Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengampuh : Nawawi, S.Kep.,Ns., M.

Kes

Mata Kuliah : Keperawatan Manajemen

Kelas : L.3 Keperawatan

Tugas kelompok :1

OLEH

TUTI AMNIATI SAMIRU P201801112

WAODE IZAN P201801119

NINING RAHAYU P201801099

MELDA HASLIANA PUTRI P201801189

NURUL HIKMA P201801193

FIKSAL P201801183

DESI RAHMADANI P201801107

SITI FELYA AL NISA P201801109

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
BAB I
KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Pengertian manajemen keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan Dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan Keperawatan.
Kelly dan Heidental (2004) dalam Marquis dan Huston (2000), menyatakan
bahwa manajemen Keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan Pengawasan untuk mencapai
tujuan.
B. Peran Manajeman
1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran Pemimpin yang muncul secara
langsung dari Otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan Mencakup hubungan
interpersonal dasar, yaitu:
a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit Organisasi, pemimpin harus
melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu Penting,
menghadiri pernikahan anak buahnya, Atau menjamu makan siang pelanggan
atau Kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran Interpersonal sering bersifat
rutin, tanpa adanya Komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun
Demikian, kegiatan itu penting untuk Memperlancar fungsi organisasi dan
tidak dapat Diabaikan oleh seorang pemimpin.
b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil Kerja orang-orang dalam
unit organisasi yang Dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu
Berhubungan dengan kepemimpinan secara Langsung dan tidak langsung.
Yang berkaitan Dengan kepemimpinan secara langsung antara lain
Menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan
secara tidak langsung Antara lain seorang pemimpin harus memberi Motivasi
dan mendorong anak buahnya. Pengaruh Seorang pemimpin jelas terlihat
pada perannya Dalam memimpin. Otoritas formal memberi Seorang
pemimpin kekuasaan potensial yang Besar; tetapi kepemimpinanlah yang
menentukan Seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.
c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran Sebagai pemimpin, terutama
aspek yang berkaitan Dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan
mengenai peran sebagi penghubung, di Mana pemimpin menjalin kontak di
luar rantai Komando vertikal, mulai muncul. Hal itu Mengherankan,
mengingat banyaktemuan studi Mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan
Bahwa pemimpin menghabiskan waktunya Bersama teman sejawat dan orang
lain dari luar Unitnya sama banyak dengan waktu yang Dihabiskan dengan
anak buahnya; sementara Dengan atasannya justru kecil. Pemimpin
Menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut Biasanya dalam rangka
mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering Secara
khusus diperuntukkan bagi pengembangan Sitem informasi eksternalnya
sendiri yang bersifat Informal, privat, verbal, tetapi efektif.

2. Peran Informasional (Informational Role)


Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik Dengan anak buah maupun
dengan jaringan Kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul Sebagai
pusat syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala
hal, tetapi Setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan
informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang
pemimpin.Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan Aspek
irformasional tersebut.
a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin Secara terus menerus
memonitor lingkungannya Untuk memperoleh informasi, dia juga
seringkali Harus ’menginterogasi’ kontak serta anak Buahnya, dan
kadangkala menerima informasi Gratis, sebagian besar merupakan hasil
jaringan Kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat,
bahwa sebagian besar informasi Yang diperoleh pemimpin dalam
perannya sebagai Monitor datang dalam bentuk verbal, kadang Berupa
gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan
verifikasi lebih lanjut.
b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)
Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan
bersama (sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang
membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa saling
kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus
meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk
menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit
organisasinya.
3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)
Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan
masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya,
hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah
yang baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki
informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan
strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil
keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:
a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu
memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai
wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan
Berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap Baik bagi
perkembangan organisasi yang Dipimpinnya.
b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)
Peran sebagai pengendali gangguan memotret Keharusan pemimpin
untuk merespon tekanantekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini
Perubahan merupakan sesuatu di luar kendali Pemimpin. Dia harus
bertindak karena adanya Tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa
Diabaikan. Pemimpin seringkali harus Menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk Merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada
organisasi yang berfungsi begitu mulus, Begitu terstandardisasi, yaitu
telah Memperhitungkan sejak awal semua situas iLingkungan yang
penuh ketidakpastian. Gangguan Timbul bukan saja karena pemimpin
bodoh Mengabaikan situasi hingga situasi tersebut Mencapai posisi kritis,
tetapi juga karena Pemimpin yang baik tidak mungkin Mengantisipasi
semua konsekuensi dari setiap Tindakannya.
c. Peran sebagai yang mengalokasikan Sumberdaya (Resource allocator
Role)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab Memutuskan siapa akan
menerima apa dalam unit Organisasinya. Mungkin, sumberdaya
terpenting Yang dialokasikan seorang pemimpin adalah Waktunya. Perlu
diingat bahwa bagi seseorang Yang memiliki akses ke pemimpin berarti
dia Bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi Dan pengambil
keputusan. Pemimpin juga Bertugas untuk mendesain struktur organisasi,
Pola hubungan formal, pembagian kerja dan Koordinasi dalam unit yang
dipimpinnya.
d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Banyak studi mengenai kerja manajerial Mengindikasikan bahwa
pemimpin menghabiskan Cukup banyak waktunya dalam negosiasi.
Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, Negosiasi merupakan way
of life dari seorang Pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan
Kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, Tetapi tidak boleh
dihindari. Negosiasi merupakan Bagian integral dari tugas pemimpin,
karena hanya Dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan
Komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia Yang memiliki pusat
syaraf informasi yang Dibutuhkan dalam melakukan negosiasi
penting.Fungsi Manajerial

C. fungsi manajemen yg paling penting menurut Handoko (2000:21) yg berasal dari


klasifikasi Paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henri Fayol
1. Planning
Planning atau perencanaan merupakan pemilihan Atau penetapan tujuan-
tujuan organisasi dan Penentuan strategi kebijaksanaan proyek program
Prosedur metode sistem anggaran dan standar yg Dibutuhkan utk mencapai
tujuan.
2. Organizing
Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:
a. Penentuan sumber daya-sumber daya dan Kegiatan-kegiatan yg
dibutuhkan utk mencapai Tujuan organisasi.
b. Perancangan dan pengembangan suatu Organisasi atau kelompok kerja
yg akan dapat Membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c. Penugasan tanggung jawab tertentu
d. Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada Individu-individu utk
melaksanakan tugasnya.
3. Staffing
Staffing atau penyusunan personalia adl penarikan (recruitment) latihan dan
pengembangan serta Penempatan dan pemberian orientasi pada Karyawan
dalam lingkungan kerja yg Menguntungkan dan produktif.
4. Leading
Leading atau fungsi pengarahan adl bagaimana Membuat atau mendapatkan
para karyawan Melakukan apa yg diinginkan dan harus mereka Lakukan.
5. Controlling
Controlling atau pengawasan adl penemuan dan Penerapan cara dan alat utk
menjamin bahwa Rencana telah dilaksanakan sesuai dgn yg telah Ditetapkan.
a. Perencanaan Kegiatan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
adalah koordinasi dan Integrasi sumber daya keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan Keperawatan dan
tujuan layanan keperawatan (Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha
sadar dan Pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan Dimasa yang akan datang oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,
1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
suatu keputusan dimasa yang Akan datang tentang apa, siapa, kapan,
dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk Mencapai
tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan Memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan
secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000)
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan
oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam
keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin Bahwa klien akan
menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan
kegiatan Keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan
mempermudah pelaksanaan suatu Kegiatan untuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di Ruang
rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana,
ketua tim dan kepala Ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses
manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010)
b. Pengorganisasian keperawatan di ruang rawat inap
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian
adalah langkah untuk Menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan Wewenang serta
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka
mencapai tujuan (Muninjaya, 2004). Huber (2000) menyatakan bahwa
pengorganisasian adalah memobilisasi sumber Daya manusia dan
material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
Mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Pengorganisasian dapat dilihat secara Statis dan dinamis. Secara statis
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai Tujuan,
sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan
kerja yang teratur dan Sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli
dan Bahtiar, 2009).
c. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa
pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, Sistematis,
rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang Dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada standar yang ditetapkan sebelumnya.
Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara
keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer
keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, Dan
meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi
(Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau
tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari Perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang
Harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif
untuk memenuhi kebutuhan. Manager harus merencanakan ketenagaan
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan Pasien. Upaya harus
dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat
ada Fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan
dan penjadwalan harus tertulis Dan dikomunikasikan kepada semua staf.
Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undangundang
ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang
ada harus diteliti Secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi
kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus Dilakukan agar dapat
menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis
dan Huston, 2010).
d. Pengarahan keperawatan di ruang rawat inap
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina Komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan Adalah fungsi
manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses,
dan.sumber yang Efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000).
Pengarahan yang efektif akan meningkatkan Dukungan perawat untuk
mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan
(Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan Dengan komunikasi dan kepemimpinan
(Huber, 2006).
e. Pengendalian keperawatan di ruang rawat inap
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi Selama perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian Adalah
pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang
secara efektif meqncapai Tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006).
Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan Standar yang
telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan
antara standar Dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi
pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya Lebih efisien dan
staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya,
2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam
menjalankan fungsi Pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur
2) Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3) Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

D. Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan


Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan
standar sebagai berikut :
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari
1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) ambulasi dibantu
4) pengobatan dengan injeksi
5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) klien dengan infus, dan klien dengan pleura fungsi.
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) makan dan minum melalui selang lambung
5) pengobatan intravena “perdrip”
6) dilakukan suction
7) gelisah/disorientasi
8) perawatan luka kompleks

E. Metode Perawatan Tim


Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
& kolaboratif (Douglas, 1992).
Tujuan Metode Tim :
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standard
3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu)
2. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3. Jika pembagian tugas tidak jelas , maka tanggung jawab dalam tim kabur

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

F. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibtuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien,
dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai
berikut :

Klasifikasi Klien
Jml Minimal Parsial Total
Klie pagi sore malam Pagi sore malam Pagi sore malam
n
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst

Metode Sistem Akuitas

1. Kelas I : 2 jam/hari
2. Kelas II : 3 jam/hari
3. Kelas III : 4-5 jam/hari
4. Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift Pagi : Sore : Malam = 35% : 35% : 30%

KASUS

Di rumah sakit kota Kendari pada ruangan Rawat UGD memiliki tenaga Perawat, dengan
menghitung jumlah Perawat yang dibutuhkan diisi pagi, siang, dan malam Karu ingin
menerapkan metode Asuhan keperawatan yang tepat untuk di ruangan tersebut Karu
dalam memimpin menggunakan kepemimpinan yang otoriter, Karu menjalankan fungsi
manajemen dalam mengelola ruangan UGD. Dengan jumlah tenaga keperawatan
sebanyak 15 orang dengan 3 orang Perawat nurse 12 orang D3 keperawatan dengan
kapasitas 15 TT BOR 80% dengan jumlah pasien lima orang jalur merah, enam orang
jalur kuning dan empat orang di jalur hijau. Fungsi manajemen yang dilakukan Karu
yaitu plening,organizing, staffing, actuating. Untuk fungsi Organizing dan Stratifikasi,
serta membagi Sif kerja Perawat berdasarkan perhitungan douglas Stop Nur sih dalam
menjalankan tugasnya sesuai Arahan dari Karu mengharapkan semua anggotanya
memiliki peran aktif dan kreatif dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Penyelesaian Kasus:

Dari kasus di atas metode sistem pelayanan asuhan keperawatan di ruang UGD
yaitu “case method nursing” (marquis dan hutson ) Dimana Ini Merupakan Model
Asuhan Keperawatan Profesioal dalam bentuk tim (MAKP-Tim) karena Perawat
ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Metode ini
biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, rawat jalan dan
unit gawat darurat (Nursalam, 2015). Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien


Diketahui :

Menurut Depkes RI berdasarkan pengelompokan unit kerja di rumah sakit Jumlah tenaga
di instalasi gawat darurat dengan dasar perhitungan yaitu:
1. Rata-rata jumlah pasien / hari
2. Jumlah jam perawat per hari
3. Jam efektif per hari
(depkes,2011)

rata−rata jumlah pasien/hari x jumlah jam perwat /hari


jam kerja efektif /hari

86
Di tambah loss day : × jumlah kebutuhan tenaga perawat
279

Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rasio) = Angka Penggunaan Tempat Tidur


Menurut DEPKES RI 2005, BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Indicator iinimemberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.nilai parameter bor yang ideal adalah antara 60 –
85% (Depkes, ri 2005)
jumlah hari perawatan di rumah sakit
BOR = ×100
jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode

Diketahui :
jumlah tenaga keperawatan sebanyak 15 orang dengan tiga orang Perawat 12 orang
D3 keperawatan dengan kapasitas 15 TT BOR 80% dengan jumlah pasien 5 orang jalur
merah, 6 orang jalur kuning dan 4 orang jalur hijau.

Tingkat Jumlah pasien Jumlah kebutuhan tenaga kerja


ketergantungan Pagi Siang Malam
Minimal 4 4 x 0.17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Parsial 6 6 x 0.27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 5 5 x 0.36 = 1,8 5 x 0,30 = 1.5 5 x 0,20 = 1
Jumlah 15 4,1 2.96 1,88

Total : 4 + 3 + 2 = 9 orang
Jadi total jumlah tenaga perawat yang di butuhkan per hari adalah 9 orang
86 ×9
Jumlah tenaga lepas dinas per hari : =2,77 = 3 orang
279
Jumlah struktural :
Kepala ruangan( KARU) = 1
Ketua tim =3
Staff perawat = 12 (pagi = 4. Siang = 4, malam = 4)
Jumlah = 16 orang

Total jumlah perawat = jumlah perawat + jumlah lepas + jumlah struktural


= 9 + 3 + 16
= 27 orang
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmawat, Windi. 2008. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Di Unit
Keperawatan. Manajemen Unit Bandung : Cendekia
Https://Www.Academia.Edu/12658964/Manajemen_Keperawatan
Hidayah,Nur.2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Tim
Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit.Makassar : Jurnal Kesehatan Vol
Vii No 2

Anda mungkin juga menyukai