Anda di halaman 1dari 29

REFERAT 2021

Arachnoid Cyst

Disusun Oleh:

Jesaya D. I. Saranga
N 111 20 029

Pembimbing Klinik
dr. Masyita, Sp.Rad., M.Kes

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


UPT. RSUD ANUTAPURA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Jesaya Djedija Imanuel Saranga


No. Stambuk : N 111 20 029
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Bagian : Radiologi
Judul Referat : Arachnoid cyst

Bagian Ilmu Radiologi


RSUD ANUTAPURA
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, 2021

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Dokter Muda

dr. Masyita, Sp.Rad., M.Kes Jesaya D. I. Saranga


BAB I
PENDAHULUAN

Kista arachnoid adalah malformasi kongenital jinak dari arachnoid.


Mereka dapat ditemukan di sepanjang kraniospinal axis, dengan predileksi pada
fossa temporal. Etiologi sebagian besar kista arachnoid tidak diketahui, tetapi
sangat mungkin sebagian besar terjadi selama perkembangan. Kista ini terjadi
sebagai lesi kecil atau besar berisi cairan. Bahkan kista arachnoid besar seringkali
tidak disengaja dan tidak berhubungan dengan gejala. Namun, banyak gejala telah
dikaitkan dengan efek massa yang disebabkan oleh kista arachnoid, dan kadang-
kadang kista arachnoid perlu diobati sekunder akibat distorsi anatomi dan gejala
neurologis yang ditimbulkannya.
Kista arachnoid dapat diklasifikasikan sebagai kista perkembangan primer
atau kista sekunder. Kista timbul dari pemecahan membran arachnoid di dalam
rahim, mengakibatkan perkembangan kumpulan anomali cairan serebrospinal
(CSF). Kista sekunder lebih sedikit umum, sering muncul setelah trauma,
pembedahan, infeksi, atau intracranial pendarahan. Kista arachnoid terdiri dari
1% dari semua lesi yang menempati ruang intrakranial. Prevalensi kasus kista
arachnoid pada orang dewasa adalah sekitar 1,4% dengan dominan perempuan,
sedangkan prevalensi pada anak-anak adalah 2,6%.
Tanda dan gejala kista arachnoid bervariasi sesuai dengan ukuran dan
lokasinya. Kista yang berukuran kecil biasanya bergejala sehingga membutuhkan
observasi dan tindak lanjut. Namun kista yang lebih besar dapat memiliki efek
massa pada struktur neurovaskular, yang menyebabkan gejala neurologis. Sakit
kepala adalah gejala yang paling umum, terhitung sebesar 66%. Gejala lainnya
termasuk pusing, mual, muntah, suasana hati yang memburuk, perubahan status
mental, ataksia, kejang, dan gangguan pendengaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kista arakhnoid merupakan kelainan yang bersifat jinak, terjadi sepanjang
serebrospinal axis (intra-arachnoidal space-occupying lesions) berhubungan
dengan membran araknoid dan tidak terhubung dengan sistem ventrikuler, kistik,
terbentuk akibat pemisahan lapisan araknoid kongenital. Kista araknoid sering
ditemukan secara kebetulan, baik dengan ultrasound kranial janin atau sebagai
temuan asimtomatik saat dilakukan di masa dewasa.1 Kista araknoid adalah
kelainan kistik kongenital yang paling umum pada otak.2 1% massa intrakranial
merupakan kista araknoid. Saat ini banyak kista araknoid ditemukan secara
kebetulan dalam beberapa dekade pertama kehidupan karena lebih sering
menggunakan ultrasounografi saat pemeriksaan antenatal.2 Sekarang ini semakin
banyaknya penggunaan ultrasonografi dan semakin bagus kualitas ultrasonografi,
semakin banyak juga janin dan antenatal yang terdiagnosis kista araknoid saat
masih ada dalam rahim, bahkan pada saat trimester pertama. 3 Al-Holou et al
meninjau hampir 12.000 pasien yang menjalani MRI otak untuk semua indikasi
dan kista araknoid ditemukan pada 309 pasien (2,6%). 4 Studi lain tentang MRI
otak pada 1000 sukarelawan sehat oleh Katzman dkk. menemukan kista araknoid
pada 0,3% populasi.5 Secara keseluruhan, literatur umumnya mengutip prevalensi
sekitar 1-1,5% pasien pada orang dewasa.6 dan banyak pada anak.4
Kista araknoid lebih sering terjadi pada pria dengan rasio 2: 14 dan lebih
sering terlihat di otak kiri daripada di kanan. 3 Namun, tidak diketahui penyebab
pasti untuk dominasi sisi kiri atau kecenderungan mereka untuk terjadi lebih
sering pada populasi laki-laki. Lokasi yang paling umum dari kista araknoid pada
populasi orang dewasa (50-60%) adalah fosa kranial tengah atau fisura Sylvain.
Kista Araknoid infratentorial biasanya ditemukan diantara sudut serebelopontin
atau retroserebellar area. Lokasi ini sering ditemukan pada populasi anak anak.
Bisa juga ditemukan di region suprasellar pada 10% kasus, dan juga jarang terjadi
pada daerah spinal.7 Pada kasus yang jarang terjadi, kista tersebut dapat
menimbulkan manifestasi klinis karena efek desak massa pada bagian otak yang
paling dekat, termasuk dapat menimbulkan obstruksi ventrikel dan dapat berlanjut
menjadi hidrosefalus.

2.2 Epidemiologi
Kista Araknoid ditemukan 4% dari populasi. Hanya 20% yang mengalami
gejala-gejala, biasanya dari hidrosefalus sekunder. Sebuah studi yang meneliti
2.536 laki-laki muda yang sehat menemukan prevalensi sebesar 1,7% (95% CI
1,2-2,3%). Hanya sebagian kecil dari kelainan terdeteksi membutuhkan perhatian
medis yang mendesak.
Bayi yang paling rentan terhadap kista arakhnoid, meskipun pembentukan
kista dapat terjadi pada masa remaja. Kista arakhnoid pada orang dewasa lebih
jarang terjadi. kista Araknoid terjadi terutama pada laki-laki. Rasio laki-laki
berpengaruh terhadap perempuan adalah 4:1. Tingkat sebenarnya dari kejadian
kista arakhnoid tidak diketahui, karena banyak orang dengan gangguan tersebut
tidak mengalami gejala dan kista tetap tidak terdiagnosis.

2.3 Anatomi
Meningen Otak terdiri dari tiga lapisan yakni13 :
a. Dura Mater
Dura mater terdiri atas dua lapisan jaringan penyambung fibrosa yang kuat.
Lapisan luar dura mater kranial adalah periostreum dalam tengkorak. Lapisan
dalam adalah lapisan meningeal yang sesungguhnya; membentuk batas luar ruang
subdural yang sangat sempit. Kedua lapisan dural ini terpisah satu sama lain di
sinus-sinus dural. Diantara sinus sagitalis superior dan sinus sagitalis inferior,
lipatang ganda lapisan dural yang dalam membentuk falks serebri, yang terletak di
bidang midsagital diantara kedua hemisfer serebri; falks serebri bergabung dengan
tentorium, yang memisahkan serebelum dari serebrum. Struktur lain yang
dibentuk oleh lipatan ganda dura mater bagian dalam adalah falks serebeli yang
memisahkan kedua hemisfer serebeli, diaphragma sellae dan dinding rongga
Meckel, yang mengandung ganglion gasserian (trigeminal)13.
Arteri-arteri dural telatif berdiameter besar karena pembuluh darah tersebut
menyuplai tulang tengkorak serta dura meter. Pembuluh darah dural yang terbesar
adalah arteri meningea media, yang cabang-cabangnya tersebar diseluruh
ermukaan cembung tengkorak bagian lateral. Arteri ini adalah cabang dari arteri
maksilaris, yang berasal dari arteri karotis eksterna; arteri ini memasuki rongga
tengkorak melalui foramen spinosum. Arteri meningea anterior relative kecil dan
memperdarahi bagian tengah dura mater frontalis dsn bsgisn snterior falks serebri.
Arteri ini masukke dalam rongga tengkorak melalui bagian anterior lamina
kribriformis. Arteri ini adalah cabang arteri ermoidalis anterior, yang merupakan
cabang arteri oftalmika; dengan demikian arteri tersenut membawa darah dari
arteri karotis interna. Arteri meningea posterior memasuki rongga tengkorak
melalui foramen jugularis untuk memperdarahi dura mater fosa kranial posterior13.
Arteri meningea media membuat hubungan anastomosis di orbita dengan arteri
lakrimalis, cabang arteri oftalmika. Arteri oftalmika dipercabangkan dari arteri
karotis interna dekat aperture interna kanalis optik. Dengan demikian, pada
beberapa kasus arteri sentralis retina mendapat suplai darah melalui arteri
meningeal media, bahkan jika arteri oftalmika bagian proksimal mengalami
oklusi13. Dura mater spinalis. Kedua lapisan durs mater melekat erat satu dengan
lainnya di dalam rongga cranium, tetapi terpisah satu sama lain di lingkaran
terluar foramen magnum. Lapisan luar dural berlanjut sebagai perioteum kanalis
spinalis, sedangkan dalam membentuk sakus duralis yang menutup medulla
spinalis. Rongga diantara kedua lapisan ini disebut ruang epidural atau
ekstradural, meskipun rongga tersebut, sesungguhnya berada dialam dura mater.
Ruang ini berisi jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus venosus internal. Kedua
lapisan dura mater spinalis bergabung di tempat keluarnya radiks nervus spinal
dari kanalis spinalis melalui foramen intervertebralis. Ujung bawah sakus dural
mengelilingi kauda equine dan berakhir pada level S2. Kelanjutan dibawah level
ini adalah filum dura mater, yang melekat ke periosteum sakralis melalui
ligamentum koksigeus fibrosus13. Dura mater orbitalis. Pembagian yang sama
pada kedua lapisan dura mater ditemukan di orbita, tempat dura mater mencapai
orbita, dari rongga cranium melalui ekstensi di sepanjang kanalis optic. Lapisan
luar dura adalah pembatas periosteum tulang orbita. Lapisan dalam dura
mengelilingi nervus optikus, bersama dengan pia mater dan araknoidnya, serta
ruang subraknoid perioptik diantaranya. Rongga ini berhubungan dengan ruang
subaraknoid rongga cranium. Lapisan dalam dur berhubungan dengan sclera
ketika nervus optikus memasuki bola mata 13. Papiledema. Selubung dura nervus
ptkus dapat teregang jika peningkatan tekanan intracranial ditransmisikan ke
ruang subaraknoid perioptik. Peregangan selubung dura retrobulbar merupakan
faktor utama terjadinya papilledema. Penyebab papilledema lainnya adalah
pendarahan subaraknoid intrakranial akut (akibat rupture aneurisma atau
malformasi vascular) dengan darah yang masuk ke dalam ruang subarachnoid
13
perioptik) . Persarafan. Dura mater diatas tentorium dipersarafi oleh cabang-
cabang nervus trigeminus, bagian infratentorialnya oleh cabang segmen servikal
nervus spinal dan nervus vagus. Sebagian saraf dural bermielin, sedangkan
sebagian lagi tidak bermielin. Ujungnya terlihat berespons terhadap regangan
karena stimulasi mekanik dura dapat dirasakan di bawa kesadaran, dan sering
menimbulkan nyeri.
Serabut aferen yang menyertai arteri meningea sangat sensitive terhadap nyeri.13
b. Arachnoid
Araknoid otak dan medulla spinalis merupakan membrane avascular yang
tipis dan rapuh, yang berhubungan erat dengan permukaan dalam dura mater.
Ruang antara araknoid dan pia mater (ruang subaraknoid) berisi cairan
serebrospinal. Araknoid dan pia mater berhubungan satu sama lain melewati
rongga ini melalui benang-benang tipis jaringan ikat. Pia mater melekat dengan
permukaan otak beserta semua lipatan- lipataya; sehingga ruang subaraknoid
menjadi lebih luas pada area lainnya. Pembesaran ruang subaraknoid disebut
sisterna. Ruang subaraknoid kranial dan spinal berhubungan langsung satu sama
lain melalui foramen magnum. Sebagian besar cabang arteri yang memperdarahi
otak, dan sebagian besar saraf kranial, berjalan di ruang subaraknoid. Sisterna
subaraknoid kepala memiliki nama-nama sendiri, misalnya sisterna
serebelomedularis, yang disebut juga sisterna magna.13
c. Pia Mater
Pia Mater terdiri atas lapisan tipis sel-sel mesodermal yang menyerupai
endotelium. Berbeda dari araknoid, struktur ini tidak hanya meliputi seluruh
permukaan eksternal otak dan medulla spinalis yang terlihat, tetapi juga
permukaan yang tidak terlihat di sulkus yang dalam. Pia mater melekat pada
sistem saraf pusat dibawahnya melalui membrane ectodermal yang terdiri atas
astrosit marginal (membrane pial-glial). Pembuluh darah yang masuk atau keluar
otak dan medulla spinalis melalui ruang subarakniod ang dikelilingi oleh selubung
seperti terowongan pia mater. Ruang diantara pembuluh darah dan pia mater
disekitarnya disebut ruang Virchow-Robin. Saraf sensorik pia mater, tidak seperti
pada dura mater, tidak berespons terhadap stimulus mekanis atau termal, tetapi
saraf ini diduga berespons terhadap regangan vascular dan perubahan pada tonus
dinding pembuluh darah13.

Gambar 2.1 Struktur Meningeal13

Cairan Serebrospinal dan Sistem Ventrikular Struktur Sistem Ventikular


Sistem ventikular terdiri atas dua vertikal lateral (masing-masing memiliki kornu
frontalis, bagian tengah = cella media, kornu posterior, dan kornu inferior);
Ventrikel ketiga yang sempit, terletak diantara kedua bagian diensafalon: dan
ventrikel keempat, yang membentang dari pons ke level medulla. Ventrikel lateral
berhubungan dengan ventrikel ketiga melalui foramen interventrikularis (Monro);
ventrikel ketiga berhubungan dengan ventrikel ke empat melalui akuaduktus
serebri. Ventrikel keempat berhubungan dengan ruang subaraknoid melalui tiga
jalur: Sebuah aperture median (foramen Magendie) dan sepasang aperture lateral (
foramen Luschka).

Gambar 2.2 Sistem Ventrikel13

2.4. Etiologi
Penyebab pastinya belum diketahui tetapi para peneliti menyatakan bahwa kista
araknoid dapat disebabkan oleh :
1. kelainan kongenital
2. herediter
3. trauma kepala
4. marfan syndrome
5. araknoiditis

2.5. Patofisiologi
Kista araknoid kongenital primer berkembang karena pemisahan araknoid
di bagian margin kista.8 Secara embriologis, meningen berasal dari mesoderm, dan
melewati perkembangan embrional. penyebab perkembangan kista araknoid
adalah hasil dari jaringan mesoektodermal menjadi terpisah selama melipat dari
tabung saraf yang terjadi sekitar hari ke 20.9 Lapisan kista araknoid terbagi
menjadi beberapa lapisan yang sama morfologinya dengan granulasi araknoid. 8
Namun, bagian dalam membran dari kista araknoid ditemukan perbedaan struktur
yang sangat kecil, perbedaan pada membran araknoid normal dimana dindingnya
ditemukan terbelah di pinggiran kista. Ada juga varian kista yang terdapat sel di
dalam dinding kista tidak seperti araknoid normal, misalnya terdapat lapisan
kolagen yang lebih tebal dan sel hiperplastik. 8 Kadang kista araknoid terjadi
bersamaan dengan anomali kongenital lainnya, khususnya yang melibatkan corpus
callosum dan ada kemungkinan hubungan antara kista araknoid, agenesis timbal
balik dan malformasi Chiari atau dengan kelainan genetik seperti
neurofibromatosis tipe 1.10 Hubungan dengan anomali congenital lainnya
mendukung teori bahwa kista araknoid memang fenomena kongenital. Kista
arakhnoid sekunder diperkirakan berkembang setelah cedera kepala, meningitis
atau intrakranial pendarahan.9 Kista araknoid paling sering asimtomatik dengan
ukuran yang stabil atau kadang-kadang mengalami penyusutan dan hilang
seluruhnya.10 Kista tersebut dapat membesar, namun dengan meningkatnya ukuran
kista dapat menyebabkan efek desak massa di sekitarnya dan remodelling dari
calvarium.10 Beberapa Ada teori mengapa kista terkadang berkembang, beberapa
penelitian menghipotesiskan bahwa mekanisme katup satu arah dari sub araknoid
cerebrospinal fluid (CSF) yang menyebabkan kista mengalami pembesaran
bertahap.11 Teori lain mengusulkan adanya gradien osmotik antara kista dan CSF
yang menarik CSF di ke dalam kista yang menyebabkannya berkembang. Sifat
osmotik cairan kista araknoid tampaknya sebagian besar serupa dengan CSF,
terutama di kista kongenital primer. Teori ini mungkin lebih berat pada kista
sekunder, dimana produk darah atau inflamasi meningkatkan sifat osmotik
cairan.12

2.6. Klasifikasi
Klasifikasi kista arachoid berdasarkan lokasinya dibagi menjadi :
- Sylvian fissue/middle fossa 49%
- Cerebellopontine angle 11%
- Quadrigeminal cistern 10%
- Vermian 9%
- Sellar/suprasellar 9%
- Interhemispheric 9%
- Spine - most commonly in Thoracic region Typically dorsal
• Extra- or intra-dural
Menurut sistem klasifikasi Galassi, kista araknoid yang berada pada fossa
media dibagi menjadi :
- Tipe I
Kista kecil, spindle shaped, terbatas pada fossa cranial media. Biasanya dengan
berhubungan secara bebas dengan spatium subaraknoid
- Tipe II
Meluas ke superior sepanjang fissura silvii (melibatkan segmen anterior dan
intermediat dari fissura silvii) dengan temporal lobe displacemet.
Berhubungan secara parsial dengan spatium subaraknoid.
- Tipe III
Kista besar yang mengisi seluruh fossa cranial media dengan pergeseran lobus
temporal dan juga lobus frotal serta lobus parietal. Hubungan dengan spatium
subaracnoid minimal.

Gambar 2.3 Kista araknoid klasifikasi Galassi


Gambar kista araknoid tipe I

Gambar kista araknoid tipe II

Gambar kista araknoid tipe III


2.7. Gejala klinis pada kista araknoid
1. pada kista yg masih berukuran kecil tidak ada gejala
2. kepala membesar
3. sakit kepala
4. seizures ( kejang mendadak)
5. hidrocephalus
6. meningkatnya tekanan intracranial
7. hemiparesis
8. ataxia
9. Nausea
10. gangguan pendengaran
11. gangguan penglihatan
12. vomiting
13. vertigo
14. gangguan keseimbangan tubuh
15. sulit berjalan

(A) Panah menunjukkan kista araknoid pada batang otak, cerebellum dan
ventrikel keempat. (B) Post-operasi, desakan kista pada batang otak, cerebellum
dan ventrikel keempat berkurang.
Gambaran MRI potongan sagital kepala , diatas menunjukkan kista araknoid
(ditunjukkan panah)

2.8. Diagnosa kista Araknoid


Gejala tergantung pada ukuran dan lokasi kista, kista yang sangat kecil mungkin
tidak menimbulkan gejala sama sekali. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan
berbagai gejala neurologis, termasuk:
• sakit kepala
• mual dan muntah
• kejang
• gangguan mendengar dan visual
• hydrocephalus (pembesaran kepala akibat akumulasi cairan cerebrospinal).
2.9. Diagnosa Banding
• CSF diperbesar ruang: mis magna cisterna mega
• kista epidermoid
• subdural hygroma / perdarahan subdural kronis
• tumor kistik: sering akan memiliki komponen padat / meningkatkan dan
intra-aksial
• non-neoplastik kista
o kista neurenteric
o kista neuroglial
o kista porencephalic

Gambar Kista Epidermoid Gambar Mega sisterna magna

Gambar Kista neuroglia


2.10. Penatalaksanaan
Beberapa dokter lebih memilih untuk mengobati simptomatik kista
arakhnoid, sementara yang lain mendukung pengobatan pencegahan untuk kista
tanpa gejala untuk mencegah kemungkinan kerusakan masa depan. Beberapa
dokter memfokuskan pada pengurangan terjadinya gejala, sementara yang lain
merekomendasikan untuk operasi.
Tujuan dari pembedahan adalah untuk mengkosongkan kista dan
mencegah pengisian kembali dari kista. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan
membran luar kista atau dengan membuat lubang kecil di kista (fenestrating
kapsul) untuk membuat komunikasi yang luas dengan ruang subaraknoid normal
di sekitarnya.
Kista arakhnoid tertentu di dasar tengkorak, seperti kista Sellar dan
suprasellar, dapat dicapai langsung melalui Endoskopi endonasal Approach
(EEA). Ini merupakan prosedur operasi invasif minimal menggunakan hidung
sebagai koridor alami untuk mencapai lesi ini. Tidak ada sayatan pada kulit wajah
atau kepala.
Sebuah kista arakhnoid kadang-kadang tidak menyebabkan gejala. Dokter
mungkin hanya memonitor kista untuk memastikan tidak berubah ukuran. Jika
kista menyebabkan masalah seperti sakit kepala, mual, muntah, perubahan
aktivitas atau masalah dengan visi dan keseimbangan, mungkin perlu sebuah
prosedur untuk menghilangkan kista.

a.) Pengobatan Kista Araknoid Pilihan

Karena sifat kista arakhnoid, dokter tidak bisa secara sederhana


memotong mereka keluar. Tergantung pada kebutuhan, ahli bedah
saraf akan merekomendasikan satu dari dua jenis prosedur untuk
menghilangkan kista arakhnoid.
b.) Membuka kista (fenestration)

Ahli bedah saraf membuat luka kecil (insisi) di dekat lokasi kista
arakhnoid. Kemudian ahli bedah saraf yang menempatkan endoskop
fleksibel melalui insisi. Endoskopi ini memiliki lampu kecil dan kamera
yang memungkinkan ahli bedah saraf untuk melihat kista arakhnoid. ahli
bedah saraf juga dapat menggunakan endoskop untuk membuat lubang di
kista dan membukanya. Setelah kista arakhnoid telah dibuka, cairan di
dalamnya mengalir ke area lain dari otak yang berisi cairan cerebrospinal.
Tubuh anak Anda menyerap kembali cairan dari kista.
c.) Memasukkan shunt ke dalam kista

Shunt adalah suatu tabung kecil (kateter) yang mengalirkan cairan


cerebrospinal dari satu tempat di dalam tubuh yang lain. Selama prosedur
ini, ahli bedah saraf anak Anda membuat luka kecil di dekat lokasi kista
arakhnoid. Kemudian, ahli bedah saraf menempatkan shunt dalam kista
arakhnoid. Shunt mengalirkan cairan dalam kista ke bagian lain dari tubuh
anak Anda, seperti perut (abdomen). Setelah cairan di perut, tubuh anak
Anda menyerap kembali itu.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pribadi

Seorang laki – laki (ST), 36 tahun, suku Karo , agama Kristen

Protestan, alamat Dusun V Kedataran Desa Padang Luas, Kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, No MR 00.68.84.21,

datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 6 Oktober 2016.

3.2 Riwayat Perjalanan Penyakit

Keluhan utama : Tidak bisa melihat

Telaah : Hal ini dialami OS sejak ± 6 tahun sebelum masuk

RSUP Haji Adam Malik Medan. Keluhan ini dirasakan secara perlahan-

perlahan, semakin lama pandangan semakin kabur. Nyeri kepala juga

dirasakan OS, sejak ± 4 tahun lalu. Berdenyut pada seluruh lapangan

kepala yang bersifat hilang timbul. Seiring dengan berjalannya waktu, nyeri

kepala yang dirasakan OS semakin bertambah berat, terus – menerus,

durasinya semakin lama, timbul hampir setiap hari, dan tidak berkurang

dengan obat penghilang rasa sakit. Riwayat kejang (+), Riwayat kejang

dialami pasien sejak 5 tahun ini, kejang dialami pasien frekuensi 1

kali/minggu, durasi 5 menit, setelah kejang pasien sadar. Riwayat muntah

menyembur dialami pasien sejak 1 bulan, frekuensi 2-3x/hari, muntah

terutama pada pagi hari, trauma kepala (-), dan demam (-). Riwayat
kelemahan anggota tubuh (-), Gangguan penghidu (-), Riwayat demam dan

batuk lama (-)

Riwayat kelemahan anggota gerak (-).


Riwayat Penyakit Terdahulu : tidak ada

Riwayat Pemakaian obat : Paracetamol

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum Sensorium : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88x/mnt

Pernafasan : 20x/mnt

Temperatur : 37,1 ºC

Kepala : Normosefalik

Thoraks : Simetris fusiform

Jantung : Bunyi jantung normal, desah (-)

Paru-paru : Pernafasan vesikuler, ronkhi

(-)

Abdomen : Soepel, peristaltik normal

Kolumna Vertebralis : Dalam batas normal

Leher/Aksila/Inguinal : Dalam batas normal

3.4 Pemeriksaan Neurologis

Sensorium : Compos Mentis

Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Kernig sign (-), Brudzinski I/II (-)

Tanda peninggian TIK : Nyeri kepala (+), muntah menyembur (-), kejang (-)

Nervus kranialis :

N. I : Normosmia

N. II, III : Pupil isokor, θ kanan = kiri ± 3 mm, RC (-/-)


Funduskopi :
Optic Disc Kanan Kiri
Warna Pucat Pucat
Batas Tegas Tegas
Ekskavasio Cekung Cekung
Arteri/Vena 2/3 2/3
Kesan  papil atrofi ODS

Visus ODS : 1/~

N. III, IV, VI : Pergerakkan bola mata ke segala arah (+)

N. V : Buka tutup mulut (+) normal.

N. VII : Sudut mulut dan sulkus nasolabialis simetris

N. VIII : Pendengaran (+)

N. IX, X : Uvula dan arcus faring di medial

N. XI : Angkat bahu (+) normal

N. XII : Lidah dijulurkan medial, tremor/fasikulasi/atropi (-)

Sistem motorik :

trofi : eutropi

Tonus : normotonus

Kekuatan motorik :

ESD 55555 ESS 55555

EID 55555 EIS 55555

Refleks Fisiologis : Kanan Kiri

Biseps/Triceps (++/++) (++/++)

KPR/APR (++/++) (++/++)

Refleks Patologis : (-) (-)

Sistem sensibilitas : Dalam batas normal

Vegetatif : Dalam batas normal


Gejala serebellar : Tidak

dijumpai Gejala Ekstrapiramidalis :

Tidak dijumpai

Fungsi Luhur : Ingatan lama : baik, intelegensia: baik, MMSE : Sdn

3.5 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium tgl 6 Oktober 2016:

Hb : 10,9 g% Natrium : 141 mEq/L


Leukosit : 6.200 mm3 Kalium : 4,1 mEq/L
Ht : 33,0 % Klorida : 109 mEq/dL
Trombosit : 216.000/mm3 Ureum : 24 mg/dL
Eritrosit : 3.710.000/mm3 Kreatinin : 0,90 mg/dL
Glukosa ad random : 87 mg/dl

Hasil roentgen Thoraks PA pada tgl 7 Oktober 2016 :

Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo

Hasil MSCT Scan Kepala dengan Kontras Intravena pada tgl 6 Oktober 2016 :

• Infratentorial, pons, cerebelum dan Ventrikel IV tampak normal.

• Supratentorial tampak lesi Hypodens berdidnding tipis berbentuk Oval di daerah

sella dan

• Lesi tersebut tampak menekan Ventrikel 3

• Ventrikel 4 dan lateral kanan/kiri tampak melebar

Kesimpulan Radiologis: Massa Kistik di daerah Sella dan parasella

Hasil MSCT Scan Kepala dengan Kontras Intravena pada tgl 19 Oktober 2016 :

• Infratentorial, pons, cerebelum dan Ventrikel IV tampak normal.

• Supratentorial tampak lesi Hypodens berdidnding tipis berbentuk Oval di daerah

sella dan parasella yang pada post kontras tidak memberikan enhancement.

Tidak tampak kalisifikasi


• Lesi tersebut tampak menekan Ventrikel 3
• Ventrikel 4 dan lateral kanan/kiri tampak melebar

Kesimpulan Radiologis: Massa Kistik di daerah Sella dan parasella, DD/ Kista Pituitary ,

Kista Arachnoid, Craniopharingioma

Hasil Pemeriksaan MRI Brain + IV Kontras pada tanggal 26 Oktober 2016

• Ventrikel Lateralis kanan/kiri dan III melebar, Ventrikel IV Normal


• Tidak tampak midline Shift
• Supratentorial periventrikuler white matter tampak hiperintens pada T2
• Thalamus dan basal ganglia baik
• Hipofise dan konfigurasi sella tursica kesan normal
• Tampak lesi lobulated dengan signal sama dengan cairan CSF di suprasellar dan

menekan chiasma opticus. Tidak tampak enhancement setelah pemberian kontras

Intravenous
• Parasellar dan arteri carotis interna kanan /kiri tampak patent
• Infratentorial tampak lesi pada batang otak dan cerebelum
• Tidak tampak formasi tumor pada kedua CPA
• Mastoid air cell dan orbita kanan / kiri baik
• Sinus paranasal dan nasopharinx baik

3.6 Diagnosis

Diagnosis fungsional : Lesi N. II ODS + Secondary Headache

Diagnosis Anatomis : Suprasellar Region

Diagnosis Etiologis : SOL Intrakranial

Diagnosis banding : 1. Arachnoid Cyst

2. Rathke Cleft Cyst

3. Craniopharingioma

Diagnosis Kerja : SOL Intrakranial o/t Suprasellar Region ec. Arachnoid Cyst

3.7 Penatalaksanaan
▪ IVFD RSol 20 gtt/i

▪ Inj. Ketorolac 30mg/ 8jam

▪ Inj. Ranitidine 50mg/12 jam

▪ Inj. Phenytoin 100 mg/8 jam

▪ Inj. Dexametasone 4 amp  selanjutnya 2 amp/ 6jam (tappering off)

Operasi Craniotomy Tumor Removal pada tanggal 3 November 2016

• Insisi: pterional dekstra

• DO:

- tampak massa putih keabuan, kistik, cairan jernih kesan menyerupai CSF.

• TO:

- Dalam GA-ETT, supine, dilakukan aseptik dan antiseptik , drapping procedure.

- insisi sesuai design insisi, lapis demi lapis, kontrol perdarahan

- preservasi STA, preservasi N VII

- dilakukan 4 buah burr hole  kraniotomi

- dilakukan gantung dura di beberapat, kontrol perdarahan

- durotomi C-shaped

- diseksi arachnoid sylvian fissure, frontal dan temporal

- identifikasi chiasma opticum dan massa tumor  tampak sesuai DO

- aspirasi cairan tumor dan evakuasi kapsul

- kontrol perdarahan, duraplasty secara watertight

- flap tulang dikembalikan dan difiksasi

- luka operasi dijahit lapis demi lapis

- operasi selesai
Pemeriksaan Patologi Anatomi / histopatologi jaringan tumor (Hasil keluar tgl 09

September 2016) :

Makroskopik : Diterima jaringan tumor volume +/- 2cm, konsistensi kenyal, abu-abu

Mikroskopik : Pada sediaan tampak struktur dengan dinding kista terdiri dari epitel torak,

sedikit berkelok. Stroma terdiri dari jaringan fibromyxoid dan tidak dijumpai tanda-tanda

keganasan.

Kesimpulan : Benign Cyst; Kesan : Arachnoid Cyst

3.8 Kesimpulan

Telah diperiksa seorang laki-laki usia 36 tahun datang dengan keluhan utama tidak

bisa melihat, hal ini dialami OS sejak ± 6 tahun sebelum masuk RSUP Haji Adam Malik

Medan. Keluhan ini dirasakan secara perlahan-perlahan, semakin lama pandangan semakin

kabur. Nyeri kepala juga dirasakan OS, sejak ± 4 tahun lalu. Berdenyut pada seluruh

lapangan kepala yang bersifat hilang timbul. Seiring dengan berjalannya waktu, nyeri

kepala yang dirasakan OS semakin bertambah berat, terus – menerus, durasinya semakin

lama, timbul hampir setiap hari, dan tidak berkurang dengan obat penghilang rasa sakit.

Riwayat kejang (+), Riwayat kejang dialami pasien sejak 5 tahun ini, kejang dialami pasien

frekuensi 1 kali/minggu, durasi 5 menit, setelah kejang pasien sadar. Riwayat muntah

menyembur dialami pasien sejak 1 bulan, frekuensi 2-3x/hari, muntah terutama pada pagi

hari, trauma kepala (-), dan demam (-). Riwayat kelemahan anggota tubuh (-), Gangguan

penghidu (-), Riwayat demam dan batuk lama (-)Riwayat kelemahan anggota gerak (-).

Dari pemeriksaan neurologis ditemukan sensorium compos mentis dan peningkatan

tekanan intrakranial (+), pemeriksaan saraf kranialis dijumpai visual disorders ODS

dengan visus ODS = 1/300 dan funduskopi = papil atrofi ODS. Pemeriksaan foto thoraks

PA tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo. Massa Kistik di daerah Sella dan parasella,

DD/ Kista Pituitary, Kista Arachnoid, Craniopharingioma. Pasien menjalani operasi


Craniotomy Tumor Removal dan pemeriksaan histopatologi jaringan tumor.

Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan tumor adalah Arachnoid Cyst.

3.9 Diagnosis akhir : Arachnoid Cyst

3.10 Prognosis
- Qua ad vitam : Dubia ad bonam
- Qua ad sanationem : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Helland, C. A., & Wester, K. (2006). A population-based study of intracranial
arachnoid cysts: clinical and neuroimaging outcomes following surgical cyst
decompression in children. Journal of Neurosurgery: Pediatrics, 105(5), 385-390.
2. Al-Holou WN, O'Lynnger TM, Pandey AS, Gemmete JJ, Thompson BG, Muraszko
KM, Garton HJ, Maher CO. Natural history and imaging prevalence of cavernous
malformations in children and young adults. J Neurosurg Pediatr. 2012
Feb;9(2):198-205.
3. Fatima, Mustansir; Sanaullah, Bashir; Aneela, Darbar. Management of Arachnoid
Cysts: A Comprehensive Review. Cureus, 2018.
4. Wojcik G: Intracranial arachnoid cysts in the clinical and radiological aspect . Wiad
Lek. 2016, 69:555-559
5. TAN, Zhen, et al. Children with intracranial arachnoid cysts: classification and
treatment. Medicine, 2015, 94.44.
6. Al-Holou WN, Terman S, Kilburg C, Garton HJL, Muraszko KM, Maher CO.
Prevalence and natural history of arachnoid cysts in adults. J Neurosurg
2013;118:222-31
7. Cress M, Kestle JRW, Holubkov R, Riva-Cambrin J. Risk factors for pediatric
arachnoid cyst rupture/hemorrhage. Neurosurgery 2013;72:716-22.
8. Santamarta D, Aguas J, Ferrer E. 1995. The natural history of arachnoid cysts:
endoscopic and cine-mode MRI evidence of a slit-valve mechanism. Minim Invasive
Neurosurg 38(4): 133-137. doi: 10.1055/s2008-1053473
9. Weber F, Knopf H. 2004. Cranial MRI as a screening tool: findings in 1,772 military
pilot applicants. Aviat Space Environ Med 75(2): 158- 161.
10. Campistol Plana J, Costa Clara JM, Fernandez-Alvarez E. 1983. Intracranial
arachnoid cysts in children. Review of 34 cases. An Esp Pediatr 19(6): 459- 470.
11. Cagnoni G, Fonda C, Pancani S, Pampaloni A, Mugnaini L. 1996. Intracranial
arachnoid cyst in pediatric age. Pediatr Med Chir 18(1): 85-90.

Anda mungkin juga menyukai