Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI


KEPRIBADIAN GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK
SD INPRES LAYANG II KOTA MAKASSAR

RELATIONSHIP BETWEEN PEDAGOGIC COMPETENCE AND


COMPETENCE OF TEACHER PERSONALITIES WITH LEARNING
OUTCOMES IPS STUDENTS OF SD INPRES LAYANG II MAKASSAR CITY

MAIPA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
DENGAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK SD INPRES LAYANG II KOTA MAKASSAR

Maipa
Universitas Negeri Makassar
Email : Ivhakey4@gmail.com

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian guru yang
masih kurang dalam meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik. Rumusan masalah penelitian ini, yaitu:
1) Apakah terdapat hubungan kompetensi pedagogik guru terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik
mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II kota Makassar? 2) Apakah terdapat hubungan kompetensi
kepribadian guru terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang
II? 3)Apakah terdapat hubungan kompetensi pedagogik guru dan kompetensi kepribadian guru secara
bersama-sama terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II?.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik guru terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II kota Makassar, 2) Untuk
mengetahui hubungan kompetensi kepribadian guru dengan peningkatan hasil belajar peserta didik mata
pelajaran IPS SD Inpres Layang II kota Makassar, 3) Untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian guru terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD
Inpres Layang II kota Makassar. Data dikumpulkan melalui angket. Data dianalisis menggunakan rumus
korelasi linear berganda. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut di atas terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara kompetensi pedagogik guru dan kompetensi kepribadian guru dengan peningkatan
hasil belajar IPS.

Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian Guru, Peningkatan Hasil Belajar IPS
Abstract

The problem in this study is the pedagogical competence and personality competence of teachers
who are still lacking in improving students' social studies learning outcomes. The formulation of
the problem of this study, namely: 1) Is there a relationship between teacher pedagogic
competencies to improve learning outcomes of students in social studies subjects in SD Inpres
Layang II Makassar city? 2) Is there a relationship between teacher's personality competency
towards improving student learning outcomes in social studies subject matter SD Inpres Layang
II? 3) Is there a relationship between teacher pedagogic competencies and teacher personality
competencies together towards improving student learning outcomes in social studies subject
matter SD Inpres Layang II ?. This study aims to: 1) To determine the relationship of teacher
pedagogical competence to improving student learning outcomes in social studies subjects SD
Inpres Layang II Makassar city, 2) To determine the relationship of teacher personality
competencies with improvement in student learning outcomes in social studies SD SD Laypres II
city of Makassar, 3) To determine the relationship of pedagogic competencies and personality
competencies of teachers to improving learning outcomes of students in social studies subjects in
SD Inpres Layang II, Makassar. Data was collected through questionnaires. Data were analyzed
using multiple linear correlation formulas. Therefore, based on the above, there is a positive and
significant relationship between teacher's pedagogical competence and teacher's personal
competence with an increase in social studies learning outcomes.

Keywords: Pedagogic Competence, Teacher Personality Competence, Increased Social Studies


Learning Outcomes
PENDAHULUAN mengajarkan. Sedangkan dari sudut peserta
A. Latar Belakang Masalah didik, education berarti proses atau perbuatan
Dalam undang-undang Nomor 20 tahun memperoleh pengetahuan. Istilah education
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal dapat juga bermakna sebuah proses sosial takala
3 dijelaskan bahwa “tujuan pendidikan nasional seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
adalah mengembangkan potensi peserta didik yang terpilih dan terkontrol (khususnya
agar menjadi manusia yang beriman dan lingkungan sosial) sehingga mereka dapat
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan sosial dan perkembangan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, individual secara optimal (Rohmat,2009:45).
mandiri dan menjadi warga negara yang Pendidikan adalah aktifitas masyarakat
demokratis serta bertanggung jawab”. Salah satu yang berfungsi mentrasformasikan keadaan suatu
faktor utama yang menentukan mutu pendidikan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut Keterkaitan pendidikan dengan keadaan
adalah guru. Gurulah yang berada pada garda masyarakat sangat erat. Pendidikan mengalami
terdepan dalam menciptakan sumber daya proses spesialisasi dan institusionalisasi sesuai
menusia. Guru berhadapan langsung dengan dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks
peserta didik di dalam kelas. Hal ini dan modern. Proses pendidikan tersebut secara
menunjukkan bahwa guru dituntut menjadi universal tidak bisa dilepaskan dari proses
seorang yang kompeten dalam profesinya. pendidikan informal yang berlangsung diluar
Undang-Undang Republik Indonesia sekolah. Dengan demikian, keterkaitan keluarga
Nomor 14 Tahun 2005 tantang Guru dan Dosen, dan lingkungan masyarakat sangat signifikan
Pasal 8 menyatakan bahwa “Guru wajib (Hikmat, 2009:16).
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, Dalam konteks pendidikan nasional, arti
sertifikasi pendidik, sehat jasmani, dan rohani, penting karakter atau kepribadian tidak bisa
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan diragukan lagi. Munculnya pendidikan karakter
tujuan pendidikan nasional”. Yang kemudian atau kepribadian berhasil dirasakan sangat
dipertegas pada pasal 10 ayat 1 mengenai mendesak apabila dikaitkan dengan kondisi saat
“kompetensi yang dimaksud yaitu meliputi ini yang sering kali kurang kondusif bagi masa
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, depan bangsa ini yang semakin maju. Arus
kompetensi sosial, dan kompetensi profeional globalisasi yang semakin kuat berpotensi
yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. mengikis jati diri bangsa ini. Bahkan seiring
Selain itu hal mengenai kompetensi guru dengan pertukaran budaya, semakin lama nilai-
dipertegas dengan keluarkannya Peraturan nilai kepribadian kehidupan suatu bangsa yang
Pemerintah (PP) Nomor.19 Tahun 2005 tentang dipelihara berlangsung memudar atau hilang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pasal 28 sama sekali (Rohmat,2009:15). Perambatan
Ayat 3 yang menyatakan “kompetensi pendidik budaya dari luar yang kurang ramah bahkan
sebagai agen pembelajaran pada jenjang bertentanggan dengan budaya pribumi yang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan selalu menjaga adat ketimuran yaitu : sopan
anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, santun, pada gilirannya menuntut peran
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, pendidikan karakter atau kepribadian untuk
kompetensi sosial. menjamin lahirnya generasi penerus yang
Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tangguh baik secara intelektual, akhlak maupun
tentang SNP, Pasal 28 Ayat (3) butir a moral.
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik Perhatian dalam mencetak generasi
adalah kemampuan mengelola pembelajaran, bangsa yang berakhlakul karimah, bermoral dan
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta beradab adalah dambaan setiap warga negara.
didik untuk menghasilkan berbagai potensi yang Serta menjadi bangsa yang sejahtera dan maju
dimilikinya. juga merupakan cita-cita dan harapan bagi setiap
Dalam bahasa Inggris, pendidikan warga negara. Dalam hal ini sudah menjadi
disebut education yang kata kerjanya to educate. rahasia umum bahwa maju dan tidaknya suatu
Padanan kata ini adalah to civilize, to develop negara itu tergantung dari faktor pendidikan.
yang berarti memberi peradaban dan Begitu pentingnya pendidikan bagi bangsa ini
mengembangkan. Istilah education memiliki dua untuk mempersiapkan peserta didik melalui
arti, yakni arti dari sudut orang yang kegiatan pengajaran, bimbingan, dan latihan bagi
menyelenggarakan pendidikan dan arti sudut perannya dimasa yang akan datang untuk
orang yang dididik. Dalam hal ini, pendidik kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini, suatu
berarti perbuatan atau proses memberikan atau pendidikan tentunya akan mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, c. Memiliki komitmen dan kesadaran
intelegensi, skill dan akhlak yang mulia. Sebab terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan
pendidikan merupakan proses pencetak generasi d. Memiliki kemampuan berkomunikasi,
penerus bangsa. Apabila proses pendidikan ini bekerja sama dan berkompetisi dalam
gagal maka, sulit dibayangkan bagaimana nasib msayarakat yang majemuk dan ditingkat
bangsa ini mencapai kemajuannya. lokal, nasional, global.
Pendidikan berusaha mengembangkan Sehingga IPS dianggap perlu di berikan kepada
potensi individu agar mampu berdiri sendiri, peserta didik karena IPS merupakan ilmu yang
untuk itu setiap individu perlu diberi berbagi didalamnya memperlajari tentang cara untuk
kemampuan dalam pengermbangan berbagai hal, melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai
seperti keterampilan, prinsip, kreatifitas,dan tujuan pendidikan tersebut peran seorang guru
tangungjawab. Dengan kata lain, bahwa setiap sangatlah penting dalam mencapai tujuan
individu itu selalu mengalami perkembangan pendidikan dan dalam menyampaikan informasi,
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. melatih keterampilan dan membimbing belajar
Maka dari itu individu juga makhluk sosial yang peserta didik sehingga para guru dituntut
selalu berinteraksi dengan lingkungan memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu,
sesamannya (Fatah, 2008:5). agar proses belajar dan pembelajaran dapat
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan berlangsung efektif dan efisien.
di Sekolah Dasar adalah pendidikan IPS Berdasarkan uraian diatas kita dapat
merupakan mata pelajaran yang mengajari mengansumsikan bahwa pembelajaran IPS
manusia dalam segala aspek kehidupan dan mempunyai peranan penting dalam menyiapkan
interaksinya dalam masyarakat. Pada hakekatnya peserta didik sebagai calon masyarakat agar
IPS menurut Susanto (2013) bahwa pendidikan dapat berbaur dengan kehidupan sosial di
IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan masyarakat serta menjadi manusia yang unggul,
semata, tapi harus berorientasi pada handal, dan bermoral sejak dini. Namun pada
pengembagan keterampilan berpikir, sikap, dan pelaksanaannya, materi IPS di sekolah cukup
kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak susah dipahami oleh peserta didik karena
pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan materinya yang cukup banyak dibandingkan
sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi dengan mata pelajaran lain sehingga
kehidupan sosial siswa di masyarakat. membutuhkan waktu cukup lama bagi peserta
Dalam hal ini pendidikan IPS berperan didik untuk dapat memahaminya sehingga
untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan pembelajaran IPS cenderung membosankan bagi
dasar kepada peserta didik yang merupakan peserta didik, yang pada gilirannya motivasi
calon dari masyarakat sehingga di perlukan peserta didik akan menurun dan berdampak pada
untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, hasil belajarnya. Hal tersebut juga diungkap oleh
minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta Soemantri (tanpa tahun) dalam Raffiudin (2013)
berbagai bekal peserta didik untuk melanjutkan yang menilai bahwa pelajaran IPS sangat
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi selain itu menjenuhkan karena penyajiannya bersifat
IPS sebagai satu program pedidikan tidak hanya monoton dan ekspositori sehingga peserta didik
menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan kurang antusias yang mengakibatkan
semata, namun harus pula mampu membina pembelajaran kurang menarik.
peserta didik menjadi warga masyarakat yang Berdasarkan wawancara singkat
tahu akan hak dan kewajiban, yang juga dengan Ibu Upi Mahdiana selaku kepala sekolah
memiliki tanggung jawab atas kesejateraan SD Inpres Layang II Kota Makassar, tentang
bersama baik diri sendiri dan lingkungannya. kondisi guru SD Inpres Layang II Kota Makassar
Menurut KTSP (2006) tujuan mata dari 20 guru hanya 6 orang guru yang lolos uji
pelajaran Ilmu Pegetahuan Sosial di Sekolah sertifikasi. Berarti hanya 20% guru SD Inpres
Dasar agar peserta didik memilki kemampuan Layang II Kota Makassar yang benar-benar telah
sebagai berikut : diakui profesionalitasnya oleh pemerintah.
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan Sedangkan sebagian besar sisanya masih
dengan kehidupan masyarakat dan menunggu untuk dapat disertifikasi. Dapat
lingkungannya diartikan bahwa 80% guru tidak profesional.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir Dari hasil wawancara singkat diatas
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, dapat ditarik benang merah bahwa masih perlu
memecahkan masalah, dan keterampilan upaya lebih optimal untuk meningkatkan peran
dalam kehidupan sosial sekolah dalam upaya mencerdaskan siswa yang
salah satu diantaranya adalah mengoptimalkan
meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
kompetensi kepribadian guru sebagai pendidik mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
sehingga mengarah pada perbaikan kerja guru dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
yang lebih optimal. Hal inilah yang mendorong sosial. Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS
diadakannya penelitian ini. memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
B. Rumusan Masalah ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta
Berdasarkan masalah sebagaimana diuraikan didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
diatas, permasalahan yang hendak diteliti dalam negara Indonesia yang demokratis dan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta
1. Apakah terdapat hubungan kompetensi damai (KTSP Standar Isi 2006). Menurut
pedagogik guru dengan hasil belajar peserta Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata
didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang pelajaran IPS disusun secara sistematis,
II ? komprehensif, dan terpadu dalam proses
2. Apakah terdapat hubungan kompetensi pembelajaran menuju kedewasaan dan
kepribadian guru dengan hasil belajar keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
peserta didik mata pelajaran IPS SD Inpres Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
Layang II ? didik akan memperoleh pemahaman yang lebih
3. Apakah terdapat hubungan kompetensi luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
pedagogik guru dan kompetensi kepribadian berkaitan.
guru secara bersama-sama dengan hasil Sedangkan IPS menurut Zuraik
belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD (Susanto ,2014) adalah harapan untuk mampu
Inpres Layang II? membina suatu masyarakat yang baik di mana
C. Tujuan Penelitian para anggotanya benar- benar berkembang
Sesuai dengan rumusan masalah sebagaimana sebagai insan sosial yang rasional dan penuh
diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam tanggung jawab, sehingga oleh karenanya
penelitian ini adalah untuk menganalisis: diciptakan nilai-nilai. Hakikat IPS di sekolah
1. Hubungan kompetensi pedagogik guru dasar memberikan pengetahuan dasar dan
dengan hasil belajar peserta didik mata keterampilan untuk media pelatihan siswa
pelajaran IPS. sebagai warga negara sedini mungkin.
2. Hubungan kompetensi kepribadian guru Adapun ruang lingkup mata pelajaran
dengan hasil belajar peserta didik mata IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi
pelajaran IPS. sampai pada gejala dan masalah sosial yang
3. Hubungan kompetensi pedagogik dan dapat dijangkau pada geografi dan sejarah
kompetensi kepribadian guru dengan hasil terutama gejala dan masalah sosial kehidupan
belajar peserta didik mata pelajaran IPS. sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar
D. Manfaat Penelitian peserta didik di SD. Menurut Permendiknas No.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran
teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut: IPS di SD meliputi aspek sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis hasil penelitian ini diharapkan 1. Manusia, tempat, dan lingkungan
dapat menghasilkan tesis mengenai 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
hubungan kompetensi pedagogik dan 3. Sistem sosial dan budaya
kompetensi kepribadian guru terhadap hasil 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
belajar IPS peserta didik. Ada pun tujuan Pembelajaran IPS
2. Manfaat praktis bagi sekolah, memberikan Menurut Mutakhin (Susanto 2014) sebagai
kontribusi dalam upaya meningkatkan berkut:
kualitas sekolah sehingga sekolah mampu 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian
mengoptimalkan proses pembelajaran dengan terhadap masyarakat atau lingkungannya,
menekankan pada kompetensi pedagogik dan melalui pemahaman terhadap nilai-nilai
kompetensi kepribadian guru. Bagi guru, sejarah dan kebudaayan masyarakat.
sebagai bahan masukan kepada para guru 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar
bahwa untuk lebih meningkatkan pelatihan di dan mampu menggunakan metode yang
luar sekolah supaya mendapatkan ilmu dan diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
menerapkannya di dalam kelas. kemudian dapat digunakan untuk
TINJAUAN PUSTAKA memecahkan masalah-masalah sosial.
A. Kajian Teoritis 3. Mampu menggunakan model-model dan
1. Hasil Belajar IPS proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya
berkembang di masyarakat. suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan tengah hari di ruangan yang kurang akan
masalah-masalah sosial, serta mampu sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan
membuat analisis yang kritis, selanjutnya akan sangat berbeda pada pembelajaran pada
mampu mengambil tindakan yang tepat. pagi hari yang kondisinya masih segar dan
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
sehingga mampu membangun diri sendiri Faktor Instrumental. Faktor-faktor
agar survive yang kemudian instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
bertanggungjawab membangun masyarakat. penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil
Berdasarkan paparan diatas, peneliti dapat belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini
merumuskan tujuan dari pembelajaran IPS di diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
sekolah dasar adalah agar peserta didik memiliki tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
penhetahuan dan keterampilan dasar untuk direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini
berinteraksi antar individu dengan berupa kurikulum, sarana dan guru.
lingkungannya di masyarakat agar menjadi Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
warga negara yang baik. dapat dirumuskan bahwa hasil belajar adalah
Kingsley (Sudjana, 2008: 22), prestasi atau kemampuan yang diperoleh siswa
menyatakan bahwa hasil belajar dapat setelah menerima pengalaman belajar dan
dikategorikan menjadi tiga macam, yakni (a) kemampuan yang diperoleh siswa selama proses
keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk
pengertian; dan (c) sikap dan cita-cita. Masing- nilai hasil belajar IPS.
masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan 2. Kompetensi Pedagogik Guru
bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Berdasarkan paparan para ahli diatas Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
dapat dirumuskan bahwa belajar merupakan Nasional Pendidikan pasal 28 disebutkan bahwa
perubahan tingkah laku seseorang melalui kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
pemgalaman berinteraksi dengan lingkungannya. jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah pendidikan anak usia dini meliputi:
dilakukan oleh siapapun hendaknya kita a. Kompetensi pedagogik;
mengetahui bagaimana hasilnya, apakah hasilnya b. Kompetensi kepribadian;
sudah baik atau belum. Menurut Hamalik (2006: c. Kompetensi profesional; dan
31) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, d. Kompetensi sosial.
nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap- Dalam bab penjelasan disebutkan
sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pedagogik adalah kemampuan mengelola
belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) pembelajaran peserta didik yang meliputi
antara lain meliputi faktor internal dan faktor pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
eksternal: dan pelaksanaan
a. Faktor Internal pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi pengembangan peserta didik untuk
fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam dimilikinya. Apabila guru mampu
keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal mengimplementasikan kemampuan-kemampuan
tersebut dapat mempengaruhi peserta didik pedagogik itu dalam pembelajaran, maka akan
dalam menerima materi pelajaran. tercipta kualitas pembelajaran yang baik dan
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam tujuan pendidikan yaitu tujuan
hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki pembelajaran,tujuan kurikulum,tujuan sekolah
kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya dasar, dan tujuan pendidikan nasional dapat
hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. tercapai dengan baik.
Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi a. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
(IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, Pedagogik Guru
kognitif dan daya nalar peserta didik. Sahertian (2000) mengatakan bahwa
b. Faktor Eksternal faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi
Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan pedagogik guru adalah:
dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor a. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan dimiliki guru.
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Guru diharapkan dapat menjadi
c. Lingkungan kerja yang mendorong motivasi fasilitatoer dalam menumbuh kembangkan
kerja guru untuk meningkatkan pengetahuan, budaya berpikir kritis dimasyarakat, saling
keterampilan, dan sikap dalam pelaksanaan menerima dalam perbedaan pendapat dan
tugas secara optimal. menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama,
3. Kompetensi Kepribadian Guru maka dituntut seorang guru bersikap demokratis
a. Pengertian Kompetensi Kepribadian dalam menyampaikan dan menerima gagasan-
Menurut Mulyasa dalam bukunya Standar gagasan mengenai permasalahan yang ada di
Kompetensi dan Sertifikasi Guru (2007:117). sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan tidak menutup diri dari hal-hal yang berada di
yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, luar dirinya.
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi 5) Sabar dalam menjalani profesi keguruan
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti
Faktor yang terpenting dari seorang guru adalah tekun dan ulet melaksanakan proses pendidikan
kepribadiannya. Karena dengan kepribadian karena hasil pendidikan tidak langsung dapat
itulah seorang guru bisa menjadi seorang dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses
pendidik dan pembina bagi anak didiknya, atau yang panjang.
bahkan sebaliknya. Kepribadian yang 6) Mengembangkan diri bagi kemajuan
sesungguhnya adalah abstrak, sulit dilihat dan profesinya
tidak bisa diketahui secara nyata, yang dapat Guru mampu mengembangkan diri
diketahui hanyalah penampilan dari segi luarnya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang
saja. Misalnya dalam ucapannya, tindakannya, profesinya maupun dalam spesialisasinya.
dan lain-lain. 7) Memahami tujuan pendidikan
Kompetensi kepribadian sangat besar Guru mampu menghayati tujuan-tujuan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan,
perkembangan pribadi para peserta didik. kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang
Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan diberikannya.
fungsi yang sangat penting dalam membentuk 8) Mampu menjalin hubungan insan
kepribadian anak, guna menyiapkan dan Hubungan manusiawi yaitu kemampuan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain
serta mensejahterakan rakyat, kemajuan Negara, atas dasar saling menghormati antara satu dengan
dan bangsa pada umumnya. yang lainnya.
b. Komponen Kompetensi Kepribadian Guru 9) Memahami kelebihan dan kekurangan diri
Beberapa komponen kompetensi kepribadian Pemahaman diri yaitu kemampuan untuk
guru sebagai berikut : memahami berbagai aspek dirinya baik yang
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME positif maupun yang negatif.
Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan 10) Kreatif dan inovatif dalam berkarya
YME berkewajiban untuk meningkatkan iman Guru mampu melakukan perubahan-
dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan perubahan dalam mengembangkan profesinya
agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam sebagai inovator dan kreator.
hal ini, guru harus beragama dan taat dalam c. Kompetensi Kepribadian yang Harus
menjalankan ibadahnya. Dimiliki Guru
2) Percaya pada diri sendiri Setelah memahami betapa pentingnya
Guru harus memiliki rasa percaya diri kompentensi kepribadian seorang guru, maka
yang tinggi dibandingkan yang lain, karena guru yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa
memiliki potensi yang besar dalam bidang saja aspek-aspek dari kompetensi kepribadian
keguruan dan mampu untuk menyelesaikan tersebut dan kepribadian seperti apakah yang
berbagai persoalan yang dihadapinya. diharapkan dari seorang pendidik. Dalam
3) Tenggang rasa dan toleran Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru senantiasa berhadapan dengan Guru dan Dosen pasal 10 sebagaimana dikutip
komunitas yang berbeda dan beragam keunikan oleh Wina Sanjaya (2010:279), kompetensi
dari peserta didik dan masyarakatnya, maka guru kepribadian guru sekurang-kurangnya mencakup
perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa kepribadian yang:
dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana,
ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan
didik maupun masyarakat. bagi peserta didik dan masyarakat. Sagala
4) Bersikap terbuka dan demokratis Syaiful (2009:34) mengemukakan bahwa
seorang guru harus mencerminkan kepribadian 3. Korelasi persepsi peserta didik terhadap
(1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi kompetensi pedagogik guru fiqih dengan
dalam bertindak sesuai norma hukum, norma motivasi belajar peserta didik ditunjukkan.
sosial, dan etika yang berlaku; (2) dewasa yang Perbedaan penelitian ini dengan
berarti, mempunyai kemandirian untuk bertindak penelitian sebelumnya adalah variabel
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai independen pada penelitian ini adalah hubungan
guru; (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan kepribadian guru dan variabel dependennya
masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan adalah dengan hasil belajar IPS peserta didik SD
dalam berpikir dan bertindak; (4) berwibawa Inpres Layang II Kota Makassar.
yaitu perilaku guru yang disegani sehingga C. Kerangka Pikir
berpengaruh positif terhadap peserta didik, dan Dalam kerangka pikir tersebut akan
(5) memiliki akhlak mulia dan memiliki prilaku dibahas tentang Kompetensi pedagogik,
yang dapat diteladani peserta didik, bertindak kompetensi kepribadian dan peningkatan hasil
sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka belajar IPS. Dalam hal ini, kompetensi
menolong. Nilai-nilai kompetensi kepribadian pedagogik dan kompetensi kepribadian guru
tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi, berpengaruh terhadap peserta didik SD Inpres
motivasi dan inovasi bagi anak didiknya. Layang II Kota Makassar. Jika kompetensi guru
B. Penelitian yang Relevan rendah, maka muridnya akan menjadi generasi
Penelitian yang dilakukan oleh Irma yang bermutu rendah, jangankan mampu
Ariyanti Arif (2013) tentang analisis kompetensi bersaing, mencari pekerjaan pun sulit, sehingga
guru SMK Negeri 1 Watampone di Kabupaten bukan tidak mungkin kelak akan menjadi beban
Bone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosial bagi masyarakat dan negeri ini. Sehingga
“Kompetensi pribadi, kompetensi profesional kompetensi seorang guru itu sangat penting.
dan kompetensi sosial masing-masing dengan Dalam hal ini guru yang berkompeten akan lebih
rata-rata yang berbeda-beda 3,80, 3,53 dan 3,74, mampu mengelola kelasnya sehingga aktivitas
dimana masing-masing indikator tergolong belajar para siswa berada pada tingkat optimal,
baik”. materi pelajaran akan mudah tersampaikan
Penelitian yang dilakukan oleh kepada para siswa dan hal ini juga akan
Ririn Wijayanti (2012) tentang Korelasi Antara berdampak pada perbaikan prestasi belajar.
Kompetensi Pedagogik Guru dengan Prestasi Apabila ada seorang siswa yang
Belajar Bahasa Arab Kelas VII di MTsN Gubuk mempunyai prestasi yang tinggi, maka ia
Rubuh Gunung Kidul. Hasil penelitian didukung oleh faktor-faktor pendukung dalam
menunjukkan bahwa “Korelasi antara proses kearah yang di inginkan. Faktor
kompetensi pedagogik guru dengan prestasi pendukung tersebut bisa berupa faktor dari dalam
belajar bahasa arab kelas VII di MTsN Gubuk diri siswa itu sendiri atau bisa jadi berasal dari
rubuh 0,307 angka tersebut menunjukkan adanya luar diri siswa tersebut.
korelasi yang rendah sedangkan angka Sig, (2- Dalam Undang-undang Republik
tailed) 0,043<0,05, sehingga bisa dikatakan Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
bahwa hubungan kedua variabel tersebut dan Dosen, dijelaskan bahwa guru wajib
signifikan”. memiliki akademik kompetensi, sertifikat
Penelitian yang dilakukan oleh pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
Indah Sri Rahayu (2011) yang berjudul Korelasi memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
Antara Persepsi Peserta Didik Terhadap pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud
Kompetensi Pedagogik Guru Fiqih dengan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
Motivasi Belajar Peserta didik kelas VII MTsN kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
Sumberagung Bantul. Hasil Penelitian ini profesional yang diperoleh melalui pendidikan
menunjukkan: profesi.
1. Motivasi belajar peserta didik secara rata-rata
ada pada taraf cukup baik dengan nilai mean Kompetensi Kompetensi
82,92 dan standar deviasi 11,01.
2. Persepsi peserta didik terhadap kompetensi Pedagogik Kepribadian
pedagogik guru fiqih secara rata-rata ada pada Guru Guru
taraf cukup baik dengan nilai mean 56,05 dan
standar deviasi 7,6.

Peningkatan Hasil
Belajar IPS
terikat Y yaitu hasil belajar IPS peserta didik SD
Inpres Layang II Kota Makassar.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir D. Definisi Operasional Variabel
D. Hipotesis Penelitian 1. Hasil Belajar IPS
1. H1 : Ada hubungan yang positif dan Hasil belajar IPS adalah nilai skor hasil yang
signifikan antara kompetensi dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pedagogik guru dengan hasil belajar pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses
peserta didik mata pelajaran IPS. belajar berakhir, maka peserta didik memperoleh
2. H2 : Ada hubungan yang positif dan suatu hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk
signifikan antara kompetensi mengetahui sebatas mana peserta didik dapat
kepribadian guru dengan hasil memahami serta mengerti materi tersebut. Nilai
belajar peserta didik mata pelajaran hasil belajar ini diperoleh dari guru IPS SD
IPS. Inpres Layang II.
3. H3 : Secara bersama-sama ada hubungan 2. Kompetensi Pedagogik Guru
yang positif dan signifikan antara Kompetensi pedagogik guru adalah
kompetensi pedagogik guru dan nilai skor hasil pengukuran yang mengunakan
kompetensi kepribadian guru indikator–indikator sebagai berikut:
dengan hasil belajar peserta didik 1) wawasan kependidikan
mata pelajaran IPS. 2) pemahaman terhadap siswa
METODE PENELITIAN 3) pengembangan kurikulum
A. Jenis Penelitian 4) pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Sesuai dengan tujuan yang ingin 5) pengembangan siswa, dan
dicapai yaitu menguji hubungan antara 6) evaluasi hasil belajar.
kompetensi pedagogik dan kompetensi Variabel kompetensi pedagogik guru
kepribadian guru dengan hasil belajar peserta dengan beberapa indikator tersebut akan
didik, maka penelitian ini menggunakan diungkap menggunakan angket yang dipersepsi
pendekatan kuantitatif (noneksperimen) dengan oleh para guru. Hasil pengungkapan dengan
rancangan korelasional. Jadi dalam penelitian ini angket diharapkan dapat menghasilkan data
tidak mengadakan perlakuan terhadap variabel interval.
penelitian melainkan mengkaji fakta-fakta yang 3)Kompetensi Kepribadian Guru
telah terjadi dan pernah dilakukan oleh subjek Definisi operasional kompetensi
penelitian. Artinya memanipulasi terhadap kepribadian guru adalah nilai skor hasil
variabel penelitian tidak dilakukan, namun hanya pengukuran yang mengunakan indikator–
menggali fakta-fakta dangan menggunakan indikator sebagai berikut:
angket yang berisi sejumlah 1) sikap dalam mengelola lembaga pendidikan
pertanyaan/pernyataan yang merefleksikan 2)sikap dalam menyampaikan proses
persepsi mereka terhadap variabel yang diteliti. pembelajaran
Melalui penelitian korelasional dapat 3) sikap dalam mengelola PBM
diketahui hubungan variasi dalam sebuah 4) sikap dalam mengelola kelas
variabel dengan lainnya. Tingkat hubungan antar 5) sikap dalam penggunaan sumber dan media
variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien belajar, dan
korelasi. Sedangkan koefisien korelasi 6)sikap dalam menyampaikan wawasan
menunjukan tingkat signifikansi dengan menguji penelitian.
apakah hipotesis yang dikemukakan terbukti atau E. Populasi dan Sampel
tidak . Populasi dalam penelitian ini adalah
B. Waktu dan Tempat seluruh peserta didik kelas I sampai dengan kelas
Penelitian ini dilaksanakan pada VI SD Inpres Layang II Kecamatan Tallo Kota
semester ganjil tahun ajaran 2018/ 2019, di SD Makassar. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Inpres Layang II Kota Makassar. papan potensi yang terdapat pada tahun 2018-
C. Variabel Penelitian 2019 (semester ganjil) diperoleh jumlah
Pada penelitian terdapat tiga variabel yaitu keseluruhan peserta didik adalah 135 peserta
dua variabel bebas X (independent variable) dan didik. Adapun tabel potensi sebagai berikut:
variabel terikat Y (dependent variable). Adapun Tabel 1 Jumlah Keseluruhan Peserta Didik
variabel bebas dalam penelitian ini yaitu X1 SD Inpres Layang II
adalah kompetensi pedagogik guru, X2 adalah Jenis Kelamin
kompetensi kepribadian guru sedangkan variabel No. Kelas Laki- Jumlah
Perempuan
laki
1. I 9 13 22 Validitas instrumen adalah keadaan yang
2. II 8 12 20 menggambarkan apakah suatu instrumen benar-
3. III 10 10 20 benar dapat mengukur apa yang akan diukur.
4. IV 8 10 18 “Ada dua jenis validitas instrumen penelitian
5. V 10 20 30 yaitu validitas logis dan validitas empiris”
6. VI 12 13 25 (Arikunto 1998:219). Suatu instrumen dikatakan
memiliki validitas logis apabila instrumen
Total 135
tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan
Sumber: Data sekolah SD Inpres Layang II
isi (content) dan aspek (konstruk) yang akan
Tahun 2018
diungkap. Validitas empiris adalah validitas
Metode pengambilan sampel yang
berdasarkan pengalaman melalui uji coba.
digunakan untuk memperoleh sampel adalah
Untuk menetapkan apakah suatu
menggunakan teknik random sampling. Teknik
item instrumen itu valid atau tidak dengan jalan
penentuan sampel yang akan dijadikan subjek
mengkorelasikan skor yang diperoleh dari setiap
penelitian dilakukan yaitu kelas V. Adapun tabel
butir instrumen (item) dengan skor keseluruhan
potensi kelas V sebagai berikut:
(total). Korelasi skor butir dengan skor total
Tabel 2 Jumlah Peserta Didik Kelas V SD harus signifikan. Jika semua skor butir
Inpres Layang II Kota Makassar berkorelasi secara signifikan dengan skor total,
Jenis maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur itu
NO. Kelas kelamin Jumlah mempunyai validitas (Sugiyono 2000:272).
L P Analisis validitas instrumen penelitian
menggunakan komputer program SPSS versi
1 Lima
10 20 30 10,0. Uji reliabilitas hanya untuk item yang
(V)
sudah teruji validitasnya, sehingga item yang
Jumlah 30
tidak valid tidak diikutsertakan. Untuk uji
Sumber: Data sekolah SD Inpres Layang II
reliabilitas menggunakan komputer program
Tahun 2018
SPSS versi 10,0.
Jadi jumlah sampel pada penelitian ini
G. Uji Coba Instrumen Penelitian
adalah semua peserta didik kelas V SD Inpres
A. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Layang II Kecamatan Tallo Kota Makassar
1. Validitas
berjumlah 30 peserta didik.
Validitas isi terhadap angket dalam
E. Teknik Pengumpulan Data
penelitian evaluasi ini telah ditempuh dengan
Untuk mendapatkan data yang
cara mengembangkan instrumen melalui kisi-kisi
diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian
yang disusun berdasarkan kajian teoretis. Kajian
diperlukan suatu alat pengumpul data yang
teoretis prosesnya dilakukan penelaahan secara
disebut instrumen penelitian. Instrumen
cermat oleh penulis dengan pengarahan dosen
penelitian yang diperlukan adalah
pembimbing dan ahli di bidang manajemen.
angket/kuesioner yang di susun secara sistematik
Setelah mendapatkan persetujuan dosen
dengan lebih dahulu diuji validitas dan
pembimbing, instrumen penelitian (angket)
reliabilitasnya.
tersebut di uji cobakan di lapangan. Uji coba
Pertimbangan menggunakan angket
tersebut juga untuk mengetahui tingkat
karena keuntungan antara lain: 1) dapat
keterbacaan angket dan validitas butir. Validitas
dibagikan secara serentak kepada responden
instrumen adalah kemampuan instrumen untuk
yang banyak. 2) dapat dibuat anonim sehingga
mengukur dan menggambarkan keadaan suatu
responden bisa menjawab dengan bebas. 3) dapat
aspek sesuai dengan maksudnya, untuk apa
standar, artinya semua responden dapat diberi
instrumen tersebut dibuat.
pertanyaan yang sama.
2. Reliabilitas
Angket yang disusun dalam
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan
penelitian ini berisi pertanyaan tentang variabel
menggunakan tehnik belah dua, skor-skor
kompetensi pedagogik dan kompetensi
dikelompokkan menjadi dua (nomor awal dan
kepribadian guru.
nomor akhir). Langkah selanjutnya adalah
Sebelum digunakan untuk
mengkorelasikan skor belahan pertama dengan
pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji
skor belahan kedua hingga diperoleh nilai r xy.
validitas dan reliabilitas dengan melakukan uji
H. Teknik Analisis Data
coba instrumen. Suatu instrumen dikatakan
1. Uji Prasyarat
memiliki validitas jika instrumen tersebut benar-
a. Uji normalitas
benar dapat mengukur sifat-sifat atau
karakteristik variabel yang diteliti secara tepat. Uji normalitas bertujuan untuk memeriksa
apakah sampel yang diambil mempunyai membandingkan r hitung dengan r tabel pada
kesesuaian dengan populasi. Dalam penelitian taraf α tertentu. Koefisien r hitung diperoleh
korelasi, data variabel terikat harus berdistribusi dengan menghitung menggunakan rumus r
normal (Purwanto, 2011: 156). product moment. Korelasi dikatakan signifikan
b. Uji linieritas atau keberartian regresi apabila r hitung lebih tinggi dibanding r tabel .
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui Untuk mengetahui sumbangan variabel bebas
apakah variabel bebas dan terikat berhubungan terhadap pembentukan variabel terikat dihitung
dalam model regresi yang bersifat linier indeks korelasi yang dilakukan dengan cara
(Purwanto, 2011: 170). menguadratkan r hitung
c. Uji multikolinearitas (Purwanto, 2011: 194-195).
Uji multikolinearitas untuk membuktikan atau Pengujian hipotesis di atas untuk
menguji ada tidaknya hubungan yang linier menguji hipotesis tersebut, terlebih dahulu
antara variabel bebas yang satu dengan variabel dihitung persamaan regresi sederhana setiap
bebas yang lainnya (Sudarmanto, 2005:136). variabel. Selanjutnya dilakukan uji linieritas dan
2. Uji hipotesis keberartian persamaan regresinya. Dalam hal ini
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, akan diuji antara variabel kompetensi pedagogik
sehingga data yang diperoleh juga merupakan dan kompetensi kepribadian guru dengan hasil
data kuantitatif. Untuk analisis data digunakan belajar IPS. Hasil analisis akan didapat nilai
bantuan statistik. Uji statistik diperlukan untuk koefisien korelasi yang menunjukkan erat
menjawab seberapa besar hubungan antara tidaknya korelasi, arah korelasi dan berarti
kompetensi pedagogik dan kompetensi tidaknya korelasi.
kepribadian dengan hasil belajar peserta didik. a). Korelasi antara kompetensi pedagogik (X1)
Uji hipotesis ini meliputi uji regresi berganda, uji dengan hasil belajar IPS (Y) Terdapat korelasi
ketepatan model atau goodness of fit (F test) dan yang positif antara kompetensi pedagogik (X1)
koefisien determinan (𝑅 2 ). dengan hasil belajar IPS (Y), diartikan bahwa
a. Analisis Regresi Linier Berganda semakin tinggi kompetensi pedagogik maka
Analis berganda dipilih karena analisis ini sesuai semakin tinggi pula hasil belajar IPS.
dengan hipotesis peneliti, yaitu menguji Ho = Tidak terdapat korelasi antara kompetensi
pengaruh beberapa variabel independen pada pedagogik (X1) dengan hasil belajar IPS
satu variabel dependen. (Y).
b. Uji F Ha = Terdapat korelasi antara kompetensi
Statistik Uji F digunakan untuk mengetahui pedagogik (X1) dengan hasil belajar IPS
signifikansi hubungan kompetensi pedagogik dan (Y).Pengujian hipotesis diatas untuk
kompetensi kepribadian secara bersama-sama menguji hipotesis tersebut terlebih dahulu
dengan hasil belajar IPS. Adapun langkah- dihitung persamaan regresi sederhana
langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: setiap variabel. Selanjutnya dilakukan uji
1) Menentukan Ho dan Ha Ho :ß = 0, artinya linieritas dan keberartian persamaan
tidak ada hubungan kompetensi pedagogik dan regrisinya.
kompetensi kepribadian secara parsial dengan b) Korelasi antara kompetensi kepribadian (X2)
hasil belajar IPS. Ha dengan hasil belajar IPS (Y) Terdapat korelasi
:ß ≠ 0, artinya ada hubungan kompetensi antara kompetensi kepribadian (X2) dengan hasil
pedagogik dan kompetensi kepribadian secara belajar IPS (Y), diartikan bahwa semakin tinggi
parsial dengan hasil belajar IPS kompetensi kepribadian maka semakin tinggi
2) Dipilih level of significance (α) = 0,05 pula hasil belajar IPS.
3) Menentukan kriteria keputusan Ho diterima Ho = Tidak terdapat korelasi antara kompetensi
apabila nilai signikansi ≥0,05 Ho kepribadian (X2) dengan hasil belajar IPS (Y).
ditolak apabila nilai signikansi < 0,05 Ha = Terdapat korelasi antara kompetensi
4) Keputusan kepribadian guru (X2) dengan hasil belajar IPS
Dengan melihat nilai signifikansinya, maka dapat (Y). Pengujian hipotesis diatas menggunakan
ditentukan apakan Ho ditolak atau diterima. rumus korelasi product moment dari Karl
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk pearson. Untuk menguji hipotesis tersebut
mengetahui hubungan terlebih dahulu dihitung persamaan regresi
antara variable kompetensi pedagogik, sederhana setiap variabel. Selanjutnya dilakukan
kompetensi kepribadian, dengan hasil belajar uji linieritas dan keberartian persamaan
IPS. regrisinya. c) Korelasi antara kompetensi
Pengujian korelasi menggunakan pedagogik (X1) dan kompetensi kepribadian
statistika parametrik dilakukan dengan (X2) secara bersama-sama dengan hasil belajar
IPS (Y). Terdapat korelasi antara kompetensi Tabel 4.2. Statistik Angket Kompetensi
pedagogik (X1) dan kompetensi kepribadian Kepribadian Guru
(X2) secara bersama-sama dengan hasil belajar Statistik Nilai
IPS (Y), diartikan bahwa semakin tinggi Jumlah siswa 30
kompetensi pedagogik dan kompetensi Mean (rata-rata) 87.7000
kepribadian maka semakin tinggi pula hasil Median (nilai tengah) 88.5000
belajar IPS.
Rentang 28.00
Ho = Tidak terdapat korelasi antara kompetensi
pedagogik guru (X1) dan kompetensi Nilai minimum 72.00
kepribadian (X2) dengan hasil belajar IPS (Y) Nilai maksimum 100.000
Ha = Terdapat korelasi antara kompetensi Total 2631.00
pedagogik (X1) dan kompetensi kepribadian Berdasarkan tabel 4.2. di atas, maka dapat
(X2) dengan hasil belajar IPS (Y). disimpulkan bahwa dari 30 responden diperoleh
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN nilai minimum, yaitu 72 dan nilai maksimum,
A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN yaitu 100. Hal ini menunjukkan adanya
1. Data hasil penelitian kecenderungan responden dalam menganalisa
Data hasil penelitian terdiri dari dua angket yang diberikan cukup baik.
variabel bebas, yaitu kompetensi pedagogik guru Rata-rata dari hasil angket yang telah
(X1) dan kompetensi kepribadian guru (X2); dan direspon oleh responden adalah 88.5. Rentang
satu variabel terikat yaitu peningkatan hasil atau selisih antara data nilai terbesar dengan data
belajar IPS (Y). Untuk mendeskripsikan dan nilai terkecil adalah 28.
menguji pengaruh variabel bebas dan variabel Tabel 4.3. Statistik Hasil Belajar IPS
terikat dalam penelitian ini, maka pada bagian ini Statistik Nilai
akan disajikan deskripsi data dari masing-masing Jumlah siswa 30
variabel berdasarkan data yang diperoleh di Mean (rata-rata) 87.0333
lapangan. Median (nilai tengah) 86.5000
a. Kompetensi Pedagogik Guru Rentang 28.00
Variabel ini diukur menggunakan angket yang Nilai minimum 70.00
disebar pada peserta didik kelas V SD Inpres Nilai maksimum 98.00
Layang II tahun ajaran 2018/2019. Total 2611.00
Tabel 4.1 Statistik Angket Kompetensi Berdasarkan tabel 4.3. di atas, maka dapat
Pedagogik Guru disimpulkan bahwa dari 30 dapat responden
Statistik Nilai diperoleh nilai minimum, yaitu 70 dan nilai
Jumlah siswa 30 maksimum, yaitu 98. Hal ini menunjukkan
Mean (rata-rata) 74.2333 adanya kecenderungan responden dalam
Median (nilai tengah) 74.0000 menganalisa angket yang diberikan cukup baik.
Rentang 31.00 Rata-rata dari hasil angket yang telah
Nilai minimum 58.00 direspon oleh responden adalah 86.5. Rentang
Nilai maksimum 89.00 atau selisih antara data nilai terbesar dengan data
Total 2227.00 nilai terkecil adalah 28.
Berdasarkan tabel 4.1. di atas, maka dapat b. Analisis Data
disimpulkan bahwa dari 30 responden diperoleh 1. Uji prasyarat analisis
nilai minimum, yaitu 58 dan nilai maksimum, Sebelum ada uji coba utama, terlebih dahulu
yaitu 89. dilakukan uji prasyarat analisis data yang
Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan meliputi uji normalitas, uji linieritas dan uji
responden dalam menganalisa angket yang multikolinieritas.
diberikan cukup baik. Rata-rata dari hasil angket a. Uji normalitas
yang telah direspon oleh responden adalah 74. Kriteria pengujian normalitas dari masing-
Rentang atau selisih antara data nilai terbesar masing variabel dilihat dari nilai pada kolom
dengan data nilai terkecil adalah 31. signifikansi (Sig.). Jika nilai signifikansi yang
b. Kompetensi Kepribadian Guru diperoleh lebih besar dari α (5%), maka sampel
Variabel ini diukur menggunakan angket berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
yang disebar pada peserta didik kelas V SD Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil
Inpres Layang II tahun ajaran 2018/2019. dari α, maka sampel berasal dari populasi yang
Berdasarkan angket yang disebar pada 30 berdistribusi normal.
responden diperoleh skor tertinggi sebesar 100 Hasil uji normalitas diketahui nilai
dan skor terendah sebesar 72. signifikansi 0.2 yang menunjukkan bahwa nilai
variabel tersebut lebih besar dari α = 0.05 pada regresi tidak terjadi gejala multikolinearitas maka
taraf signifikansi 95 sehingga dapat disimpulkan dapat dilanjutkan ke tahap uji regresi.
bahwa data dari ketiga variabel penelitian c. Uji hipotesis
berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dilakukan untuk
b. Uji linieritas mengetahui ada-tidaknya hubungan antara
Uji linieritas dimaksudkan untuk variabel X1 dengan variabel Y. Pengujian
mengetahui apakah masing- masing variabel hipotesis ini menggunakan taraf signifikansi 95.
bebas mempunyai pengaruh yang linier atau Harga yang diperoleh dari perhitungan statistik
tidak terhadap variabel terikatnya. dikonsultasikan dengan nilai dalam tabel .
Tabel 4.4. Hasil Uji Lineritas Apabila harga r hitung lebih besar dari r tabel
harga F atau harga F hitung lebih besar dari F tabel, maka
VARIABEL Db koefisien dikatakan signifikan dan begitu
HITUNG TABEL sebaliknya. Hipotesis pertama dan kedua diuji
X1-Y 1/14 1.637 4.60 menggunakan analisis Korelasi Product Moment
X2-Y 1/16 0.623 4.49 dari Pearson sedangkan hipotesis ketiga
menggunakan korelasi berganda.
a. Uji hipotesis pertama
Hasil uji linieritas yang disajikan pada Hipotesis pertama dalam penelitian ini
tabel di atas menunjukkan bahwa harga F hitung adalah terdapat hubungan positif Kompetensi
lebih kecil dari F tabel dengan taraf signifikansi Pedagogik Guru terhadap peningkatan hasil
95. Hal ini berlaku untuk semua variabel bebas belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD
terhadap variabel terikat sehingga dapat diambil Inpres Layang II Tahun ajaran 2018/2019. Hasil
kesimpulan bahwa kedua garis regresi tersebut analisis menggunakan Korelasi Product Moment
berbentuk linier. menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,562
c. Uji multikolinearitas dan harga koefisien determinasi sebesar 0,315.
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk Hasil tersebut menunjukkan bahwa tahun ajaran
membuktikan atau menguji ada-tidaknya 2018/2019 ditentukan oleh 31,5% variabel
hubungan yang linier antara variabel bebas yang kompetensi pedagogik guru.
satu dengan variabel bebas yang lainnya Koefisien korelasi sebesar 0,562
(Sudarmanto, 2005:136). Uji multikolinieritas dikonsultasikan pada r tabel dengan N=30 dan
dilakukan dengan menghitung besarnya taraf signifikansi 95. Harga r tabel diperoleh
interkorelasi variabel bebas. Model regresi yang sebesar 0,361 sehingga harga r hitung lebih besar
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara dari r tabel. Hal ini berarti terdapat hubungan
variabel bebas. positif dan signifikan antara Kompetensi
“Berdasarkan nilai tolerance”. Pedagogik Guru terhadap peningkatan hasil
Tabel 4.5. Kriteria Nilai Tolerance belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD
tolerance > tidak terjadi Inpres Layang II Tahun ajaran 2018/2019.
0,10 multikolinearitas b. Uji hipotesis kedua
tolerance < Hasil analisis menggunakan korelasi
0.10 terjadi multikolinearitas Product Moment menunjukkan koefisien korelasi
sebesar 0,358 dan harga koefisien determinasi
Tabel 4.6. Kriteria Nilai VIF sebesar 0,128. Hasil tersebut menunjukkan
“Berdasarkan nilai VIF” bahwa terhadap peningkatan hasil belajar peserta
tidak terjadi didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II
VIF < 0,10 multikolinearitas Tahun ajaran 2018/2019 ditentukan oleh 12,8%
VIF > 0.10 terjadi multikolinearitas variabel kompetensi kepribadian guru
Koefisien korelasi sebesar 0,358
dikonsultasikan pada r tabel dengan N=30 dan
Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinearitas
taraf signifikansi 95. Harga r tabel diperoleh
Toler
sebesar 0,361 sehingga harga r hitung lebih kecil
Variabel ance VIF Kriteria
dari r tabel. Hal ini berarti terdapat hubungan
No positif dan signifikan antara kompetensi
X1 0.851 1.175 Multikolinearitas kepribadian guru dengan hasil belajar peserta
No didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II
X2 0.851 1.175 Multikolinearitas Tahun ajaran 2018/2019.
c. Uji hipotesis ketiga
Hasil uji multikolinearitas yang disajikan
pada tabel di atas menunjukkan dalam model
Hipotesis ketiga yaitu terdapat hubungan maka dilakukan pembahasan tentang hasil
yang positif dan signifikan antara kompetensi penelitan sebagai berikut:
pedagogik guru dan kompetensi kepribadian guru 1. Hubungan kompetensi pedagogik guru
dengan hasil belajar peserta didik mata pelajaran dengan hasil belajar IPS SD Inpres Layang II
IPS SD Inpres Layang II Tahun ajaran tahun ajaran 2018/2019.
2018/2019. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini
Pengujian hipotesis ketiga ini menunjukkan adanya hubungan positif dan
menggunakan analisis regresi berganda. signifikan kompetensi pedagogik guru dengan
Tabel 4.8. Hasil Analisis Regresi hasil belajar IPS SD Inpres Layang II tahun
ajaran 2018/2019. Melalui analisis korelasi
Model Koefisien
Product Moment Koefisien korelasi sebesar
kompetensi pedagogik guru 0.641 0,562 dikonsultasikan pada r tabel dengan N=30
kompetensi kepribadian guru 0.209 dan taraf signifikansi 95. Harga r tabel diperoleh
sebesar 0,361 sehingga harga r hitung lebih besar
Konstanta 37.181 dari r tabel. Hal ini berarti terdapat hubungan
R 0.582 positif dan signifikan antara Kompetensi
Pedagogik Guru dengan hasil belajar peserta
r2 0.339 didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa Tahun ajaran 2018/2019.
nilai koefisien X1 sebesar 0,641. Artinya, apabila Dalam hasil analisis, dijelaskan bahwa
nilai kompetensi pedagogik guru (X1) meningkat terdapat hubungan yang positif dan signifikan
1 poin maka nilai peningkatan hasil belajar IPS antara kompetensi pedagogik guru terhadap
(Y) akan meningkat sebesar 0,641 poin, dengan peningkatan hasil belajar peserta didik mata
asumsi X2 tetap. pelajaran IPS SD Inpres Layang II. Apabila guru
Koefisien X2 sebesar 0,209 artinya mampu mengimplementasikan kemampuan-
apabila nilai kompetensi kepribadian guru (X2) kemampuan pedagogik itu dalam
meningkat 1 poin maka pertambahan nilai pada pembelajaran,maka akan tercipta kualitas
peningkatan hasil belajar IPS (Y) sebesar 0,209 pembelajaran yang baik. Dan tujuan pendidikan
poin, dengan asumsi X1 tetap. yaitu tujuan pembelajaran, tujuan kurikulum,
Hasil analisis regresi di atas tujuan sekolah dasar, dan tujuan pendidikan
menunjukkan harga koefisien determinasi (r2) nasional dapat tercapai dengan baik. Penelitian
sebesar 0,339. Nilai tersebut berarti bahwa ini sudah membuktikan adanya hubungan yang
33,9% perubahan pada variabel peningkatan positif dan signifikan antara kompetensi
hasil belajar IPS (Y) dapat ditentukan oleh pedagogik guru terhadap peningkatan hasil
kompetensi pedagogik guru (X1) dan kompetensi belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD
kepribadian guru (X2), sedangkan 66.1% Inpres Layang II.
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti 2. Hubungan kompetensi kepribadian guru
dalam penelitian ini. terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik
Dasar pengambilan keputusan mata pelajaran IPS SD Inpres Layang II Tahun
1. Jika nilai sig. F < 0,05, maka ajaran 2018/2019.
berkorelasi Hasil penelitian untuk hipotesis kedua
2. Jika nilai sig. F > 0,05, maka tidak menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
berkorelasi dan signifikan antara kompetensi kepribadian
Uji signifikansi hipotesis ketiga guru (X2) dengan Kesadaran Sejarah (Y).
menunjukkan nilai signifikansi F change sebesar Koefisien korelasi sebesar 0,358 dikonsultasikan
0,004 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti pada r tabel dengan N=30 dan taraf signifikansi
terdapat hubungan positif dan signifikan antara 95. Harga r tabel diperoleh sebesar 0,361
Kompetensi pedagogik guru dan kompetensi sehingga harga r hitung lebih kecil dari r tabel.
kepribadian guru secara bersama-sama dengan Hal ini berarti terdapat hubungan positif dan
peningkatan hasil belajar IPS. signifikan antara kompetensi kepribadian guru
A. Pembahasan Hasil Penelitian dengan hasil belajar peserta didik mata pelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji IPS SD Inpres Layang II Tahun ajaran
adanya hubungan kompetensi pedagogik guru 2018/2019.
dan kompetensi kepribadian guru secara Menurut Mulyasa dalam bukunya
bersama-sama dengan peningkatan hasil belajar Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru
IPS SD Inpres Layang II tahun ajaran 2018/2019. (2007:117) Kompetensi Kepribadian adalah
Berdasarkan data penelitian yang dianalisis kemampuan yang melekat dalam diri pendidik
secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan kompetensi kepribadian guru dengan
berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan peningkatan hasil belajar IPS. Hal ini
berakhlak mulia. dipengaruhi oleh faktor kompetensi pedagogik
Pada hasil penelitian di atas, menunjukan dan kompetensi kepribadian guru yang tinggi
bahwa adanya hubungan yang positif antara sehingga dapat memperoleh hubungan yang
kompetensi kepribadian guru dengan hasil positif dan signifikan.
belajar IPS, maka penelitian ini dapat KESIMPULAN DAN SARAN
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang A. Kesimpulan
positif antara kompetensi kepribadian guru 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan
dengan hasil belajar IPS. antara Kompetensi Pedagogik Guru dengan
3. Hubungan kompetensi pedagogik guru dan hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS
kompetensi kepribadian guru dengan hasil SD Inpres Layang II Tahun ajaran 2018/2019.
belajar peserta didik mata pelajaran IPS SD 2. Terdapat hubungan positif dan signifikan
Inpres Layang II Tahun ajaran 2018/2019 antara kompetensi kepribadian guru dengan
Hasil penelitian untuk hipotesis ketiga hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS
bertujuan untuk mengetahui signifikansi korelasi SD Inpres Layang II Tahun ajaran
antara kompetensi pedagogik guru (X1) dan 2018/2019.
kompetensi kepribadian guru (X2) secara 3. Terdapat hubungan positif dan signifikan
bersama-sama terhadap peningkatan hasil antara Kompetensi pedagogik guru dan
belajar peserta didik mata pelajaran IPS (Y). kompetensi kepribadian guru secara
Pengujian hipotesis ketiga ini menggunakan uji bersama-sama dengan hasil belajar peserta
F. didik mata pelajaran IPS SD Inpres Layang
Uji signifikansi hipotesis ketiga II Tahun ajaran 2018/2019.
menunjukkan nilai signifikansi F change sebesar B. Saran
0,004 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Berdasarkan hasil penelitian yang
terdapat hubungan positif dan signifikan antara diperoleh selama penelitian berlangsung, maka
Kompetensi pedagogik guru dan kompetensi peneliti menyarankan sebagai berikut:
kepribadian guru secara bersama-sama dengan 1. Perbaiki peningkatan kompetensi pedagogik
hasil belajar IPS. guru khususnya dalam pembelajaran IPS.
Dalam hasil analisis, dijelaskan bahwa 2. Perbanyak pelatihan-pelatihan yang diadakan
terdapat hubungan yang positif dan signifikan oleh pemerintah maupun sekolah untuk
antara kompetensi pedagogik guru dengan meningkatkan wawasan yang lebih luas.
terhadap peningkatan hasil belajar IPS.
Kompetensi pedagogik guru merupakan DAFTAR PUSTAKA
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian
jawab dan layak. Semakin baik kompetensi Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
pedagogik guru maka semakin baik pula Rineka Cipta.
kemampuan yang akan dimilikinya. Hal ini
dikarenakan guru tersebut akan mampu Fatah, 2008. Manajemen Berbasis Sekolah.
melaksanakan kegiatan pendidikan dan Bandung: Andika.
pengajaran dengan baik, ia mampu
merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar
mengajar serta mampu menggunakan hasil Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
evaluasi untuk meningkatkan kualitas Hikmat. 2009.Manajemen Pendidikan, Bandung:
mengajarnya yang akhirnya akan dapat PustakaSetia.
meningkatkan cara mengajarnya.
Pada penjelasan hipotesis pertama Mulyasa. 2007.Uji Kompetensi dan Penilaian
terdapat hubungan positif dan signifkan antar Kinerja Guru, Bandung: PT
pedagogik guru dengan peningkatan hasil belajar Remaja Rosda karya.
IPS . Pada hipotesis kedua menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan,
antara kompetensi kepribadian guru dengan Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
peningkatan hasil belajar IPS. Namun, pada
pengujian hipotesis ketiga dapat dibuktikan Raffiudin. 2013. Keterampilan Dasar Mengajar.
bahwa terdapat hubungan yang positif dan kendari: Unhalu.
signifikan antara kompetensi pedagogik dan
Rohmat. 2009. Terapan Teori Teknologi
Pembelajaran. Yogyakarta : Gerbang
Media Aksara.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran.


Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional


Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alpabeta.

Sahertian, 2000. Supervisi Pendidikan Dalam


Rangka Program Inservis
Educational.Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:


Tarsito.

Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian.


Bandung: CV Alfabeta.

Susanto, A. 138M. Teori Belajar dan


Pembelajran di Sekolah Dasar. 2013
ed. Jakarta: Kencana.

---------.2013.Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif Dan R & D, Bandung:
Alfabeta.

Wina Sanjaya, 2010. Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: kencana
perdana media group.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta:
Sinar Grafika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2005 & Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Tahun 2014
tentang Guru dan Dosen.2014.
Bandung: Citra Umbara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Peraturan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. 2013

Anda mungkin juga menyukai