Anda di halaman 1dari 24

 

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
Gambaran Gaya Kepemimpinan Ketua Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Tahun 2011.
Laporan ini merupakan hasil pertanggungjawaban atas penelitian yang kami
lakukan sebagai tugas mata kuliah Riset dan Organisasi.

Peneliti juga ingin berterima kasih pada dosen mata kuliah Riset dan
Organisasi Dra. Bertina Sjabadhyni M.Si atas bimbinganya dalam mata kuliah
Riset Organisasi yang telah kami ikuti dalam semester ganjil 2011 ini sehingga
kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Selain itu, kami juga ingin berterima
kasih pada anggota BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang sudah
 bersedia untuk mengikuti penelitian ini, serta kepada pihak-pihak lain yang sudah
mendukung jalannya penelitian hingga pada penulisan laporan penelitian.

Akhir kata, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya bila terjadi


kesalahan dalam jalannya penelitian maupun dalam penulisan laporan. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan.

Depok, Oktober 2011

Tim Peneliti

1
 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Semangat organisasi dalam lingkungan kampus yang dilakukan oleh


mahasiswa seringkali diharapkan mampu mewujudkan kontribusi berarti terhadap
  perubahan bangsa yang lebih baik di masa mendatang. Terlebih
mahasiswa dikatakan sebagai salah satu elemen vital yang mempunyai peran
 penting dalam mengawal dan melakukan sebuah perubahan suatu negara, dimana
langkah awal perubahan yang dilakukan mahasiswa adalah keikutsertaan dalam
organisasi kampus. Organisasi sendiri dijelaskan sebagai bentuk perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama (Mooney, 1997). Organisasi pun dapat
digambarkan sebagai sekelompok orang yaitu dua atau lebih yang secara formal
dipersatukan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, dengan
mengikuti organisasi maka mahasiswa dapat mengaktualisasikan dirinya serta
dapat dikatakan memiliki kemampuan lebih dibanding mahasiswa yang tidak 
 pernah mengikuti organisasi.
Salah satu organisasi yang popular dan banyak digeluti oleh mahasiswa di
lingkungan kampus adalah Badan Eksekutif Mahasiswa. Badan Eksekutif 
Mahasiswa atau biasa disingkat BEM merupakan wadah pembinaan
kemahasiswaan di tingkat fakultas maupun universitas yang berperan dalam
 pengembangan softskill  mahasiswa sekaligus penyaluran bakat dan minat. Dengan
terlibat aktif dalam BEM maka mahasiswa dapat menjadi karakter yang matang
  berpikir, pandai dalam bersosialisasi, dan kritis dalam menyikapi berbagai
 persoalan.
Keberadaan BEM memberikan kontribusi dan peran yang penting dalam
kehidupan kampus karena fungsinya ibarat fungsi pemerintahan dalam suatu
negara. Lebih lanjut, dalam rangka mencapai tujuan maupun target-target dari
BEM tentu tak lepas dari sosok pemimpin dari organisasi tersebut. Secara
spesifik, bagaimana gaya kepemimpinan Ketua BEM akan memberikan pengaruh

2
 

 pada pencapaian tujuan maupun target-target BEM serta terwujudnya fungsi dan
kontribusi dari BEM itu sendiri. Hal ini sejalan dengan penemuan MacKenzie &
Podsakoff (2001) bahwa gaya kepemimpinan berorientasi hubungan berkorelasi
  positif dengan kinerja. Berkaitan dengan hal ini maka kami pun tertarik untuk 
mengetahui lebih dalam terkait gaya kepemimpinan pada Ketua BEM.

Perlu diketahui bahwa beberapa penelitian awal terhadap perilaku


kepemimpinan telah membedakan kepemimpinan menjadi dua ketegori yaitu;
 perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan dan perilaku kepemim-pinan
yang berorientasi tugas. Dalam suatu penelitian Cartwright & Zander (dalam
Bass, 1990) menge-mukakan perilaku kepemimpinan sebagai hasil dari performa
dua fungsi, yaitu fungsi tugas dan fungsi hubungan. Perilaku kepemimpinan yang
 berorientasi hubungan difokuskan pada kualitas dari hubunggan dengan pengikut,
sementara perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas adalah tertuju pada
tugas-tugas yang harus diselesaikan pengikut. Selama bertahun-tahun, para
  peneliti telah menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan gaya
kepemimpinan yang berorientasi hubungan dan yang berorientasi tugas. Bass
(1990) telah membuat sebuah kajian terhadap beberapa istilah yang digunakan
oleh beberapa peneliti. Deskripsi mengenai perilaku kepemimpinan yang
  berorientasi hubungan men-cakup antara lain keperdulian, penekanan pada
kebutuhan pegawai, pemusatan perhatian terhadap orang, perilaku suportif,
orientasi pada interaksi, pemusatan perhatian pada orang, pengambilan keputusan
secara partisipatoris, perilaku demokratis dan membangun rasa saling percaya.
Demikian pula mengenai perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas antara
lain mencakup fokus pada produksi, perilaku initiating structure, memberikan
definisi kegiatan kelompok dan penekanan pada produksi, pencapaian tujuan,
keperdulian terhadap produksi, penekanan pada tujuan, perilaku otokratis, dan
orientasi pada pencapaian. Deskripsi terbaru mengenai kedua jenis perilaku
kepemimpinan ini dikembangkan oleh Bass dan Avolio (1995). Mereka
mendeskripsikan konsep perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan
dengan indikator yang meliputi atribusi ideal, perilaku ideal, kepedulian terhadap
individu, rangsangan intelektual dan motivasi inspirasional. Sedangkan konsep
  perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas adalah mencakup indikator 

3
 

ganjaran kontingen (ganjaran bersyarat), manajemen aktif dengan perkecualian


dan manajemen pasif dengan per-kecualian. Selain itu, beberapa penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan adanya bukti tentang efektivitas dari perilaku
kepemimpinan berorientasi hubungan dan yang berorientasi tugas, juga adanya
 bukti tentang efektivitas dari gabungan kedua perilaku kepemimpinan itu (Bass,
1990).

Berbagai paparan diatas kemudian mendorong kami untuk mengetahui


tentanng gaya kepemimpinan pada ketua BEM, apakah cenderung relation
oriented  atau task oriented. Lebih lanjut, BEM yang kami pilih untuk dijadikan
subjek penelitian adalah angggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 2011. Pemilihan subjek penelitian ini didasari oleh alasan
kemudahan akses tim peneliti ( accidental sampling ) terhadap subjek penelitian
sehingga pengambilan sampel akan lebih efisien dari segi waktu dan biaya.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah kami uraikan di atas,


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gaya
kepemimpinan pada ketua organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2011.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Memenuhi tugas mata kuliah Riset Organisasi.

2. Mengetahui gambaran gaya kepemimpinan ketua organisasi Badan


Eksekutif mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 
Universitas Indonesia tahun 2011.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

4
 

I.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian dapat menambah wawasan peneliti mengenai gambaran gaya


kepemimpinan pada organisasi atau perusahaan.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat membantu pemimpin dan anggota organisasi


dalam mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan.

 b. Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai bahan evaluasi untuk 
memajukan organisasi.

c. Saran dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan


untuk penelitian selanjutnya.

I.5. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Berisikan latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat


 penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Berisikan tentang tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian yaitu tinjauan
 pustaka mengenai definisi kepemimpinan serta teori kepemimpinan.

Bab III Metode Penelitian

Pada bagian metode penelitian ini berisikan tentang masalah penelitian, variable
 penelitian, tipe dan desain penelitian, subyek penelitian, teknik pengambilan data
dan dan instrument penelitian, prosedur dan pelaksanaan penelitian, serta analisis
data penelitian.

Bab IV Hasil dan Analisis Penelitian

5
 

Hasil dan Analisis Penelitian berisikan tentang gambaran umum penelitian dan
hasil penelitian yang berupa gambaran gaya kepemimpinan pada pemimpin
organisasi yang dituju.

Bab V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian, serta diskusi dan saran dari
 peneliti.

6
 

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, akan dijelaskan teori mengenai definisi kepemimpinan dan
teori kepemimpinan yang menjadi landasan penelitian ini. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah behavior theory dari kepemimpinan.

2.1 Definisi Kepemimpinan

Ada banyak definisi yang menggambarkan kepemimpinan, tetapi hampir 


dari semua definisi tersebut menggambarkan bagaimana pengaruh seorang
 pemimpin dalam membantu karyawannya mencapai goal (Yukl & Van Fleet,
1992 dalam Riggio, 2008). Seorang pemimpin harus mampu membawa
karyawan-karyawannya mencapai goal, tidak hanya berdiam diri atau bahkan
mengahalangi karyawannya mencapai goal.

Riggio(2008) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk 


mengarahkan kelompok ke arah pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Ivanceivh
et al (2005, dalam Nurhayati 2007) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi orang lain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang relevan
dari suatu organisasi. Selanjutnya, Jacob&Jacques,1990 dalam Mulyono,2003)
mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi pengarahan yang
  berarti terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk 
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Jadi, berdasarkan
define-definisi tersebut dapat disimpulkan kepemimpinan adalah proses yang
melibatkan kemampuan sesorang dalam mengarahkan orang lain dalam rangka
mencapai suatu tujuan.

2.2 Teori Kepemimpinan

Secara garis besar, teori mengenai kepemimpinan dapat dibagi menjadi


dua, yaitu Universalist Theory dan Behavioral Theory. Universalist Theory
  berusaha mengungkapkan tentang karakteristik umum dari seorang pemimpin
yang efektif sedangkan   Behavioral Theory fokus pada perilaku seorang
  pemimpin. Pada penelitian ini, peneliti fokus membahas   Behavioral Theory

7
 

khususnya yang membahas tentang pola perilaku task-oriented  dan relationship-


oriented  pada seorang pemimpin.

2.2.1 Definisi Task-Oriented dan Relationship-Oriented 

Task-oriented behavior  merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus


  pada performa kerja terhadap tugas-tugas yang harus diselesaikan karyawan.
Pemimpin dengan tipe ini fokus pada pengaturan standar kerja, pengawasan kerja,
dan pencapaian produksi. Sedangkan relationship-oriented behavior  adalah gaya
kepemimpinan yang berfokus pada kualitas hubungan dengan karyawan.
Pemimpin dengan tipe ini berkonsentrasi pada kesejahteraan karyawan dan
melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan.

Terdapat penemuan yang mengindikasikan bahwa pemimpin yang


menunjukkan pola perilaku task-oriented  dan relationship-oriented  berpengaruh
  positif terhadap performa kerja karyawan. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa
  pemimpin dengan pola perilaku task-oriented  dan relationship-oriented 
menunjukkan keefektifan seorang pemimpin sehingga cenderung lebih sukses.
 Namun, menjadi bawahan seorang pemimpin dengan pola perilaku relationship-
oriented  cenderung lebih puas dan mengalami tingkat turnover  yang lebih rendah
dibanding menjadi bawahan seorang pemimpin dengan pola perilaku task-
oriented  (Morse & Reimer, 1956 dalam Riggio, 2008).

Peneliti dari University of Michigan fokus pada penelitian mengenai


karakteristik perilaku dari pemimpin yang efektif dan muncul dengan hasil yang
hampir sama. Peneliti Michigan menemukan bahwa pemimpin yang sukses
cenderung menunjukkan pola perilaku yang disebut sebagai task-oriented  atau
kadang disebut juga  production-oriented, dan relationship-oriented  yang disebut
 juga employee-oriented  dalam penelitiannya terhadap pemimpin di sejumlah
industri-organisasi besar (Khan & Katz,1960 dalam Riggio, 2008).

2.2.2 Dimensi Task-Oriented Behavior dan  Relationship-Oriented Behavior  


Bass (1990) membuat sebuah tinjauan umum terhadap istilah-istilah yang
digunakan oleh sejumlah peneliti. Deskripsi mengenai relations-oriented 
leadership behavior  meliputi kepedulian, penekanan pada kebutuhan pegawai,

8
 

 pemusatan perhatian terhadap orang, perilaku suportif, orientasi pada interaksi,


  pemusatan perhatian pada orang, pengambilan keputusan secara partisipatoris,
  perilaku demokratis dan membangun rasa saling percaya (Barbara, 2003).
Sebaliknya, penjelasan mengenai task-oriented leadership behavior  meliputi
fokus pada produksi, perilaku initiating structure, memberikan definisi kegiatan
kelompok dan penekanan pada produksi, pencapaian tujuan, keperdulian terhadap
  produksi, penekanan pada tujuan, perilaku otokratis, dan orientasi pada
 pencapaian (Barbara, 2003).

2.2.3 Ciri-Ciri Task-Oriented Behavior dan  Relationship-Oriented Behavior  

Beberapa tingkah laku dari pemimpin dengan gaya kepemimpinan task-oriented 


antara lain :

1. membiarkan anggota kelompok mengetahui apa yang diharapkan


 pemimpin dari mereka

2. menggunakan prosedur yang seragam

3. menguji coba ide-ide yang dimilikinya ke dalam kelompok 

4. menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara


 penyelesaiannya

5. menugaskan pekerjaan tertentu kepada anggota kelompok 

6. memastikan bahwa bagiannya dalam kelompok dipahami oleh anggota


kelompok 

7. Menjadwalkan waktu penyelesaian tugas

8. Mempertahankan standar yang jelas dari performa

9. Meminta anggota kelompok untuk mengikuti peraturan

10. Menampilkan sikap yang jelas dan tegas kepada anggota kelompok 

9
 

Sedangkan, beberapa tingkah laku yang menggambarkan gaya kepemimpinan


relationship-oriented  adalah :

1. Ramah dan dekat dengan anggota kelompok 

2. Melakukan hal-hal kecil untuk menyenangkan anggota kelompoknya

3. Menerapkan saran-saran dari kelompok dalam proses pencapaian tujuan

4. Memperlakukan seluruh anggota kelompok dengan setara

5. Memberikan perhatian yang membawa perubahan lebih baik 

6. Membuat dirinya mudah ditemui oleh anggota kelompok 

7. Memperhatikan kesejahteraan personal dari anggota kelompok 

8. Rela melakukan perubahan

9. Menjelaskan setiap tindakannya

10. Memberikan konsultasi kepada anggota kelompok ketika melakukan


 perubahan

10
 

BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1. Masalah penelitian

a. Masalah Konseptual: Gambaran gaya kepemimpinan pada Ketua


Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 2011.

b. Masalah Operasional: Skor  task-oriented  dan relation-oriented  yang


didapat dari kuesioner mengenai gaya kepemimpinan pada Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 2011.

III. 2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel konseptual yang digunakan adalah gaya


kepemimpinan. Sedangkan indikator dari variabel penelitian ini adalah aspek-
aspek dari gaya kepemimpinan yang terdapat di dalam kuesioner orientasi gaya
kepemimpinan yaitu: aspek transformasional yang dimensinya merujuk pada
relation oriented  dan transaksional yang cenderung task oriented . Oleh karena itu
cara pengukuran yang digunakan adalah cara pengukuran amplitudo, sedangkan
modalitas yang digunakan adalah  self-report  berupa kuesioner.

III. 3. Tipe dan desain penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan bentuk  non experimental design.


Tipe penelitian yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu (Kumar,2005):

1. Berdasarkan application :  Applied research, karena dalam penelitian


ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih gaya
kepemimpinan pada ketua-ketua suatu organisasi yang selanjutnya.

2. Berdasarkan objectives :  Descriptive research, karena penelitian ini


  bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai gaya kepemimpinan
ketua suatu organisasi. Dalam penelitian ini peneliti juga tidak mencari

11
 

hubungan antar variabel dan tidak menjelaskan hubungan yang terjadi dari
tiap variabel.

3. Berdasarkan inquiry mode : Quantitative research , karena analisis


dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase task-oriented 
dan relation-oriented  yang digambarkan oleh hasil perhitungan skor dari
kuesioner.

III. 4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dijadikan populasi adalah mahasiswa atau


mahasiswi yang menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2011. Pemilihan subjek penelitian
ini didasari oleh alasan kemudahan akses tim peneliti (accidental sampling )
terhadap subjek penelitian sehingga pengambilan sampel akan lebih efisien dari
segi waktu dan biaya. Selain itu, subjek penlitian juga sudah memenuhi kriteria
dimana jumlah anggota organisasi mencapai lebih dari 100 orang dimna terdapat
140 anggota sehingga lebih mudah dalam mengambil sampel. Sampel yang
digunakan di dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 orang dimana jumlah tersebut
dianggap ideal (Guilford, 1967). Angka sampel ditetapkan sebanyak 30 orang
agar lebih representatif dan data dapat diolah dengan menggunakan teknik 
statistika yang standar.

III. 5. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah


accidental karena peneliti memberikan kuesioner kepada anggota BEM Fakultas
Kesehatan Masyarakat 2011 yang secara kebetulan ditemui dan bersedia untuk 
mengisi kuesioner. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak mengetahui
keseluruhan nama anggota dalam setiap departemen yang ada dalam BEM FISIP
UI 2011.

Peneliti memilih alat ukur berupa kuesioner. Pemilihan ini didasarkan


 pada kemudahan untuk melihat gambaran gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh
  pimpinan BEM FISIP UI 2011 dengan menggunakan modalitas  self-report .

12
 

Modalitas  self-report  memudahkan peneliti untuk melihat pandangan anggota


BEM FISIP UI 2011 mengenai gaya kepemimpinan pimpinan BEM FISIP UI
2011, menjangkau responden secara lebih luas, dan menjaga anonimitas
responden. Oleh karena itu, kuesioner, yang merupakan salah satu bentuk 
modalitas self report , cocok digunakan dalam penelitian ini.

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner MLQ 5x-Short


yang sudah teruji validitas dan realibilitasnya dalam mengukur gaya
kepemimpinan. Kuesioner ini diambil dari skripsi “Persepsi Bawahan tentang
Gaya Kepemimpinan di Lingkungan TNI AL” yang dibuat oleh Bambang
Mulyono pada tahun 2003.

Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan lima pilihan jawaban


yaitu Tidak Pernah Dilakukan (0), Jarang Dilakukan (1), Kadang-Kadang
Dilakukan (2), Sering Dilakukan (3), dan Sangat Sering Dilakukan (4).

Responden diminta untuk memilih satu dari lima pilihan jawaban yang
menurut mereka paling sesuai dengan keadaan pimpinan BEM Fakultas
Kesehatan Masyarakat 2011. Dari jawaban mereka tersebut dilakukan
 penjumlahan item untuk mengetahui skor  task-oriented  dan relation-oriented .
Jumlah skor yang lebih tinggi menunjukkan kecenderungan gaya kepemimpinan
tertentu menurut pandangan para anggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat
2011.

III. 6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur yang dilakukan oleh peneliti pertama-tama adalah mencari


referensi yang sesuai dengan topik penelitian. Dari referensi yang didapat oleh
 peneliti, peneliti tidak mendapatkan alat ukur. Oleh karena itu, peneliti kemudian
mencari sumber referensi lain untuk mendapatkan kuesioner mengenai orientasi
gaya kepemimpinan yang menggambarkan task-oriented  dan relation-oriented.
Pada akhirnya peneliti mendapatkan kuesioner dari skripsi “Persepsi Bawahan
tentang Gaya Kepemimpinan di Lingkungan TNI AL” yang dibuat oleh Bambang
Mulyono pada tahun 2003. Setelah peneliti memiliki kuesioner, peneliti menemui
salah satu pengurus BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 untuk 

13
 

menjelaskan tujuan penelitian agar lebih dimudahkan ketika nantinya memberikan


kuesioner kepada anggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 yang
lainnya.

Selanjutnya, peneliti memperbanyak alat ukur berupa kuesioner sebanyak 


40 kuesioner dan peneliti menyiapkan reward  berupa makanan kecil yang akan
dibagikan kepada subjek penelitian. Setiap anggota penelitian bertanggung jawab
untuk menyebarkan masing-masing 6 sampai 7 kuesioner. Setelah itu, dalam hari
yang sama anggota penelitian datang ke Fakultas Kesehatan Masyarakat UI untuk 
mencari anggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2011 yang kebetulan
  berada di tempat dan bersedia mengisi kuesioner dengan bantuan salah satu
anggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2011

III. 7. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik statistik tendensi


sentral yaitu; mean, modus, dan median. Tendensi sentral diukur untuk dapat
mengidentifikasi orientasi gaya kepemimpinan dari pimpinan BEM Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI 2011. Peneliti menggunakan pengukuran standar 
deviasi untuk membandingkan variabilitas distribusi skor pada kedua orientasi
gaya kepemimpinan yang digunakan peneliti. Selain itu, peneliti juga
menggunakan persentase untuk membandingkan banyaknya pandangan anggota
BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 terhadap gaya kepemimpinan dari
 pimpinan BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2011 dalam hal ini yaitu gaya
kepemimpinan task-oriented  dan relation-oriented.

14
 

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS HASIL

IV.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa atau mahasiswi yang


menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia 2011. Namun dalam hal ini peneliti hanya
mengambil sampel sebanyak 38 orang mahasiswa atau mahasiswi yang menjadi
anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 2011. Namun sampel yang dapat digunakan hanyalah
sebanyak 33 orang dimana 5 diantaranya tidak lengkap dalam mengisi item pada
kuesioner. Adapun gambaran umum dari subjek penelitian ini dapat dilihat dari
usia, jenis kelamin, jurusan, angkatan, dan jabatan dalam organisasi. Berikut ini
akan disertakan diagram gambaran umum subjek penelitian.

Diagram.1

Berdasarkan diagram 1 dapat dilihat bahwa usia sampel bervariasi dari usia
17 tahun sampai dengan usia 20 tahun. Persentase usia mayoritas berusia 19 tahun
(52%), sedangkan persentase yang paling sedikit yaitu berusia 17 tahun (3%).

Diagram.2

15
 

Pada diagram 2 dapat dilihat variasi jenis kelamin sampel penelitian. Sampel
 penelitian ini terdiri dari 22 orang (67%) perempuan dan 11 orang (33%) laki-laki.

Diagram.3

Pada diagram 3 dapat dilihat variasi angkatan sampel penelitian. Sampel


  penelitian ini terdiri dari 14 orang (42%) angkatan 2009 dan 19 orang (58%)
angkatan 2010. 

Diagram.4

16
 

Pada diagram 4 dapat dilihat variasi jabatan dalam organisasi pada sampel
 penelitian. Sample penelitian ini 27 orang (82%) menjabat sebagai Staff dalam
organisasi, 3 orang (9%) merupakan Deputi, 2 orang (6%) merupakan Kadept atau
Kepala Depatemen, dan 1 orang (3%) merupakan BPH atau Badan Pengurus
Harian.

IV.2. Hasil Penelitian

IV.2.1. Gambaran skor task-oriented 

Gambaran skor  task-oriented  terlihat pada item nomor 1, 3, 4, 9, 10, 14,


15, 18, 20, 22, 25, dan 31.

Statistics

Task
N Valid 396
Missing 264
Mean 2.2374
Mode 2.00
Minimum .00
Maximum 4.00
Tabel 4.1

17
 

Task

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 22 3.3 5.6 5.6
1 59 8.9 14.9 20.5
2 146 22.1 36.9 57.3
3 141 21.4 35.6 92.9
4 28 4.2 7.1 100.0
Total 396 60.0 100.0
Missing System 264 40.0
Total 660 100.0
Tabel 4.2

Berdasarkan tabel 4.1 gaya kepemimpinan task-oriented  pada Ketua BEM


Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2011 dideskripsikan dengan skor  mean
sebesar 2,24. Skor ini jika diinterpretasikan ke skor aslinya, skor tersebut lebih
dekat atau dibulatkan ke angka 2 yang digolongkan “kadang-kadang dilakukan”.
Selanjutnya, pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 juga menunjukan nilai modus pada item
task-oriented  sebesar 2 dengan nilai minimum yang diberikan sebesar 0 dan nilai
maksimal sebesar 4. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar jawaban yang
diberikan oleh responden pada item task-oriented  adalah nilai 2 yang pada
kuesioner dapat diartikan sebagai “kadang-kadang dilakukan”.

IV.2.2. Gambaran skor relation-oriented 

Gambaran skor  relation-oriented  terlihat pada item nomor 2, 5, 6, 7, 8, 11,


12, 13, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, dan 32.

18
 

Statistics

Relation
N Valid 660
Missing 0
Mean 2.7045
Mode 3.00
Minimum .00
Maximum 4.00
Tabel 4.3

Relation

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 23 3.5 3.5 3.5
1 48 7.3 7.3 10.8
2 148 22.4 22.4 33.2
3 323 48.9 48.9 82.1
4 118 17.9 17.9 100.0
Total 660 100.0 100.0

Tabel 4.4

Berdasarkan tabel 4.3 gaya kepemimpinan relation-oriented   pada Ketua


BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2011 dideskripsikan dengan skor  mean
sebesar 2,7. Skor ini jika diinterpretasikan ke skor aslinya, skor tersebut lebih
dekat atau dibulatkan ke angka 3 yang digolongkan “sering dilakukan”.
Selanjutnya, pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 juga menunjukan nilai modus pada item
relation-oriented sebesar 3 dengan nilai minimum yang diberikan sebesar 0 dan
nilai maksimal sebesar 4. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar jawaban yang
diberikan oleh responden pada item relaiton-oriente d adalah nilai 3 yang pada
kuesioner dapat diartikan sebagai “sering dilakukan”.

IV.2.3. Perbandingan skor gaya kepemimpinan

19
 

Berdasarkan gambaran hasil skor  mean dan modus gaya kepemimpinan


task-oriented  dan relation-oriented    pada Ketua BEM Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI 2011 yang dideskripsikan anggota BEM Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI 2011, maka secara hirarkis gaya kepemimpinan cenderung pada
gaya relation-oriented  dan diikuti oleh gaya task-oriented .

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

V.1. Kesimpulan dan Diskusi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang


cenderung dilakukan oleh Ketua BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011
adalah relation-oriented.   Namun meskipun demikian, tak jarang  gaya
kepemimpinan task-oriented  ditunjukkan pula oleh Ketua BEM Fakultas
Kesehatan Masyarakat 2011. Hasil demikian dikarenakan adanya selisih skor 
yang tidak terlalu besar pada skor gaya kepemimpinan relation oriented  dan task 
oriented.
Lebih lanjut, temuan ini sejalan dengan pendapat Bass (1985 dalam
Mulyono, 2003) yang menyatakan bahwa walaupun kepemimpinan task oriented 

20
 

dan relation oriented  berbeda secara konseptual, kedua gaya kepemimpinan


tersebut dapat dilakukan oleh individu yang sama dalam intensitas berbeda.
Dengan kata lain, di saat tertentu seorang pemimpin dapat melakukan perilaku
relation oriented  dan di situasi yang lain pemimpin tersebut dapat pula
menerapkan gaya kepemimpinan task oriented .

Selain itu, jika ditelaah lebih dalam maka gaya kepemimpinan Ketua BEM
Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 merupakan implementasi dari visi dan misi
yang diusungnya. Perlu diketahui bahwa Ketua BEM Fakultas Kesehatan
Masyarakat 2011 mengusung visi Totality in Diversity, yaitu menjadikan BEM 
  Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 sebagai wadah eksekutif yang total 
mengelola keberagaman potensi mahasiswa FKM UI dalam upaya
memaksimalkan kebermanfaatan bagi masyarakat FKM UI dan Indonesia,
terutama di bidang kesehatan masyarakat . Berkaitan dengan visi tersebut nampak 
 bahwa dalam upaya mencapai target maupun  goal  terkait tentu dibutuhkan gaya
kepemimpinan task oriented . Namun dengan tetap mengedepankan keberagaman
di lingkup mahasiswa maka gaya kepemimpinan relation oriented  pun menjadi
relevan. Pada akhirnya Ketua BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 dapat
mengiplementasikan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara beriringan
meskipun cenderung pada relation oriented.
Lebih lanjut, terkait dengan penelitian maka dapat dikatakan bahwa
 penelitian ini tak luput dari beberapa kekurangan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa terdapat selisih mean total skor  relation oriented  dan task 
oriented  yang tidak terlalu besar. Hasil penelitian ini dapat dimungkinkan terjadi
karena memang Ketua BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 cenderung
mengiplementasikan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara beriringan.
 Namun secara statistika hasil penelitian ini dapat dijelaskan karena kebanyakan
  partisipan penelitian cenderung memilih nilai tengah ‘2’ (kadang-kadang 
dilakukan) dari lima skala pada item-item pernyataan dan menghindari nilai
ekstrim. Hal ini sekaligus menjadi kekurangan kami karena telah membuat
  pilihan jawaban dalam   skala likert  berjumlah ganjil (lima skala) sehingga
kemungkinan terjadinya error of central tendency akibat kecenderungan memilih
nilai tengah semakin besar.

21
 

Selain itu, hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah sample yang
diambil dapat dikatakan belum dapat merepresentasikan populasi BEM Fakultas
Kesehatan Masyarakat 2011. Perlu diketahui bahwa BEM Fakultas Kesehatan
Masyarakat sendiri terdiri dari tujuh departemen yaitu : Departemen Kajian
Strategis, Departemen Sosial Masyarakat, Departemen Kelembagaan, Departemen
Pendidikan dan Keilmuan, Biro Kesekretariatan, Biro Humas dan Biro Media.
Masing-masing departemen tersebut terdiri dari kurang lebih sepuluh hingga
 belasan anggota. Sample yang dianggap merepsentasikan populasi BEM Fakultas
Kesehatan Masyarakat adalah ketika sebanyak tiga puluh sample yang diambil
mewakili dari tujuh departemen dengan proporsi yang seimbang. Namun pada
kenyataannya kami belum dapat memperoleh sample dengan kriteria tersebut. Hal
ini dikarenakan teknik pengambilan sample yang dilakukan dalam penelitian
secara accidental sampling  sehingga sample yang kami peroleh secara acak dan
  belum merepresentasikan semua departemen di BEM Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Selain itu sample pun belum mewakili populasi dilihat dari hierarki
 jabatan dimana dalam BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 terdapat jabatan
sebagai deputi, kepala departemen/ biro, badan pengurus harian, dan staff. Dari
sample yang kami ambil maka dapat dikatakan bahwa sample didominasi oleh
anggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 yang berkedudukan sebagai
Badan Pengurus Harian (BPH). 

V.3. Saran

V.3.1. Saran Teknis

Dalam penelitian dimana populasi dan sample penelitian adalah anggota


BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011, sebaiknya peneliti melakukan
 pendataan awal seluruh anggota BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011. Dari
data tersebut peneliti dapat memperoleh nama-nama anggota dari setiap
departemen yang ada di dalam BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011.
Setelah itu peneliti dapat memilih sampel dari setiap departeman dengan proporsi
yang sama agar sampel lebih merepresentasikan populasi.

22
 

V.3.2. Saran Teoritis

Dalam penelitian selanjutnya peneliti sebaiknya mencari literature yang


lebih lengkap mengenai gaya kepemipinan task-oriented  dan relation-oriented .
Peneliti juga sebaiknya memasukan aspek-aspek dalam gaya kepemimpinan task-
oriented  dan relation-oriented  agar hasil penelitian mengenai gaya kepemimpinan
dapat dijelaskan dengan lebih rinci sehingga kesimpulan yang diperoleh peneliti
dapat menjawab dengan lebih jelas.

DAFTAR PUTAKA

Brown, B. B. (2003).   Employees’ Organizational Commitment and Their 


  Perception of Supervisors’ Relations-Oriented and Task-Oriented 
  Leadership Behaviors. Virginia: Virginia Polytechnic Institute.

Bush, C. (n.d.). diunduh tanggal 28 Oktober 2011 dari Leadership Style: Initiating
Structure and
Consideration
:http://www.chsbs.cmich.edu/leader_model/Development/media/Targeted
%20Lessons/leadership_style.htm

Guilford, J.P. (1967). The Nature of Human Intelligence .

Kumar, R. (1999).  Research Methodology: A Step-by-Step Guide for Beginners.


Australia: Sage Publications.

23
 

Mulyono, B. (2003).   Persepsi Bawahan Tentang Gaya Kepemimpinan di


 Lingkungan TNI AL. Depok: Universitas Indonesia.

 Nurhayati, P. (Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja). 2007.


Depok: Universitas Indonesia.

  Nurhayati, P. (2007).  Pengaruh Gay Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja.


Depok: Universitas Indonesia.

Sahertian, Pieter.   Perilaku Kepemimpinan Berorientasi Hubungan Dan Tugas


Sebagai Anteseden Komitmen Organisasional, Self-Efficacy Dan
Organizational Citizenship Behavior (OCB) . Malang : Fakultas Ekonomi
Universitas Kanjuruhan.

Riggio, R. E. (2008).  Introduction to Industrial/ Organizational Psychology 5th


edition. New Jersey: Pearson Education.

24

Anda mungkin juga menyukai