KIMIA FISIKA
ACARA VII
SOL LIOFIL
DISUSUN OLEH :
NAMA : ROSNADI
NIM : 190109002
MATARAM
2021
ACARA VII
SOL LIOFIL
I. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Praktikum : Untuk mempelajari sifat sol liofil dan
.................................................menentukan titik isoelektrik melalui
.................................................pengamatan viskositas.
B. Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 14 Oktober 2021
C. Tempat Praktikum : Laboratorium Tadris Kimia UIN Mataram
II. LANDASAN TEORI
Sistem koloid merupakan suatu sistem dispersi. Sistem ini
merupakan campuran dari Zat Yang tidak dapat bercampur. Sistem ini
terdiri dari dua fase yaitu, fase terdispersi dan medium pendispersi. Sistem
dispersi dengan medium pendispersi suatu cairan disebut sol. Sistem koloid
dapat merupakan koloid reversibel dan irreversibel. Susu bubuk yang
diperoleh dari penguapan susu setelah menghilangkan krim, dapat diubah
kembali menjadi susu setelah dicampur dengan air. Sistem semacam ini
disebut koloid reversibel. Plasma darah kering termasuk koloid reversibel.
Karet yang didispersikan dalam benzena adalah sol reversibel hidrosol
anorganik seperti sol belerang dan emas adalah koloid irreversibel.
Berdasarkan sifat ini sistem koloid dapat digolongkan dalam dua kelompok
yaitu, koloid liofil dan koloid liofob. Sol liofil misalnya sabun, kanji, lem,
tidak mudah mengalami koagulasi jika diberi elektrolit sehingga koloid ini
lebih stabil. Jika air merupakan medium pendispersi, maka sol ini disebut
sol hidrofil. Sol semacam ini jika mengalami koagulasi dapat diubah
kembali menjadi sol. Oleh karena itu, termasuk koloid reversibel. Liofil
artinya senang pada cairan, sedangkan liofob artinya takut pada cairan.
Contoh soal liofob adalah sol emas, besi (III) hidroksida, arsen (III) sulfida.
(Heny Ekawati Haryono, 2019:78-79)
Berdasarkan afinitas atau gaya tarik-menarik atau daya adsorpsi antara
fase terdispersi terhadap medium pendispersinya, koloid dibedakan menjadi
2 yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil merupakan koloid yang
fase terdispersinya. Sedangkan sol liofob merupakan koloid yang fase
terdispersinya mempunyai afinitas kecil atau menolak medium
pendispersinya. Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan
unsur-unsur pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan.
Hanya saja campuran tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler,
melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena
bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase
dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap,
disebut zat pendispersi. Sedangkan itu, zat yang fasenya berubah merupakan
zat terdispensi. Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas
tiga bagian yaitu, koloid sol, emulsi, dan buih. (Nuri Putri Tissos,
Zulhendri, 2014:71)
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan
atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir
cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Jadi, viskositas tidak lain
menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Makromolekul akan
memperoleh muatan jika didespersikan dalam air. Ciri-ciri penting dari
protein dan makromolekul alam lainnya adalah muatan keseluruhannya
bergantung pada medium, misalnya dalam lingkungan asam, proton
menempel pada gugus fasa dan muatan neto makro molekul itu positif. Titik
isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul
bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh
reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka
sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses
ionosasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik,
maka muatan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya, jika pH
berada diatas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi
netral atau bahkan menjadi negatif. (Diah Setiawati dan Yohanes
radiyono. 2017. Hal : 1-2)
III. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
A. Alat-alat Praktikum
1. Gelas kimia
2. Labu takar
3. Piknometer
4. Viskosimeter ostwald
5. Klem viskosimeter
6. Batang pengaduk
7. Pipet tetes
8. Hotplate
9. Gelas ukur
10. Corong
11. Statif
12. Neraca analitik
13. Stopwatch
B. Bahan-bahan Praktikum
1. Gelatin atau protein
2. Na2HPO4 0,2 M
3. Asam sitrat 0,1 M
4. Aquades
5. Kertas label
6. Tissu
IV. PROSEDUR KERJA
1. Dibuat larutan-larutan dengan pH berturut-turut : 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0;
7,0 masing-masing sebanyak 50 mL. Untuk memperoleh larutan-larutan
tersebut dipergunakan komposisi larutan sesuai denngan tabel di bawah
ini :
b. pH 3.0
c. pH 4.0
- Larutan berwarna bening
- Larutan tidak berbau
d. pH 5.0
e. pH 6.0
- Larutan berwarna bening
- Larutan tidak berbau
f. pH 7.0
4. Dipanaskan masing-masing
larutan yang berisi gelatin - Gelatim larut dengan
sempurna
- Larutan berwarna keruh
- Larutan agak sedikit
mengental
- Eksoterm
- 29,15 gram
b. w piknometer + air
c. w piknometer + larutan pH 2
d. w piknometer + larutan pH 3
e. w piknometer + larutan pH 4
f. w piknometer + larutan pH 5
g. w piknometer + larutan pH 6
h. w piknometer + larutan pH 7
0,44+ 0,41+0,32
T rata−rata=
3
1,17
¿
3
¿ 0,39 s
c. pH 6 - T1 = 0,38 s
- T2 = 0,33 s
- T3 = 0,31 s
-
0,38+0,33+ 0,31
T rata−rata=
3
1
¿
3
¿ 0,34 s
d. pH 5 - T1 = 0,37 s
- T2 = 0,28 s
- T3 = 0,22 s
-
0,37+ 0,28+0,22
T rata−rata=
3
0,87
¿
3
¿ 0,89 s
e. pH 4 - T1 = 0,35 s
- T2 = 0,34 s
- T3 = 0,31 s
-
0,35+0,34 +0,31
T rata−rata=
3
1
¿
3
¿ 0,33 s
f. pH 3 - T1 = 0,27 s
- T2 = 0,17 s
- T3 = 0,16 s
-
0,27+ 0,17+0,16
T rata−rata=
3
0,6
¿
3
¿ 0,2 s
g. pH 2 - T1 = 0,29 s
- T2 = 0,24 s
- T3 = 0,20 s
-
0,29+0,24 +0,20
T rata−rata=
3
0,73
¿
3
¿ 0,24 s
VII. PEMBAHASAN
Pada prakatikum kali ini kami melakukan percobaan tentang “sol
liofil”. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari sifat sol liofil dan
menentukan titik isoelektrik melalui pengamatan viskositas. Sol
liofil merupakan partikel dengan zat terdispersi yang bisa menarik
mediumnya, sehingga adanya gaya tarik-menarik antara keduanya,
sedangkan sol liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan
tidak mengabsorpsi molekul mediumnya. Adapun alat yang kami gunakan
dalam praktikum ini yaitu gelas kimia, pembakar bunsen, piknometer,
viscometer Ostwald dan lain-lain dan bahan yang kami gunakan yaitu
Na2HPO4 0,2 M, asam sitrat, gelatin dan lain-lain. Dalam praktikum ini
kami mengklasifikasikanya kedalam dua tahap yaitu tahap pertama
pembuatan larutan dan tahap kedua menentukan viskositas.
Pada tahap petama yaitu tahap pembuatan larutan, langkah pertama
yang kami lakukan yaitu disiapkan 6 buah gelas kimia, selanjutnya dibuat
beberapa larutan dengan pH yang berbeda-beda yaitu PH 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Gelas kimia berfungsi sebagai wadah untuk membuat larutan dengan PH
berbeda-beda sebagai sampel dalam praktikum ini. Penggunaan sampel
larutan dengan pH yang berbeda-beda bertujuan agar dapat menentukan titik
isoelektrik dari glisin atau protein. Titip isoelektrik adalah derajat keasaman
atau pH ketika suatu makro molekul bermuatan nol akibat bertambahnya
proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam dan basa.
Untuk membuat sampel dengan PH 2 kami menggunakan larutan
Na2HPO4 0,2 M sebanyak 0,22 ml dan larutan Asam sitrat sebanyak 9,08 ml,
pada pH 3 digunakan 2,06 ml Na2HPO4 0,2 M dan 7,94 ml larutan asam
sitrat, untuk pH 4 digunakan 3,86 ml Na2HPO4 0,2 M dan 6,14 ml larutan
asam sitrat, untuk pH 5 digunakan 5,15 ml Na 2HPO4 0,2 M dan 4,85 ml
larutan asam sitrat, untuk pH 6 digunakan 6,32 ml Na 2HPO4 0,2 M dan 3,68
ml larutan asam sitrat dan untuk pH 7 digunakan 3,86 ml Na 2HPO4 0,2 M
dan 6,14 ml larutan asam sitrat. Setelah dilakukan pembuatan sampel
didapatkan hasil yaitu larutan berwarna bening dan tidak terdapat bau pada
larutan, warna bening pada larutan didapatkan karena belum tidak ada reaksi
yang dapat merubah warna pada larutan selain itu waran bening didapatkan
dari warna dasar kedua larutan yang digunakan yaitu larutan Na2HPO4 0,2 M
dan larutan asam sitrat, larutan tidak berbau karena sifat dasar dari kedua
larutan yang digunakan tidak memiliki bau.
Langkah selanjutnya yaitu dimasukkan gelatin sebanyak 0,5 gr
kedalam masing-masing larutan. Gelatin dalam praktikum ini berfungsi
sebagai bahan pengental atau penstabil larutan sehingga ketika diuji dengan
viknometer sampel dapat diencerkan untuk mencapai titik isoelektrik. Hasil
yang didapatkan yaitu larutan berwarna keruh dan larutan tidak terlarut
sempurna. Larutan berwarna keruh disebabkan karena adanya reaksi antara
gelatin dan sampel, dimana hanya sebagian kecil gelatin yang larut yang
menyebabkan predaran partikel gelatin didalam larutan lambat yang
menyebabkan larutan keruh. Larutan tidak terlarut sempurna karean gelatin
memiliki sifat sukar larut sehingga membutuhkan beberapa katalis seperti
pengadukan dan pemanasan. Selanjutnya dipanaskan larutan kemudian
diaduk hingga terlarut sempurna, didapatkan hasil larutan berwarna keruh,
larutan sedikit mengental dan eksoterem. Larutan berwarna keruh
disebabkan karena adanya reaksi antara gelatin dengan sampel, larutan
mengental disebabkan karena penambahan glatin dimana glatin berfungsi
sebagai bahan untuk mengentalkan sampel. Reaksi eksoterm adalah reaksi
pelepasan kalor dari sistem keligkungan, sehingga menyebabkan suhu pada
lingkungan menngkat dan terasa panas ketika bersentuhan dengan kulit.
Pemanasan berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat pelarutan, dimana
dengan adanya pemanasan reaksi tumbukan antar molekul pada larutan
semakin cepat dan ditambah dengan adanya katalis lain berupa pengadukan
sehingga larutan akan semakin cepat untuk terlarut. Setelah dipanaskan,
larutan tersebut didiamkan selama beberapa menit, pendiaman larutan ini
berfungsi untuk menurunkan suhu pada sampel agar suhu konstan atau
stabil.
Pada tahap kedua yaitu penentuan rapat massa dari masing-masing
larutan atau menentukan viskositas pada larutan. Diukur viskositas larutan-
larutan gelatin yang sudah dibuat dengan menggunakan air sebagai standar.
Langkah pertama yang kami lakukan ditimbang piknometer kosong
menggunakan neraca analitik, didapatkan massa piknometer 29,15 gr.
Piknometer adalah alat untuk dapat menentukan massa jenis dari suatu
larutan. Diisi piknometer kosong dengan air kemudian ditimbang agar dapat
memperoleh massa jenisnya. Massa jenis dari picnometer yang berisi air
adalah 78,58 gram. Dilakukan percobaan atau perlakuan yang sama untuk
memperoleh masaa jenis larutan dengan menggunakan pH berturut-turut.
Hasil yang kami dapatkan pH 2 massa jenisnya 78,29 gram, pH 3 massa
jenisnya 78,8 gram, pH 4 massa jenisnya 78,60 gram, pH 5 massa jenisnya
78,18 gram, pH 6 massa jenisnya 78,75 gram dan pH 7 massa jenisnya
78,45 gram. Selain itu warna larutan yang didapatkan pada semua pH adalah
warna bening yang disebabkan oleh warna dasar larutan penyusunya.
Selanjutnya yaitu menentukan viskositas masing-masing larutan yang
dimana untuk menentukan viskositas larutan ini, kami memasukkan larutan
tersebut kedalam viscometer Oswald hingga tanda batas yang telah
ditentukan kemudian dihisap larutan tersebut dengan karet penghisap
sampai batas yang ditentukan, kemudian dilepas karet penghisap dan
dibiarkan larutan turun hingga batas yang ditentukan dan dicatat waktu yang
dibutuhkan larutan untuk mengalir.
Setelah dilakukan uji menggunakan viskometer, waktu yang ditempuh
masing-masing larutan untuk mengalir yaitu pada sampel air waktu
tempuhnya 0,183 s, pH 7 waktu tempuhnya 0,39 s, pada pH 6 waktu
tempuhnya 0.34 s, pada pH 5 waktu tempuhnya 0.89 s, pada pH 4 waktu
tempuhnya 0.33 s, pada pH 3 waktu tempuhnya 0.2 s dan pada pH 2 waktu
tempuhnya 0.24 s. Berdasarkan data waktu yang dibutuhkan larutan untuk
mengalir dapat dihitung nilai viskositas masing-masing larutan, setelah
dilakukan analisis data didapatkan nila viskositas larutan yaitu pada pH 2
nilai viskositanya sebesar 0,001110896 Pa.s, pH 3 0,000935632 Pa.s, pH 4
0,001411475 Pa.s, pH 5 0,0041103892 Pa.s, pH 6 0,0015885163 Pa.s dan
pada pH sebesar 0,0018111006 Pa.s.