SEKITAR PROKLAMASI
KEMERDEKAAN RI
Penulis:
Didik Budi Handoko,S.Pd.
Yudi Setianto,M.Pd.
Penyunting:
Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hal
Unit ini disusun sebagai salah satu aternatif sumber bahan ajar bagi guru
untuk memahami topik Sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI. Melalui
pembahasan materi yang terdapat pada unit ini, guru dapat memiliki dasar
pengetahuan untuk mengajarkan materi yang sama ke peserta didiknya
yang disesuaikan dengan indikator yang telah disusun, dan terutama dalam
memfasilitasi kemampuan bernalar peserta didik. Selain itu, materi ini juga
aplikatif untuk guru sendiri sehingga mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
A. Target Kompetensi
IPK Kunci
3.7.4. Menganalisis peristiwa 4.7.4. Menyajikan hasil analisis
proklamasi kemerdekaan RI peristiwa proklamasi
kemerdekaan RI
3.7.5. Menganailsis proses
terbentuknya negara dan
pemerintahan Indonesia
3.7.6. Menganailsis dampak
proklamasi terhadap
kehidupan sosial, ekonomi,
politik, dan pendidikan
bangsa Indonesia
Mengisi Kemerdekaan
Oleh: M Dawam Rahardjo
Namun, sejak dini pula Sutan Sjahrir, pendiri Partai Sosialis Indonesia (PSI), melihat
gejala belum penuhnya kemerdekaan politik. Ia melihat kecenderungan berkembangnya
pemerintahan yang otoriter dan kolektivisme yang ditandai gejala sistem partai
tunggal, Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang dipimpin dwitunggal Soekarno-Hatta.
Kemerdekaan ekonomi
Langkah kedua kemerdekaan ekonomi timbul dari Wakil Presiden Hatta, yang
menugaskan Margono Djojohadikusumo mendirikan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Indonesia. Namun, Bank Negara Indonesia (BNI) yang dibentuk ketika itu (1946) masih
kekurangan modal, belum mampu berfungsi sebagai bank sentral. Secara de facto
maupun de jure, Bank Sentral Indonesia masih De Javaschebank, bank swasta Belanda.
Langkah ketiga kemerdekaan ekonomi terjadi pada 1957 ketika dilakukan nasionalisasi
total terhadap perusahaan asing. Sungguhpun begitu, oleh Bung Karno, Indonesia
dianggap masih belum merdeka juga. Melalui Manifesto Politik-nya ia menyatakan
bahwa ”revolusi belum selesai”. Ketika meraih kepemimpinan kembali dalam kabinet
presidensial dalam rangka kembali kepada UUD 1945 pada 1959, ia melaksanakan
program ”revolusi nasional demokrasi”, yang membongkar sisa-sisa feodalisme dan
imperialisme menuju sosialisme Indonesia.
Dapat disimpulkan, bagi Bung Karno, kemerdekaan penuh Indonesia dapat dicapai
ketika telah memasuki tahap sosialisme. Namun, rumus kemerdekaan ketika itu oleh
Bung Karno didasarkan pada tiga sendi kemerdekaan, Trisakti, yaitu berdaulat di bidang
politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Dalam pengertian liberalisme politik John Rawls, kebebasan adalah pilar utama dari
keadilan. Sebaliknya, keadilan adalah syarat kebebasan. Tanpa keadilan, tak ada
kebebasan, suatu rumus- an yang bisa menjelaskan pengertian keadilan dalam
Mukadimah UUD 1945 sebagai salah satu pilar kemerdekaan.
Di Indonesia istilah kemerdekaan mengandung konotasi positif. Adapun kebebasan yang
merupakan nilai utama liberalisme politik itu mengandung makna pejoratif karena
dipahami dalam konteks kapitalisme.
Kapabilitas SDM
Di zaman kontemporer ini, makna positif kebebasan dapat dijelaskan dengan teori filsuf
India, Amartya Kumar Sen. Menurut dia, kebebasan mengandung dua arti. Pertama
well-being freedom, yaitu kondisi yang mengandung peluang untuk memilih yang
terbaik tanpa pencegahan atau hukuman. Kedua, agency freedom, yaitu kapabilitas
untuk merealisasikan diri.
Reformasi awal abad ke-21, melalui proses demokratisasi, Indonesia memasuki proses
penciptaan kondisi kebebasan. Namun, di lain pihak timbul gerakan radikal yang
menggunakan kekerasan dan terorisme dalam mencapai tujuan sehingga menciptakan
ketakutan terhadap ancaman kekerasan.
Lahir pula politik identitas yang, menurut Sen, telah melahirkan kekerasan terutama
oleh mayoritas terhadap minoritas. Akhir-akhir ini telah timbul aksi kekerasan terhadap
kelompok minoritas Ahmadiyah, Syiah, dan Kristen.
(1) Fungsi Edukatif, sejarah memberikan kearifan dan kebijakan bagi yang
mempelajari
(2) Fungsi Inspiratif, dari sejarah dapat diambil ide-ide dan konsep yang langsung
berguna bagi pemecahan masalah masa kini dan untuk mendapatkan inspirasi
dan semangat bagi mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa.
(3) Fungsi Rekreatif, yaitu nilai estetis dari sejarah, terutama berupa cerita yang
indah tentang tokoh ataupun peristiwa.
(4) Fungsi Instruktif, untuk menunjang bidang studi kejuruan/ketrampilan seperti
jurnalistik,tehnologi senjata, navigasi dan lain-lain .
SOAL-SOAL UN/USBN
No. Soal
1 3. Pada tanggal 29 Februari 1945 dini hari, Supriyadi dengan teman-temannya
mulai bergerak. Mereka melapskan tembakan mortar, senapan mesin, dan
granat dari daidan, lalu keluar dengan senjata lengkap. Setelah pihak Jepang
mengetahui adanya gerakan penyerbuan itu, mereka segera mendatangkan
pasukan yang semuanya orang Jepang. Pasukan Jepang juga dipersenjatai
dengan beberap tank dan peswat udara. Mereka segera menghalau para
anggota Peta yang mencoba melakukan perlawanan. Tentara Jepang mulai
menguasai keadaan. Pimpinan tentara jepang menyerukan kepada segenap
anggota Peta yang melakukan penyerangan, agar kembali ke induk kesatuannya
masing-masing.
Kutipan di atas merupakan sepengal kisah pemberontakan yang dilakukan oleh
anggota PETA pimpinan Supriyadi. Peristiwa pemeberontakan PETA tersebut
terjadi di kota …
A. Medan
B. Blitar
C. Semarang
D. Jakarta
E. Bogor
Identifikasi
1. Kutipan di atas merupakan sepengal kisah pemberontakan yang dilakukan oleh
Level Kognitif : Level : Menyebutkan/C1
anggota PETA pimpinan Supriyadi. Peristiwa pemeberontakan PETA tersebut
terjadi di kota3.7.1.
Indikator yang … Menjelaskan masa Pendudukan Jepang di Indonesia
:
bersesuaian
F. Medan
G. Blitar
Diketahui : Kiprah pasukan PETA sebagai organisasi pimpinan Supriyadi
H. Semarang
I. Jakarta
Ditanyakan
J. Bogor : Tempat Supriyadi memimpin pemreontakan PETA
E. sasaran pokok dari organisasi PNI adalah Indonesia Merdeka
Materi yang : Masa Pendudukan Jepang di Indonesia.
dibutuhkan
No. Soal
2 14. Perbedaan sifat penjajahan Belanda dengan Jepang adalah…….
A. Di era penjajahan Belanda golongan nasionalis dilibatkan dalam volksraad di era
Jepang tidak dilibatkan dalam Chuo Sangi In
B. Di dalam volksraad tidak boleh mengkritisi pemerintahan dalam Chuo Sangiin
bisa mengkritisi pemerintahan
C. Di era Jepang golongan nasionalis dilibatkan dalam eksploitasi pengerahan masa
jaman Belanda tidak melibatkan golongan nasionalis
D. Di era Daendles ada rodi jaman Jepang dihapuskan
E. Daenles pemerintahannya kejam dan kaku pemerintahan Jepang merangkul
golongan nasionalis
Identifikasi
No. Soal
2 19. Faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda tentang
proklamasi adalah .....
A. Golongan muda ingin segera memproklamasikan kemerdekaan, golongan tua
tidak ingin terburu-buru
B. Golongan tua ingin PPKI bersidang dulu, golongan muda ingin segera
C. Masalah perbedaan tempat berlangsungnya proklamasi
D. Perbedaan waktu pelaksanaan proklamasi
E. Masalah perbedaan pandangan tentang proses pelaksanaan proklamasi
Identifikasi
A. Aktivitas Pembelajaran
3.7.6.
Menganailsis dampak Dampak 6. Analisis dampak
proklamasi terhadap Proklamasi proklamasi
kehidupan sosial, terhadap kemerdekaan RI
budaya, ekonomi, Kehidupan terhadap bidang
politik, dan pendidikan Masyarakat kehidupan
bangsa masyarakat.
Indonesia
Aktivitas 1
Aktivitas pembelajaran ke- ini akan mencapai indikator 3.7.1, 3.7.2 , 4.7.1
dan 4.7.2 yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik yang meliputi
aktivitas 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulkan informasi; 4)
mengasosiasi; dan 5) mengomunikasikan. Pertemuan ke-1 ini
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan sintaks 1)
Pemberian rangsangan (Stimulation); 2) Pernyataan/Identifikasi masalah
(Problem Statement); 3) Pengumpulan data (Data Collection); 4)
Pengolahan data (Data Processing); 5) Pembuktian (Verification), dan 6)
Menarik simpulan/generalisasi (Generalization)
a. Laptop
b. LCD proyektor
d. LKPD 4
2. Buku Siswa
Prosedur Kegiatan:
Prosedur Kegiatan:
1. Siapkan alat tulis!
2. Berdoalah sebelum mengerjakan!
3. Kerjakan secara kelompok!
4. Berdasarkan hasil diskusi kerjakan berikut inil!
Prosedur Kegiatan:
1. Siapkan alat tulis!
2. Berdoalah sebelum mengerjakan!
3. Berikan opini/pendapat terkait analisis yang terkait dengan hal berikut
No Maklumat Latar Isi / Keterangan
Belakang
1 Maklumat No. X tahun 1945
2. Maklumat tanggal 14
November 1945
3 Maklumat tanggal 5 Oktober
1945
4 Maklumat Wakil Presiden
tanggal 3 November 1945
No Pengaruh Peristiwa Proklamasi 17 Penjelasan
Agustus 1945 bagi Kehidupan
1 Bidang Ekonomi
2. Bidang Pemerintahan
3 Bidang Sosial
4 Bidang Pendidikan
C. Bahan Bacaan
c. Jawa Hokokai
Pada tanggal 8 Januari 1944, Jepang mendirikan Jawa Hokokai atau
Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa. Sebagai pengganti “PUTERA” maka sifat
Jawa Hokokai berbeda dengan organisasi sebelumnya. PUTERA merupakan suatu
gerakan Indonesia yang dipimpin tokoh-tokoh Indonesia sedangkan Jawa
Hokokai merupakan organisasi Jepang yang anggotanya :
Perbedaan antara PUTERA dan Jawa Hokokai
PUTERA Jawa Hokokai
1. Suatu Gerakan Indonesia dibawah
1. Organisasi pemerintah pendudukan
pengawasan pendudukan Jepang. Jepang, anggotanya 5 orang Jepang
dan masyarakat Indonesia.
2. Di pimpin oleh tokoh-tokoh
2. Di pimpin oleh Gunseikan (kepala
Indonesia. pemerintah militer Jepang).
3. Penanaman sikap anti barat 3. Penonjolan sifat kebaktian pada
Jepang.
b. Perlawanan di Aceh
Pada tanggal 10 November 1942 di daerah Cot Plieng, Lhok Seumawe, Aceh
terjadi perlawanan rakyat menentang pasukan Jepang. Pemberontakan di Aceh
Meskipun kedatangan Jepang di Indonesia didukung oleh PUSA (Persatuan
Ulama Seluruh Aceh), ada juga sekelompok umat Islam yang menentang
dukungan PUSA tersebut. Mereka ini menanti kesempatan untuk melakukan
pemberontakan. Karena perintah ber-seikeirei dipaksakan kepada umat Islam,
dan prilaku serdadu-serdadu Jepang yang mandi tanpa busana di meunsa-
meunsa, umat Islam yang tadinya menunggu kesempatan untuk berontak
semakin memuncak kemarahannya, sehingga timbullah pemberontakan di bekas
ibu kota Kerajaan Pasai, yaitu di Kabupaten Aceh Utara sekarang ini.
Pemberontakan itu dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Dalam perjuangannya
menegakkan kebenaran, Tengku Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan. ( Shiddiqi,
1983).
Pembentukan BPUPKI
Pada tahun 1943, perang pasifik mulai berbalik arah. Tentara Jepang yang
pada awalnya mampu dengan mudah mengalahkan tentara Sekutu, sekarang
bersifat defensik. Tentara Sekutu bergerak ofensif untuk merebut kembali
wilayah-wilayahnya di Asia – Pasifik.
Pemerintah Jepang dan penguasa militer di Tokyo akhirnya meninjau
kembali sikap mereka terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Juni
1943 dalam sidang ke 82 Parlemen Jepang di Tokyo Perdana Menteri Jenderal
Hideki Tojo mengumumkan tentang pemberian kesempatan kepada bangsa
Indonesia untuk berperan serta dalam politik dan pemerintahan. Pada tanggal 7
Juli 1943 Perdana Menteri Tojo berkunjung ke Jakarta dan berpidato di lapangan
Ikada mengenai janji kemerdekaan Indonesia dari pemerintah Jepang. Untuk
menindak lanjutinya pada tanggal 5 September 1943 dibentuklah “Chuo Sang-In”
atau Dewan Pertimbangan Pusat. Kemudian dibentuk “Syu Sangi Kai” atau
Dewan Pertimbangan Daerah untuk tiap-tiap karisidenan (Syu).
Pada bulan November 1943 di Tokyo diadakan konferensi Asia Timur Raya,
maka negara-negara yang telah diberi kemerdekaan di undang seperti Thailand,
Philipina, Burma dan pemerintah boneka Jepang di Cina. Sedang India diundang
sebagai pengamat sedang Indonesia sama sekali tidak dilibatkan. Hanya, setelah
konferensi Asia Timur Raya selesai, Sukarno, Moh. Hatta dan Ki Hajar Dewantara
diundang ke Jepang dan bertemu dengan Kaisar Jepang dan Perdana Menteri
Tojo. Namun dalam pertemuan tersebut, pemerintah Jepang tidak memberi
isyarat tentang kemerdekaan bahkan permohonan untuk menggunakan bendera
Nasional dan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” juga ditolak.
Pada bulan Agustus 1944, situasi pertahanan Jepang semakin buruk. Moral
masyarakat dan tentara Jepang merosot serta produksi untuk keperluan perang
menurun. Sebelumnya, pada bulan Juli 1944 kepulauan Saipan yang strategis
dapat direbut Sekutu. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan kabinet
Perdana Menteri Tojo jatuh pada tanggal 17 Juli 1944 dan diganti oleh Perdana
Menteri Jenderal Kuniaki Koiso. Langkah yang ditempuh P.M Koiso untuk
mempertahankan pengaruhnya pada rakyat di wilayah yang didudukinya ialah
dengan cara memberi janji kemerdekaan.
Pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang parlemen Jepang ke 85 di
Tokyo, P.M Koiso mengumumkan bahwa pemerintah Jepang memperkenankan
bahwa Hindia Belanda (Indonesia) untuk merdeka di kemudian hari.
Tujuan dari pemberian kemerdekaan itu adalah :
1. Mendapat simpati dan popularitas dari rakyat Indonesia.
2. Mengembangkan kebijaksanaan Imperium Asia Timur Raya.
3. Memanfaatkan situasi untuk keperluan perang.
Namun Deklarasi P.M Koiso tentang kemerdekaan Indonesia tidak diikuti
langkah yang nyata kearah perwujudan kemerdekaan Indonesia. Hal ini
disebabkan pemerintah Jepang menganggap bahwa mengatasi krisis perang
dengan Sekutu lebih penting dan mendesak dari pada masalah kemerdekaan
Indonesia.
Pada tahun 1944 setelah kepulauan Saipan jatuh, ternyata tentara Jepang
juga dapat dipukul mundur di kepulauan Solomon oleh tentara Amerika Serikat.
Kemudian Irian, Moratai juga dikuasainya. Pada tanggal 20 Oktober 1944, tentara
Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di
kepulauan Leyte (Philipina). Dan tanggal 19 Februari 1945, benteng Iwo Jima
gagal dipertahankan tentara Jepang. Pasukan Sekutu juga menyerang bagian-
bagian wilayah Indonesia seperti Halmahera, Ambon, Manado, Surabaya, dan
Balikpapan. Menghadapi situasi yang kritis ini, pemerintah militer Jepang
dibawah pimpinan Saiko Shikian (Panglima Militer) yaitu Kumaciki Harada
mengumumkan pembentukan badan yaitu “Dokuritsu junbi Cosukai” atau
“Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (BPUPKI) pada
tanggal 1 Maret 1945. Tujuan dibentuk BPUPKI untuk menyelidiki hal-hal penting
yang berhubungan dengan politik ekonomi, sosial, dan tata pemerintahan yang
dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia. Ketua BPUPKI adalah
dr. Rajiman Widyodiningrat.
Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama
BPUPKI di gedung Cuo Sangi In, Jakarta. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni
1945 mengadakan sidang. Pada sidang BPUPKI Mr. Muh. Yamin dan Ir. Sukarno
menjadi pembicara yang menyampaikan pidato yang mengusulkan kelima dasar
filsafat negara yang dikenal sebagai “Pancasila”. Rumusan materi Pancasila yang
pertama disampaikan oleh Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang
mengemukakan lima Azaz dan Dasar Negara kebangsaan Republik Indonesia
yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno mengucapkan pidatonya yang dikenal
sebagai lahirnya Pancasila menurut Sukarno adalah :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sesudah sidang pertama tersebut, pada tanggal 22 Juni 1945 terbentuk
Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang yang dikenal dengan “Panitia
Sembilan”. Anggotanya para anggota BPUPKI yaitu IR. Sukarno, Moh. Hatta, Mr.
Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Abdul Kahar Muzakir,
K.H. Wakhid Hasyim, H. Agus Salim dan Mr. Moh. Yamin. Panitia sembilan
menghasilkan suatu dokumen berisikan tujuan dan maksud pendirian negara
Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama “Piagam Jakarta” atau “Jakarta
Charter”. Rumusan Dasar Negara Indonesia tersebut yaitu :
1. Ke Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. (Menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sebelum rumusan disahkan, tokoh-tokoh agama Nasrani dari Indonesia
Timur menemui Moh. Hatta, agar meninjau lagi isi sila pertama. Akhirnya Drs.
Moh. Hatta berkonsultasi dengan empat para pemuka Islam seperti Ki Bagus
Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku
Mohammad Hasan. Hasilnya, demi persatuan dan kesatuan bangsa, maka sila
pertama dirubah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Tanggal 10 – 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPKI tentang perumusan
terakhir materi Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan juga membahas
Rencana Undang-Undang Negara Indonesia Merdeka. Panitia Perancang UUD di
ketuai IR. Sukarno. Panitia tersebut kemudian membentuk panitia kecil
perancang Undang-Undang Dasar yang beranggota tujuh (7), orang yaitu Prof.
Dr. Mr. Supomo, Mr. Wongsonegoro, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis,
Mr.R.P. Singgih, H. Agus Salim dan dr. Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil ini
disempurnakan dari segi bahasanya oleh panitia lain yaitu Prof. Dr. Mr. Supomo,
H. Agus Salim dan Prof. Dr. P.A. Husein Jayadiningrat.
Berkat kerja keras dan kesadaran anggota BPUPKI telah berhasil menyusun
produk-produk bagi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Rakyat
Indonesia harus sudah siap untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Karena berdasar analisa dan perhitungan politik, tentara Jepang akan segera
kalah dalam Perang Dunia II atau Perang Asia Timur Raya.
Pembentukan PPKI
Pada tanggal 16 Mei 1945 di Bandung diselenggarakan Konggres Pemuda
seluruh Jawa yang di sponsori Angkatan Muda Indonesia. Sebenarnya Angkatan
Muda Indonesia dibentuk atas inisiatif Jepang pada pertengahan tahun 1944.
Dalam perkembangannya gerakan ini lebih bersifat anti Jepang. Konggres
tersebut antara lain dihadari oleh Djamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Cokroaminoto
dan Harsono Cokroaminoto serta mahasiswa-mahasiswa IKA Daigaku,
(Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta, dianjurkan agar para pemuda
bersatu melaksanakan proklamasi kemerdekaan bukan sebagai hadiah dari
Jepang. Konggres tersebut dalam suasana nasional kebangsaan Indonesia, Lagu
“Indonesia Raya” dinyanyikan tanpa menyanyikan lagu kebangsaan Jepang
“Kimigayo”. Bendera Merah Putih dikibarkan tanpa bendera Jepang, Hinomaru.
Dalam konggres tersebut antara lain menghasilkan dua resolusi yaitu:
- Semua golongan di Indonesia (utamanya golongan pemuda) dipersatukan
dan dibulatkan dibawah satu pimpinan nasional.
- Dipercepatnya pelaksanaan kemerdekaan Indonesia.
Ternyata konggres menyatakan dukungan dan kerjasama dengan Jepang
dalam usaha mencapai kemenangan terakhir. Pernyataan tentang kerja sama
dengan Jepang tersebut ditentang utusan pemuda dari Jakarta seperti Sukarni,
Harsono Cokroaminoto dan Chairul Shaleh. Mereka tidak mengambil bagian
dalam gerakan Angkatan Muda Indonesia dan menyiapkan organisasi
kepemudaan yang lebih radikal.
Pada tanggal 28 Mei 1945 BPUPKI diresmikan di gedung Cuo Sangi In,
Jakarta. Pada upacara ini setelah dikibarkan bendera Jepang, Hinomaru dan
bendera Merah Putih. Pada tanggal 29 Mei 1945 dimulailah sidang pertama
BPUPKI untuk merumuskan dasar negara. Pandangan tentang dasar negara
diserahkan kepada tiga anggotanya yaitu Mr. Moh. Yamin, Prof. Dr. Supomo, dan
Ir. Soekarno. Rumusan dasar negara ini menghasilkan Lima dasar negara yang
lebih dikenal dengan Pancasila. Ide Pancasila ini pertama kali dicetuskan oleh Mr.
Moh. Yamin. Azas Dasar Negara Republik Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat.
Gambar 8. Suasana sidang BPUPKI
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam rapat terakhir sidang pertama BPUPKI
Soekarno mengemukakan gagasannya yang diberi nama Pancasila. Akhirnya,
tanggal tersebut dikenal sebagai hari “Lahirnya Pancasila”. Soekarno
mengemukakan perumusan lima dasar Negara Indonesia, yang terdiri atas:
1. Kebangsaan Indonesia;
Sesudah sidang pertama BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945, Ir. Soekarno
mempunyai prakarsa untuk membentuk pertemuan anggota BPUPKI. Hasil
pertemuan ini terbentuklah panitia kecil yang terdiri atas sembilan orang, yang
lebih dikenal dengan “Panitia Sembilan”. Sembilan orang ini terdiri atas Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A.
Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wachid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno
Tjokrosujono.
3. Persatuan Indonesia;
Sebelum konsep ini disahkan, atas prakarsa Dr. Moh. Hatta yang
menerima pesan dari tokoh-tokoh Kristen dari Indonesia Timur, maka sila
pertama yang berbunyi “Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Putusan itu diambil setelah Dr. Moh. Hatta berkonsultasi dengan empat pemuka
Islam, yaitu: Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo,
dan Mr. Teuku Moh. Hasan.
Antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua ada masa reses.
Masa reses itu digunakan oleh para anggota untuk membahas Rancangan
Pembukaan UUD 1945 yang dipimpin Soekarno. Persidangan ini disebut sebagai
sidang tidak resmi dan hanya dihadiri 38 anggota( Yunarti, 2003 : 8). Pertemuan
itu dimaksudkan untuk mencari suatu prosedur agar Indonesia dapat secepatnya
merdeka. Keinginan untuk secepatnya merdeka itu salah satunya dilandasi alasan
bahwa pemerintah bala tentara Dai Nippon dalam waktu yang singkat telah
memerdekakan Birma (sekarang Myanmar), Philiphina dan Indo-Cina. Hanya
tinggal Indonesia sendiri yang belum merdeka. .
3. Persatuan Indonesia;
Dalam keanggotaannya PPKI dipilih oleh Jenderal Besar Terauci, untuk itu
dipanggillah tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan Radjiman Widyodiningrat. Pada tanggal 12 Agustus 1945 diadakan
pertemuan di Dalat (Vietnam Selatan). Dalam pertemuan itu Jenderal Besar
Terauci menyampaikan bahwa pemerintah Jepang telah memberikan kemerdekan
bagi bangsa Indonesia dan untuk pelaksanaannya maka dibentuklah PPKI sambil
menunggu persiapan selesai. Adapun wilayah Indonesia setelah kemerdekan
meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda. PPKI terdiri atas 21 anggota yang
terpilih dari seluruh Indonesia. Sebagai ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta sebagai wakilnya. Yang menarik di sini adalah seluruh anggota PPKI
sama sekali tidak ada yang melibatkan Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan
Radjiman Wediodiningrat telah kembali ke Jakarta. Sementara itu Golongan
Pemuda telah mendengar bahwa Sekutu telah memberikan ultimatum kepada
Jepang untuk menyerah tanpa syarat atau “Uncondional Surrender”. Pada
tanggal 15 Agustus 1945 Jepang mematuhi ultimatum tersebut dan menyerah
tanpa syarat. Walaupun kekalahan tersebut sangat dirahasiakan, namun berkat
ketangkasan para pemuda maka sampailah berita itu.
Malam hari setelah tiba di Jakarta, Soekarno dan Hatta pergi mendatangi
rumah Mayor Jenderal Nishimura untuk menyatakan keinginan PPKI bersidang
malam itu juga. Bung Hatta juga mengatakan kepada Mayor Jenderal Nishimura
bahwa rakyat Indonesia sudah mengetahui berita kekalahan Jepang. Akan tetapi
Nishimura dengan tegas menolak rencana diadakannya sidang PPKI. Nishimura
menjelaskan bahwa sejak siang hari pada tanggal 16 Agustus 1945 berdasarkan
instruksi markas Besar Tentara Jepang Daerah selatan yang berkedudukan di
Saigon dilarang adanya perubahan status-quo di Indonesia, hal ini terkait dengan
perjanjian antara pemerintah Jepang dan pihak pemenang perang Pasifik
(Sekutu). Larangan perubahan status-quo itu berarti, bahwa pemerintah Jepang
tidak membenarkan terjadinya Proklamasi kemerdekaan, karena dengan
Proklamasi kemerdekaan akan melahirkan Negara Indonesia Merdeka, dan itu
berarti mengubah status-quo. Dengan marah Bung Hatta menjelaskan bahwa
apapun yang akan terjadi Indonesia tetap pada pendirian semula untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan.
Bertempat di rumah Laksamana Muda Maeda di Myakodori No. 1
(sekarang jalan Imam Bonjol) maka dimulaiah sidang PPPKI untuk
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Laksamana Muda Maeda
adalah seseorang yang mem-punyai hubungan yang sangat baik dengan para
pemimpin Indonesia terutama Mr. Achmad Subardjo. Beliau adalah Kepala
Perwakilan Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Sebagai Kepala Perwakilan Kaigun
beliau memilki kekebalan hukum di mana Rigukun (Angkatan Darat Jepang) tidak
berani bertindak sewenang-wenang di kediaman Maeda.
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda dirumuskanlah naskah
Proklamasi Kemerdekaan oleh tiga orang tokoh kemerdekaan Indonesia. Bung
Hatta dan Mr. Achmad Subardjo meyumbangkan pikirannya secara lisan.
Sedangkan Bung Karno bertindak sebagai penulis rumusan konsep Proklamasi.
Turut menyaksikan peristiwa tersebut adalah Miyosi (seorang kepercayaan
Nishimura) beserta tiga tokoh pemuda yaitu: Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah.
Adapun kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan
ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” adalah kalimat yang dikutip Mr.
Achmad Subardjo dari rumusan sidang BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai).
Sedangkan kalimat kedua adalah dirumuskan oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan
dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”. Kemudian kedua kalimat tersebut digabung dan disempurnakan oleh
Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks Proklamasi yang kita miliki sekarang.
Gambar 10. Naskah Teks Proklamasi
Bidang Pendidikan
Sagimun MD, 1989. Peran Pemuda Dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi.
Jakarta: Bina Aksara
Saidi, Ridwan. 1990. Cendekiawan Islam Zaman Beland a: Studi Pergerak an
Intelektual JIB dan SIS (1925-1942). Jakarta: Yayasan Piranti Ilmu
Shafer, Boyd C. 1955. Nationalism Myth and Reality. New York: A Harvest
Book Harcourt
.
Suradi. 1997. Haji Agus Salim dan Konflik politik dalam Sarekat Islam.Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Onghokham. 1987. Runtuhnya Hind ia-Belanda. Jakarta: PT. Gramedia
Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dina mika Pergerakan Keban gsaa n Indo nesia
dari Kebangk itan hingga Indonesia Merdeka. Semarang: IKIP
Semarang Press.
PENGEMBANGAN PENILAIAN
A. Pembahasan Soal-soal
Disamping itu, soal tersebut tergolong dalam kategori C1, karena hanya
menanyatakan tempat terjadinya pemberontakan PETA pimpinan Supriyadi.
Pembahasan
Pembahasan
2. Jawaban dari soal bersifat bias, karena jawaban A benar, namun jawaban
B,D, dan E mempunyai unsur jawaban yang benar juga.
Pada bagian ini akan dimodelkan pembuatan soal yang memenuhi indikator
pencapaian kompetensi yang diturunkan dari kompetensi dasar
pengetahuan. Pengembangan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi agar
Saudara dapat melihat kesesuaian antara kompetensi, lingkup materi, dan
indikator soal. Selanjutnya, dilakukan penyusunan soal di kartu soal
berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun sebelumnya.
Peserta didik 3 C4 PG
mampu
menganalisis
perbedaan
pendapat golongan
tua dan golongan
muda dalam
peristiwa Rengas
Dengklok
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
b
disatukan dalam wadah NKRI
d. menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal yang harus tetap
INDIKATOR SOAL
Peserta didik dilestarikan
mampu e. menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan kerja sama
menganalisis
kebijakan Panitia dalam bermasyarakat
Sembilan dalam
menentukan dasar
negara Indonesia
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
INDIKATOR SOAL
Peserta didik
mampu
menganalisis
perbedaan
pendapat
golongan tua dan
golongan muda
dalam peristiwa
Rengas Dengklok
REFLEKSI PEMBELAJARAN
KESIMPULAN
UMPAN BALIK
Kriteria
No Aspek
1 2 3 4
1. Memahami dengan baik semua indikator yang telah
dikembangkan di unit ini.
2 Mampu menghubungkan konten dengan fenomena
kehidupan sehari-hari.
3 Memhammi dengan baik bahwa aktivitas
pembelajaran yang disusun dapat mengembangkan
HOTS peserta didik.
4 Memahami dengan baik tahapan urutan aktivitas
pembelajaran yang disajikan.
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan aktivitas
pembelajaran di dalam kelas.
6 Memahami dengan baik lembar kerja peserta didik
yang dikembangkan.
7 Mampu melaksanakan dengan baik lembar kerja
peserta didik yang dikembangkan.
8 Memahami konten secara menyuluh dengan baik.
9 Memahami prosedur penyusunan soal HOTS dengan
baik.
10 Mampu membahas soal HOTS yang disajikan dengan
tepat.
Jumlah
Jumlah Total