DISUSUN OLEH :
KELAS : 1 EG B
KELOMPOK :4
INSTRUKTUR : Ir. FATRIA, M.T
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu :
1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari padatan dan cairan.
2. Membuat larutan dengan cara yang tepat dan benar.
3. Menggunakan peralatan dengan tepat dan benar.
II. DASAR TEORI
Satu tipe campuran yang paling sering dijumpai adalah larutan. Di alam,
sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Suatu larutan adalah campuran
homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Umumnya, larutan
terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven). Kuantitas relatif suatu zat tertentu
dalam suatu larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat berupa :
M = molaritas =
N = normalitas =
M = molalitas =
1
V = volume larutan , liter
Jika larutan yang akan dibuat dalam % w/v maka, jumlah zat yang
diperlukan : % w/v x V
b. Cairan
Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan, umumnya senyawa
asam, basa, organik, maka volume zat yang dibutuhkan ditentukan dari
persamaan :
V1 x M1 = V2 x M2 atau V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan :
V1 = volume awal
M1 = molaritas awal
N1 = normalitas awal
V2 = volume akhir
M2 = molaritas akhir
N2 = normalitas akhir
Molaritas awal di dapat dari :
Untuk % v/v :
M=
Untuk % w/v :
M=
2
Botol aquadest
Corong gelas
Bola karet Pipet ukur
Pipet tetes
Masker, kacamata, sarung tangan
Neraca analitik
IV. DAFTAR BAHAN
Bahan /zat petunjuk pratikum analisis kation-anion
3
b. Untuk zat asal cairan
1. Menghitung molaritas zat asal berdasarkan keterangan pada
botol zat.
2. Menghitung volume zat yang dibutuhkan berdasarkan rumus
pengenceran.
3. Mengisi air demineral bagian kedalam labu ukur yang akan
digunakan dengan volumenya.
4. Mengambil zat tersebut dengan menggunakan pipet ukur.
5. Memasukkan kedalam labu melalui dindingnya.
6. Menutup dan mengocok sambil dibolak balik sampai larutan
homogen.
7. Memasukkan ke dalam botol zat dan memberi label.
Zat yang Sifat, fisik dan kimia Peruba Jumlah yang Konsen Volu
digunakan han dibutuhkan trasi me
larutan laruta
yang n
dibuat yang
dibuat
HCL Warna : bening Panas 16, 72 ml 2m 100
Bau : berbau
ml
Bentuk : cairan
BM : 36,5 gr/mol
% : 98%
Spgr : 1,18
NH3 Warna : bening Dingin 22,59 ml 2m 50 ml
Bau : menyengat
Bentuk : cairan
BM : 17 gr/mol
% : 0,6
Spgr :-
NaOH Warna : bening Panas 6,67 ml 2m 50 ml
Bau : tidak
berbau
Bentuk : cairan
BM : 40 gr/mol
4
% : 0,6
Spgr :-
K3Fe Warna : MERAH Cairan 8,225 gr 0,5 m 50 ml
Bau : tidak
(CN)6 Dingin
berbau
Bentuk : serbuk
BM : 422,41
gr/mol
% :-
Spgr :-
Hg(NO3) Warna : putih Endap 1,7131gr 0,1 m 50 ml
2H2O keperakan anan
Bau : tidak
putih
berbau
tidak
Bentuk : kristal
BM : 342,62 berbau
gr/mol
% :-
Spgr :-
K2CR04 Warna : Kuning Tidak O,97 gr 0,1 m 50 ml
Bau : tidak
berbau
berbau
Bentuk : padat
BM : 194 gr/mol
% :-
Spgr :-
Pb(NO3)2 Warna : putih endapa 1,656 gr 0,1 m 50 ml
Bau : tidak
nputuh
berbau
Bentuk : Kristal
BM : 261 gr/mol
% :-
Spgr :-
H2SO4 Warna : Bening Panas 10,86 ml 2m 100
Bau : menyengat
ml
Bentuk : cairan
BM : 98 gr/mol
% : 98 %
Spgr : 1,84 gr/mol
IX. PERHITUNGAN
A. CAIRAN
5
1. HCL
M = V1.M1=V2.M
= V1 =
M = V1.M1=V2.M
= V1 =
M = V1.M1=V2.M
= V1 =
M = V1.M1=V2.M
= V1 =
2. CAIRAN
1. K3FE(CN)6 0,5 M 50 ml
gr = M x V x BM
6
= 0,5 M x 0,05 ml x 329 gr/ek
= 8,225 gr
2. Hg(NO3)H2O 0,1 M 50 ml
gr = M x V x BM
= 0,1 Mx 0,05 ml x 342,62 gr/ek
= 1,7131 gr
3. K2CR04 0,1 M 50 ml
gr = M x V x BM
= 0,1 Mx 0,05 ml x 194 gr/ek
= 0,97 gr
4. Pb(NO3)2 0,1 M 50 ml
gr = M x V x BM
= 0,1 M x 0,05 ml x 331,2 gr/ek
= 1,656 gr
X. PERTANYAAN
1. Tuliskan 4 nama zat dan rumus kimianya dari zat asalnya padatan dan
cairan, serta sifat fisik dan kimianya
Jawab :
1) Padatan
a) Magnesium klorida (MgCl2): warna putih keperakan, tidak berbau,
bentuk padatan(kristal)
b) Kalium tiosianat (KSCN) : warna putih, tidak berbau, bentuk
padatan(kristal)
c) Disadium fosfat (Na2HPO4) : warna putih, tidak berbau, bentuk
padatan(serbuk)
d) Kalium ferosianida ( K4Fe(CN)6 : warna kuning, tidak berbau,
bentuk pdatan(kristal)
2) Cairan
a) Ammonia (NH3) : Warna bening, bau menyengat, bentuk berupa
cairan
7
b) Asam sulfat (H2SO4) : warna bening, tidak berbau bentuk berupa
cairan
c) Natrium hidroksidaa (NaOH) : warna bening, tidak berbau, bentuk
berupa cairan
d) Asam klorida (HCL): bening, bau menyengat, bentuk berupa cairan.
3. Hitung molaritas HCl pekat jika diketahui densitasnya 1,18 g/ml dan %
HCl 36
Jawab :
M =
8
menggunakan aquadest dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Selanjutnya
dilakukan pengamatan yang etrdiri dari beberapa indicator yaitu bau, bentuk, dan warna.
Begitupun dalam pembuatan larutan dengan zat berupa padatan.
XII. KESIMPULAN
Larutan terdiri atas zat pelarut dan zat terlarut. Jika dua zat dicampurkan maka
ada tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu bereaksi, bercampur atau tidak
bercampur. Dibutuhkan ketelitian membaca pipet ukur dan neraca timbangan untuk
membuat sebuah larutan.
Cara untuk menyatakan konsentrasi ada beberapa cara seperti dengan mencari
molaristasnya, molalitas, fraksi mol dan perbandingan volume. Kehati hatia dan
ketelitian sangat dibutuhkan dalam melakukan pratikum ini. Setiap zat memiliki
karakteristik yang berbeda beda, oleh karena itu pahamilah karakteristik setiap zat
sebelum melakukan pratikum.
9
XIII. DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
11
ANALISIS AIR KRISTAL
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menganalisis secara kualitaif dan kuantitatif suatu air Kristal
12
menyerap air tidak hanya di udara tetapi dilarutan juga. Beberapa senyawa juga
menghasilkan air pada saat pemanasan, tetapi senyawa tersebut bukan senyawa hidrat
yang sebenarnya. Air yang dihasilkan tersebut merupakan proses penguraian dan bukan
merupakan proses penghilangan air melalui dehidrasi. Senyawa-senyawa organic
terutama bersifat tersebut diatas. Penguraian dengan menghasilkan air, bukan
merupakan proses reversible. Penambahan air kedalam senyawa yang terurai tersebut,
tidak akan mengembalikan senyawa ke bentuk asalnya. Senyawa yang merupakan
senyawa hidrat yang sebenarnya, akan mengalami dehidrasi secara reversible.
Penambahan air kedalam CoCl anhidirida, akan menghasilkan CoCl.2H2O. Bila cukup
air yang ditambahkan, maka akan diperoleh larutan yang mengandung hidrat ion Cu
2+ . Semua hidrat ionic larut dalam air dan dapat diperoleh kembali melalui kristalisasi
dan larutannya. Jumlah air yang terikat bergantung kepada cara pembuatan hidrat
tersebut.
2) Reversibilitas hidrat
13
CaCl2.Xh2O
3) Deliquescence dan Efflorescence
Na2CO3.10 H2O
CuSO4.5 H2O
Kal(SO4)2.10 H2O
CaCl2
4) Jumlah air kristal
CoCl2. xH2O
14
d. amati sampel selama di laboratorium
4. jumlah air kristal
a. Membersihkan porselin krusibel dan tutupnya dengan HNO3 6M
b. membilas dengan aquadest
c. memanaskan krusibel beserta tutupnya di atas segitiga dan
sampai kemerahan selama 2 menit
d. menimbang setelah dingin dengan ketelitian 0,001 gr 12 g g g , g
e. memasukkan 1 gr sampel yang tidak diketahui ke dalam krusibel
f. timbang krusibel serta isinya
g. meletakkan krusibel di segitiga dengan tutup yang jauh dari
pusat, panaskan lagi
h. menunggu selama 10 menit, pusatkan lagi tutupnya dan
dinginkan
i. menimbang lagi sampai diperoleh berat konstan
j. mengamati residu yang diperoleh, menambahkan air kedalm
krusibel sampai 2/3 bagian terisi air, bila residu tidak larut, maka
panaskan perlahan-lahan
15
b. Reversibilitas Hidrat
CuSO4 Biru Putih keabu Biru laut Biru muda Biru muda
muda abuan
16
Massa crucible + tutup + hidrat padat = 36,4343 gr
Massa crucible +tutup + residu = 35,9457 gr
Massa hidrat padat = 1,400 gr
Massa residu (CuSO4) (a) = 0,911 g
Massa H2O yang hilang = 0,489 gr
Mol H2O yang hilang (b) = 0,0271666 mol
Jumlah air kristal (perbandingan a:b) =4,756
Rumus molekul dari hidrat = CuSO4.5H2O menjadi
CuSO4.5H2O
IX. PERHITUNGAN
Massa residu (CuSO4) = 35,9457 – 35,0347 = 0,911 gr
mol
Massa H2O yang hilang =1,400 gr -0,911 gr = 0,489 gr
mol
17
4,756 = 1
X H2O = 4,756
Persen kesalahan
% kesalahan =
= 4,88 %
X. PERTANYAAN
1. Tuliskan macam macam air kristal?
Jawab :
Hidratasi adalah air yang oleh ion- ion dalam kristal dan berbentuk
H2O
Konstitusi adalah air yang merupakan bagian mol zat padat tetapi tidak
berbentuk H2O
2. Tuliskan 10 zat yang mengandung air kristal
Jawab:
CuCl2, CoCl2, NaOH, BaCl2, NiSO4.6H2O, CuSO4, Kal (SO4)2, CaCl2,
Na2CO3, Boraks.
18
Tujuan tahap ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada zat dan apakah
zat akan Kembali kewarna semula bila prosesnya selesai atau disebut reversibilitas
(bolak-balik).
Pada percobaan tahap 3 yaitu menguji zat apakah termasuk deliquescence atau
efflorescence. Deliquescence adalah keadaaan dimana zat akan mencair apabila berada
dalam suhu ruangan. Sedangkan efflorescence adalah keadaan dimana tidak terjadi
perubahan pada zat disuhu ruangan. Dari hasli pengujian pada empat zat didapatkan
hasil NaCO3, CuSO4, Kal(SO4)2 termasuk kedalam efflorescence dan CaCl2 termasuk
deliquescence.
Pada percobaan tahap 4yaitu mencari jumlah air kristal pada zat CuSO4. xH2O
dan didapatkan hasil 4,756 jumlah air kristal setelah melakukan serangkaian uji coba
sesuai petunjuk uji coba.
XII. KESIMPULAN
Jumlah air kristal pada zat CuSO4 adalah 4,756 dengan persen kesalahan
sebesar 4,88 %.
Analisi air kristal berarti menguji air yang terdapat dalam kristal (zat padat)
atau berat total air dalam senyawa pada temperature tertentu dan berada
pada rasio stoikiometri tertentu
Efflorescence adalah larutan atau senyawa yang melepaskan air dengan
ditandai pengurangan berat
Hanya K2Cr2O7 yang tidak mengandung H2O. BaCl2 dan borak
mengandung H2O
Reversibelitas hidrat pada CuSO4 terbukti karena zat (focus warna)
Kembali pada semula. Prosenya disebut dehidrasi dan hidrasi
Na2CO3, CuSO4 dan Kal (SO4)2 bersifat effloresquncence dengan hasil
pengamatan melepas air dan kering. Hanya CaCl2 yang mengalami
perubahan dari kristal ke cair berarti menyerap air, cair dan termasuk
deliquescence.
19
XIII. DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
21
ANALISIS ANION
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal sifat-sifat unsur dan ion - ionnya dalam larutan melalui pengamatan.
2. Melakukan analisis anion dalam suatu cuplikan melalui penentuan golongan dan
tes khusus (specific test).
A. Analisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan pemeriksaan “Pemeriksaan Pendahuluan” yaitu
pengamatan sifat fisika yaitu warna, bau, bentuk Kristal, dan tes kelarutan dalam air.
Beberapa anion bereaksi dengan asam basa atau bereaksi secara reduksi oksidasi
sering menghasilkan perubahan warna atau menghasilkan gas.
22
akan berwarna kuning bila dengan HCl
I- Bila digunakan HNO3 tanpa pemanasan akan dihasilkan larutan
berwarna kuning dan gas I2 berwarna ungu. Bila direaksikan dengan
pemanasan, maka dihasilkan larutan berwarna gelap dan dengan asam
sulfat dipanaskan akan dihasilkan larutan kuning.
Dengan asam nitrat dipanaskan dihasilkan larutan berwarna jingga dan
gas berwarna jingga.
-
Br Dengan asam nitrat dipanaskan, terjadi pergolakan dengan cepat,
dihasilkan gas NO2 warna coklat.
SCN- Dengan asam silfat dan HCl maka pergolakan akan lebih sedikit.
CrO4- Dihasilkan larutan berwarna kuning dari semua reagen tanpa
pemanasan.
2-
S Dihasilkan gas H2S dengan semua reagen tanpa pemanasan, dengan
HNO3 dihasilkan gas NO2 berwarna coklat dan larutan keruh
-
C2H3O Dengan semua reagen, asam yang dilarutkan berbau asam cuka. Mudah
untuk mendeteksi, masukkan batang pengaduk dalam larutan panas,
kemudian cium baunya.
23
Tidak ada endapan
6 Tidak ada endapan SO42-
Tidak ada endapan
Putih, tidak larut dalam
asam nitrat 1M
Setelah golongan anion ditemukan, maka dilakukan tes spesifik
24
h. SO32-
2(MnO4) + 5(SO3)2- + 6H+ 2Mn2+ + 5SO42- + 3H2O
(Cr2O7)2- + 3(SO3)2- + 8H+ 2Cr2+ + 3(SO4)2- + 4H2O
i. CO32-
CO32- + Ca2+ CaCO3(s) putih
Endapan ini larut dengan asam kuat (keluar gas CO2)
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2(g)
j. PO42-
Mg2+ + (NH4)+ + (PO4)- Mg(NH4)(PO4) putih
12 (NH4)2 MoO4 + 23H+ + PO43- (NH4)3 [PMo12O40](s) + H2O
kuning
k. C2O42-
Ca2+ + C2O42- CaC2O4(s) putih
5(COO)22- + 2(MnO4)- + 16H- 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Endapan oksalat violer bening
l. MnO4-
Sama dengan oksalat.
MnO4- bila direaksikan dengan ion SO32- dalam suasana asam akan
menghilangkan warna ungu dari MnO4-
25
-
Kawat Ni-Cr
-
Bunsen, kaki tiga, kasa
-
Gelas kimia 500 ml
-
Kaca arloji
-
Labu ukur 100 ml
-
Pengaduk
-
Spatula
-
Botol aquadest
-
Pipet ukur 5 ml, 10 ml
-
Bola karet
-
Masker
-
Sarung tangan
IV.2 Cuplikan
-
Na2S 0,1M (S-) - KSCN 0,1M (K+/SCN-)
-
BaCl2 0,1M - MnSO4 0,1M (Mn2+ / SO42-)
-
CusO4 - SnCl2 0,1M
-
CaCl2 0,1M - (NH4)2C2O4 (NH4+ / C2O42-
26
-
MnSO4 0,1M - NiSO4 0,1M
-
CoCl2 0,1M - FeCl3 0,1M
-
Al2(SO4)3 0,1M - KNO2 0,1m
-
Hg(NO3) 0,1M - KI 0,1M (I-)
-
CH3COONa 0,1M - CrCl3 0,1M
-
CH3COOPb 0,1 M - NaSO3 0,1M (SO3-)
-
KBr 0,1 (Br-)
-
Mg(CH3COO)2 0,1M
V. KESELAMATAN KERJA
-
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk
zat-zat korosif dan toksik
-
Jangan memanaskan tabung reaksi berisi larutan langsung di atas api Bunsen,
gunakan water batch (penangas air)
27
dengan asam (tidak diperoleh hasil yang jelas melalui reaksi dengan asam), maka
dilakukan klasifikasi golongan.
Dalam 2 tabung reaksi, masin-masing memasukkan 0,1gr cuplikan dan 1-2ml
air, kedalam salah satu tabung reaksi ditambahkan 1 ml AgNO 3 0,1 M, dan tabung
lainnya 1ml Ba(NO3)2 0,1M. Mengamati berdasarkan table golongan anion.
28
a. Cl-
1ml cuplikan + 1ml AgNO3 putih
b. Br-
-
1ml cuplikan + 1ml AgNO3 putih kekuningan
-
1ml cuplikan + 4 tetes H2SO4 2M + 1ml KMnO4 0,2M
menghasilkan warna merah coklat dari Br2 dapat larut dalam CCl4
dengan warna coklat
c. I-
-
1ml cuplikan + 1ml AgNO3 kuning mudah
-
1ml cuplikan + 1ml FeCl3 0,1M setelah 1 menit menghasilkan endapan
coklat kemerahan. Bila ditambahkan CCl4 menghasilkan 2 fase larutan.
Bagian bawah violet dan bagian atas coklat kemerahan.
d. SCN-
1ml cuplikan + ½ ml FeCl 0,1M merah tua
e. S2-
1ml cuplikan + ½ ml Pb(NO3)2 0,1M + 2 tetes HCl 2M hitam
f. NO22-
-
1ml cuplikan + 2 tetes H2SO4 2M + 1ml KI 0,1M menghasilkan larutan
coklat dengan endapan hitam yang larut dalam CCl4 yang menghasilkan
warna violet.
-
1ml cuplikan + 1ml FeSO4 + 3 tetes H2SO4 2M menghasilkan larutan
coklat kuning, setelah semenit berubah coklat tua.
g. CH3COO-
Seujung spatula cuplikan + 1 spatula K2SO4 digerus dalam mortar, amati
baunya
h. SO32-
-
Seujung spatula cuplikan + 5 tetes KMnO 4 + 3 tetes H2SO4 2M
panaskan, maka warna ungu hilang larutan menjadi bening.
-
Seujung spatula cuplikan + 1ml K2CrO4 0,1M + 5 tetes H2SO4 2M
panaskan maka larutan menjadi hijau.
i. CO32
-
1ml cuplikan + 1ml CaCl2 0,1M putih, larut dalam HCl 2M
29
-
Seujung spatula Kristal cuplikan + 2ml HCl 2M menghasilkan
gelembung-gelembung udara.
j. PO43-
1ml larutan cuplikan + 5 tetes NH 4Cl 1M + 5 tetes NH4OH 1M + 0,5ml
MgCl 0,1M menghasilkan endapan putih.
k. C2O42-
-
1ml cuplikan + 1ml CaCl2 0,1M endapan putih
-
1ml cuplikan + 1ml H2SO4 2M dipanaskan sampai 50oC – 60oC + 4 tetes
KMnO4 maka warna ungu KMnO4 akan hilang
l. MnO4-
Sama dengan oksalat
m. SO42-
1ml cuplikan + 1ml BaCl2 1M endapan putih yang tidak larut
dalam asam kuat.
n. CrO42-
-
1ml cuplikan + 1ml AgNO3 0,1M endapan merah tidak larut
dalam asam asetat, tapi larut dalam asam kuat dan amoniak.
-
Sama dengan SO32-
VII. Data Pengamatan
1. Analisis Pendahuluan
-Pengamatan fisik
-Tes Kelarutan
30
2 - - - -
VIII. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara analisis kuantitatif dengan analisis kualitatif?
2. Tuliskan sifat-sifat fisika dan kimia dari cuplikan yang anda analisis (8
cuplikan)
3. Tuliskan 5 reaksi anion pada reaksi spesifik! Apakah warna endapan yang
dihasilkan?
Jawab
31
1. Analisis kuantitatif adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui jumlah
kadar dari suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif adalah analisa yang
dilakukan untuk mengetahui unsur yang terdapat pada suatu sampel.
2. Cuplikan 1 Cuplikan 2
Warna : Putih Warna : Hitam
Bau : Tidak berbau Bau : Tidak Berbau
Bentuk kristal : Butiran Bentuk kristal : Jarum
Larut : Larut dalam air dingin Larut : Larut dalam air
dingin
3. 1. Ag+ + Cl AgCl(s) putih
2. Ag+ + Br- AgBr(s) kuning putih
3. Fe3+ + 3SCN Fe(SCN)(s) merah bata
4. Pb2+ + S2- PbS(s) hitam
5. CO32- + Ca2+ CaCO3 putih
Cuplikan 1 : Golongan 1
Cuplikan 2 : Golongan 5
Setelah diketahui golongannya dan sudah dapat diprediksi terdapat anion apa di
cuplikan dengan test spesifik dengan melihat keterangan dan perubahan warna/endapan
maka didapatkan :
Cuplikan 1 :Cl-
Cuplikan 2 :MnO4-
X. KESIMPULAN
Dari prcobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
32
Dengan melakukan pengamatan dan percobaan kita dapat mengetahui sifat
fisik dari suatu sampel dan sifat kelarutan dalam air tersebut
Sampel 1 termasuk golongan 1 dan terdapat anion Cl-
Sampel 2 termasuk golongan 5 dan terdapat anion MnO4-
33
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
pipet tetes
rak tabung reaksi
pipet ukur
gelas kimia
spatula
bola karet
tabung reaksi
kaca arloji
botol aquadest
labu ukur
penjepit kayu
pengaduk
34
ANALISIS KATION
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal sifat-sifat unsur dan ion-ionnya dalam larutan melalui pengamatan.
2. Melakukan analisis kation dalam suatu cuplikan melalui penentuan golongan
dan test khusus (specific test).
A. Analisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan “pemeriksaan pendahuluan” yaitu, pengamatan sifat
fisik yaitu warna, bau, bentuk kristal, dan test kelarutan dalam air.
B. Test nyala
Untuk menganalisis suatu kation dalam cuplikan, dapat dilakukan test nyala.
Beberapa logam mempunyai warna nyala tertentu bila di panaskan dalam nyala bunsen
dengan menggunakan kawat Ni-Cr.
Warna Nyala pada Unsur Logam
Colour Metal
Red Charmine:Lithium Chompounds. Masked by Barium and Sodium
Scarlet or Crinsom:Strotium Chompounds, Masked by Barium
Yellow Yellow-red : Cakium Chompounds, Masked by Barium.
Sodium chompounds amount. A Yellow flame is not indicative of
sodium unless it persist and is not intensified by addition of 1 %
NaCl to the dry chompuond.
White White-Green : Zink
Green Emerald : copper chompounds, other than halides. Thallium Blue-
Green : Phospates, when moistened with H2SO4 or Br2O3. Faint
Green Antimony and NH4 chompounds.
Blue Yellow-Green : Barium, Molybdenum
Azure: lead, selenium, bismuth, CuCl2 and other copper
chompounds moistened with hydrodoric acid. Light-Blue : arcenic
and come off it chompounds.
Grenish-Blue : CuBr2, antimony.
Violet Pottasium chompounds other than borates, phospates, and
silicates. Masked by sodium or lithium.
Purple-red: Potassium, Rubidium, and / cessium , in the precense of
sodium when viewed through a blue glass.
Golongan 2 : Pb2+, Hg2+, CU2+, Sn2+ akan mengendap sebagai garam sulfida
atau hidroksida dalam suasana sedikit asam.
Golongan 3 : Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+, Ni2+, Al3+ akan mengendap sebagai
garam sulfida atau hidroksida dalam suasana sedikit basa.
+ (NH4)2CO3
Larutan Endapan
Endapan Larutan
+ HCl
Endapan Larutan
Endapan Larutan
Larutan
Golongan 3 Golongan 4
Tes spesifik digunakan untuk mengetahui adanya kation tertentu dalam suatu sampel
atau suatu larutan.
a. Ag+
Ag+ + Cl- → AgCl(s) ↓ putih
Ag+ + OH- → AgOH(s) ↓ hitam coklat
AgOH + 2NH3 → (Ag(NH3) 2)+ (larutan)
Larut dalam amoniak berlebih
b. Pb2+
c. Hg+
Hg+ + 2OH- → Hg2O(s) ↓ kuning + H2O
Hg2+ + 2I- → HgI2 ↓ merah
d. Cu2+
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2. CuSO4 ↓ + 2NH4+
Cu2+ + 2OH- → Cu(OH) ↓ biru
Cu(OH)2 ↓ → Cuo ↓ hitam + H20
e. Sn2+
Sn2+ + HgCl → HgCl ↓ putih + Sn4+ + 2Cl-
Jika di tambahkan Sn berlebih
Sn2+ + HgCl → 2Hg ↓ abu-abu + Sn4+ + 2Cl-
f. Fe2+
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH) 2 ↓ putih
4Fe(OH) 2 + H2O + O2 → 4Fe(OH) 3 ↓ coklat merah
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- → Fe3+ + [Fe(CN) 6]4-
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4 [Fe(CN) 6] 3 ↓ biru turnbull
g. Fe3+
Fe3+ + 3SCN- → Fe(SCN)3 ↓ merah tua
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- → Fe [Fe(CN)6] ↓ coklat
Dengan menambahkan HO atau sedikit larutan timah (ɪɪ) klorida menghasilkan
endapan biru prusia
h. Co2+
Co2+ + 4SCN- → [Co(SCN)4]2- ↓ biru
i. Mn2+
Mn2+ + 5NaBiO3 + 14H+ → 2MnO4+ + 5Bi3+ + 5Na+ + 7H2O
Menghasilkan warna ungu dari permanganat
j. Ni2+
H
O O
H3C N N CH3
CH3 C N OH
Ni2+ + 2 C C
CH3 C N OH Ni +2H+
C C
H3C N N CH3
O O
k. Al3+
Al3+ + 3CH3COO- + 2H2O → AL(OH) 2 CH3COO + 2CH3COOH
Al3+ + 3OH- → AL(OH) 3 ↓ putih
l. Ba2+
Ba2+ + SO42- → BaSO4 ↓ putih
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4 ↓ kuning
m. Ca2+
Ca2+ + SO42- → CaSO42- ↓ putih
Ca2+ + CrO42- → tidak berbentuk endapan
n. NH4+
NH4+ + OH- → NH3 + H2O
Timbul bau, kertas lakmus merah berubah menjadi biru
o. Mg2+
Mg2+ + NH3 + HPO42- → Mg(NH4)PO4 ↓ kristalin putih
p. K+
3K+ + [Co(NO2) 6]3- → K3[Co(NO2) 6] ↓ kuning
q. Na+
-
Na+ + Mg2+ + 3UO22+ + 9CH3COO- → NaMg(UO2) 3 (CH3COO) 9 ↓
Kristalin kuning
-
Test nyala
Golongan 3
1. Fe2+,
3. Co2+,
2 ml cuplikan + 1 spatula KSCN Biru keunguan
Tambahkan eter amil alkohol berubah menjadi biru
4. Mn2+,
5 tetes cuplikan + seujung spatula natrium bismutat + 5 tetes HNO3 6 M
merah violet
5. Ni2+,
1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1 M + 1 ml dimetilglioksin merah
6. Al3+
a. ml cuplikan + 3 tetes CH3COOH + seujung spatula Natrium Asetat + 1 ml
larutan morin fluoresence hijau
b. 1 ml cuplikan + 2 tetes NaOH 2 M putih
seperti gelatin yang dapat larut dalam kelebihan NaOH
Golongan 4
1. Ba2+,
Golongan 5
1. Na+,
Jika reaksi-reaksi untuk kation lain dalam golongan 5 negatif dan warna nyala
positif (dalam 1 menit), berati ada atom Na.
2. K+ / Na+
Seujung spatula Na2(CO(NO)2)6 + ½ ml air + 2 tetes CH 3COOH 2 M maka
terbentuk endapan kuning.
3. Mg2+,
1 ml cuplikan + 4 tetes NH4Cl 1 M + NH4OH / NH3 2 M dan 1 ml Na2HPO4 0,1
M maka timbul endapan putih.
4. NH4+
1 sendok spatula cuplikan + 1 ml NaOH 6 M panaskan gas amonia akan
dilepaskan dan dapat diidentifikasikan dengan baunya.
Larutan Air
Air mendidih H2SO4 6 M HCl 6 M HNO3 6 M
dingin
Kation
Sampel 1 Larut
Sampel 2 Larut
Sampel 2
Pereaksi Pengamatan Kation yang mungkin
(NH4)2CO3 Menghasilkan endapan Golongan 1 - 4
putih
HCl 6 M Menghasilkan larutan Golongan 2 - 4
HCl 6 M dan Tiosetamida Mengahsilkan larutan Golongan 3 - 4
berwarna putih
NH4Cl 1 M danTiosetamida Menghasilkan larutan Golongan 4
berwarna bening keruh
VIII. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara analisis kuantitatif dan kualitatif!
2. Tuliskan sifat-sifat fisik dan kimia dari cuplikan yang anda analisa !
3. Tuliskan reaksi kation Al3+, Cr3+, Mn2+ dengan larutan natrium hidroksida.
Warna endapan yang dihasilkan?
Jawaban :
1. Analisis Kualitatif adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui unsur apa
yang terdapat dalam sebuah sampel. Sedangkan, analisis Kuantitatif
menghitung analisa dengan angka atau untuk menghitung kandungan pada
sampel.
2. Cuplikan 1 Cuplikan 2
Warna : Hitam Warna : Hitam
Bau : Tidak berbau Bau : Tidak Berbau
Bentuk : Jarum Bentuk : Butiran kristal
IX. KESIMPULAN
GAMBAR ALAT
pipet tetes
rak tabung reaksi
pipet ukur
gelas kimia
spatula
bola karet
tabung reaksi
kaca arloji
botol aquadest
labu ukur
penjepit kayu
pengaduk
GRAVIMETRI (PENENTUAN SULFAT)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan nikel secara gravimetrik.
1. Proses pemisahan harus cukup sempurna hingga kuantitas analit yang tidak
mengendap secara analitik tidak ditemukan.
2. Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan mempunyai
kemurnian yang cukup tinggi.
Stoikiometrik
Dalam prosedur gravimetrik, suatu endapan ditimbang dan dari harga ini berat
analit dalam contoh dihitung persentase analit A adalah
%A =
Untuk menghitung berat analit dari berat endapan digunakan suatu faktor gravimetrik.
Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam gram dari endapan. Perkalian
berat endapan P dengan faktor gravimetrik memberikan jumlah gram analit di dalam
contoh.
Berat A = berat P faktor gravimetrik
Maka :
%A =
Pengendapan
Apabila tetapan hasil kali kelarutan suatu senyawa dilampaui dan pengendapan
mulai terjadi, maka sejumlah partikel kecil disebut inti telah terbentuk. Pengendapan
selanjutnya akan berlangsung pada partikel-partikel yang terbentuk semula ini, dengan
makin bertumbuhnya partikel dalam ukurannya, sehingga cukup besar untuk turun ke
dasar larutan. Distribusi ukuran partikel endapan ditentukan oleh kecepatan aktif dari
proses sebagai berikut :
1. Pembentukan inti(nukleasi)
2. Pertumbuhan inti
Dari kedua proses diatas diharapkan laju nukleasi lebih kecil dibandingkan dengan
laju pertumbuhan inti. Sehingga dihasilkan sedikit partikel dengan ukuran yang relatif
besar. Maetrial yang demikian akan lebih mudah disaring dan lebih murni keadaanya
dibandingkan dengan keadaan partikel kecil.
Pada peristiwa pengendapan dapat terjadi proses kopresipitasi yaitu proses yang
membawa serta suatu zat yang biasanya terlarut, pada waktu pengendapan dari endapan
yang diinginkan. Selain itu dapat juga terjadi proses post presipitasi yaitu proses
terdepositnya suatu zat pengotor setelah pengendapan dari zat yang diinginkan.
Dalam prosedur gravimetrik zat yang diinginkan dipisahkan dalam bentuk endapan,
endapan ini harus bebas dari zat pengotor yang tidak diharapkan untuk kemudian
dikeringkan dan ditimbang. Penyaringan dilakukan dengan corong dan kertas
saring,maupun krus saringan.
Bermacam-macam jenis kertas saring yang dapat digunakan. Untuk analisa
kuantitatif harus digunakan kertas yag berkualitas bebas abu. Kertas ini telah
dikerjakan dengan asam-asm klorida dan florida selama dibuat sehaingga berkadar zat
organik rendah dan apabila dibakar akan meninggalkan abu dalam jumlah yang dapat
diabaikan. (untuk kertas berdiameter 11cm mempunyai kadar abu 0,13mg)
Suatu endapan biasanya dicuci dngan air ataupun dengan larutan pencuci tententu,
sebelum dikeringkan ddan ditimbang. Pencucian biasanya dilakukan bersamaan pada
tahap penyaringan. Disini endapan dipisahkan dari cairan induknya dalam bentuk yang
padat. Pada waktu endapan ada dalam kertas saring, maka endapan dapat dicucidengan
melewatkan laerutan pencuci melalui saringan. Tetapi cara terse ut kurang efektif untuk
menghilangkan kotoran dalam endapan. Cara yang lebih efektif adalah menuangkan
cairan induk terlebih dahulu cairan induk kedalam saringan. Endapan diusahakan
sebanyak mungkin tertinggal dalam gelas kimia. Endapan yang tertinggal tersebut
diaduk dengan cairan pencuci, selanjutnya larutan pencuci tersebut dituangkan kedalam
saringan meninggalkan endapan. Pencucian ini dapat diulang sesering mungkin.
Pembakaran Endapan
Setelah kertas saring mengering di corong, maka bagian atas kertas dilipat untuk
membungkus endapan dengan sempurna. Dengan sangat hati-hati untuk menghindari
sobeknya kertas basah, endapan dan kertas saringnya rersebut dipindahkan ke dalam
krus.
2. Peng-arangan Kertas
Setelah endapan dan kertas kering sama sekali, tutup krus dibuka sedikit agar udar
masuk, kemudian pemanasan ditingkatkan untuk pengurangan kertas. Berdasarkan
sedikit nyala apinya dan tempatkan kembali dibawah dasar krus. Kertas menjadi lapuk
tetapi tidak boleh terbakar dengan nyala. Jika kertas terbakar, maka segera tutup krus
untuk memadamkannya.
Sulfat dalam larutan dapat diendapkan sebagai barium sulfat, dengan zat pengendap
BaCl2. Setelah terbentuk endapanm, dilakukan penyaringan dan pencucian dengan air
panas untuk kemudian dilakukan pengeringan dan pemijaran pada suhu 600̊C-800̊C.
V. DAFTAR BAHAN
NiSO4 padat
Larutan BaCl2
Kertas saring whatman no. 40
- Memindahkan endapan ke kertas saring dengan dibilas air panas dari botol
semprot
- Mencuci endapan beberapa kali dengan air panas, sampai filtratnya bebas
ion
Cl(Tes filtrat dengan AgNO3)
Pada pemijaran terakhir endapan dapat dibasahi dengan sedikit H 2SO4 lalu pijarkan
kembali.
= 0,1858 gram
= x 0,2751 gram
= 0,1133 gram
- % Kesalahan =
= 39%
- %SO4 =
=
= 37,7 %
X. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan gravimetrik?
Jawab:
Gravimetrik dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik untuk
menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara
mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan.
1. Pengendapan
Distribusi ukuran partikel endapan ditentukan oleh kecepatan aktif dari proses
pembentukan inti (nukleasi) dan pertumbuhan inti.
2. Penyaringan
Penyaringan dilakukan dengan corong dan kertas saring maupun krus
saringan.
3. Pencucian
Suatu endapan biasanya dicuci dengan air ataupun dengan larutan pencuci
tertentu, sebelum dikeringkan dan ditimbang. Pencucian biasanya dilakukan
bersamaan pada tahap penyaringan.
4. Pengeringan
Dilakukan pada suhu 100°-125°C didalam tanur.
5. Penimbangan
6. Perhitungan
XI. KESIMPULAN
Gravimetrik merupakan salah satu metode kimia analitik untuk menentukan
kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur
berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan.
Proses pembakaran kertas saring yang tidak sempurna menyebabkan hasil
timbangan yang tidak akurat.
Berat endapan yang didapat dari NiSO4 + BaCl = 52,0908 gr
Berat SO4 secara teoritis didapatkan 0,1858 gr
Berat SO4 secara pratikum didapatkan 0,1133 gr
Didapatkan 37,7 % SO₄ dalam NiSO₄
% kesalahan berat SO4 adalah 39 %
Massa endapan BaSO₄ yang dihasilkan tidak jauh dari massa NiSO₄ menurut
persamaan reaksi. NiSO4 + BaCl2 → NiCl2 + BaSO
XII. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet.“Penuntun Praktikum Kimia Anorganik”. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang. 2020.
LAMPIRAN
Kaca Arloji
Labu Ukur
Gelas Kimia
SpatulaHot
Termometer
Pipet
Plate
Ukur
Hot Plate
Penangas Uap
Desikator
Segitiga Porselen
Kaki Tiga
Kasa
Bunsen
TITRASI ASAM BASA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini di harapkan mahasiswa mampu;
- Melakukan standardisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
- Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam basa
d. Standardisasi larutan
Standardisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer dan
standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti
suatu solut kemudian melarutkannya kedalam volume larutan yang secara teliti diukur
volumenya.
Syarat-syarat dari standar primer adalah sebagai berikut;
1. Murni jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01-0,02 %
2. Stabil, tidak higroskopis, dan tidak mudah bereaksi dengan udara
3. Mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan
pada waktu penimbangan.
Larutan standar primer digunakan untuk menstandardisasi larutan standar
sekunder, larutan std. Sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan suatu larutan
atau cuplikan.
Senyawa kalium hidrogen flatat KHC8H4O4(KHP) merupakan standar primer
sangat baik untuk larutan-larutan basa. Senyawa ini mudah diperoleh dengan kemurnian
99,95% atau lebih. Zat ini stabil apabila dikeringkan, tidak higroskopis dan mempunyai
berat ekivalen yang tinggi 204,2 g/ek. Merupakan asam monoprotik lemah, akan tetapi
karena larutan basa biasanya sering digunakan untuk menetukan asam lemah, maka hal
ini bukannya suatu kerugian. Indikator fenolftalein digunakan dalam titrasi dan larutan
basanya harus bebas karbonat.
Natrium karbonat Na2CO3 secara luas digunakan sebagai standar primer untuk
larutan-larutan asam kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni, kecuali
hadirnya sejumlah kecil natrium bikarbonat, NaHCO 3. Bikarbonat dapat secara lengkap
diubah menjadi karbonat dengan memanaskan zatnya hingga berat tetap pada 270 0C
sampai 3000C. Natrium karbonat sedikit higroskopis tetapi dapat ditimbang tanpa
banyak kesulitan. Karbonat dapat dititrasi menjadi natrium bikarbonat dengan
menggunakan fenolftalein, berat ekivalennya sama dengan berat molekulnya yaitu
106,0. Tetapi secara umum zat ini dititrasi menjadi asam karbonat dengan menggunakan
indikator metil orange dengan berat ekivalen setengah dari berat molekulnya 53,00.
X. PERHITUNGAN
Pembuatan larutan NaOH dan HCL
1. NaOH 1 N 250 ml
NaOH +
gr = N . V . BE
gr = N . V .
= 1 . 0,25 ml .
= 10 gr
2. HCL 1 N 250 ml
HCL + (n=1) V1 . N1 = V2 . N2
M= V1 =
= V1 = 20,90 ml
= 11,96 mol/ml
= V NaOH x N NaOH
N NaOH =
N NaOH =
= 0,73 N
= V HCL x N HCL
N HCL =
N NaOH = = 0,81 N
N CH3COOH =
= 0,81 N
N NH3 =
N NH3 =
= 0,48 N
Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std NaOH
Dik = N H2SO4 ( teori ) = 1 N
V H2SO4 = 10 ml = 0,01 l
N NaOH = 3,6959 ek/l
V NaOH = 5,86 ml = 0,00586 l
Dit = N H2SO4 ?
Jawab =
V H2SO4 x N H2SO4 = V NaOH x N NaOH
N H2SO4 =
N H2SO4 =
= 0,42 N
N NaOH =
N NaOH =
= 0,52 N
XI. PERTANYAAN
1. Tuliskan 5 macam standar primer untuk titrasi asam basa !
2. Tuliskan 5 macam indicator untuk titrasi asam basa !
3. Tuliskan 5 macam penerapan dari titrasi asam basa !
4. Suatu standar primer, kalium hydrogen ftalat (KHP) seberat 0,8426 dititrasi
dengan 42,14 ml NaOH. Hitung normalittas larutan NaOH !
JAWABAN
1. – Kalium Hydro Ftalat (KHC3H4O4) / KHP
- Asam Sulfamat ( NSO2NH3)
- Kalium Hydrogen Lodal (KH(IO2)2)
- Natrium Karbonat (Na2CO3)
- Aminometan (CH3OH)
2. – Fenolftalein
- Metil orange
- Metal jingga
- Timol ftalein
- Bromkresa ungu
= 0,097 ek/l
XIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
- Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang
terjadi antara analit dan titran
- Didapatkan hasil :
N NaOH = 3,6959 ek/l
N HCL = 4,0576 ek/l
N CH3COOH = 4,113 ek/l
N NH3 = 2,434 ek/l
N H2SO4 = 2,165 ek/l
N NaOH ( dengan larutan std HCL) = 2,63 ek/l
- Konsentrasi larutan dapat ditentukan melalui titrasi asam basa
GAMBAR ALAT
TITRASI ASAM BASA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu melakukan penentuan karbonat – bikarbonat dalam cuplikan
dengan cara titrasi menggunakan dua indikator.
NaOH V2 = 0 M x V1
NaHCO3 V1 = V1 M x V1
Na2CO3 V1 = 0 M x V2
Na2CO3 = M x V2
Na2CO3 = M x V1
Sumber : Underwood, 1998
VI. ALAT YANG DIGUNAKAN
Neraca analitis 4
Kaca arloji 6
Erlenmeyer 250 ml 2
Buret 50 ml 2
Pipet ukur 25 ml 2
Gelas kimia 100 ml , 500 ml 4
Labu takar 100 ml , 500 ml 4
Spatula , pengaduk 4
Bola karet 2
Dik = BE Na2CO3 = = = 53
Gr Na2CO3 = 0,4 g
Dit = N HCL ?
Jawab :
N HCL =
N HCL =
% kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 50 %
% Na2Co3 = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 267,4 %
% NaHCo3 = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 283,4 %
X. PERTANYAAN
1. Tuliskan rumus kimia untuk indicator fenolftalein , dan reaksinya terhadap
perubahan pH ?
Jawab :
- Rumus kimia indikator fenolftlaein = C20H4O2
- Reaksi terhadap perubahan ph :
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O
- Fenolftalein diteteskan pada larutan, larutan berubah warnamenjadi merah
muda. Lalu ditritrasi dan berubah menjadi tidak bewarna.
- Ph nya 8,0 – 9,6.
% NaOH = x 100 %
= x 100 %
= 22 %
% Na2CO3 = x 100 %
= x 100 %
= 24,06 %
XII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
N HCL setelah distandarisasi adalah 0,2 ek/L
% NaHCo3 dalam sampel = 283,4 % dan
% NaCo3 dalam sampel = 267,4 %
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet . Kimia Anorganik. titrasi asam basa karbonat – bikarbonat . Politeknik
Negeri Sriwijaya . 2020/2021. Palembang .
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
TITRASI REDOKS (PENENTUAN BESI)
I.TUJUAN
Setelah melakukann percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
standardisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks
II.PERINCIAN KERJA
III.TEORI
Titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi
oksidasireduks i antara analit dan titran. Titrasi redoks banyak
digunakan untuk penentuan sebagian besar logam-logam. Indikator yang
digunakan pada titrasiini menggunakan berbagai cara kerja. Pada titrasi yang
Fowler dan Bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap
kesalahan-kesalahan yang mungkin di dalam titrasi. Mereka menemukan beberapa bukti
dari pembentukan peroksida.
Dan apabila peroksida terurai sebelum bereaksi dengan permanganat, terlalu sedikit
larutan permanganat yang diperlukan sehingga dari perhitungan normalitasnya tinggi.
Mereka menyarankan agar hampir semua permanganate ditambahkan dengan cepat
dalam larutan yang telah diasamkan pada suhu kamar. Setelah reaksi sempurna larutan
dipanaskan sampai 60˚C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini.
padatan
pekat
padatan
padatan
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk
menangani larutan asam sulfat.
Pada suhu 105-110˚C selama 2 jam Natrium Oksalat dikeringkan dalam oven,
setelah itu didinginkan dalam desikator
Menimbang natrium oksalat sebanyak 300 mg. masukkan ke dalam Erlenmeyer
55-60˚C dan lanjutkan titrasi setetes demi setetes hingga berubah warna yaitu
merah muda
tambahkan 25 ml 0,5 M
1 300 mg 11 ml
2 300 mg 10,8 ml
3 300 mg -ml
Rata - rata = 10,9 ml
1 25 ml 4,3 ml
2 25 ml 4 ml
3 25 ml 4,1 ml
Rata – rata = 4,13 ml
IX. PERHITUNGAN
Diketahui : g = 0,3 g
BE =
V = 10,9 ml = 10,9 x L
Ditanya :N = ….?
Jawab :
=V xN
N =
N =
N = 0,4 N
x 100
Gr Fe =
=
= 0,08 gr
X. ANALISIS DATA
Pada percobaan kali ini, dilakukan titrasi redoks untuk menentukan kadar besi
digunakan benar – benar bersih, agar tidak ada zat yang menempel. Pertama dilakukan
membuat llaruutan 0,1 500 ml, kemudian menimbang 300 mg Natrium Oksalat
pekat dilarutkan dalam 250 ml air, dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang
berisi Natrium Oksalat. Lalu didinginkan sampai 24˚C, dititrasi dengan 0,1 N
sampai volume 35 ml, dan berubah warna menjadi ungu. Kemudian dipanaskan sampai
warna berubah menjadi warna bening kembali. Dititrasi lagi dengan sampai
warna berubah menjadi warna merah muda, didapat volume rata – rata 10,9 ml, dimana
seharusnya 40 ml. Saat dilakukan titrasi, titrasi belum mencapai titik akhir sehingga
volume yang didapat sangat jauh dari teori. Dan juga adanya ketidaktepatan dalam
pembuatan larutan.
larutan sebanyak 0,4 gram dalam 100 ml air. Lalu dimasukkan ke dalam
dengan sampai warna merah muda tidak berubah lagi. Didapatkan volume rata -
cepat?
b. Mengapa larutan tersebut harus dipanaskan sampai 60˚C ?
Penyelesaian:
1. Keuntungan :
mudah diperoleh
tidak mahal
tidak memerlukan indicator
Kerugian :
Reaksi lambat pada suhu kamar
Mekanisme yang tepat tidak jelas
Permanganate harus di tambah dengan tepat
3. Diketahui : gr = 0,2248 gr
Mr = 197,84 =198
V = 44,22 . L
Ditanya : M dan N = …?
Jawab :
=V xN
= 44,22 . L.N
N = = 0,05 N
N = = = 0,01 M
XII. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini didapatkan hasil :
1. Standarisasi larutan :
Dengan % kesalahan 75 %
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar vitamin C pada tablet hisap
vitamin C dengan metoda titrasi redoks.
III. TEORI
3.1 Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat merupakan zat pereduksi dan dapat ditetapkan
dengan titrasi redoks yang menggunakan larutan iod sebagai titran.
O O
CH2OH-CHOH-CH-COH=COH-C=O+I2 CH2OH-CHOH-CH-C-C=O 2H++ 2I-
OO
Asam Askorbat Asam Dehidroaskorbat
Karena molekul itu kehilangan dua electron dalam titrasi ini, bobot ekivalennya
adalah separuh berat molekuknya, atau 88,07 g/ek.
3.2 Indikator Kanji
Iod hanya sedikit dapat larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 0C), namun
sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk kompleks
triodida dengan iodida
I2 + H2O I3-
Iod cenderung dihidrolisis, dengan membentuk asam idodida dan hipoiodit.
I2 + H2O HIO + H+ + I-
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi tak dapat
dilakukan dalam larutan yang sangat biasa, dan larutan standar iod haruslah
disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh cahaya matahari,
2HIO → 2H+ + 2I- + O2(g)
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam lautan basa,
3HIO + 3OH- 2I- + IO3- + 3H2O
3.3 Standardisasi
Larutan iod standar dapat disiapkan dengan menimbang langsung iod murni
dan melarutkannya serta mengencerkannya dalam sebuah labu volumetric. Iod itu
dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan ke dalam larutan KI pekat, yang
ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudah penambahan iod. Tetapi larutan
itu biasanya distandardisasi dengan standar primer yaitu As2O3.
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada
pelarut seperti karbon tetra klorida atau kloroform, dan kadang-kadang digunakan
dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan
kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekatan
terhadap iod. Kepekatan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam
larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat
dengan sterilisasi atau dengan penambahan suatu pengawet. Hasil uraiannya
mengkonsumsi iod dan berubah kemerahan. Merkurium (II) iodida, asam borat atau
asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi yang menimbulkan
hidrolisis atau koagulasi kanji hendaknya dihindari. Kepekaan indicator akan
berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik seperti metil
dan metil alkohol.
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker dalam
menangani larutan asam pekat.
=V xN
= 0,054 N
- % kesalahan :
% kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 46 %
Volume teori =
= 12,63 ml
% kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 45 %
V xN =
Gr Vit.C =V xN x BE Vit.C
= 118,90665 mg
-Mencari gram X
=
=
X = 237,8133 mg
% Vit.C =
= 47,56 %
X. ANALISA DATA
Pada percobaan kali ini yaitu titrasi redoks ( penentuan vitamin C ) dapat
dianalisa % atau kandungan vitamin C dalam sampel pada percobaan ini menggunakan
vitacimin 500 mg Vit.C. Tetapi sebelumnya dilakukan standarisasi larutan iod, yang
diawali dengan membuat 500 ml larutan iod terlebih dahulu dengan melakukan 6,35 g
iod dan ditambah KI 20 gram agar iod bisa terlarut ke dalam air. Larutan iod
Metode yang dipakai dalam titrasi ini adalah titrasi langsung. Larutan yang
ekivalen ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi biru tua yang berlalu
selama 1 menit. Persen kesalahan N yaitu 46 %. Dalam melakukan percobaan kali ini,
adanya kekurangan dalam kebersihan alat dan pencampuran.
C dapat menyatu dengan iodin sehingga pada percobaan ini bertindak sebagai titran.
XII. KESIMPULAN
1. Vitamin C merupakan zat pereduksi dan dapat ditentukan melalui titrasi redoks
dengan menggunakan larutan iod sebagai titran.
Erlenmeyer Buret
Pipet ukur Masker
Sarung tangan
Gelas kimia
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu melakukan standardisasi dan penentuan pada titrasi pengendapan dengan
metode Mohr.
II. RINCIAN KERJA
1. Standardisasi larutan AgNO3
2. Penentuan kadar klorida pada cuplikan
III. TEORI
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi
pembentukan endapan antara analit dan titran. Terdapat tiga macam titrasi pengendapan
yang dibedakan dari indikator yang digunakan :
1. Metode Mohr
2. Metode Volhard
3. Metode Adsorbsi
Pada titrasi yang melibatkan garam-garam perak, ada tiga indicator yang dapat
dipergunakan. Metode Mohr menggunakan ion Kromat CrO42- untuk mengendapkan
AgCrO4 berwarna coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk
kompleks berwarna dengan ion tiosianat SCN-. Dengan metode Fajans menggunakan
“indicator adsorbsi”.
Seperti suatu system asam basa dapat sebagai suatu indicator untuk titrasi asam
basa, maka pembentukan endapan dapat juga digunakan sebagai penunjuk akhir titrasi.
Pada metode Mohr, yaitu penentuan klorida dengan ion perak dengan indicator ion
kromat, penampilan pertama yang tetap dari endapan perak kromat yang berwarna
kemerah-merahan dianggap sebagai suatu titik akhir titrasi.
Merupakan hal yang diinginkan bahwa pengendapan indicator dekat pada titik
ekuivalen. Perak kromat lebih larut (sekitar 8,5 x 10-5 mol/liter) daripada perak klorida
(1 x 10-6 mol/liter). Jika ion perak ditambahkan kepada semua larutan yang mengandung
ion klorida dalam konsentrasi yang besar dan ion kromat dalam konsentrasi ion yang
kecil, maka perak klorida akan lebih dahulu mengendap membentuk endapan putih,
perak kromat baru akan terbentuk setelah konsentrasi ion perak meningkat sampai
melampaui harga Kkel perak kromat.
Metode Mohr dapat juga digunakan untuk penentuan ion bromide dengan perak
nitrat. Selain itu juga dapat menentukan ion Sianida dalam larutan yang sedikit alkalis.
VII. PROSEDUR PERCOBAAN
7.1 Standardisasi larutan baku AgNO3
Menimbang 4,25 gr perak nitrat dan ditambahkan air aquadest sampai 250
ml dalam labu takar. Jaga jangan sampai terkena sinar matahari.
Menimbang dengan teliti tiga cuplikan Natrium Klorida yang murni dan
kering seberat 0,20 gr dalam tiga erlen meyer 250 ml.
Melarutkan tiap contoh dalam 50 ml air aquadest dan tambahkan 2 ml 0,1
M Kalium Kromat.
Menitrasi cuplikan dengan larutan perak nitrat sampai terjadi perubahan
warna menjadi kemerah-merahan.
7.2 Penentuan klorida
Menimbang dengan teliti cuplikan KCL dan BaCl 2 masing-masing 0,4 gr,
larutkan kedalam air sampai 50 ml.
Mengambil alikot 10 ml masukkan kedalam erlen meyer 250 ml.
Menambahkan tiga tetes indicator kalium kromat.
Menitrasikan dengan larutan baku perak nitrat sampai terjadi perubaham
warna menjadi kemerah-merahan yang stabil
IX. PERHITUNGAN
9.1. STANDARDISASI LARUTAN BAKU/STANDAR AgNO₃
Menentukan N AgNO₃ secara Teori :
N AgNO₃ =
= = 0,1 N
= V AgNO₃ . N AgNO₃
= 6,93 ml . N AgNO₃
N AgNO₃ = 0,098 N
=2%
1) Secara Teori:
m Cl = x gr KCl
= x 0,5 gr = 0,238 gr
% Cl = x 100 %
= 47,6 %
2) Secara Praktek :
% Cl = x 100 %
= x 100 %
= 55 %
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 13 %
1) Secara Teori :
m Cl = x gr BaCl₂
= x 0,05 gr = 0,017 gr
% Cl = x 100 %
= 34 %
2) Secara Praktek :
% Cl = x 100 %
% Cl = x 100 %
= 29,6 %
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 12 %
X. ANALISIS DATA
Pada titrasi pengendapan penentuan klorida, digunakan dua buah cuplikan, yaitu
BaCl₂ dan KCl, dan larutan standar AgNO₃. Pertama, dilakukan satandardisasi larutan
baku AgNO₃. AgNO₃ ditimbang seberat 1,7 gr dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
Setelah itu, 0,2 gr NaCl dilarutkan dalam 50 ml air, lalu dipindahkan ke dalam
Erlenmeyer sebanyak tiga buah masing-masing 10 ml dan ditambahkan 2-3 tetes
indicator kalium kromat. Kemudian dititrasi dnegan larutan AgNO₃ sampai terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi merah kecoklatan dengan endapan. Maka didapat
volume rata-rata titran, yaitu 6,93 ml.
Selanjutnya melakukan penentuan klorida. Sampel pertama yaitu KCl. KCl 0,3
gr dilarutkan dalam 50 ml aquadest. Lrutan KCl dipindahkan ke dalam tiga Erlenmeyer
masing-masing 10 ml. Sampel kedua yaitu BaCl₂ 0,05 gr dilarutkan dalam 50 ml
aquadest. Larutan BaCl₂ dimasukkan ke dalam tiga buah Erlenmeyer sebanyak 10 ml.
Maing-masing sampel ditetesi indicator kalium kromat dan dititrasi dengan AgNO₃
sampai warna berubah dari kuning menjadi merah dengan endapan. Maka, didapat
volume rata-rata titran sampel 1 yaitu, 15,83 ml dan sampel 2 sebanyak 1,7 ml.
XI. PERTANYAAN
2. Pada titrasi yang telah Anda lakukan . Tuliskan apa yang bertindak sebagai:
-Standar primer = AgNO₃ - Analit = KCl, BaCl₂
-Standar Sekunder = NaCl - Indikator = Kalium kromat
Sriwijaya: Palembang
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. PERINCIAN KERJA
Standardisasi FAS
Menetapkan COD air buangan
III. TEORI
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah
jumlah oksigen (mg. O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada
dalam 1 liter sample air, dimana pengoksidasi K 2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen (oxygen agent).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencamaran air oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara
angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr23+
Zat organis Ag2SO4
Warna kuning warna hijau
Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam ini, uap direfluk dengan alat kondensor,
agar zat organis volateli tidak lenyap keluar.
Perak sulfat Ag2SO4ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.
Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada
umumnya ada di dalam buangan.
Untuk memastikan bahwa hamper semua zat organis habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K2Cr2O7 yang tersisa di
dalam larutan tersebut digunakan untuk menetukan berapa oksigen yang telah terpakai.
Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS),
dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
VI. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan dalam
menangani larutan asam sulfat pekat.
V FAS = 23,83 ml
Dit : N FAS ?
Jawab :
= V FAS x N FAS
= 23,83 ml x N FAS
N FAS = 0,104 N
N FAS =
= = 0,1 N
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 3,8 %
N FAS = 0,104 N
Dit : COD?
Jawab:
COD =
= 49,92 mg/L
X. ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian sampel air untuk dianalisis kadar
COD-nya. Digunakan dua sampel, yaitu aquadest (balanko) dan air limbah cucian.
Sebelumnya dilakukan standardisasi larutan FAS dengan K₂Cr₂O₇ 0,25 N. Dilakukan
titrasi sampai terjadi perubhaan warna dari kuning menjadi hijau kebiruan lalu menjadi
cokelat kemerahan. Didapatkan volume titran rata-rata yaitu 23,83 ml dan N FAS
sebesar 0,104 N.
XI. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara COD dan BOD ?
Jawab:
- COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organis yang terdapat pada bahan buangan di
dalam air.
- BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen biologis
untuk memcah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.
2. Pada ketetapan COD terjadi reaksi antara FAS sebagai titran dan K₂Cr₂O₇
sebagai analit. Termasuk titrasi apakah penetapan COD ?
Jawab: Titrasi langsung (Redoks) :
6Fe²⁺ + Cr₂O₇ + 14H⁺ 6Feᶾ⁺ + 3Crᶾ⁺ + 7H₂O
XII. KESIMPULAN
2. Semakin besar COD maka semakin sedikikt kandungan oksigen dan sebaliknya
4. Nilai COD dari sampel air limbah cucian yaitu sebesar 49,92 mg/L
Sriwijaya: Palembang.
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT
Kaca Arloji Bola Karet Labu ukur
Gelas Kimia
Erlenmeyer Reflux
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh
Mn2+, Fe2+, dan semua kation bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya
terdapat paada air tanah di daerah yang bersifat kapur, di mana Ca2+ dan Mg2+ berasal.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan
kimiawi antara ion kesadahan dengan dengan molekul sabun menyebabkan sifat
sabun/deterjen hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-(salah satu ion alkalinity)
mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan
kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah dari pipa dan
menyulitkan pemanasan air dalam ketel.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam etilen
diamin tetra asetat (EDTA) dengan menggunakan indicator Eriochrome Black T atau
Calmagite. Sebelumnya EDTA distandardisasi dengan larutan standar kalsium, biasanya
standar primer yang digunakan adalah CaCO3.
N – CH2 – CH2 – N
EDTA merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion
logam, larut dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA juga
merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion
logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Misalnya dengan
ion kobalt,membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah indicator metalokromik yang
merupakan senyawa organic berwarna, yang membentuk kelat dengan ion logam.
Khelatnya mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator bebasnya.
V TITRAN
NO. ANALIT V RATA-RATA
(EDTA)
25 ml 4,1 ml
1. Sample 1 25 ml 4,2 ml 4,2 ml
25 ml 4,3 ml
25 ml 1,5 ml
2. Sample 2 25 ml 1 ml 1,167 ml
25 ml 1 ml
VIII. PERHITUNGAN
8.1 Standardisasi Larutan EDTA
N Teori = gr . n
Mr . V
N EDTA = 1000 mg x 1 = 1000 = 0,01 N
372,24 x 250 ml 93,060
N Praktek
Gr CaCO3 = N EDTA x V EDTA
BE CaCO3
200 mg x 25 ml
250 ml = N EDTA x V EDTA
100 mg/mek
N EDTA = 0,012 N
Sample 2
Mg CaCO3 = V EDTA x N EDTA x BE CaCO3
= 1,167 ml x 0,012 N x 50
= 0,7 mg
X. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud deengan kompleksometri?
Jawab: Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks. Jadi membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri
adalah salah satu metode kuantutatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks
antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum adalah EDTA.
3. Sebuah contoh murni CaCO3 seberat 0,2428 gram dilarutkan dalam asam klorida
dan diencerkan menjadi 250 ml dalam suatu botol ukur. Sebuah alikot 50 ml
memerlukan 42,74 ml larutan EDTA untuk titrasi, hitung molaritas larutan
EDTA
Diketahui : gr sampel = 0,2428 gram
V sampel = 250 ml
V alikot = 50 ml
V EDTA = 42,74 ml
BM CaCO3 = 100,09 gr/mol
Ditanya : M EDTA =…?
Jawab :
Gr CaCO3 = gram alikot
V CaCO3 V alikot
0,2428 gram = gram alikot
250 ml 50 ml
Gram alikot = 0,04856 gram
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. N EDTA (Teori) = 0,01 N
N EDTA (Praktik) = 0,012 N
2. Nilai Kesadahan Sample 1 = 100,8 (Sedang)
Nilai Kesadahan Sample 2 = 28 (Lunak)
3. Semakin tinggi nilai kesadahan, maka air tersebut semakin tidak layak
dikonsumsi.
GAMBAR ALAT
Botol Aquades
Neraca Analitik Corong
Bola Karet
Pipet Ukur
Gelas kimia
Kaca Arloji
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA MINYAK GORENG
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan asam lemak bebas pada minyak
goreng dengan cara titrasi.
III. TEORI
ALB dengan konsentrasi tinggi dalam minyak kelapa sawit sangat merugikan.
Tingginya ALB ini mengakibatkan rendeman minyak turun sehingga mutu minyak
menjadi menurun. Apabila kadar ALB pada CPO meningkat melebihi standar mutu
yang telah ditetapkan maka CPO tersebut tidak dapat dijual. Hal ini menyebabkan
kerugian pada perusahaan penghasil CPO.
Kenaikan kadar ALB ditentuka pada saat tandan buah sawit dipanen sampai
tandan diolah dipabrik. Pembentukan ALB pada buah disebabkan pecahya membran
vacuola (yang memisahkan minyak dari komponen sel), sehingga minyak bercampur
dengan air sel. Dengan dikatalisir oleh enzim lipase, lemak terhidrolisa membentuk
ALB dan gliserol. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak ALB
yang terbentuk.
Reaksi hidrolisa pada minyak sawit :
CH2 – O – C – R CH2 – OH
O PANAS, AIR O
CH – O – C – R CH – OH + R – C – OH
KEASAMAN, ENZIM
O
CH2 – O – C – R CH2 – OH
MINYAK SAWIT GLISEROL ALB
O O
R – C – OH + KOH R – C – OK + H2O
Penentuan mimyak ALB pada CPO menggunakan metode titrasi asam basa,
dengan menggunakan titran larutan KOH dengan indikator thymol blue. Sebelumnya
larutan KOH distandardisasi terlebih dahlu dengan asam palmintat.
Asam Palmitat
Salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh adalah asam palmitat atau
heksadekanoat. Tumbuh-tumbuhan dari famili Palmaceae seperti kelapa (Cocos
nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis Guineensis) merupakan sumber utama asam lemak
ini. Minyak kelapa bahkan mengandung hampir semuanya palmitat (92%). Minyak
sawit mengandung sekitar 50% palimtat. Produk hewani juga banyak mengandung asam
lemak ini dari mentega, keju, susu, dan juga daging.
Asam palimtat adalah asam lemak jenuh yang tersusun dari 16 atom karbon
(CH3(CH2)14COOH). Pada suhu ruang, asam palimtat berwijud padat berwarna putih.
Titik leburnya 63,1ºC.
Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang kosmetika
dan pewarnaan. Dari segi gizi, asam palimtat merupakan sumber kalori penting namun
memiliki daya antioksidasi yang rendah.
1. Kaca arloji 2
2. Erlenmeyer 250 ml 6
3. Buret 50 ml 2
7. Spatula 2
8. Bola karet 4
2. KOH
3. Asam palmitat
4. Indikator thymol blue
5. Aquadest
Menimbang 0,5 gram asam palmitat yang telah dilarutkan dengan etanol
96% 25 ml ke dalam erlenmeyer 250 ml
1 19 ml
2 18 ml
3 18,6 ml
V Rata-rata 18,53 ml
G = N . V . BE
= 1,4 gr
Menentukan N KOH
V KOH x N KOH = gr Asam Palmitat
BM
N KOH = 0,105 N
% Kesalahan = Praktik - Teori x 100%
Praktik
= 4,7 %
CPO Kotor
= 5,37 %
CPO Bersih
= 3,4 %
X. ANALISIS DATA
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa sebelum melakukan
penentuan kadar ALB dalam CPO, terlebih dahulu melakukan standardisasi larutan
baku KOH dengan asam palmitat, yaitu dengan membuat larutan 0,1 N KOH sebanyak
250 ml sebagai standar primer. Kemudian memipet 0,5 gr asam palmitat ke dalam
erlenmeyer 250 ml dan dilarutkan dengan etanol 96% 25 ml sebagai standar sekunder.
Setelah itu menambahkan indikator thymol blue 3 tetes dan dititrasi dengan KOH.
Larutan asam palmitat akan berubah warna dari kuning bening menjadi kebiru-biruan.
Sama halnya dengan penentuan ALB pada CPO kotor dan CPO bersih.
Pada saat standardisasi larutan baku dengan asam palmitat, volume yang
didapatkan yaitu 19 ml, 18 ml, dan 18,6 ml dengan volume rata-rata 18,53 ml. Pada
penentuan kadar ALB pada CPO didapatkan volume sebesar 1 ml, 1,1 ml dan 0,9 ml
dan volume rata-rata 1 ml pada CPO kotor, sedangkan pada CPO bersih yaitu 0,6 ml,
0,8 ml dan 0,5 ml dengan volume rata-rata sebesar 0,63 ml.
XI. PERTANYAAN
XII. KESIMPULAN
1. Asam Lemak Bebas (ALB) adalah asam yang dibebaskan pada hodrolisa lemak.
V Praktik = 18,53 ml
% Kesalahan = 4,7 %
GAMBAR ALAT
Pipet Ukur
Neraca Analitik Corong
Kaca Arloji