suasana hati anak senang dan nyaman menerima materi pelajaran. Peserta didik
sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasiyang tinggi dalam belajar guna
mencapai hasil belajar yang baik. Motivasi intrinsik yangmerupakan motivasi internal perlu dipupuk
pada diri anak, sedangkan faktor eksternalsebaiknya dikurangi. Kata kunci : motivasi, belajar membaca,
prestasi belajar.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber dayamanusia. Untuk
mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan, maka keterpaduan antarakegiatan guru dengan siswa
sangat diperlukan. Oleh karena itu guru diharapkan mampumengatur, mengarahkan, dan menciptakan
suasana yang mampu mendorong motivasi siswauntuk belajar. Tercapainya tujuan pendidikan yang
dicita-citakan khususnya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalahminat baca dan motivasi belajar. Minat baca
adalah suatu rasa ketertarikan atau kesukaanterhadap kegiatan membaca. Dengan memiliki minat baca
dalam diri, maka siswa akanbergerak hatinya untuk terus membaca. Sedangkan motivasi belajar
merupakan suatudorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Dimana dengan keinginan
untukberprestasi mendorong siswa untuk berusaha agar tercapai hasil belajar yang optimal. Belajar
merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan danbahan interaksi, baik yang
bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Belajar menurutpandangan B. F. Skiner (1958) adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah lakuyang berlangsung secara progresif. Membaca
adalah salah satu kegiatan yang dalam pelaksanaannya tidak mengurasbanyak tenaga, namun sangat
bermanfaat. Dengan membaca kita dapat mengetahui segalayang selama ini belum kita ketahui.
Membaca sebagai keterampilan yang harus diajarkansejak anak masuk sekolah dasar (SD) dan kesulitan
membaca harus secepatnya diatasi, karenamembaca merupakan usaha untuk belajar
(Abdurahman,1999: 200). Kebiasaan membaca,terutama pada jenjang pendidikan rendah masih
memprihatinkan. Hal itu tampak pada surveitradisi membaca siswa di dunia Indonesia menempati
peringkat 30 dan negara Firlandiarangking teratas (Kurniawan,2000: 237).Keterampilan membaca
sebagai dasar untuk menguasai berbagai bidang ilmu. Jikaanak pada massa usia sekolah permulaan tidak
segera memiliki keterampilan membaca makaia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari
berbagai bidang ilmu pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia
dapat membaca untuk belajar (Lerner, 1988, dalam Abdurahman, 1999: 2000).Kelancaran membaca
menjadi dasar kesuksesan akademik anak. Anak-anak yangterampil membaca sejak usia dini dan selalu
dipaparkan dengan bahan cetakan akan memilikirasa ingin lebih besar, dan selalu ingin memperluas
pengetahuannya. Sebaliknya anak-anak yang lambat dalam penguasaan keterampilan membaca, lebih
jarang mendapat latihanmembaca dibandingkan teman sebaya sehingga akan kehilangan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan membaca dengan lancar (Prof. Dr. Amitya Kumara, M.S.) Prof. Dr.
Amitya Kumara, M.S. mengamati bahwa ketidaklancaran membaca yangmuncul di tahun pertama dan
kelas 2 sering tidak terdeteksi oleh guru. Dan guru menganggaphal tersebut sebagai hal yang wajar.
Sementara dalam pandangannya justru di sinilahsesungguhnya titik awal kekompleksan masalah.
“Kebanyakan ketidak lancaran membaca baru dianggap masalah ketika anak sudah duduk di kelas 3 atau
4 SD ketika mereka dituntut untuk mempelajari dan menguasai materipelajaran.”ujarnya. Kesulitan
belajar membaca pada anak sering membuat guru khawatir, terlebih jikaanak sudah memasuki kelas 3
atau kelas 4 SD. Salah satu faktor yang menyebabkan anak kesulitan belajar membaca adalah kurangnya
minat atau motivasi anak untuk belajarmembaca. Faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi anak
dalam belajar membaca antaralain: kurangnya ketersediaan buku-buku bacaan umum dan pelajaran
yang menarik untuk dibaca, kurang menariknya pembelajaran membaca di kelas rendah khususnya kelas
1.

DISKUSI

Membaca merupakan salah satu komponen dari sistem komunikasi, yaitu interaksisecara tertulis antara
pembaca dengan penulis. Kemampuan itu harus dimiliki oleh semuaanak, agar anak dapat belajar
berbagai bidang ilmu. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukanuntuk meningkatkan motivasi belajar
membaca pada siswa sekolah dasar. Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga
fungsi, yaitu: (1)mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang melepaskan energi,
(2)menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksiperbuatan
yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasiguna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuantersebut (1990:84). Motivasi belajar
yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yangbaik. Motivasi berprestasi seseorang apakah di
sekolah, tempat kerja atau di tempat manapun dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu motivasi intrinsik
yang merupakan harapan dalam diri(internal) untuk berhasil dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri.
Dan motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar diri (eksternal).
Contoh dari keduamotivasi ini, misalnya seorang mahasiswa bekerja keras karena keberhasilan
dalampendidikan itu penting maka yang berperan pada dirinya adalah motivasi intrinsik. Tetapikalau ia
bekerja keras karena kelak supaya mendapatkan gaji yang tinggi begitu selesai kuliahmaka yang
berperan adalah motivasi ekstrinsik. Sebenarnya, apabila guru dan siswa mau membiasakan diri untuk
membaca, makalamban laun akan tertanam dalam diri mereka suatu keadaan dan perasaan ingin tahu
yangdapat menumbuhkan minat untuk selalu membaca. Mereka akan dapat merasakan
kenikmatanmembaca, sehingga pada akhirnya kecanduan. Berbagai upaya lain dapat dilakukan
olehpihak-pihak yang berkepentingan seperti orang tua, sekolah, dinas pendidikan atau pihak-pihak lain
yang peduli dengan peningkatan motivasi membaca di sekolah.Pertama, untuk menumbuhkan minat
baca pada anak seharusnya dimulai sejak masa usia prasekolah, danberlanjut di taman kanak-kanak dan
sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini,siswa telah dilatih untuk mengenal dan akhirnya
dapat mencintai buku. Kedua, menyadarkansiswa dengan kampanye yang menarik bahwa bahan bacaan
merupakan sumber pengetahuan,informasi dan hiburan yang mempunyai karakter unik dan dapat
dinikmati dengan cara yangberbeda dengan tontonan televise. Ketiga, menyediakan suasana yang
mendorongterbentuknya budaya membaca di sekolah. Hal ini misalnya dilakukan dengan
membangunatau memperbaiki perpustakaan-perpustakaan sekolah yang telah ada. Perpustakaan-
perpustakaan sekolah kita saat ini pada umumnya mirip gudang yang berisi lemari-lemari ataurak-rak
buku yang dipenuhi dengan buku-buku berdebu. Tanpa pustakawan profesional yangmemahami seluk-
beluk perbukuan dan tata pengaturan perpustakaan yang baik. Keempat, menggerakkan penulisan
buku-buku oleh penulis daerah sendiri. Penulisanbuku-buku dari daerah sendiri di sini maksudnya
adalah sekolah, dinas pendidikan,pemerintah daerah mapun sponsor yang peduli dan dapat
memfasilitasi atau bahkanmengakomodasi penulisan dan penerbitan buku yang ditulis oleh siswa atau
guru yangmemiliki interest dan kemampuan dalam bidang tulis-menulis. Sudah menjadi rahasia
umum,budaya menulis berhubungan erat dengan budaya membaca. Kita dapat pula berlogika, bila
diperpustakaan sekolah terpajang buku karya orang-orang yang dikenal baik seperti guru mereka, kakak
kelas, atau bahkan adik kelas mereka pasti siswa akan tergerak hati membacanya. Bahkan, bukan tidak
mungkin mereka akan melangkah ke budaya menulis yangmerupakan budaya tingkat lanjut setelah
terbentuk budaya membaca. Semua itu tidak dapat dibangun hanya dengan himbauan lewat kata-kata.
Budayamembaca menjadi budaya guru dan siswa kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap
yaitumelakukannya dengan perbuatan. Dalam bukunya “How to Teach Your Baby to Read”, Glen Doman
mengatakan bahwa, pada dasarnya kemampuan anak belajar membaca khususnya balita sangat luar
biasa. Bahkan,kata Doman, otak anak yang separuhnya sudah dilakukan pembedahan Hemispherectomy
(membuang separuh fisik otaknya) bisa mempunyai kemampuan yang sama dengan anak yangotaknya
utuh dan normal. Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan bahwa ada beberapa cara yang
dapatdilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi belajar ekstrinsik, yaitu
memberikanpenghargaan dan celaan, persaingan atau kompetensi, memberikan hadiah dan hukuman,
danpemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada peserta didik. SedangkanSardiman
(1990:91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: (1) memberikan angkakepada peserta didik, (2) memberikan
hadiah, (3) menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4)melihat ego peserta didik, (5) memberikan
ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) memberikanpujian, (8) memberikan hukuman, (9) menumbuhkan
hasrat untuk belajar kepada pesertadidik, (10) menumbuhkan minat, dan (11) merumuskan tujuan
belajar yang diakui danditerima oleh anak. Kita harus percaya bahwa anak-anak memiliki kemampuan
belajar yang tidak tertandingi. Karena banyak bukti sudah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka
biasmenghafal iklan atau acara televisi kesukaan mereka, nyeletuk ketika kita berbicara denganorang
lain, dan menyerap kata-kata yang kita ucapkan. Menurut Doman, upaya untuk memotivasi siswa
belajar membaca adalah: Jangan membuat anak menjadi bosan dengan maju terlalu cepat atau maju
terlalu lambat,serta terlalu sering memberi tes. Jangan memaksa anak apapun bentuknya.Jangan
tegang, lebih baik menunda jika suasana tidak mendukung, baik pada Andamaupun si anak.
Bergembiralah dan buat suasana hati anak menjadi senang dan nyaman menerimapelajaran dari Anda.
Selalu ciptakan cara baru. Ingat, bagaimanapun cara Anda mengajar, hampir bisadipastikan bahwa ia
akan belajar lebih banyak daripada tidak diajarkan sama sekali. Berikut beberapa cara yang bisa
diterapkan pada siswa agar senang dan mau belajar membaca. a.Membacakan cerita. Anak yang
dibacakan cerita terbukti akan lebih menyukai buku. Siswa yang suka bukucenderung tidak akan
mengalami kesulitan belajar membaca. Karena bagi merekamembaca adalah hiburan, bukan pelajaran.
b.Perlahan tapi pasti Belajar membaca lebih baik dilakukan sedikit demi sedikit, tetapi rutin. Lebih baik
mereka belajar membaca sehari tiga kali dengan hanya 2 atau 3 kalimat, daripadamemaksakan siswa
membaca 1 halaman setiap minggu. c.Ciptakan suasana menyenangkan Ciptakan suasana yang
menyenangkan ketika mengajari siswa membaca. d.Memberi tugas Memberi tugas kepada siswa dan
siswa mencari jawabannya di perpustakaan. Dengan begitu siswa harus membuka buku dan
membacanya untuk menemukan jawaban dari tugas yang diberikan. Ketika minat membaca sudah ada,
mereka akan senang sekali untuk mulai belajar membaca. Motivasi intrinsik yang merupakan motivasi
internal perlu dipupuk dalam diri anak, sedangkan faktor eksternal sebaiknya dikurangi. Hal ini sesuai
yang dikemukakan oleh Pintrich dan Schunk (1996) bahwa motivasi intrinsik merupakan sumber yang
kuat dan positif dalam kehidupan manusia. Akhir-akhir ini di lingkungan sekolah banyak dijumpai anak
didik yang kurang memiliki motivasi intrinsik. Sebenarnya anak perlu belajar bahwa sebab-
sebabkeberhasilan atau kegagalan sangat tergantung usaha yang dilakukannya. Motivasi intrinsik lahir
secara ilmiah pada diri individu tanpa dipengaruhi dari luar. Faktor motivasi secara umum dan motivasi
belajar secara khusus merupakan gejalaaktifitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan
peserta didik khususnyadalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Peserta didik
sebagai bagian darimanusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar guna
mencapaihasil belajar yang baik.

KESIMPULAN
Kelancaran membaca menjadi dasar kesuksesan akademik anak. Ada berbagai caradalam meningkatkan
motivasi belajar membaca siswa guna meningkatkan prestasi belajar.Antara lain: (1) membangun atau
memperbaiki perpustakaan sekolah, (2) tidak memaksa anak apapun bentuknya, (3) selalu ciptakan cara
baru, (4) menciptakan suasana menyenangkan, dan(5) memberi hadiah atau pujian. Motivasi belajar
yang baik akan melahirkan proses dan hasilbelajar yang baik. Motivasi dibagi menjadi 2, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

SARAN

Motivasi intrinsik perlu dipupuk pada diri siswa, sedangkan faktor eksternal sebaiknyadikurangi.
Motivasi intrinsik merupakan sumber yang kuat dan positif dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H. & Nurhayati. 2010. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Agus, T., Hera, L.M., Puji,
L.P. 2010. Pendidikan Anak di Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka. -----,---- .2011. Mengatasi Kesulitan
Belajar Membaca pada Anak Tersedia pada:http://www.anneahira.com diunduh: 24 Juni 2011. -----,---- .
2008. Dasar Pendidikan Dalam Konsep dan Makna Belajar. Tersedia
pada:http://mjieschool.multiply.com.diunduh: 26 Juni 2011. -----,-- .2010 Cara Cepat Ajarkan Anak
Membaca. Tersedia pada: http://tipstrikbloggratis.blogspot.com diunduh: 26 Juni 2011. Suhadinet.
2008. Kegiatan Membaca Menjadi Budaya Guru dan Siswa Kita. Tersedia
pada:http://suhadinet.wordpress.com .diunduh: 27 Juni 2011 Copy the BEST Traders and Make Money
(One Click) : http://ow.ly/KNICZ

2. Artikel ilmiah populer

Belajar Berpikir Damai Melalui Pitutur Markesot Untuk Meminimalisir Perilaku Agresi Remaja

Karya: Anugrah Tri Waluyo, Shoofii Syammari, Lina Esti Suryani

Di indonesia akhir-akhir ini sedang di guncang krisis moral, di mana pola pikir masyarakat Indonesia
telah berubah. Orang Indonesia saat ini menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan,
banyak kekerasan yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia, sifat kekerasan itu awal mula yang
dahulu di lakukan oleh sebagian orang dewasa saat remaja pun juga melakukan hal seperti itu tanpa
pernah memikir dampak dan akibat. Mungkin tidak dapat kita jumpai lagi anak-anak bermain, bercanda
dan tidak ada lagi perdamaian bahkan mungkin dapat terjadi tidak ada kontak antar manusia.
Dapat kita lihat fenomena-fenomena yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat kita saat ini, remaja di
dalam lingkungan sekolah yang masih menempuh pendidikan saja belum mampu mengontrol emosi
mereka, di kota-kota besar sering terjadi tawuran antara sekolah, sampai menelan korban jiwa, dapat
kita lihat di kota-kota besar yang tergolong maju dan masyarakatnya sangat berpengalaman serta
tingkat pendidikan yang tinggi masih bersifat agresif membuktikan bahwa masyarakat kota belum dapat
berpikir damai, beda lagi dengan masyarakat desa yang tergolong ekonomi rendah, yang terjadi di
dalam masyarakat desa atau perdesaan saat ini adalah menghancurkan diri sendiri dengan
mengkonsumsi alkohol, dan narkotika dapat kita simpulkan bahwa di dalam masyarakat Indonesia dari
lapisan yang paling atas sampai lapisan paling bawah belum dapat memiliki pikiran damai

Menurut pemberitaan Wijaya (2016) menyebutkan bahwa pasukan Israel kemarin menghancurkan
sebuah masjid warga Palestina di desa Rakhma di kawasan Gurun Negev,

sebelah utara Israel (http://www.merdeka.com, diakses 9 Februari 2017). Pemberitaan lain, menurut
Maryati (2015) menyebutkan bahwa selama 2014, menurut OCHA, Israel dan Hamas bertempur dalam
peperangan dahsyat di Gaza yang membunuh hampir 2.200 orang sementara kekerasan intens di
Jerusalem Timur dan Tepi Barat membunuh puluhan warga Palestina dan hanya beberapa warga Israel.
Selain di Palestina, konflik yang berdampak pada hilangnya banyak nyawa adalah di Suriah.

Subekti (2014) memberitakan bahwa jumlah anak Suriah yang terkena dampak perang saudara menjadi
5,5 juta anak. Satu juta anak-anak sekarang terjebak di wilayah Suriah yang terkepung atau yang sulit
dijangkau dengan bantuan kemanusiaan.

Selanjutnya, sekitar dua juta anak-anak membutuhkan dukungan atau perawatan secara psikologis
(http://www.satuharapan.com, diakses 9 Februari 2016). Beberapa berita di atas menunjukkan bahwa
kondisi perdamaian di dunia internasional sedang mengalami permasalahan sekarang ini.

Kondisi kedamaian internasional yang terjadi di dunia internasional tidak menutup kemungkinan juga
berpotensi terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki beragam budaya
(Goodwin & Giles, 2003). Budaya yang beraham tersebut di satu sisi menjadi salah satu daya tarik
internasional terhadap pariwisata Indonesia, akan tetapi, di sisi lain akan memicu terjadinya
permasalahan nasional yang serius.

Warga Indonesia tentu tidak melupakan konflik yang terjadi di Sampit. Ruslikan (2001) menjelaskan
bahwa hubungan antara etnik Dayak dengan Madura ada kecenderungan memperlihatkan sesuatu yang
lain yang berbeda dibandingkan dengan hubungan antara etnik Dayak dengan etnik-etnik lainnya.

Dengan kata lain, antara kedua etnik (Dayak-Madura) menyimpan stereotip etnik/ budaya yang justru
cenderung saling merenggangkan hubungan sosial antara keduanya. Konflik antar etnik ini juga
berdampak pada banyaknya jumlah korban yang kehilangan nyawa (Alexander, 2005).

Selain, konflik yang melibatkan perbedaan budaya, di Indonesia juga mengalami permasalahan serangan
oknum terorisme yang juga berdampak pada hilangnya banyak nyawa tidak bersalah. Baru baru ini
masih hangat di telinga warga Indonesia terjadi serangan terorisme yang menewaskan beberapa warga
di Sarinah Jakarta.

Arjawinangun (2016) menyebutkan bahwa dari 34 total korban aksi terorisme di kawasan Sarinah, Jalan
MH Thamrin, Jakarta Pusat, 26 masih dalam perawatan di rumah sakit. Sedangkan delapan korban
lainnya diketahui meninggal dunia (http://metro.sindonews.com, diakses 9 Februari 2016).

Kedamaian berada dalam pikiran setiap manusia (Anand, 2014) yang perlu dikembangkan oleh setiap
manusia. Salah satu tokoh yang dapat di jadikan contoh atau teladan adalah Markesot. Markesot adalah
penjelmaan dari sahabat Emha Ainun Nadjib dan Emha Ainun Nadjib itu sendiri.

Markesot merupakan sosok lugu nan cerdas dan misterius. Markesot banyak memperbincangkan
masalah yang sering terjadi di masyarakat. Kehidupan Markesot dapat membawa kita menamkan
pemikiran damai para remaja saat ini.

3. Artikel ilmiah penelitian

Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera

Wacana pembangunan akhir-akhir ini gencar dibicarakan. Pemerintah Republik Indonesia memusatkan
perhatiannya pada proyek pembangunan guna memperbaiki kondisi perekonomian negara saat ini.
Sistem perencanaan pembangunan harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi dan didukung
dengan prinsip-prinsip kebersamaan, keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan kemandirian.
Adanya pembangunan yang merata disetiap provinsi yang ada di Indonesia dapat menjaga kesatuan
nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004).

Pembangunan secara garis besar terdiri dari pembangunan non fisik dan fisik. Menurut Wresniwiro
pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat
dan memiliki jangka waktu yang lama. Lain halnya dengan pembangunan fisik adalah pembanguan yang
dapat di rasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata. Pembangunan
fisik misalnya berupa infrastruktur, bangunan, fasilitas umum(dalam Misiyanti, 2014:5).

Saat ini salah satu pembangunan fisik yang sedang dijalankan adalah proyek jalan Tol Trans Sumatera
yang telah mulai dibangun dari Provinsi Lampung dengan perkiraan sepanjang 140,41 kilometer. Proyek
Pembangunan jalan Tol Trans Sumatera di Provinsi Lampung dimulai dari Pelabuhan Bakauheni,
Kabupaten Lampung Selatan hingga Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah (Antara, 2015).

Penyelenggaraan jalan tol sendiri dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan
menjaga keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan keadilan, yang dapat
dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Sedangkan tujuan
dari jalan tol yakni untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan
pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya (Perpres
Nomor 15 Tahun 2005).

Permasalahan yang sering timbul dalam proses penyelenggaraan jalan tol adalah tentang pertahanan
tanah yang dilakukan masyarakat. Pemerintah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk dapat
membebaskan lahan masyarakat pada proyek pembangunan lainnya. eristiwa konflik pertanahan yang
sering ditemukan seperti kasus-kasus pada umumnya, tidak di temukan pada proses pembangunan jalan
Tol Trans Sumatera di Lampung, khususnya di Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupaten Lampung Selatan. Umumnya masyarakat Desa Sabah Balau sangat mendukung
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Berdasarkan hasil pra riset peneliti, dalam proses pelepasan
hak atas tanah di Desa Sabah balau ini tidak ditemukan masalah yang serius.

Masyarakat Desa Sabah Balau yang tanahnya harus direlakan demi kepentingan umum ini sangat
proaktif dalam proses pelepasan hak atas tanah. Masyarakat Desa Sabah Balau telah memahami bahwa
tanah yang berada dalam kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah seutuhnya milik
Indonesia (Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun 1960). Tidak ada protes atau penolakkan dari pihak masyarakat
dalam proses pembebasan lahan tersebut. Masyarakat Desa Sabah Balau juga memiliki pengetahuan
dan kesadaran terhadap hukum pengadaan tanah ini, sehingga mereka mengikuti seluruh prosedur yang
telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai